Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM REPRODUKSI PRIA & WANITA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Biomedik Dasar

Disusun Oleh :

Endang Jawariyah (1440126014)

Finna Afriyanti (1440126004)

Indah Apprillianti Waluyo (1440126005)

POLITEKNIK KARYA HUSADA

KEPERAWATAN

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan
yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi
pada manusia dilakukan dengan cara generative atau sexual. Untuk dapat mengetahui
reproduksi pada manusia , maka harus mengetahui terlebih dahulu organ-organ
kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya
telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron.
Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin
sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar, tumbuhnya
rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh
menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah
mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon
estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada
wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya
payudara dan pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi secara
fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu
manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh
manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium)
atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya
reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas
atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon
yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup
reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup
tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan
generasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur reproduksi pria?
2. Bagaimana fisiologis reproduksi pria?
3. Apa saja organ reproduksi wanita?
4. Bagaimana fisiologis reproduksi wanita?
5. Apa dan bagaimana terjadinya proses pembuahan?
6. Apa itu lakrasi?
7. Apa itu pubertas dan menarke?
8. Bagaimana terjadinya proses menopause?
9. Apa dan bagaimana sirkulasi darah janin?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pria adalah sistem biologis yang terdiri dari organ dan
jaringan yang digunakan reproduksi atau berkembang biak pada pria. Pada sistem
reproduksi pria terdapat alat reproduksi atau alat kelamin yang memproduksi sel
untuk berkembang biak. Organ reproduksi pria terbagi menjadi organ reproduksi luar
dan dalam. Organ reproduksi dalam pria adalah sebagai berikut :
1. Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung
pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis
terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan
dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot
polos.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi
sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
2. Saluran Pengeluaran
Saliran pengeluaran pada organ reproduksi pria terdiri dari :
a. Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam
skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di
sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak
menuju vas deferens.
b. Vas Deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens)
merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan
lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis
dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat.
Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya
sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani
(vesikula seminalis).
c. Saluran Ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan uretra.
Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar
masuk ke dalam uretra
d. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di
dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari
kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung
kemih.

3. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan
berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris.
Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris terdiri dari :
a. Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
b. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di
bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan
getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
c. Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper
menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).
Organ reproduksi luar pria terdiri dari :

1. Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang
terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi
berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang
membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila
ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis
menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Fungsi utama penis adalah untuk mengeluarkan cairan urine dari dalam
tubuh dan proses berhubungan seksual yang dapat dilakukan setelah seseorang laki-
laki memasuki masa pubertas.

2. Skortum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara
skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan
otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang
berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini
bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses
pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu
beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.

2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria


Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus
seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan
melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk
membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan
ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-
ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus
testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel
benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk
membentuk sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang
bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi
membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A
membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa
kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat
diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah
secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat
buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan
bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika
spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk
yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan
hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung
ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah
sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli
yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses
spermatogenesis.

2.3 Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita merupakan sekelompok organ yang terlibat dalam


sistem reproduksi, dalam hal ini untuk mempersiapkan kehamilan hingga melahirkan.
Setiap organ reproduksi dirancang dengan fungsinya masing-masing. Organ-organ
ini dimiliki wanita sejak lahir, namun kemampuan reproduksinya baru akan dimulai
setelah masa pubertas. Organ reproduksi wanita terdiri dari bagian luar dan dalam.
Organ bagian dalam reproduksi wanita terdiri dari :
1. Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan
panjang 3 - 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di 8 daerah
pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari.
Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta
hormon estrogen dan progesteron.

2. Saluran Reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari :
a. Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga
pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir
dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim).
Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan
zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa
lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan
lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim)
tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan
endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan
ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.

b. Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi
bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina
memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa
selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian
terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran
mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual.
Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan
jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk
melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke
kondisi semula setelah janin dikeluarkan.

3. Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di
kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal
oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum
terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum
yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum
akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari
ovarium menuju uterus.

Organ bagian luar reproduksi wanita terdiri dari :

Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah
paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons
pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak
menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh
rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang
berjumlah sepasang.

Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang juga
berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk
melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas
labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.

Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada
pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun
klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Pada vulva bermuara dua saluran,
yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah
dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan
selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.

2.4 Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di
dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan,
yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi
perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun,
meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan
tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut
berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung
sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya
memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami
degenerasi selama pertumbuhannya. Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan
akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan
meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua
sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran
normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil
disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap
akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit
sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk,
meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada
oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil
yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu
ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium. Oosit
dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi
untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan
seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.
Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder
berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang
menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel,
folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.

2.5 Fertilisasi (Pembuahan)


Fertilisasi adalah proses pembuahan dimana terjadi peleburan inti sel gamet
laki-laki (sperma) dengan inti sel gamet perempuan (ovum), menghasilkan sel baru
yang disebut zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dua sel, tiga sel, compact
morula dan blastocyst. Sel blastocyst akan hatching atau menetas kemudian terjadi
proses implantasi di rahim wanita. Secara umum jika proses pembuahan berhasil dan
embrio berkembang normal, maka wanita akan hamil. Jika pembuahan dan
perkembangan gagal, maka wanita akan menstruasi. Proses fertiliasi terbagi menjadi
2 yaitu :
1. Fertilisasi Alami
Terbagi menjadi 4 tahapan yaitu :
a. Sel sperma masuk kedalam vagina
Pertama-tama, sel sperma hasil ejakulasi yang masuk ke
dalam vagina akan di seleksi oleh cervix, sperma yang non motil dan
tidak bagus tidak akan berhasil menembus servix. Sperma yang
berhasil melalui servix akan mengalami proses kapasitasi, dimana
terjadi perubahan fisiologis pada sperma tersebut, sel sperma akan
bergerak lebih aktif karena ion kalsiumnya mengalami peningkatan.
Semakin mendekat sel sperma dengan sel telur, antigen yang
terdapat pada permukaan sel sperma akan menghilang. Hal ini yang
membuat sel telur terikat dengan sperma.

b. Sel sperma dan sel telur bertemu


Sel telur yang memiliki zona pellucida (lapisan pembungkus
sel telur) yang terlalu tebal membuat sel sperma kesulitan
mengikatnya. Bahkan proses pembuahan bisa gagal karena hal itu.
Pada tahap ini, sel sperma yang mengalami kapasitasi
kemudian akan terjadi reaksi akrosom pada sperma tersebut, reaksi
akrosom ini akan memudahkan sperma menembus sel telur, sperma
menghabiskan waktu paling cepat 45 menit untuk mencapai sel telur.
Sel sperma berjalan sekitar 18 cm dari leher rahim (serviks) menuju
tuba fallopi. Umumnya, sperma berenang kurang lebih 2,5 cm/15
menit.

c. Sel sperma dan sel telur bersatu


Sperma membutuhkan PH30 yang disebut fertilin untuk
membuahi sel telur. Fungsi fertilizin adalah meleburkan kedua
membran pada sel telur dan sel sperma sehingga sel sperma dapat
masuk ke dalam sel telur. Tempat bertemunya sel sperma dan sel
telur ini adalah di tuba fallopi.
Sel sperma melepas ekornya pada tahap ini. Sementara
sebagian sperma lain seperti mitokondria bertugas untuk melakukan
pembelahan terhadap sel telur sehingga sperma tersebut bisa masuk
lebih dalam ke sel telur yang berukuran lebih besar dari sel sperma
hingga proses pembuahan terjadi. Pembuahan sel telur membutuhkan
waktu selama 16-18 jam.

d. Aktivasi
Tahap terakhir dari pembuahan adalah aktivasi atau respons
sel telur terhadap sel sperma yang melakukan pembuahan. Biasanya
respons pertama dari sel telur adalah mencegah polispermi atau
pembuahan oleh banyak sel sperma (cortical reaction). Setelah
proses pembuahan selama 18 jam berhasil, sel telur yang telah
dibuahi dinamakan zigot. Ia akan berkembang menjadi embrio yang
menempel pada dinding rahim dalam rentang waktu 8-10 hari. Jika
tidak terjadi apa-apa, maka akan berkembang menjadi fetus atau
janin yang merupakan organisme baru yang akan lahir di dunia.

2. Fertilisasi Buatan
Seiring berkembangnya teknologi, kini proses fertilisasi tidak
terbatas pada hubungan seksual saja. Salah satu teknologi pembuahan di
luar hubungan seksual saat ini adalah fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi
tabung.
IVF sendiri bisa dibagi menjadi 2: IVF konvensional dan Intra
Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Proses IVF konvensional dilakukan
pada pasangan yang memiliki kualitas sperma normal, dengan cara
mengawinkan sperma sejumlah (100 ribu) untuk 1 sel telur pada cawan
petridish, Sedangkan ICSI dilakukan pada pasangan yang memiliki
kualitas yang sangat sedikit minimal hanya ditemukan 1 sperma yang
masih hidup. 1 sperma akan diinjeksikan langsung ke dalam cytoplasma
dari sel telur.
Sel telur yang terbuahi akan menjadi embrio, kemudian embrio yang
terbaik akan diseleksi oleh embriologis, embryo bisa ditransfer atau
dibekukan langsung tergantung penilaian dari dokter.

2.6 Laktasi
Laktasi adalah proses menyusui yang dimulai dari Mom memproduksi ASI
sampai pada tahap bayi mengonsumsi ASI, dengan cara menghisap dan menelan
ASI tersebut. Idealnya ASI diberikan sampai anak berusia dua tahun dengan
teknik yang baik dan benar sehingga anak mendapatkan kekebalan tubuh secara
alami.

2.7 Pubertas dan menarche


Pubertas merupakan suatu tahap perkembangan seorang anak menjadi
dewasa secara seksual. Pada perempuan, pubertas terjadi pada rentang usia 10−14
tahun. Sementara pada laki-laki, pubertas terjadi pada kisaran usia 12−16 tahun.

Menarche (menars) adalah haid pertama dari uterus yang merupakan awal


dari fungsi menstruasi dan tanda telah terjadinya pubertas pada remaja putri. Pada
dekade terakhir menunjukkan kecenderungan pergeseran usia menars ke arah
umur yang lebih muda.

2.8 Terjadinya proses menopause

Bagaimana menopause bisa terjadi? Sejak lahir, wanita memiliki jumlah sel
telur yang disimpan di ovarium dalam jumlah yang terbatas. Ovarium juga
menghasilkan hormon progesteron dan estrogen yang berfungsi mengontrol
siklus menstruasi dan ovulasi. Ketika menopause datang, produksi hormon
estrogen pun menurun, ovarium tidak lagi melepaskan sel telur, dan siklus
menstruasi berhenti.
Selain proses alami, menopause juga bisa terjadi lebih dini yang disebut sebagai
menopause prematur. Menopause prematur dapat terjadi pada usia berapapun.
Beberapa penyebabnya adalah:

 Operasi: histerektomi (pengangkatan rahim), oophorektomi (pengangkatan


ovarium)
 Kemoterapi atau radioterapi untuk pengobatan kanker
 Kondisi medis tertentu seperti sindrom Down dan penyakit Addison
 Insufisiensi ovarium primer, yaitu suatu kondisi di mana ovarium gagal untuk
memproduksi hormon reproduksi dalam kadar normal

Tanpa dilakukan pemeriksaan laboratorium apa pun, wanita biasanya sudah


dapat mendiagnosis sendiri saat mereka mengalami menopause. Menopause
merupakan siklus alami yang tidak perlu ditakutkan. Meskipun menopause
menyebabkan seorang wanita tidak subur lagi, namun Anda bisa tetap sehat baik
fisik maupun seksual. Namun, jika gejala menopause dan siklus menstruasi
muncul sebelum waktunya, sebaiknya segera periksa ke dokter agar dapat
dievaluasi lebih lanjut.

2.9 Sirkulasi darah janin

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada
bayi anak dan orang dewasa. Pada janin organ vital untuk metabolisme masih
belum berfungsi. Organ tersebut adalah paru janin dan alat gastrointestinal yang
seluruhnya diganti oleh plasenta.
Proses sirkulasi darah janin (fetus)
1. Tubuh manusia darah janin dialirkan ke plasenta melalui Vena
umbilicalies yang membawa bahan makanan yang berasal dari ibu
2 Darah ini akan masuk ke badan janin melalui Vena umbilikacalis yang
bercabang dua setelah memasuki dinding perut janin
3. Cabang yang kecil akan bersatu dengan Vena porta, darahnya akan
beredar dalam hati dan kemudian diangkut melalui Vena cava hepatica
ke dalam Vena cava inferior. Cabang 1 satu lagi ductus venutus aranthi,
akhirnya masuk ke Vena cava inferior. Sebagian O2 dalam darah vena
umbilikalis akan direabsorpsi sehingga konsentrasi O2 menurun
4. Vena cava inferior langsung masuk ke atrium kanan darah ini merupakan
daerah yang berkonsentrasi tinggi nutrisi dan O2 yang sebagian besar
menuju Atrium kiri melalui foramen ovale
5. Dari ventrikel kanan masuk ke paru-paru tetapi karena paru-paru belum
berkembang maka darah yang terdapat pada Arteri pulmonalis dialirkan
menuju aorta melalui duktus arteriosus bothalli. Darah yang ke paru-
paru bukan untuk pertukaran gas tetapi untuk memberi makanan kepada
paru-paru yang sedang tumbuh
6. Darah yang berada di Arta disebarkan ke alat-alat badan tetapi
sebelumnya darah menuju ke hipo atau cabang dari Arteri iliaca
komunis lalu ke umbilikalis dan selanjutnya ke plasenta
7. Selanjutnya sirkulasi darah janin akan berulang kembali dan
menerima nutrisi dan O2 dari plasenta melalui duktus venosus arantii
menuju Vena cava inferior yang akan kaya O2 dan nutrisi
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki  penis dan
kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di tandai dengan
mimpi basah pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan
ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu ovum ditandai
menarche pada usia antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma
dan sel ovum akan terjadi kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

B. SARAN
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga
alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui dampaknya,
Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan
dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab
DAFTAR PUSTAKA

• Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta


• Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
Jakarta.
• Tim IPA SMP/MTs. 2007.14.  Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
Mega, Jakarta.
• Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa
Mega. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai