Oleh:
ZAENUDIN
Nim. P07120419036
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Konsep dasar
1. Definisi
Helminth adalah hewan invertebrata sederhana sejenis cacing, yang hidup secara parasit
dan hidup bebas. Helminth termasuk dalam golongan Metazoa (hewan bersel banyak) yang
dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ yang berasal dari ektoderm, endoderm dan
mesoderm. Beberapa helminth diantaranya merupakan parasit menular. Cacingan merupakan
salah satu penyakit tropis yang terbaikan pada beberapa negara. Dia menginfeksi usus dan
jaringan lainnya. Daerah yang panas, kelembapan tinggi dan sanitasi yang kurang sangat
menguntungkan untuk dapat melangsungkan siklus hidupnya.
2. Klasifikasi
1. Cacing Tambang (Ankilostomiasis)
a. Pendahuluan
Penyakit yang disebabkan oleh cacing tambang banyak menyerang daerah tropis
dan subtropis. Endemisitas tergantung dari
kondisi larva dan lingkungan seperti daerah
agraris dengan derajat kelembaban dan suhu
yang sesuai bagi perkembangan telur cacing
dan larva.
b. Epidemiologi
Pejamu utama cacing tambang adalah manusia. Penyakit cacing tambang
menyerang semua umur dengan proporsi terbasar pada anak. Belum ada keterangan
yang pasti mengapa banyak anak yang terserang, tetapi penjelasan yang paling
mungkin adalah karena aktivitas anak yang relatif tidak higienis dibandingkan dengan
orang dewasa. Di seluruh dunia diperkirakan penyakit ini menyerang 700-900 juta
orang, dengan 1 juta liter darah hilang ( 1 orang = 1 ml darah terhisap cacing). Suatu
penelitian melaporkan bahwa angka kesakitannya adalah 50 % pada balita, sedangkan
90% anak yang terserang penyakit ini adalah anak berusia 9 tahun.
c. Etiologi
Terdapat 3 spesies cacing tambang yang menyebabkan penyakit, yaitu Necator
americanus, Ancylostoma duodenale, dan Ancylostoma ceylonicum. Dua spesies yang
pertama banyak ditemukan di Asia dan Afrika. N. americanus paling banyak
ditemukan di Indonesia daripada spesies lainnya. N. americanus berbentuk silinders
dengan ukuran 5-13 mm x 0,3-0,6 mm, cacing jantan lebih kecil daripada betina.
Cacing ini mampu memproduksi 10.000-20.000 telur perhari, dengan ukuran telur
adalah 64-76 mm x 36 – 40 mm. A. duodenale berukuran sedikit lebih besar daripada
N americanus, dengan kemampuan menghasilkan 10.000-25.000 telur sehari dan
ukuran telur 56-60 mm x 36-40 mm.
d. Penularan
Cacing dewasa hidup dengan bertelur di dalam 1/3 atas usus halus, kemudian
keluar melalui tinja.
1) Telur akan berkembang menjadi larva di tanah yang sesuai suhu dan
kelembabannya.
2) Larva bentuk pertama adalah rhabditiform yang akan berubah menjadi filariform
3) Dari telur sampai menjadi filariform memerlukan waktu selama 5-10 hari
4) Larva akan memasuki tubuh manusia melalui kulit (telapak kaki, terutama untuk
N. americanus) untuk masuk ke peredaran darah
5) Selanjutnya larva akan ke paru, naik ke trakea, berlanjut ke faring, kemudian
larva akan tertelan ke saluran pencernaan
Larva bisa hidup dalam usus samapai delapan tahun dengan menghisap darah (1
cacing = 0,2 ml/hari). Cara infeksi kedua yang bukan melalui kulit adalah tertelannya
larva (terutama A.duodenale) dari makanan atau minuman yang tercemar. Cacing
dewasa yang bersal dari larva yang tertelan tidak akan mengalami siklus paru.
e.
Manifestasi klinis
Penyakit cacing umumnya tanpa gejala. Manifestasi klinis ankilostomiasis
berhungan dengan derajat infeksinya.
1) Terdapat keluhan kulit seperti gatal akibat masuknya larva.
2) Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya
larva melalui paru-paru.
3) Gangguan saluran pencernaan berupa berkuranya nafsu makan, mual, muntah,
nyeri perut, dan diare, berhubungan dengan adanya cacing dewasa pada usus
halus.
4) Pada infeksi kronis, anemia dapat terjadi karena penghisapan darah oleh cacing.
Bila di dalam tubuh terdapat kurang dari 50 cacing maka gejalanya akan
subklinis, bila terdapat 50-125 cacing maka akan timbul gejala klinis dan apabila
terdapat 125-500 cacing maka gejalanya akan berat. Di Negiria pernah ditemukan
seorang anak dengan 800 cacing di perutnya.
b. Epidemiologi
Infeksi pada manusi terjadi karena tertelannya telur cacing yang mengandung larva
infektif melalui makanan dan minuman yang tercemar. Sayuran mentah yang
mengandung telurcacing yang berasal dari pupuk kotoran manusia adalah salah stu media
penularan. Vektor serangga seperti lalat juga dapat menularkan telur pada makanan yang
tidak disimpan dengan baik. Penyakit ini terutama yang menyerang anak, dengan bagian
terbesar adalah anak prasekolah ( usia 3-8 tahun). Askariasis banyak dijumpai pada
daerah tropis. Bayi mendapatkan ini dari tangan ibunya yan tercemar larva infektif.
c. Etiologi
Ascaris lumbricoides adalah cacing yang berwarna merah dan berbentuk silinder,
dengan ukuran cacing jantan 15-25 cm x 3 mm dan betina 25-35cm x 4 mm. cacing
betina mampu bertahan hidup selama 1-2 tahun dengan memproduksi 26 juta telur atau
sekitar 200.000 telur perhari. Ukuran telur 40-60 µm dan dilapisi lapisan tebal sebagai
pelindung terhadap situasi lingkungan yang tidak sesuai sehingga telur dapat bertahan
hidup dalam tanah sampai berbulan-bulan bahkan sampai 2 tahun. Infeksi cacing betina
saja pada usus yang akan menghasilkan telur infertil.
d. Penularan
Proses penularan askariasis pada manusia dapat dilihat dari siklus hidup cacing.
1) Telur yang dikeluarkan oleh cacing melalui tinja
2) Dalam lingkungan yang sesuai akan berkembang menjadi embrio dan menjadi
larva yang infektif di dalam telur.
3) Apabila karena sesuatu sebab telur tersebut tertelan oleh manusia
4) Maka di dalam usus larva akan menetes
5) Keluar dan menembus dinding usus halus menuju ke sistem peredaran darah
6) Larva akan menuju paru, trakea, faring dan tertelan masuk ke esofagus higga
sampai ke usus halus
7) Larva menjadi dewasa di usus halus. Perjalanan siklus hidup cacing ini
berlangsung selama 65-70 hari.
e.
Manifestasi klinis
Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada penyakit ini yaitu:
1. Infeksi ringan sangat sulit dirasakan
2. Batuk kering dan sesak napas
3. Rasa kembung atau mules pada perut bagian atas
4. Nyeri epigastrium menyerupai ulkus peptikum
5. Kolik abdomen
6. Ada riwayat berak atau muntah cacing
7. Anoreksia
8. Batuk atau ronki kering, sianosis
f. Diagnosis
Cacing betina dewasa mengendapkan telur-telur yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan apus tinja langsung dan dan dihitung dengan metode apus tebal Kato.
Diagnosis askariasis didasarkan pada data klinis dan indeks kecurigaan tinggi.
g. Pengobatan
1. Pirantel pamoat, dosis tunggal 10 mg/KgBB
2. Mebendazol 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
3. Albendazol (anak > 2 tahun) 400 mg ( 2 tablet) dosis tunggal
b. Epidemiologi
Penyakit cacing kremi terbesar di seluruh
dunia dengan konsentrasi pada daerah-daerah yang faktor perilaku sehatnya yang masih
rendah. Meskipun penyakit ini menyerang semua usia, namun penderita terbayak adalah
anak yang berusia 5-14 tahun. Hal ini karena perilaku menggaruk dan daya tahan tubuh
yang masih rendah pada anak. Angka kesakitannya sekitar 200 juta manusia di seluruh
dunia. Penyebaran cacing kremi di dunia merupakan yang terluas diantara cacing lainnya.
c. Etiologi
Manusia terinfeksi dengan menelan telur yang mengandung embrio yang biasanya
terbawa pada kuku jari, pakaian, atau seprei. Telur menetas dalam lambung, keluarlah
larva dan larva bermigrasi ke daerah sekum dimana mereka matang menjadi cacing
dewasa E. vermicularis. Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis adalah cacing
kecil (1 cm) berwarna putih. Dalam sekali bereproduksi cacing dapat menghasilkan
11.000 butir telur. Telur berbentuk asimetris, eclips pada satu sisi dan datar pada sisi
lainnya dengan ukuran telur 30-60µm. setelah mengalami proses pematangan, larva dapat
bertahan hidup dalam telur sampai 20 hari.
d. Penularan
1) Cacing dewasa betina biasanya akan bermigarasi pada malam hari ke daerah disekitar
anus untuk bertelur.
2) Telur akan terdeposit ke lubang anus.
3) Hal ini akan meyebabkan rasa gatal disekitar anus (pruritus ani nokturnal). Apabila
digaruk maka penularan dapat terjadi dari kuku jari tangan ke mulut (self-infection,
infeksi oleh diri sendiri). Metode penularan lainnya adalah dari orang ke orang
melalui pakaian, peralatan tidur. Penularan dapat terjadi dalam lingkungan yang
terkontaminasi cacing kremi, misalnya melaui debu rumah
4) Telur menetas di usus halus, selanjutnya larva akan bermigrasi ke daerah sekitar anus
(sekum, Caecum)
5) Disini larva akan tinggal sampai dewasa
Infeksi dapat juga terjadi karena menghisap debu yang mengandung telur dan
retrofeksi dari anus. Bila sifat infeksinya adalah retroinfeksi daria anus, maka telur
akan menetas disekitar anus, selanjutnya larva akan bermigrasi ke kolon asendens,
sekum atau apendiks dan berkembang menjadi dewasa. Suatu penelitian pada anak
melaporkan bahwa ada 33% anak yang memiliki telur cacing pada kuku jarinya.
e. Manifestasi klinis
Ada beberapa tanda dan gejala yang khas antara lain:
1. Iritasi di sekitas anus,perineum dan vagina akibat infeksi cacing yang bermigrasi
kedaerah tersebut
2. Terjadi pruritus local sebagai tanda terjadi infeksi.
3. Timbulnya bekas luka garuk pada daerah anus akibat pruritus ani
4. Kurang tidur dan kelemahan akibat pruritus pada malam hari
f. Diagnosis
Diagnosis definitif ditegakkan dengan menemukan telur parasit atau cacing. Telur
dapat dengan mudah dideteksi pada pita selofan adhesif yang ditekan terhadap daerah
perineum pada awal pagi hari. Pemeriksaan ulang mungkin diperlukan, dan pada keadaan
tertentu semua anggota keluarga dapat dinasehati.
g. Pengobatan
1) Mebendazol dosis tunggal 100 mg
2) Garam piperazin
3) Tiabendazol
4) Pirvinium pamoat
h. Pencegahan
Perlunya kampanye atau penyuluhan perilaku sehat termasuk mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, serta perawatan atau pemotongan kuku jari anak.
b. Epidemiologi
Infeksi ini menyerang hampir 500-900 juta manusia di
dunia. Semua golongan umur bisa mengalami infeksi ini
terutama pada anak berusia 5-15 tahun. Penyakit ini lebih
sering menyebar di daerah yang beriklim panas.
Prevalensi di Asia lebih dari 50 %, Afrika 25 %, dan
Amerika Latin 12 %. Pada wilayah pedesaan yang
sanitasinya kurang bagus, penyebaran cacing ini umumnya lebih cepat terjadi.
c. Etiologi
Trichuris trichiura adalah cacing kecil yang berbentuk seperti cambuk dengan bagian
depan (kepala) yang mengecil dengan bagian belakang yang membesar. Bagian yang
terkecil akan terbenam pada dinding usus dengan alasan yang paling mungkin adalah
untuk menghisap darah. Panjang cacing sekitar 40 mm. setiap cacing betina sanggup
menghasilkan telur sebanyak 2000-10.000 butir per hari. Telur Trichuris berbentuk khas
seperti tong dengan kedua ujung yang menyempit. Seekor cacing dapat menghisap darah
0,005 ml darah/hari.
d. Penularan
1) Apabila manusia menelan telur yang matang
2) Maka telur akan menetaskan larvayang akan berpenetrasi pada mukosa usus halus
selama 3-10 hari
3) Selanjutnya larva akan bergerak turundengan lambat untuk menjadi dewasa di sekum
dan kolon asendens. Siklus hidup sari telur sampai cacing dewasa memerlukan waktu
sekitar 3 bulan. Di dalam sekum, cacing bisa hidup bertahun-tahun
4) Cacing akan meletakkan telur pada sekum dan telur-telur ini akan keluar bersama
tinja
5) Pada lingkungan yang kondusif, telur akan matang dalam waktu 2-4 minggu.
e. Manifestasi klinik
Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa gejala (asimtomatis). Infeksi berat bisa
menyebabkan anemia ringan dan diare berdarah (bloody) sebagai konsekuensi kehilangan
darah karena penghisapan oleh cacing. penurunan berat badan dan peradangan usus buntu
(apendisitis). Kadang pada kasus yang jarang, rektum menonjol melewati anus (prolapsus
rektum), terutama pada anak-anak atau wanita dalam masa persalinan.
f. Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari adanya telur atau cacing dewasa dalam tinja. Pada
pemeriksaan tinja terdapat telur T. Trichura yang khas.
g. Pengobatan
1) Mebendazol 100 mg, 2 kali sehari, selama 3 hari
2) Albendazol 400 mg
3) Pirantel pamoat
h. Pencegahan
Sebagaimana infeksi cacing lainnya, perbaikan sanitasi dan higiene pribadi dapat
menurunkan prevalensi secara signifikan.
5. Cestoda/cacing pita/taeniasis
a. Definisi
Penyakit Cacing Pita (taeniasis) adalah salah satu
jenis penyakit cacing yang paling berbahaya. Bentuk
cacingnya pipih seperti pita, bisa mencapai panjang 3
– 10 meter dan hebatnya walau dipotong-potong,
cacing ini masih bisa hidup. Bibit cacing terutama
banyak ditemukan didalam daging babi dan daging
sapi.
Infeksi Cestoda lazim ditiap benua kecuali
Antartika. Tidak seperti parasit lain yang
memisahkan stadium perkembangannya pada
berbagai spesis hospes. Beberapa cacing pita dapat menginfeksi manusia dengan stadium
dewasanya. Infeksi dengan cacing dewasa dapat dengan mudah didiagnosis dengan
mengamati telur atau segmen cacing dewasa dalam tinja.
b. Etiologi
Penyakit ini dapat disebabkan oleh larva cacing pita yaitu Taenia solium (pada babi),
Taenia saginata (pada sapi),dan Cysticercus cellulosae (pada babi) yang terdapat pada
daging yang tidak dimasak atau dmasak kurang matang.
c. Manifestasi klinik
Beberapa tanda dan gejala yang biasa timbul pada penyakit ini antara lain:
1. Umumnya asimptomatis
2. Rasa tidak enak dilambung
3. Kadang-kadang mual
4. Diare, sakit perut,
5. Pruritus ani
6. Takikardi, sesak
7. Berat badan menurun
8. Sefalgi, pusing
9. Tergantung pada lokasi larva (Sistiserkosis, Ekinokokosis)
10. Ada proglotid keluar bersama tinja
b. Schistosoma japonicum
1. Epidemiologi: banyak terdapat di Jepang, Cina, Taiwan, Filipina, dan Indonesia.
2. Sumber penularannya adalah manusia, anjing, kuncing, sapi, kerbau, kambing,
domaba, dan hewan liar lainnya. Hospes perantaranya adalah siput air tawar.
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan air tawar yang terkontaminasi
oleh larva infektif cacing ini.
3. Cacing ini dapat bermigrasi kepembuluh darah otak dan menimbulkan lesi
setempat yang menyebabkan kejang.
4. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan air tawar
yang terkontaminasi, sanitasi, terapi untuk penderita, dan pengendalian siput air
tawar.
a. Pemeriksaan penunjang
a) eosinofilia(1.000-4.000 sel/ml),
b) feses normal,
Secara keseluruhan, 199 slide yang dipilih secara acak diperiksa menggunakan kedua
metode. Dibandingkan dengan mikroskop konvensional, mikroskop ponsel menunjukkan
sensitivitas 69% untuk mendeteksi cacing soil transmitted - 81% untuk Ascaris (93% pada
anak-anak dengan moderat untuk infeksi berat), 54% untuk Trichuris (77% untuk moderat
untuk infeksi berat ), dan 14% untuk cacing tambang. Spesifisitas adalah 62% secara
keseluruhan.
Manfaat dari penelitian ini adalah portabilitas pemeriksaan serta murah. Hanya saja perlu
ketelitian untuk membaca slide spesimen.
ASUHAN KEPERAWATAN HELMINTHIASIS
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : insomnia, tidak tidur semalam karena diare.
2. Sirkulasi
Tanda : tachikardia ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri),
anemia, sianosis,.
3. Pernapasan
Tanda: batuk,suara napas mengik, bronkhi, sesak
4. Nutrisi / cairan
Gejala : mual, muntah, dan anoreksia.
Tanda : hipoglikemia, dehidrasi, BB turun.
5. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urin.
6. Nyeri
Gejala : nyeri epigastrik, abdomen, nyeri apendesitis, nyeri perut, iritasi disekitar anus.
7. Integritas ego
Gejala : ansietas.
8. Keamanan
Tanda : kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat, kulit gatal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
INTERVENSI RASIONAL
a. Manejemen nutrisi Membantu atau, menyediakan asupanan
makanan dan cairan diet seimbang.
b. Pemantauan nutrisi Mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk mencegah dan meminimalkan kurang
gizi.
c. Terapi nutrisi Pemberian makanan dan nutirisi untuk
mendukug proses metabolic pasien yang
malnutrisi atau beresikotinggi terhadap
malnutrisi.
a. Aktivitas keperawatan
1. manajemen nutrisi
a) Ketahui makanan kesukaan pasien
b) Tentukan kempampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
c) Pantauan kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
d) Timbang pasien pada interval yang tepat
b. Aktivitas kolaborasi
1. manejemen nutrisi
a) Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan jumlah
kalori dan jenis zat gizi yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
( khususnya untuk pasien yang memenuhi kebutuhan energy yang tinggi , seperti
pasien paca bedah dan luka bakar, trauma, demam, dan luka).
Evaluasi :
INTERVENSI RASIONAL
a. Manejemen pruritus Mencegah dan mengobati gatal.
a. Aktivitas keperawatan
5. Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi setempat (misalnya, nyeri saat palpasi,
edema pruritus, indurasi, hangat, busuk, eskar, dan eksudat).
6. Ada atau tidaknya perluasan luka jika jaringan dibawah kulit dan pembentukan
saluran sinus.
b. Aktivitas kolaboratif
a. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam, klien mampu beradaptasi
dengan keletihan
b. Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
a. Pantau TTV sebelum dan sesudah Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang
melakukan aktivitas. ditoleransisecara fisiologis.
b. Terapi aktivitas : memprogramkan dan Untuk meningkatkan rentang, frekuensi, atau
membantu aktivitas fisik, kognitif, sosial, durasi aktivitas klien.
dan spiritual tertentu.
c. Manejemen energi : mengatur Untuk mengobati atau mencegah keletihan dan
penggunaan energi. mengoptimalkan fungsi.
d. Manajemen nutrisi : berikan asupan Mempercepat penyembuhan anemia dan
nutrisi yang seimbang dan dapat menyediakan asupan diet makanan dan
meningkatkan eritrosit. minuman yang seimbang.
e. Kolaboratif : konsultasikan dengan ahli Untuk meningkatkan asupan makanan yang
gizi tentang cara peningkatan asupan berenergi tinggi.
nutrisi.
a. Tujuan :
b. Kriteria hasil :
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, dan tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Ukur dan pantau TTV. Menjaga TTV tetap normal.
b. Monitor intake dan output cairan. Untuk mengetahui kesimbangan cairan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cacing yang bersifat parasit pada manusia terbagi atas tiga golongan besar yaitu
nematoda/cacing bulat/cacing gelang, cestoda/cacing pita/taeniasis dan trematoda (cacing
daun). Penyakit cacing sering diderita oleh anak-anak dibanding orang dewasa. Untuk itu
diperlukan pencegahan yang tepat agar terhindar dari infeksi cacing usus.
Pencegahan merupakan suatu hal yang penting daripada mengobati, pencegahan
timbulnya penyakit parasit ini dimulai dari hal yang sangat kecil, misalnya Minum air
yang sudah dimasak hingga mendidihdan tertutup. Masih banyak upaya untuk
pencegahan yang lainnya.
B. SARAN
1. Kepedulian terhadap lingkungan dimulai dari dini.
2. Memiliki jamban yang sesuai standar di masing-masing rumah agar tidak mudah
terkontaminasi.
3. Melakukan kebiasaan mencuci tangan bersih dengan air & sabun saat sebelum dan
setelah melakukan aktivitas yang behubungan dengan apapun itu baik makan dan
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
A. W. Wekesa, C. S. (2014). intestinal helminth infections in pregnant woman attending antenatal clinic
at kitale disctric hospital kenya. parasitology research.
Handayani, S. d. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.
HYPERLINK "http://mediskus.com/penyakit/gejala-dan-ciri-ciri-penyakit-cacingan.html"
http://mediskus.com/penyakit/gejala-dan-ciri-ciri-penyakit-cacingan.html
Johnson, T. C. (2014, Juli 5). WebMd : Health & Pregnancy Guide (Anemia in Pregnancy). Retrieved
September 3, 2014, from WebMd: http://www.webmd.com/baby/guide/anemia-in-pregnancy
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.