Makalah Ushul Fiqh
Makalah Ushul Fiqh
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat mrenyelesaikan tugas karya ilmiah dalam bentuk
makalah yang berjudul sumber sumber utama hukum syara’ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari menulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah ushul fiqh. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
A. Al-Qura’an Sebagai Sumber Hukum.................................................................................4
B. As-Sunnah........................................................................................................................6
C. Ijma’..................................................................................................................................7
D. Qiyas.................................................................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Adapun perintah taat kepada ulil amri menunjukkan adanya
perintah untuk menjadikan kesepakatan ulama atau ijmak sebagai
sumber hukum ketiga. Adapun sumber hukum yang keempat yaitu
qiyas ditunjukkan oleh perintah kembali kepada Allah dan Rasul
(kembali kepada Alquran dan sunah), jika ada perselisihan pendapat,
yakni dengan cara analogi.
Sementara itu, keabsahan atau validitas ijmak harus disandarkan pada dalil-dalil
Alquran dan atau Sunah. Adapun kias, untuk menjadi dalil hukum, ia
haruslah memiliki dasar-dasar nas yang asli sebagai maqis ‘alaihnya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya Alquran dan Sunah-lah yang merupakan sumber
hukum utama, sedangkan ijmak dan kias merupakan sumber hukum subordinatif.
Ijmak dan kias memang membawa semangat wahyu, namun untuk
dapat dikategorikan sebagai sumber hukum tidak independen
karena harus melalui proses tertentu dan harus merujuk kepada
Alquran dan Sunah.
2
adalah Imam Daud dan Ibnu Hazm al-Andalusi) dan para ulama
Syiah tidak mengakui Qiyas sebagai dalil yang disepakati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tesebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut.
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Al-Qur’an
Alquran merupakan kitab suci agama Islam dan umat Islam memercayai
bahwa Alquran merupakan puncak dan penutup wahyu Allah swt. Yang
diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
melalui perantaraan Malaikat Jibril.
2. Fungsi Al-Qur’an
4
rohani, jasmani, sosial, ekonomi maupun politik dengan pemecahan
yang bijaksana, karena ia diturunkan oleh Allah swt.
B. As-Sunnah
2
Moh Bahrudin ,”Ilmu Ushul Fiqh”,Oktober 2019.Hal.30.
5
1. Pengertian As-Sunnah
2. Macam-Macam Sunnah
3. Fungsi Sunnah
3
Satria Effendi M Zein,”Ushul Fiqh”,Edisi 7.Januari 2017.Hal.102-103.
4
Moh Bahrudin ,”Ilmu Ushul Fiqh”,Oktober 2019.Hal.31-32.
6
1. Sunah sebagai bayan (penjelas); takhshish (pengkhusus) dan
taqyid (pengikat) terhadap ayat-ayat yang masih mujmal (global),
‘am (umum) atau muthlaq (tidak terbatasi), yaitu ayat-ayat
Alquran yang belum jelas petunjuk pelaksanaannya, kapan dan
bagaimana, dijelaskan dan dijabarkan dalam Sunah. Misalnya,
perintah shalat yang bersifat mujmal dijabarkan dengan Sunah.
Nabi Saw. bersabda:
C. Ijma’
1. Pengertian Ijma’6
5
Moh Bahrudin ,”Ilmu Ushul Fiqh”,Oktober 2019.Hal.35-36.
6
Satria Effendi M Zein,”Ushul Fiqh”,Edisi 1.Januari 2017.Hal.114.
7
7
Menurut kalangan Syi’ah, ijma’ adalah kesepakatan para imam
di kalangan mereka. Adapun menurut jumhur ulama, kata Muhammad Abu Zahrah,
ijma’sudah dianggap sah dengan adanya
kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid, dan menurut Abdul Karim Zaidan, ijma’
baru dianggap terjadi bilamana merupakan kesepakatan seluruh ulama mujtahid.
2. Macam-Macam ijma’
2). ijma’ sukuti adalah bahwa sebagian ulama mujtahid menyatakan pendapatnya,
sedangkan ulama mujtahid lainnya hanya diam tanpa komentar.8
D. Qiyas
8
Satria Effendi M Zein,”Ushul Fiqh”,Edisi 1.Januari 2017.Hal.117-118.
8
1. Pengertian Qiyas
2. Rukun Qiyas
Qiyas baru dianggap sah bilamana lengkap rukun-rukunnya. Para ulama ushul
iqh sepakat bahwa yang menjadi rukun qiyas ada empat, yaitu:10
3. Macam-macam qiyas
9
Satria Effendi M Zein,”Ushul Fiqh”,Edisi 1.Januari 2017.Hal.118.
10
Moh Bahrudin ,”Ilmu Ushul Fiqh”,Oktober 2019.Hal.60-61.
11
Moh Bahrudin ,”Ilmu Ushul Fiqh”,Oktober 2019.Hal.60-61.
9
Seperti dikemukakan Wahbah az-Zuhaili, dari segi perbandingan antara
‘illat yang terdapat pada ashal (pokok tempat meng-qiyas-kan) dan yang terdapat
pada cabang, qiyas dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Qiyas awla, yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada far’u (cabang) lebih utama
daripada ‘illat yang terdapat pada ashal (pokok). Misalnya, men-qiyas-kan hukum
haram memukul kedua orangtua kepada hukum haram mengatakan “ah”
2) Qiyas musawi, yaitu qiyas di mana ‘illat yang terdapat pada cabang (far’u)
sama bobotnya dengan bobot ‘illat yang terdapat pada ashal (pokok). Misalnya,
‘illat hukum haram membakar harta anak yatim yang dalam hal ini adalah cabang
sama bobot ‘illat haramnya dengan tindakan memakan harta anak yatim
3) Qiyas al-adna, yaitu qiyas di mana ‘illat yang terdapat pada far’u (cabang) lebih
rendah bobotnya dibandingkan de ngan ‘illat yang terdapat dalam ashal (pokok).
Misalnya, sifat memabukkan yang ada dalam minuman keras bir umpa manya
lebih rendah dari sifat memabukkan yang terdapat pada minuman keras khamar
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al quran adalah sumber hukum Islam pertama karena merupakan fīrman Allah swt.,
sedangkan Sunah sebagai sumber hukum kedua karena ia merupakan uraian,
penjelasan, dan penjabaran Rasulullah saw. atas wahyu yang
diturunkan kepadanya. Otoritas atau kehujahan Sunah pun menjadi
ada karena memang ada restu dari Alquran. Sementara itu,
keabsahan atau validitas ijmak harus disandarkan pada dalil-dalil
Alquran dan atau Sunah. Adapun kias, untuk menjadi dalil hukum, ia
haruslah memiliki dasar-dasar nas yang asli sebagai maqis ‘alaihnya.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan bagi pembaca dapat mengatahui apa
apa saja sumber sumber hukum dalam islam. Makalah ini bias menjadi rujukan
untuk lebih memahami tentang sumber-sumber hokum dalam islam dan bias juga
menjadi pedoman bagi mahasiswa.
12
DAFTAR RUJUKAN
Bahrudin, Moh. 2019. Ilmu Ushul Fiqh. Lampung: Aura CV Anugrah Utama.
Zein, Satria Effendi M. 2017. Ushul Fiqh. Jakarta:Kencana.
13