Anda di halaman 1dari 7

Stasiun Pemurnian Nira

Proses pemurnian pada pengolahan gula memegang peranan yang penting dalam
produksi gula, karena hasil dari proses ini akan mempengaruhi kualitas gula yang dihasilkan.
Tujuan dari proses pemurnian adalah menghilangkan sebanyak mungkin kotoran yang terdapat
dalam nira mentah dengan tetap mempertahankan agar sukrosa maupun gula reduksinya tidak
mengalami kerusakan. Stasiun ini bertujuan untuk mendapatkan nira murni dengan kadar gula
semaksimal mungkin dan untuk menghilangkan zat-zat atau bahan organik yang terbawa oleh
nira mentah sehingga diperoleh gula yang berkualitas tinggi. Adapun proses yang terjadi pada
stasiun pemurnian ini adalah proses kimia,
Proses fisika untuk menghilangkan kotoran” yang kasar, dengan jalan penyaringan dan
pengendapayn
Proses kimia
Proses perpaduan fisika kimia.

Proses Pada Stasiun Pemurnian


Nira mentah yang berasal dari stasiun gilingan yang sudah tersaring dalam DSM Screen
selanjutnya turun menuju ke peti tank nira mentah, lalu nira mentah dipompa menuju heater 1
untuk dipanaskan dengan temperatur 75 oC dengan bahan pemanas dari uap ketel dengan
tempertur 0 – 300 oC.
Nira mentah mengalir ke bejana sulfitasi nira mentah, disini pH nira mentah diturunkan
menjadi 6,8 dengan mencampurkan antara nira mentah dari pre liming dengan gas SO2 atau
gas belerang, kemudian setelah nira mencapai pH 6,8 maka nira mengalir ke tabung netralizer
yang di dalamnya ditambahkan susu kapur untuk didapatkan pH sebesar 7 – 7,2.
Dari bejana sulfitasi nira mentah lalu ke bejana netraliser, selanjutnya nira mentah
dipompa ke heater 2 untuk dipanaskan dengan temperatur 110 oC dengan bahan pemanas dari
uap ketel untuk mempermudah dalam proses pengendapan dan penguapan nira. Selanjutnya
nira mentah tersebut turun ke single try clarrifier, di dalam tabung terdapat 2 lapisan yaitu :
lapisan atas merupakan nira jernih dan lapisan bawah merupakan nira kotor, dimana nira kotor
merupakan nira yang masih mengandung partikel-partikel kotoran yang terikat oleh larutan
flocoulant.
Nira jernih yang dihasilkan dari single tray clarrifier akan mengalir melalui door clarifier
yang kemudian akan mengalir menuju saringan nira jernih yang berjumlah sembilan buah.
Setelah melalui saringan nira jernih lalu nira jernih dipompa menuju heater 3 untuk
mendapatkan panas sebesar 110 – 115 oC yang berfungsi untuk mempercepat penguapan.
Untuk nira kotor dari single tray clarrifier akan mengalir ke tabung nira kotor yang
kemudian akan dipompa ke mud feed mixer yang berfungsi untuk mencampurkan antara nira
kotor dengan bagasilo (ampas halus) dari bagasse elevator yang dihasilkan dari sparator
ampas gilingan, selanjutnya mengalir ke rotari vakum filter, yang akan menghasilkan nira tapis
dan blotong, dimana nira tapis akan dialirkan ke tabung penampung nira mentah untuk diproses
ulang pada stasiun pemurnian sampai mendapatkan nira jernih dan blotong akan dibuang atau
dijual untuk dijadikan pupuk petani.

1. DSM nira encer


Fungsi : menyaring nira encer yang berasal dari proses gilingan untuk memisahkandari
ampas kasar.
2. Tangki nira mentah
Fungsi : tempat menampung nira mentah setelah dari DSM.
3. Heater 1
Fungsi : memanaskan nira mentah pada temperatur 75- 80 C dengan bahan pemanas
dari uap ketel yang mempunyai tekanan uap dengan temperature 0 – 300 C untuk
memperlancar proses pengendapan.
Tipe : – Shell untuk steam.
– Tube untuk nira.
Fungsi : – Mencegah terjadinya gula inversi.
– Mempercepat reaksi antara bahan organik dan
anorganik.
– Membunuh bakteri pengurai sukrosa.
– Koloid lebih cepat mengendap.
– Mengeluarkan gas – gas dalam nira.
4. Splitter Box
Fungsi : mengatur jumlah susu kapur yang masuk sehingga dapat sesuai
dengan yang dikehendaki berdasarkan jumlah nira mentah dalam kurun waktu
tertentu secara kontinyu.
5. Tabung Pembakaran gas belerang
Fungsi : menghasilkan gas SO2 dengan jalan membakar belerang dengan udara
kering pada dapur belerang.
6. SO2 Tower
Fungsi :
- Menetralkan kelebihan Ca(OH)2.
- Membentuk endapan CaSO3 yang dapat menyerap kotoran sehingga mengumpul dan
mengendap.
Spesifikasi Teknik :
- Merk : Stork
- Kapasitas : 10 m3
- Diameter : 2.200 mm
- Tinggi : 6.735 mm
7. Netraliser
Fungsi : Merupakan tabung yang berfungsi sebagai pengaturan pH nira yang diinginkan
yaitu 7,2. Jika pH nira mentah yang keluar dari SO2 Tower masih kurang dari 7,2, maka
dalam bejana netraliser akan mencampurkan susu kapur agar dihasilkan pH yang
diinginkan.
8. Heater 2
Fungsi : memanaskan nira mentah pada temperatur 105 – 110 C dengan bahan
pemanas dari uap ketel yang memiliki tekanan uap dengan temperature 0-300 C untuk
memperlancar proses pengendapan.
Tipe :
– Shell untuk steam.
– Tube untuk nira.
9. Single Tray Clarrifier
Alat yang digunakan berjumlah 1 buah.
Fungsi : memisahkan atau mengendapkan kotoran-kotoran yang terbentuk pada saat
proses pemurnian sehingga akan didapatkan dua lapisan yaitu bagian atas nira jernih
dan nira kotor (nira yang bercampur kotoran akibat dari larutan pengikat plokulan).
Spesifikasi Teknik :
- Kapasitas : 278 m3
- Tinggi : 18 ft
- Sistem : Kontinyu
- Jumlah : 1 buah
- Diameter : 20 ft
10. Saringan nira jernih
Fungsi : nira encer di saring dalam saringan nira jernih kemudian ditampung dalam peti
nira jernih.
11. Heater 3
Fungsi : memanaskan nira jernih yang berasal dari saringan nira jernih pada temperatur
110-115 C dengan bahan pemanas dari uap ketel yang mempunyai tekanan uap
dengan temperature 0-300 C untuk memperlancar proses penguapan.
12. Mud feed mixer
Fungsi : mencampur nira kotor dengan bagasilo (ampas halus) yang berasal dari
bagasse elevator.
13. Rotari Vakum filter
Fungsi : memisahkan kotoran nira yang berasal dari mud feed mixer sehingga diperoleh
nira tapis dan blotong, kemudian nira tapis akan mengalir ke tangki nira mentah dan
diproses ulang untuk mendapatkan nira jernih dan blotong akan diangkut oleh truk
petani untuk dijadikan pupuk.
14. Tabung pebakaran gas belerang
Fungsinya menghasilkan gas SO2 dengan cara membakar belerang dengan udara
kering pada dapur belerang

Case
Masalah yang dihadapi pada pabrik gula yaitu produksi yang masih dibawah postensi
yang dihadarapkan, yaitu mencapai 12.800 TCD. Sedangkan untuk potensi puncak mencapai
15.000 TCD. Penyebab masalah tersebut pada stasiun pemurnian yaitu pada kebocoran tangka
penampung nira, diketahui menggunakan metode MAFMA. Metode MAFMA dimulai dari
mencari level local priority Severity, Occurance, dan Detectability. Dilanjutkan dengan
menghitung nilai global priority. Penilaian risk level merupakan hasil penjumlahan dari nilai
global priority masing-masing risiko, dan didapatkan angka 0,044 pada kebocoran tangki
penambung nira pada stasiun pemurnian, dan angka itu termasuk dalam risiko kritis. Tangki
penampung nira berfungsi sebagai penampung nira mentah sebelum diproses lebih lanjut.
Kebocoran pada tangki nira akan menimbulkan banyak kehilangan nira, lebih lanjut lagi hal ini
akan berakibat pada produktifitas PG Kebon Agung. Penyebab utama terjadinya kebocoran
tangki penampung nira adalah masih terdapatnya ampas tebu yang tidak tersaring sempurna
pada proses giling sebelumnya. Strategi yang dapat diterapkan dalam upaya penurunan risk
level risiko kebocoran tangki penampungan nira yaitu dengan mengawasi proses penyaringan
nira mentah secara langsung, agar ampas kasar sisa penggilingan tebu tidak ikut terbawa
kedalam tangki penampungan nira dan dikukan pengecekan secara berkala terhadap
komponen saringan DSM untuk memastikan saringan yang digunakan untuk menyaring ampas
giling masih layak untuk digunakan (Kristiyanto, 2015).
Selain itu terdapat cara lain agar proses filtrasi berjalan secara optimal, yaitu penerapan
membrane filtasi, dalam industry gula penggunaan membrane filtasi mampu meningkatkan
kualitas hasil dari filtasi. Teknologi ini juga dapat mempersingkat tahapan proses, mengurangi
kebutuhan bahan kimia dan fisika, sehingga biaya produksi dapat ditekan. Dalam proses
produksi gula, proses membrane dapat digunakan sebagai klarifikasi nira tebu, yaitu sebagai
pengganti proses liming, karbonasi dan sulfinasi, sehingga kebutuhan bahan dapat dihindari.
Membrane filtrasi ini juga dapat digunakan untuk pemekatan nira tebu sebagai pengganti
proses evaporasi, (jika yang digunakan membrane reverse ormosis) kubuthan energi juga akan
dapat dikurangi dan keursakan produk akibat pemanasan dapat diminimumkan (Suprihatin,
2011).

Isnaini N. 2018. Proses Produksi Gula di PG Kebon Agung. Kemetrian Perindustrian R.I.
Yogyakarta
Kristiyanto r, Suginono, Rahmi Y. 2015. Analisis Resiko Operasional Pada Proses Produksi
Gula Dengan Menggunakan Metode Multi-Attribute Failture Analisys (MAFMA) (Studi
Kasus : PG Kebon Agung Malang. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, 3(2):
592-601.
Suprihatin. 2011. Kajian Pemurnian Nira Tebu Menggunakan Membran Ultrafiltasi Dengan
SISTEM Aliran Silang (CrossFlow). Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovatif
Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian.

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan salah satu perusahaan keteknikan pertanian
di Indonesia yang mengolah tebu menjadi gula. PG. Kebon Agung terletak di Desa Kebon
Agung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang memiliki umur cukup tua
(lebih dari 100 tahun), namun masih mampu bersaing dengan pabrik gula impor yang terkadang
memiliki kualitas yang lebih baik di setiap level konsumen.
Gula merupakan butiran kristal yang memiliki ukuran hampir seragam dengan ukuran
0,9- 1,2 mm dan umumnya berwama putih. Rumus molekul dari gula adalah C12H22011, yang
memiliki fungsi sebagai pemanis, pengental dan pengawet dalam makanan serta berfungsi
sebagai humektan dalam pembuatan roti. Gula merupakan bahan makanan yang dapat mudah
dicerna dan menghasilkan kalori, dim ana sebagian besar terbuat dari sukrosa (disakarida)
yang terdiri dari dua komponen monosakarida, yaitu D-Glukosa dan D-Fruktosa. Bahan yang
dipakai dalam pembuatan gula pasir di PG. Kebon Agung adalah tebu. Sedangkan bahan
pembantu yang dipakai adalah air, kapur tohor, S02 (belerang), voltabio dan flokulan. Tahapan
pembuatan gula dari tebu. dilakukan di tujuh stasiun, yaitu stasiun persiapan, stasiun
penggilingan, stasiun pemumian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan
stasiun penyelesaian. Selain menghasilkan gula, hasil dari pengolahan tebu menghasilkan hasil
sampingan berupa tetes, blotong dan bagasse (ampas tebu).

Anda mungkin juga menyukai