Anda di halaman 1dari 34

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS). 
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. SHKEUTAMAAN ODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
            Nama            : M. ALIF SYAIFULLAH
            NIM             : L1B021050
            Prodi/Kelas        : 1B Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................1

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ.....................................................2

2. Hadits Qudsi Tentang Hukuman Yang Disegerakan Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah Terhadap Hambanya

(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS)............................................................10

3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA....................................................................16

4. SHKEUTAMAAN ODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA...................................................................19

5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA....................................................................25

6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA..............................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................31

1
1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ

Dalam al-Qur`an, kata istidrāj terulang dua kali dalam bentuk fi’il mudhari’. Keduanya
diawali dengan huruf ( ‫ )س‬yang menunjukkan makna “akan” dengan
menggunakan kata (‫) مهجردتسنس‬. Kata tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surah al-A’raf (7):
182 dan QS. al-Qalam (68): 44-45
‫ا و‬P‫ي ذ ل‬P‫و ب ذ ك ن‬P‫آ ب ا‬P‫ي‬P‫ا‬P‫ن ت‬P‫ج ر د ت س ن س ا‬P‫ل ع ي َل ث ي ح ن م م ه‬P‫و م‬P‫ن‬

Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui.” (QS. al-A’raf (7): 182.)

‫ب ب ذ ك ي ن م و ي ن ر ذ ف‬P‫ا ا ذ ه‬P‫ي د ح ل‬P‫ج ر د ت س ن س ث‬P‫ل ع ي َل ث ي ح ن م م ه‬P‫و م‬P‫ن‬

Artinya: 44. Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang


yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

‫أ و‬P‫ل ي ل م‬P‫ي ت م ي د ي ك ن إ م ه‬P‫ن‬

45. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
tangguh. (QS. al-Qalam (68): 44-45)

Kedua ayat di atas, diiringi dengan ‫أو‬P‫إ مهلىلم‬P ‫يك ن‬P‫ن يتم ىد‬. Dalam pembahasan ini,
terdapat beberapa penafsiran terhadap makna istidrāj. Hasbi ash-Shiddieqy menjelaskan
istidrāj adalah pemanjaan agar terjerumus kepada kehinaan, secara berangsur-angsur,
setapak demi setapak dan didekatkan dengan azab dalam keadaan mereka tidak
menyadarinya. Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidrāj adalah
memindahkan dari satu tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan
jatuhnya siksa. Kata tersebut popular, dalam arti perlakuan yang secara lahiriah baik.
Istidrāj bisa terjadi dalam bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa
terhindar dari hukuman padahal merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang

2
lebih besar sehingga sanksi hukuman yang diterima juga lebih besar. Allah Swt
membiarkan dan tidak disegerakan azabnya.

Al-Thabari berpendapat bahwa istidrāj adalah tipuan halus kepada orang yang
diberi tenggang waktu. Ia merasa bahwa yang memberikan tenggang waktu telah berbuat
baik kepadanya, sehingga pada akhirnya ia terjerumus dalam hal yang tidak disenangi.
Menurut Abu Bakar Jabir, istidrāj berarti menghukum dengan bertahap, setingkat demi
setingkat. Ketika mereka melakukan maksiat yang baru, Allah Swt akan memberikan
nikmat yang baru sehingga saat dihukum mereka tidak menyadarinya. Begitu juga Sayyid
Quthb, ia berpendapat bahwa istidrāj adalah suatu kekuatan yang tidak diperhitungkan
dengan semestinya dan dilupakan oleh orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Begitu juga penangguhan tersebut ditimpakan kepada mereka tanpa diketahui.

Wahbah al-Zuhaili menjelaskan istidrāj adalah penahapan, artinya membawa turun


seseorang dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya karena ingin menjerumus-kannya.
Maksud di sini adalah Allah Swt akan mendekatkan azab kepada mereka secara bertahap
dengan bentuk pengabaian, selalu diberi kesehatan, ditambah kenikmatan, di mana mereka
tidak mengetahui bahwa itu adalah istidrāj. Al-Syaukani menjelaskan bahwa istidrāj adalah
Allah Swt membuat mereka lupa untuk mensyukurinya sehingga mereka tenggelam dalam
kesesatan dan tidak akan bisa keluar dari kesesatan tersebut kecuali setelah mereka
mendapatkan kedudukan di sisi Allah Swt.

Abdurrauf mengatakan istidrāj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang


diberikan oleh Allah Swt, sehingga lupa terhadap pemberi nikmat. Seseorang yang
memandang bahwa nikmat yang diterimanya adalah suatu kelebihan, tetapi ia terkecoh
dengannya, sehingga tanpa mereka menyadari mereka sedang diuji. Akibat dengan rahmat
yang mereka peroleh itu menjadi sebab terperosok mereka ke jalan kebatilan. Ia
menambahkan bahwa mereka diberikan peluang sehingga tidak mengetahui saat tibanya
istidrāj. Menurutnya, Allah Swt menurunkan mereka satu derajat lebih rendah, lalu
menambahkan siksaan dan bencana dan mereka bertambah-tambah dalam kedurhakaan
yaitu dengan berbuat dosa dan maksiat. Allah Swt mengambil dari mereka sedikit-sedikit
dan tidak memberi balasan yang spontan. Kemudian menambahkan azab sedikit demi
sedikit atau dipertangguhkan azab, lalu mereka bertambah berbuat kejahatan.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa Allah Swt memiliki makar bagi pendosa. Mereka
lupa karena dengan kelezatan sesaat atau kemenangan yang menipu dan kegoncangan
negara yang disertai dengan kecongkakan dan kesombongan. Keadaan seperti ini
merupakan dikte Allah Swt kepada orang-orang yang melakukan kebatilan, kemudian
menarik mereka ke jurang kehancuran tanpa mereka sedari. Menurut Hamka, istidrāj berarti
naik dengan berangsur sedikit demi sedikit. Laksana naik tangga, tangga demi tangga,
sehingga sampai ke puncak atau mencapai klimaks. Naik berangsur-angsur sampai di
puncak, atau turun berangsur-angsur sampai ke alas. Semuanya ini dengan tidak disadari
oleh yang bersangkutan, sebab mereka telah melupakan Allah Swt, maka Ia pun
menjadikan mereka lupa diri.
Sebagaimana firman Allah Swt:

‫و ك‬P‫و ن‬P‫ا ك ا‬P‫ي ذ ل‬P‫و س ن ن‬P‫ف ال َّل ا‬P‫س ن أ‬P‫ا‬P‫س ف ن أ م ه‬P‫و أ م ه‬P‫ا م ه ك ئ ل‬P‫ا ف ل‬P‫و ق س‬P‫ن‬
‫ت َل و‬

Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al-Hasyr (59) ; 19)

Rasulullah SAW mengingatkan,


“Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada seseorang yang suka
melanggar perintah-Nya, maka itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad). (Jalaluddin as-Suyuti,
Jilid. I: 26)

Ada beberapa golongan yang berpotensial ditimpa istidraj diantaranya adalah orang-
orang yang diberi nikmat kekuasaan, lalu ia menjadi sombong dan sewenang-wenang
terhadap rakyatnya. Maka Allah memperpanjang masa kekuasaannya sehingga ia semakin
terjerumus dalam kesombongan dan kesewenang- wenangan tersebut. Seperti sosok Fir’aun
yang ketika Allah memberinya kekuasaan, Fir’aun sering bertindak semena-mena. Lalu
Allah tambahkan kekuasaannya, dan Fir’aun semakin takabur hingga mengaku dirinya
sebagai Tuhan. (Tim Lajnah Al-Qur’an RI 1997, An-Nazi’at: 24) Dan Allah akhirnya
menjatuhkan azab yang sangat pedih dengan menenggelamkan Fir’aun di Laut Merah. Di
dalam al-Qur’an kata istidraj yang di analisis menggunakan kitab mu’jam mufahras li
alfaazhil qur’anil karim terdapat dua ayat, yaitu dalam surat al-A’raf ayat 182 dan surat al-
Qalam ayat 44. (Fuad Abdul Baqi, 1364: 225)

Ungkapan yang menunjukkan istidraj dalam al-Qur’an tidak hanya dengan


menggunakan istidraj. Fahrudin al-Razi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa ungkapan
yang menunjukkan kepada seorang hamba yang jauh dari Allah SWT atau hamba yang
mendekati kekafiran terdapat beberapa ungkapan. Di antaranya adalah al-makr, al-khid’ah
dan al-imla’.

Al-Makr dalam Ayat al-Qur’an


Al-makr berasal dari bahasa Arab, asal katanya adalah makara yang artinya pohon
rindang atau rimbun yang lebat dahannya. Lalu pengertian ini berkembang menjadi
perbuatan menipu. Secara istilah makar adalah bahwa Allah SWT membalas perbuatan
makar yang dilakukan hamba-Nya dengan cara yang tidak disangka-sangka atau tidak
disadarinya, seperti halnya Allah SWT menimpakan istidraj bagi hamba-Nya.
Dalam al-Qur’an kata al-makr terulang sebanyak 25 kali dan tergelar dalam 16 surat
juga 25 ayat. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai ayat yang
menggunakan kata al-makr dalam surat al-A’raf ayat 99 yang berbunyi:

‫ ࣖنورسخلا موقلا َلا ال َّل ركم نمأي لَف ال َّل ركم اونمافا‬- ٩٩

Artinya: “Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-
duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (QS.
Al-A’raf(7):99)
Menurut Siti Aminah dalam tulisannya bahwa pelaku atau orang yang dikenai al-
makr yang di ungkapkan dalam al-Qur’an yaitu orang kafir, musyrik, dan orang munafik.
Dan ia juga menguraikan cara untuk menghadapi makar, yaitu dengan cara bersabar akan
perbuatan maker mereka dan tidak bersedih hati. (Siti Aminah, 2015: 49)

Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa al-makr adalah azab dan
balasan terhadap pelaku al-makr dengan cara memberikan kepadanya nikmat, nikmat
tersebut diberikan oleh Allah dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya nikmat
kesehatan. (Al-Qurthubi, 2005: 2765). Dan terdapat juga dalam surat al-An’am ayat 123
bahwa Imam al-Qurtubi mengartikan kata al-makr dengan azab yang pedih.

‫وركمي امو اهيف اوركميل اهيمرجم ربكا ةيرق لك يف انلعج كلذكو‬P‫ نورعشي امو مهسفناب َلا ن‬- ١٢٣

Artinya: “Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar


yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri
tanpa menyadarinya.”

Dari penafsiran kata al-makr menurut Imam al-Qurtubi dapat dilihat persamaan
maknanya dengan kata istidraj. Yaitu dengan cara memberikan nikmat kepada seseorang,
nikmat tersebut dapat berupa apapun, salah satunya adalah nikmat kesehatan. Dan juga
beliau mengartikan kata al-makr dengan azab yang pedih.
Pelaku al-makr akan diberikan balasan oleh Allah di akhirat kelak dengan siksaan yang
amat pedih. Allah memberikan kesenangan sebelum mengazab hamba tersebut. Agar
semakin banyak dosa yang ia kerjakan, maka semakin berat pula azab yang akan mereka
dapatkan.

Al-Khid’ah dalam ayat al-Quran


Menurut bahasa al-khid’ah adalah tipu daya, memperdayakan, atau culas.
Sedangkan menurut istilah adalah menempatkan orang lain pada posisi yang dikatakan,
yang sebenarnya berbeda dengan maksud yang disembunyikan. Di dalam al-Qur’an
ungkapan al-khid’ah terdapat 3 kali diungkapkan, yaitu terdapat dalam Surah al-Anfal (8):
62, al-Baqarah (2): 9, dan an-Nisa (4): 142.
‫ نينمؤملابو هرصنب كديا يذلا وه ال َّل كبسح ناف كوعدخي نا اوديري ناو‬- ٦٢

Artinya: “Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah
(menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan
pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin,” (QS. Al-Anfal (8): 62)

‫خي امو اونما نيذلاو ال َّل نوعدخي‬P‫ نورعشي امو مهسفنا َلا نوعد‬- ٩

Artinya: “Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al-Baqarah (2): 9)

‫ري ىلاسك اوماق ةولصلا ىلا اوماق اذاو مهعداخ وهو ال َّل نوعدخي نيقفنملا نا‬P‫وركذي َلو سانلا نوءا‬P‫ لَيلق َلا ال َّل ن‬- ١٤٢

Artinya: “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah
yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas.
Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat
Allah kecuali sedikit sekali.”(QS. An-Nisa (4): 142.)

Dapat dilihat bahwa al-khid’ah memiliki persamaan makna dengan al-makr yaitu
tipu daya. Dan memiliki pengertian yang sama dengan istidraj yaitu bahwa Allah
memberikan nikmat kepada hamba-Nya yang durhaka. Nikmat itu hanya sebagaitipuan
Allah agar hamba tersebut semakin sesat

Al-Imla’ dalam ayat al-Quran


Secara bahasa al-imla’ berarti memberi tangguh. Di dalam al-Qur’an kata al-imla
dan derivasi nya terulang 9 kali, yaitu terurai dalam 8 surat dan 9 ayat. Jika istidraj berarti
menghukum setahap demi setahap, maka al-imla’ berarti penangguhan waktu. Maksudnya
adalah bahwa Allah memberi tangguh waktu dalam menghukum seorang hamba dengan
membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya. Allah membiarkan mereka perlahan-
lahan masuk ke dalam jurang kesesatan tanpa mereka sadari dan mereka akan mendapat
azab yang sangat pedih.
Kemenangan yang diberikan Allah kepada orang kafir pada perang Uhud
merupakan pemberian tangguh kepada mereka. yakni dengan memperpanjang umur mereka
dan memakmurkan kehidupan mereka. semata-mata hanya agar dosa mereka makin
bertambah dan mereka akan diberi azab yang pedih. Penafsiran Imam al-Qurthubi sama
dengan para ulama lainnya mengenai kata al-imla’ yaitu penangguhan waktu yang
diberikan oleh Allah kepada hambanya yang kafir dengan memperpanjang umur mereka
dan memakmurkan kehidupan mereka. lalu membiarkan mereka berbuat sesuka hatinya
agar bertambah dosa mereka dan mereka akan diberi azab yang sangat hina.
Pelaku atau orang yang dikenai al-imla’ (penangguhan waktu) adalah orang kafir
yaitu dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat sesuka hati
mereka agar nantinya mereka mendapat azab yang menghinakan. Dapat dilihat bahwa al-
imla’ memiliki kesamaan dengan istidraj, al-makr dan al-khid’ah. Al-imla’ yaitu tangguh
waktu yang diberikan oleh Allah dalam menghukum seorang hamba dengan membiarkan
mereka berbuat dosa sesuka hatinya. Sehingga mereka akan dihukum dengan azab yang
sangat pedih nantinya.
Penangguhan Allah SWT tidak seperti penangguhan manusia. Allah SWT
memberikan kesempatan demi kesempatan untuk manusia meskipun orang tersebut
seringkali berbuat maksiat. Allah SWT memberikan isyarat kepada mereka apakah mereka
dapat mengambil pelajaran darinya atau tidak, jika mereka dapat mengambil pelajaran
maka Allah SWT akan mengangkat derajat mereka dan memudahkan urusannya. Surat Ali-
Imran ayat 178 yang berbunyi:

‫ نيهم باذع مهلو امثا اودادزيل مهل يلمن امنا مهسفن َل ريخ مهل يلمن امنا اورفك نيذلا نبسحي َلو‬- ١٧٨

Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang
waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang
waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah;
dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.”
Di dalam tafsir Jami’ li Ahkam al-Qur’an Imam al-Qurthubi mengatakan:
"al-imla’ berarti panjang umur dan kehidupan yang makmur. "
Dalam Firman Allah di atas, arti kata al-imla’ (tenggang waktu) adalah panjang
umur, dan kehidupan yang makmur. Mereka mengira bahwa mereka menakuti orang-orang
muslim, maka sesungguhnya Allah maha berkuasa untuk mencelakakan mereka, dan
sesungguhnya dipanjangkan umur mereka agar mereka melakukan maksiat, bukan karena
kebaikan bagi mereka.
2. Hadits Qudsi Tentang Hukuman Yang Disegerakan Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah
Terhadap Hambanya (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH
KASUS).

Hadits Qudsi (bahasa Arab: ‫دقلا‬PP‫دحال يس‬P P ‫ثي‬, translit. al-ḥadīṡ al-qudsī Harkan kepada
Tuhannya .Secara sederhana dikatakan hadits qudsi adalah perkataan Nabi Muhammad ,
tentang wahyu Allah yang diteriadits Qudsiy) salah satu jenis hadits di mana perkataan
Nabi Muhammad disandarkan kepada Allah atau dengan kata lain Nabi Muhammad
meriwayatkan perkataan Allah.
Secara Etimologi, Hadits ( ‫ ) ثيدحال‬Segala yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad,
baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau karakter, kemudian Qudsi ( ‫ ) يسدقال‬secara
bahasa diambil dari kata quddus, yang artinya suci. Disebut hadis qudsi, karena perkataan
ini dinisbahkan kepada Allah, ‫ سدقال‬al-Quddus, yang artinya Dzat Yang Maha Suci. Secara
istilah (terminologis) adalah sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi
Muhammad yang disandmanya secara langsung, atau dengan perantaraan malaikat
Jibril.
Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits nabi, maka hadîts qudsi bisa dibilang
tidak banyak. Jumlahnya ada 4444, tetapi tidak banyak yang mengetahui, umumnya kurang
lebih 200 hadits yang diketahui secara umum. Karena Hadits qudsi sebenarnya adalah
untuk Muhammad sebagai pribadi nabi, bukan sebagai rosul, maka nabi pun "pilih-pilih"
dalam memberikannya kepada sahabat-sahabatnya. Hanya sahabat-sahabat terpilih yang
mempunyai kecerdasan tinggi saja yang menerimanya. Karena memang Hadits qudsi bukan
untuk konsumsi umum. Sampai sekarang pun masih banyak kalangan umat Islam yang tak
mampu menerima "kebenaran" hadits qudsi. Tinggi kandungan "isi"-nya adalah
penyebabnya. Hanya sahabat-sahabat khusus saja yang menerima hadits qudsi dari Nabi
Muhammad, semisal Sayyidina Ali bin Abu Tholib dan sahabat Abu Hurairah.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫فوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشلا هدبعب ال َّل دارأ اذإو ايندلا ىف ةبوقعلا هل لجع ريخلا هدبعب ال َّل دارأ اذإ‬P‫ ةمايقلا موي هب ى‬Artinya:
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR.
Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إ‬PP‫ َّل نإو ءلَبلا مظع عم ءازجلا مظع ن‬PPP‫وق بحأ اذإ ال‬PP‫ا ام‬P P P ‫ف مهلَتب‬PP‫ر نم‬PPP‫ف يض‬P P P‫رلا هل‬P P‫و اض‬PP‫ف طخس نم‬P P P‫لا هل‬PPP‫طخس‬
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang
ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka
Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).

Maksud dari dua hadits di atas:


1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

‫فلاو بهذال ينب اي‬PP‫اربتخي ةض‬PP‫ ءلَبلاب ربتخي نمؤملاو رانلاب ن‬Artinya
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.
4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia
dalam keadaan bersih dari dosa.
7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas
hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”
(Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk
bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya
untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

Ciri-ciri orang diberikan kebaikan oleh Allah SWT.


1. Dijadikan ia senantiasa beramal sholih sebelum kematian menjelang

Disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan lainnya, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
P‫يق هلمعتسا اريخ دبعب هللا دارأ اذإ‬P‫ل‬: ‫ هلوح نم هيلع يضري ىتح هتوم يدي نيب احلاص لَمع هل حتفي‬:‫عتسي ام‬P‫لاق ؟ هلم‬

Artinya: “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah


jadikan ia beramal.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan
dia beramal?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dibukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya sehingga orang-orang
yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.”
2. Dipercepat sanksinya di dunia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ريخال هدبعب هللا دارأ اذإ ةمايقال موي هب يفاوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشال هدبعب دارأ اذإ و ايندلا يف ةبوقعلا هل لجع‬

Artinya: “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan


segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan
kepada hamba-Nya, Allah akan menahan adzab baginya akibat dosanya (di dunia),
sampai Allah membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat.” (HR. At-
Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik)

Namun kita tidak diperkenankan untuk meminta kepada Allah agar dipercepat
sanksi kita di dunia, karena kita belum tentu mampu menghadapinya.

3. Diberikan cobaan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫هنم بصي اريخ هب هللا دري نم‬

Artinya: “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya


musibah.” (HR. Al-Bukhari).

Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu merupakan janji Allah.
Allah berfirman,

‫تارمثلاو س نف لأاو الوملأا نم صقنو عوجلاو فوخلا نم ءيشب مكنولبنلو‬

Artinya: “Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira bagi orang-
orang yang bersabar” (QS. Al Baqarah: 155).
Bersabarlah ketika kita mendapatkan cobaan, karena cobaan itu untuk
menggugurkan dosa atau mengangkat derajat.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ةئيطخ نم هيلع امو ال َّل ىقلي ىتح هدلو يفو هلام يفو هدسج يف ةنمؤملا وأ نمؤملاب ءلَبلا الزي َل‬

Artinya: “Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya,
harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak
mempunyai dosa.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).

4. Dijadikan faham terhadap agama Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫نيدلا يف ههقفي اريخ هب هللا دري نم‬

Artinya: “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan
ia dalam masalah agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kefaqihan adalah pemahaman yang Allah berikan kepada seorang hamba.


Pemahaman yang lurus tentang Al-Qur’an dan hadits didasari dengan kebeningan
hati dan aqidah yang shahih. Karena hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan
dapat memahami Al-Qur’an dan hadits dengan benar.

5. Diberikan kesabaran

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ربصال نم عسوأ و اريخ ءاطع دحأ يطعأ ام و‬

Artinya: “Tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari
kesabaran.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Kesabaran dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan. Badan tak akan
hidup tanpa kepala, demikian pula iman tak akan hidup tanpa kesabaran. Untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya amat dibutuhkan
kesabaran. Karena iblis dan balatentaranya tak pernah diam dari menyesatkan
manusia dari jalan Allah. Allah berfirman,

‫ميظع ظح وذ َلإ اهاقلي امو اوربص نيذلا َلإ اهاقلي امو‬

Artinya: “Tidaklah diberikan (sifat-sifat yang terpuji ini) kecuali orang-orang yang
sabar, dan tidaklah diberikannya kecuali orang yang mempunyai keberuntungan
yang besar.”(QS.Fushshilat:35).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

Riba adalah kelebihan yang tidak disertai dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual
beli. Secara umum, riba adalah sebuah penambahan nilai atau bunga melebihi jumlah
pinjaman saat dikembalikan dengan nilai tertentu yang diambil dari jumlah pokok
pinjaman untuk dibayarkan oleh peminjam. Jika peminjam tidak mampu melunasi riba
pada waktu yang ditentukan, pihak pemberi pinjaman akan menambahkan kembali biaya
hingga pembayaran bisa dilunasi.

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak kebingungan dalam menentukan batasan mana
saja yang termasuk riba. Dengan kondisi bingung, tanpa bertanya atau berkonsultasi
kepada yang mengerti, mirisnya sering kali masyarakat membenarkan praktek riba.Berikut
jenis jenis riba:

1. Riba Qardh
Jenis riba yang pertama adalah riba qardh yang masuk dalam riba hutang piutang. hutang
piutang yang dimaksud terdapat motif keuntungan (syarth naf'an) yang kembali kepada
pihak pemberi pinjaman hutang (muqarid) saja atau sekaligus kepada pihak yang
berhutang (muqtarid). Contohnya seseorang meminjamkan uang Rp 100.000 lalu
disyaratkan mengambil keuntungan ketika pengembalian. Keuntungan ini bisa berupa
materi atau jasa.

Ini termasuk riba dan hukumnya haram, karena yang namanya menghutangi adalah dalam
rangka tolong menolong dan berbuat baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, jika bentuk hutang yang di dalamnya terdapat
keuntungan itu sama saja dengan menukar dirham dengan dirham atau rupiah dengan
rupiah kemudian keuntungannya ditunda.

2. Riba Fadhli

Riba fadhl yaitu pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda dan barang yang diperlukan termasuk dalam jenis barang ribawi. Misalnya
menukar beras sebanyak 10 kg dengan beras sebanyak 12 kg adalah contoh riba fadhl.
Tapi apabila barang yang ditukar dari jenis yang berbeda maka hukumnya dibolehkan,
misalkan menukar beras ketan sebanyak 10 kg dengan beras biasa sebanyak 12 kg.

Selain itu, tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enak benda ribawi. Dalam
sebuah hadits hanya ada enam benda yang termasuk dalam benda ribawi, tapi ada
perselisihan apakah riba hanya pada enam benda tersebut atau bisa dilebarkan ke benda
yang lainnya.
Syair Adalah Jenis Puisi Lama, Ketahui Ciri-Ciri dan Jenis-Jenisnya
3. Riba Yad

Riba yad adalah jenis riba yang tukar menukar dengan cara mengakhirkan penerimaan
kedua barang yang ditukarkan atau salah satunya tanpa menyebutkan masanya. Riba yad
terjadi apabila saat transaksi tidak menegaskan berapa nominal harga pembayaran.

Contohnya, misalkan ada penjual mobil yang menawarkan mobilnya seharga Rp


90.000.000 jika langsung bayar secara tunai, namun jika dicicil total menjadi Rp
95.000.000. kemudian penjual dan pembeli tidak menegaskan berapa yang harus
dibayarkan hingga akhir transaksi.

4. Riba Nasi’ah

Jenis-jenis riba yang terakhir adalah riba Nasi'ah yang berarti tambahan yang disyaratkan
diambil atau diterima dari orang yang dihutangi sebagai kompensasi dari penundaan
pelunasan. Ulama Hanafiah memasukan ke dalam kelompok riba nasi’ah suatu bentuk
barter yang tidak ada kelebihan, akan tetapi penyerahan imbalan atau harga diakhirkan.
Riba ini hukumnya haram berdasarkan Al-Quran dan hadis.

Riba nasi'ah dikenal sebagai riba jahiliyah karena berasal dari kebiasaan orang jahiliah
yang memberikan pinjaman kepada seseorang dan ketika jatuh tempo telah tiba akan
menawarkan untuk diperpanjang sehingga membuat riba ini beranak atau berganda. Riba
nasi’ah biasanya ada dalam praktek yang dilakukan lembaga-lembaga keuangan atau
perbankan, dengan sistem pinjaman uang yang pengembaliannya diangsur dengan bunga
bulanan atau tahunan sekitar 7-5%. Praktek seperti ini jelas disebut riba dalam jenis
nasi’ah dan hukumnya haram.

5. Riba Jahiliyah
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu penambahan
utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang tidak mampu
membayar utangnya secara tepat waktu.

Dalil Hukum tentang Riba


Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu hukum tentang
Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba:
1. Surat Al-Baqarah Ayat 276
‫هّٰللا‬ ٰ ُ ‫ق هّٰللا‬
ٍ َّ‫ت ۗ َو ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬
‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صد َٰق‬
َّ ‫الرِّبوا َويُرْ بِى ال‬ ُ ‫يَ ْم َح‬
Yam-haqullaahur-ribaa wa yurbis-sadaqaat, wallaahu laa yuhibbu kulla kaffaarin asiim
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."
2. Surat Al-Baqarah Ayat 278
َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا َما بَقِ َي ِمنَ الر ِّٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِ ْين‬
Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum mu'miniin
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
3. Surat An-Nisa ayat 161
‫اس بِ ْالبَا ِط ِل ۗ َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا اَلِ ْي ًما‬ َ ‫َّواَ ْخ ِذ ِه ُم الرِّ ٰبوا َوقَ ْد نُهُوْ ا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬
Wa akhzihimur-ribaa wa qad nuhu 'an-hu wa aklihim amwaalan-naasi bil-baatil, wa a'tadnaa
lil-kaafiriina min-hum 'azaaban aliimaa
Artinya: "Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang
batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih."
Seorang jamaah membaca Al Quran di Masjid Cut Mutia, Jakarta. CNN Indonesia/Safir
MakkiPengertian dan macam-macan Riba tertera dalam Al-Quran (Foto: CNN
Indonesia/Safir Makki)
Pengertian Riba Menurut Surat Al-Baqarah Ayat 275
Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika riba
terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap harta.
Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.
ُ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا‬ۘ ‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ۤ ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬ ٰ ۗ ْ
ِٰٕ ُ ‫فَ ِمنََواَ ْمال َرم ٗ ُٓهسِّاِلَ ذىلِ َهّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَا‬
ۗ
ُ‫وا اَل يَقُوْ ُمۤوْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطن‬
ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰب‬
‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا‬ ِ َّ ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ‫ح‬ٰ ْ‫ص‬ َ ‫ا‬ ‫ك‬َ P
ِ ‫ٕى‬ ‫ول‬ َ ‫ل‬‫س‬َ ‫ا‬ ‫م‬
َ ٗ‫ه‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬ ‫ى‬ ٰ
‫ه‬ َ ‫ت‬‫ن‬ْ ‫ا‬َ ‫ف‬ ‫ِّه‬
ٖ ‫ب‬‫ر‬َّ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِّ ٌ ‫ة‬ َ ‫ظ‬ ‫ع‬
ِ ْ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬
ٗ
َ َ ‫ء‬‫ا‬ ‫ج‬
َ ‫ن‬ْ ‫م‬
َ َ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫ب‬ٰ ‫ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر‬
َ‫ٰخلِ ُدوْ ن‬
Allaziina ya'kulunar-ribaa laa yaqumuna illaa kamaa yaqumullazii yatakhabbatuhusy-
syaitaanu minal-mass, zaalika bi'annahum qaaluu innamal-bai'u mislur-ribaa, wa
ahallallaahul-bai'a wa harramar-ribaa, fa man jaa`ahu mau'izatum mir rabbihii fantahaa fa
lahu maa salaf, wa amruhuu ilallaah, wa man 'aada fa ulaa'ika as-haabun-naar, hum fiihaa
khaalidun.
Artinya:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan)
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."
4. SHKEUTAMAAN ODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA

Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:

1. Surat Al Baqarah ayat 177.

Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya © 2020 brilio.net

Laisal-birra an tuwallu wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man


aamana billaahi wal yaumil aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal maala
'alaa hubbihii zawil qurbaa wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was saa'iliina wa fir
riqaab, wa aqaamas-salaata wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim izaa 'aahadu, was-
saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina sadaqu, wa ulaa'ika humul
muttaqun

Artinya:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

2. Surat Al Baqarah ayat 254.

Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya © 2020 brilio.net

Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya yaumul laa
bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-zaalimun

Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli
dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."
3. Surat Al Baqarah ayat 274.

Keutamaan bersedekah bagi umat Islam beserta dalil-dalilnya © 2020 brilio.net

Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum


ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanun

Artinya:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Bersedekah adalah suatu ibadah yang dapat kita lakukan kapan saja. Bersedekah sangat
dianjurkan dalam Islam.

Dengan bersedekah, hubungan bersosial bisa menjadi lebih baik. Bersedekah juga
menjauhkan diri dari sikap sombong dan angkuh. Memberikan sesuatu dengan ikhlas kepada
oang lain dapat meringankan beban mereka.

Sedekah berasal dari bahasa Arab "shadaqoh" yang artinya adalah suatu pemberian dari
seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa adanya batasan waktu dan jumlah
tertentu.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 114 yang menyuruh umat muslim untuk senantiasa
berbuat kebaikan salah satunya dengan bersedekah.

Ada banyak sekali manfaat yang bisa dihasilkan dari sedekah, baik itu bagi penerima maupun
pemberi. Terlebih jika aktivitas berbagi dilakukan di bulan Ramadhan. Sedekah menjadi amal
yang mampu menambah dari kekurangan yang dimiliki seseorang. Kekurangan itu bisa terisi
dan menjadi tercukupi. Dengan sedekah, kita bisameringankan beban yang dimiliki seseorang
hingga membuatnya tersenyum.

Sedekah tidak hanya berpatok pada harta benda saja, sehingga membuat sebagian dari kita
berpikir ulang melakukan amal baik ini. Hal-hal non materi pun bisa saja dikatakan sebagai
sedekah. Seperti, menolong orang lain baik dengan tenaga maupun pikiran, memberi nafkah
keluarga atau istri, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan pun masuk ke dalam
sedekah.

Sampai dengan hal yang paling sederhana sepertimurah senyum kepada orang lainpun, adalah
sedekah. Seperti yang Rasulullah sampaikan, “Senyummu kepada saudaramu adalah
sedekah”.(HR. At-Tirmidzi).

Melihat ada banyaknya cara untuk berbuat baik dengan sedekah ini. Rasanya, tidak ada lagi
alasan untuk berkata tidak melakukannya. Apalagi, jika mengetahui banyaknya manfaat dan
keutamaan dari bersedekah. Bagiyang belum mengetahui, sekiranya ada 5 keutamaan
bersedekah sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Ganjaran Harta Maupun Pahala yang Berlipat Ganda

Salah satu hal istimewa dari bersedekah adalah limpahanpahala yang bisa diraih. Hal ini
sesuai dengan janji Allah perihal keutamaan bersedekah itu sendiri yang tercantum dalam Al-
Quran.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan


meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan
(pahala) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid: 18).

Bahkan, dengan sedekah jariyah, seseorang bisa saja terus mendapatkan pahala walau ia telah
mati. Amalan iniyang biasa kita kenal dengan shodaqoh jariyah. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAWbersabda,

“Apabila anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara:
Shodaqoh jariyah, anak sholeh yang memohon ampunan untuknya (ibu dan bapaknya) dan
ilmu yang bermanfaat setelahnya.”

Patut digaris bawahi adalah denagn sedekah tidaklah membuat harta benda berkurang atau
membuat seseorang jatuh miskin. Justru Allah Swt telah berjanji akan melipatgandakannya,

“Perumpaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai. Pada tiap tangkai ada seratu biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 261).

Sedekah Dapat Memanjangkan Usiadan Mencegah Kematian Buruk

Salah satu keutamaan dari bersedekah ini adalah mampu memperpanjang usia. Tapi, yang
dimaksud dalam usiaini adalah amalan kebaikan dari orang yang bersedekah ini akan terus
dikenang melebihi umur hidup di dunia ini. Denghan sedekah, seseorang dijauhkan dari
kematian yang buruk.

Hal ini seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah
kematian yang buruk, Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat
bangga pada diri sendiri.”(HR. Thabrani).

Sedekah Sebagai Penghapus Dosa, Seperti Air Memandakan Api


Orang yang banyak bersedekah maka ia seperti air yang memadamkan api. Dosa-dosa kita
dihapuskan dengan pahala kebaikan yang berlimpah dari amalan sedekah. Dengan sedekah,
Allah SWTakan menghapus dosa-dosa hamba-Nya. Oleh sebab itu, jangan pernah ragu dan
menolak untuk bersedekah.Kita juga tidak pernah tahu, berapa besar dosa-dosa yang kita
miliki. Untuk itulah, sedekah bisa menjadi salah satu amalan yang harus konsisten kita
lakukan.

Rasulullah Saw bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu
memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi).

Sedekah Dapat Menjauhkan Diri dari Api Neraka

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dengan sedekah mampu menghapus dosa-dosa kita.


Maka, dengan sedekah pulalah kita bisa terhindar dari api neraka. Mengingat pahala berlipat
ganda yang didapat serta dihapusnya dosa-dosa, maka kita pun bisa menjauhkan diri kita agar
tidak masuk ke dalam neraka jahanam. Hal ini sebagai sabda Rasulullah SAW,

“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma.”(Muttafaqun ‘alaih).

Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat Karena Sedekah

Dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat Al-Quran, pada hari kiamat nanti manusia akan
dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Disebutkanjuga, pada saat itu jarak
matahari akan sangat dekat dengan kepala setiap orang sehingga akan terasa sangat panas.

Untuk melindungi diri dari panasnya sinar matahari inilah, Rasulullah SAWtelah
memberitahukan kabar baik kepada umatnya mengenaiamalan apa yang dapat menjadikan
naungan dari panasnya matahari kelak.

Nantinya, saatdi Padang Mahsyar setiap manusia akan menunggu giliran untuk diadili dari
timbangan amal baik dan buruknya. Bisa dibayangkan berapa lama manusia akan menunggu
dan merasakan panasnya terik matahari yang sangat dekat dengan kepala.

Maka, dijelaskanlah oleh dari hadits Rasulullah SAW bahwasannya yang menjadikan
naungan umat manusia di hari kiamat nanti adalah amalan sedekahnya.

“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari kiamat) hingga diputuskan di
antara manusia atau ia berkata: “Ditetapkan hukuman di antara manusia.” Yazid berkata:
“Abul Khair tidak pernah melewati satu haripun melainkan ia bersedekah padanya dengan
sesuatu, walaupun hanya sepotong kue atau bawang merah atau seperti ini.” (HR. Al-Baihqi,
Al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah).
Dan dijelaskan pula dalam riwayat lainnya, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda:

“Naungan orang beriman di hari Kiamat adalah sedekahnya.”(HR Ahmad)

Ayat-ayat tentang bersedekah

Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:

1. Surat Al Baqarah ayat 177.

Laisal-birra an tuwallu wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man


aamana billaahi wal yaumil aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal maala
'alaa hubbihii zawil qurbaa wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was saa'iliina wa fir
riqaab, wa aqaamas-salaata wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim izaa 'aahadu, was-
saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina sadaqu, wa ulaa'ika humul
muttaqun

Artinya:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."
2. Surat Al Baqarah ayat 254.

Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya yaumul laa
bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-zaalimun

Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli
dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."

3. Surat Al Baqarah ayat 274.

Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum


ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanun

Artinya:

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih ha
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA

Kematian pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Bahkan, ada beberapa hadits tentang
kematian guna mengingatkan umat Islam mengenai proses kehidupan yang normal.
Mengingat kematian memiliki banyak manfaat, misalnya hikmah mengingat mati adalah
mengurangi hasrat duniawi. Sebab, dikutip dari buku 'Etika Islam: Menuju Evolusi Diri'
karya Faidh Kasyani kebanyakan manusia jarang ingat kematian sehingga memengaruhi
kegembiraan dan kesenangan terhadap dunia.
Dalam Quran surat An Nisa ayat 78, Allah SWT bersabda mengenai kematian pasti
datang kepada setiap orang

: ‫ص ْبهُ ْم َح َسنَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا ٰه ِذ ٖه ِم ْن ِع ْن ِد هّٰللا ِ ۚ َواِ ْن‬ ٍ ْ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي بُرُو‬
ِ ُ‫ج ُّم َشيَّ َد ٍة ۗ َواِ ْنهّٰللا ت‬ ُ ْ‫ يُ ْد ِر ْك ُّك ُم ْال َمو‬P‫اَ ْينَ َما تَ ُكوْ نُوْ ا‬
ۤ ٓ
‫ال ٰهؤُاَل ِء ْالقَوْ ِم اَل يَ َكا ُدوْ نَ يَ ْفقَهُوْ نَ َح ِد ْيثًا‬ِ ‫ك ۗ قُلْ ُك ٌّل ِّم ْن ِع ْن ِد ِ ۗ فَ َم‬ َ ‫م َسيِّئَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا ٰه ِذ ٖه ِم ْن ِع ْن ِد‬Pُْ‫ص ْبه‬ ِ ُ‫ت‬

Latin: aina mā takụnụ yudrikkumul-mautu walau kuntum fī burụjim musyayyadah, wa in


tuṣib-hum ḥasanatuy yaqụlụ hāżihī min 'indillāh, wa in tuṣib-hum sayyi`atuy yaqụlụ hāżihī
min 'indik, qul kullum min 'indillāh, fa māli hā`ulā`il-qaumi lā yakādụna yafqahụna ḥadīṡā

Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka
mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi
Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan (sedikit pun)?"

Hadits tentang Kematian:

1. Berdasarkan hadits riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, "Mati mendadak suatu
kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka."
1. Hadist tentang kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga ini mengartikan seorang
mukmin sudah mempunyai bekal dan persiapan dalam menghadapi maut setiap saat,
sedangkan orang durhaka tidak.
2. Berdasarkan hadits riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jangan lah
seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah."
3. Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan agar manusia tidak meminta suatu
kematian, berdasarkan hadits riwayat Bukhar, "Janganlah ada orang yang
menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya
hendaklah dia cukup berkata, "Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu
baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku."
4. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda "Tuntunlah orang yang
menjelang wafat dengan ucapan laailaaha illalah (maksudnya, agar dia mau meniru
ucapannya).
5. Rasulullah SAW bersabda bahwa ada tiga hal yang mengikuti mayit setelah
kematiannya. Hal itu diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim
6. "Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya,
hartanya, dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang
pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya
adalah amalnya.
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA

Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu
kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain.
Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku
fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian
juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu
kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah jihad yang akan terus dilakukan oleh seorang muslim,
karena merupakan salah satu pokok dasar tegaknya peradaban Islam yang tak mungkin
tercapai tanpa adanya syariat Al-Amru bil Ma’rufi wan Nahyu ‘anil Munkari.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan poros bagi Islam, salah satu argumentasi kuat alasan
Allah ‘azza wajalla mengutus para Nabi dan Rasul, dan sebagai dalil kesempurnaan Iman,
kebaikan Islam serta merupakan rahasia kemuliaan umat ini.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
َ ُ‫ُوف َوتَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمن‬
ِ ‫ون بِاهَّلل‬ َ ‫اس تَأْ ُمر‬
ِ ‫ُون بِ ْال َم ْعر‬ Pْ ‫ُك ْنتُ ْم َخي َْر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi tanda keamanan kehidupan, sebagai jaminan
kebahagiaan individu dan komunitas, menegakkan makna-makna kebaikan dan keshalihan
umat, menghilangkan faktor-faktor yang merusak dan faktor-faktor yang memperkeruh
kehidupan.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar menyelesaikan masalah demi masalah sehingga umat mencapai
titik keselamatan dan kebahagiaan, dan menciptakan suasana keshalihan dengan adab dan
keutamaan, menutupi celah-celah kemunkaran dan keburukan, menghapus angan-angan yang
menjadi sumber syubhat.
Keberadaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar akan membentuk pola pikir seorang muslim untuk
“rakus” terhadap adab-adab dan keutamaan yang menjadi sumber kemuliaan umat ini,
menjadikan itu semua sebagai karakter diri dan kekuasaan yang lebih kuat daripada sebuah
kekuatan, lebih adidaya daripada Qanun, membangkitkan rasa ukhuwah, saling peduli, saling
tolong menolong atas kebaikan dan ketaqwaan, saling perhatian satu sama lainnya.
Dan amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah yang akan menjadi penyebab datangnya pertolongan
dan tamkin di dunia, dan menjadi akses kebahagiaan dunia dan akhirat. (Mausu’ah Nadhrah
An-Na’im, 3/539)
Seandainya unsur Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan segala kompleksitasnya ini ditutup,
proses mengilmui dan mengamalkannya diremehkan, maka itu akan menggugurkan esensi
daripada kenabian, akan melenyapkan esensi beragama, akan membumikan kelemahan,
menyebarkan kesesatan, melestarikan kebodohan, menguatkan daya rusak, membesarkan
lubang kehancuran, merobohkan tatanan bernegara, menghancurkan esensi penghambaan, dan
akan terus terasa sampai akhir zaman. (Ihya ‘Ulumuddin, 2/306)
Inilah kenapa Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi pokok dasar dalam agama dan menjadi
tiang penegak yang kokoh bagi umat Islam, menjadi esensi kekhalifahan yang diamanahkan
oleh Rabb Semesta Alam, dan menjadi maksud yang paling besar dari diutusnya para Nabi.
Sehingga ini menjadi kewajiban seluruh manusia, baik secara individu dan komunitas
(jamaah) sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
Dalil Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Secara taklif syar’i, Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan kewajiban bagi setiap muslim
dalam rangka mewujudkan kemaslahatan untuk membangun peradaban Islam. Di sini
memang para ulama berselisih pendapat, berdasarkan firman Allah ‘azza wajalla,
‫كن هُ َعم ِن ْال ْالم ْفُمل ْن َك‬
ۚ ‫ح ِر‬ َ ِ َ ‫ون إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمر‬
‫ُون بِ ْال َم ْعر‬
‫ُوف َوويَأُ ْنو ٰهَلَئْو‬ َ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُع‬
‫ُون‬
َ ِ ُ ُ َ ِ َ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Kata ‫ منكم‬dalam ayat di atas, sebagian ulama memaknai ‫( للتبعيض‬menyatakan sebagian)
sehingga menyimpulkan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah. Sebagian yang lain
mengatakan itu P‫( للتبيين‬menyatakan penjelasan), sehingga menyimpulkan bahwa hukumnya
fardhu ‘ain. Walaupun secara prakteknya hukum wajib tersebut bisa berubah, baik itu wajib
kifayah, wajib ‘ain, atau menjadi sunnah atau bahkan menjadi haram.
Kenapa demikian? Karena para ulama, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu al-Qayyim, Imam al-
Ghazali, asy-Syatibi dan yang lainnya menjelaskan bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar ini
senantiasa mempertimbangkan asas maslahat dan mudarat. Berikut beberapa keterangan
ulama seputar hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kapan menjadi wajib ‘ain dan kapan
menjadi haram;

Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menjadi Fardhu ‘Ain


Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi sebuah aktivitas yang hukumnya fardhu ‘ain dalam
beberapa kondisi tertentu. Misalnya,
Pertama, Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka yang ditunjuk oleh
negara Islam untuk melaksanakannya. (Al-Ahkam as-Sulthaniyah, Al-Mawardi, 1/270;
Raudhah at-Thalibin, 10/217)
Kedua, apabila dalam suatu tempat ada hal ma’ruf yang ditinggalkan dan tindak kemunkaran
dibiarkan merajalela sedangkan hanya ada satu orang yang mengetahui, maka melaksanakan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi satu orang tersebut (Syarah Shahih
Muslim, 2/23). Baik mengubah sesuai kemampuannya atau menyampaikan kepada Ahli Ilmu
dan orang yang diberi tanggung jawab akan hal itu sampai mereka melakukan hisbah, atau
dengan cara lainnya.
Baca Juga: Orang Munafik; Malas Mendirikan Shalat, Riya’ Dalam Beramal
Ketiga, apabila tidak mungkin untuk melakukan hisbah kecuali seseorang atau beberapa
orang tertentu, seperti kemunkaran yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dan semisalnya,
maka bagi orang atau beberapa orang tersebut hukumnya fardhu ‘ain. (At-Turuq al-Hukmiyah
fi as-Siyasah asy-Syar’iyyah, 345)
Keempat, apabila Amar Ma’ruf Nahi Munkar membutuhkan suatu perdebatan dan adu
argumen, maka menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu melakukannya. (Ahkamul
Qur’an, Ibnul ‘Arabi, 1/383)
Kelima, ketika maraknya kemunkaran di tengah kondisi sedikitnya para da’i dan
menyebarnya kebodohan, maka Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi fardhu ‘ain bagi setiap
individu sesuai kemampuannya. (Majmu’ Fatawa Syaikh ibn Baz, 1/332)
Keenam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi penguasa yang diberi
amanah oleh Allah untuk memegang tampuk kepemimpinan seperti para Amir, para hakim,
dan sebagainya.
Karena Allah Ta’ala mensyari’atkan al-Imamah al’Uzhma dan seluruh kekuasaan selainnya
untuk menegakkan agama Allah, melaksanakan tugas Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan
mencegah orang- orang zalim dan fasiq dengan melaksanakan hukuman had dan ta’zir.
Seandainya para penguasa atau pemimpin meninggalkan kewajiban Amar Makruf Nahi
Munkar dan jihad karena mengharap dunia atau takut atas jabatan dan kedudukan, atau ada
unsur kecintaan kepada orang-orang kafir, fasiq, dan munafiq, maka keadaannya sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Taimiyah,
“Seorang pemimpin yang tidak melakukan tugas nahi munkar dan menegakkan hukum had
padahal dia mendapat harta darinya, maka kedudukannya sebagaimana orang yang
mengambil harta haram yang seharusnya dibagi kepada para pasukan perang, dan bagaikan
seorang komandan yang mengambil upah dari mendamaikan dua kubu dengan cara yang keji,
dan keadaannya serupa dengan kondisi seorang wanita tua jahat; istri Nabi Luth yang berlaku
sebagaimana dalam al-Quran surat al-A’raf: 83…” (As-Siyasah asy-Syar’iyyah fi Islah ar-
Raa’iy wa ar-Ra’iyyah, 63)
Ketujuh, apabila seseorang melihat kemunkaran sementara dia mampu untuk
menghilangkannya dan mengetahui bahwa selainnya tidak mampu untuk hal itu, maka
menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi dirinya sesuai
kemampuan.

Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menjadi Haram


Selain fardhu ‘ain, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya dapat berubah menjadi haram
dalam beberapa kondisi, seperti,
Pertama, orang yang tidak berilmu atau bodoh terhadap urusan ma’ruf dan munkar, tidak bisa
membedakan hakikat keduanya, maka dia haram melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Kedua, pelaksanaakn Amar Ma’ruf Nahi Munkar justru menimbulkan kemunkaran yang lebih
besar. Dalam kondisi seperti ini, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya haram.
Ketiga, aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar berkonsekuensi pada timbulnya bahaya terhadap
jiwa dan kehormatan kepada selain pelakunya—baik keluarga, tetangga dan selainnya. (Al-
Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 17/230)

Praktek Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Setelah mengetahui seputar hukum dan fleksibilitasnya, pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana praktek penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ini?
Secara garis besar, syariat Islam telah memberikan konsep dasar tentang praktek penerapan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang disarikan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
َ‫ف ِهاإْل َوي َذلِمان‬
‫ك‬ ِ ‫ضْفَعبِقَ ْل ُب‬
‫ط ْع‬
َ ِ َ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإِ ْن لَ ْم يَ ْست‬
ِ َ ِ َ ‫أ‬
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya,
dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim No. 70)

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Hati


Pertama, mengubah kemunkaran dengan hati, karena ini merupakan bentuk Amar Ma’ruf
Nahi Munkar yang harus bisa dilakukan oleh seorang muslim. Jika seorang muslim melihat
kemunkaran sedang hatinya tidak mengingkarinya, maka ini menunjukkan betapa lemah
imannya atau bahkan sudah hilang imannya kepada Allah.
Baca Juga: ZALLATUL ‘ALIM: Menyikapi Ketergelinciran Pendapat Ulama
Termasuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar juga adalah dengan meng-hajr-nya (mendiamkan dan
menjahuinya); tidak bermuamalah dengan pelaku kemunkaran tersebut, supaya sadar bahwa
teman-temannya menjauhi dirinya karena perbuatan munkar yang dilakukan. Tentu dalam
melakukan hajr ini, ada batasan-batasannya dan dalam kondisi memang tidak bisa melakukan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar kecuali harus dengan mendiamkan dan menjauhinya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Lisan


Kemudian setelah hati mengingkari perbuatan munkar, maka hal berikutnya yang harus
dilakukan oleh seorang muslim adalah mengubahnya dengan lisannya atau dengan tangannya,
melihat mana yang mendatangkan maslahat dan mampu menghilangkan mudarat.
Adapun rambu-rambu tingkatan Amar Makruf Nahi Munkar dengan lisan adalah sebagai
berikut;
Pertama, memberitahu dengan baik, memberi pengertian bahwa yang dilakukannya ini salah.
Kedua, melarangnya dengan nasehat yang baik, menakut-nakutinya akan ancaman dari Allah
‘azza wajalla.
Ketiga, melarang dengan mengeraskan suaranya, dengan nada yang lantang dan tegas,
keempat, memberikan ancaman dan hal-hal yang membuatnya takut untuk mengulangi
perbuatannya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Tangan


Adapun rambu-rambu tingkatan Amar Makruf Nahi Munkar dengan tangan, adalah sebagai
berikut;
Pertama, mengambil atau menghancurkan alat-alat yang digunakan untuk berbuat munkar.
Kedua, mengingatkan dengan memberinya hukuman fisik, tanpa harus menimbulkan rasa
sakit yang signifikan.
Ketiga, mengubahnya dengan tangan dengan menggunakan alat hukuman; bisa tongkat,
cemeti, dan lainya,
Keempat, membawa bala bantuan untuk mengubahnya—pada kasus kemunkaran yang cukup
besar.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tetap Mempertimbangkan Maslahat-Mudarat


Semua bentuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar di atas harus didasari dengan asas mendatangkan
kemaslahatan dan menghilangkan kemudaratan. Aktivitas Amar Makruf Nahi Munkar tidak
boleh berdampak pada munculnya kemunkaran atau kemudaratan yang lebih besar, karena ini
bertentangan dengan perintah syar’i dalam melakukan Amar Makruf Nahi Munkar.
Ibnu al-Qayyim rahimahullah memberikan rambu—rambu syar’i secara singkat tentang
pelaksanaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
“Apabila dalam melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang dihasilkan adalah hilangnya
kemunkaran atau kemudaran dan mendatangkan kema’rufan atau maslahat, maka ini
disyariatkan. Apabila yang dihasilkan adalah meminimalisir kemunkaran atau kemudaratan,
maka ini juga disyariatkan. Apabila yang dihasilkan adalah sama saja dengan tidak
melakukannya, maka ini menjadi ruang ijtihad (mana yang lebih utama, dengan kejelian
melihat kondisi). Apabila yang dihasilkan adalah datangnya kemudaratan yang lebih besar
atau lebih membahayakan, maka ini dilarang oleh syariat.” Wallahu a’lam [
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Saputra, Nashih Nashrullah. (2020). Pemimpin Dunia dalam Injil dan
Zabur adalah Rasulullah? m.republika.co.id .
https://www.republika.co.id/berita/qhc7cf320/pemimpin-dunia-dalam-injil-dan-zabur-
adalah-rasulullah
Diana Fitri Febriani, M.Zubir. (2020). Istidraj dalam al-Qur'an Perspektif Imam al-
Qurthubi. Istinarah,Vol. 2, No.1 .
Dini Arining Tyas. (2021). 10 Tanda-Tanda Kiamat Menurut Rasulullah SAW yang
Perlu Diketahui Otolovers Muslim. m.otosia.com . https://www.otosia.com/berita/10-tanda-
tanda-kiamat-menurut-rasulullah-saw-yang-perlu-diketahui-otolovers-muslim-
kln.html#:~:text=Kemudian%20kiamat%20kubro%20diartikan%20sebagai,itu%20sudah%
20tidak%20berguna%20lagi
Ezra Sihite. (2020). Api Kiamat Muncul dari Yaman dan 3 Cara Manusia Digiring.
id.berita.yahoo.com.
https://id.berita.yahoo.com/api-kiamat-muncul-dari-yaman-
072658244.html?guccounter=1&guce_referrer=aHR0cHM6Ly93d3cuZ29vZ2xlLmNvbS8
&guce_referrer_sig=AQAAAIGe8Isgn672P4jfgo6BgfD5cgd6_XUii61zYAWiWDx01vn7
bSGJTGPiWvoPV3vagiot11CZoL9nbNFTC8cloajDbFn-
MrxF74Bz90WCSdY72qsQgQN9mWPXAVmIKTO3V0lNGwfIt74XN25IxdO0MW6aWr
Z9grMwSHqxc4- Ztp3w#:~:text=Dalam%20Kitab%20Shahih%20Muslim%20IV,manusia
%20ke%20tempat
%20mereka%20dihimpun.%E2%80%9D&text=Ketika%20terjadinya%20hal%20itu%2C%
20akan,suatu%20tempat%20berkumpul%20(Mahsyar)
Furqan, Diana Nabilah. (2021). ISTIDRAJ MENURUT PEMAHAMAN
MUFASIR. Qur'anic Studies, Vol. 6, No.1 .
Hadis Qudsi. id.m.wikipedia.org . https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis_Qudsi
Heri Rusian, Amri Amrullah/ChairulAchmad. (2012). Inilah Isi Injil Barnabas
Tentang Kerasulan Rasulullah. m.republika.co.id.
https://www.republika.co.id/berita/m06z68/inilah-isi-injil-barnabas-tentang-kerasulan-
muhammad-saw
Ilham, C35. (2015). Masya Allah, Nabi Muhammad Dijelaskan Kitab Suci Hindu.
m.republika.co.id. https://www.republika.co.id/berita/nshjjs361/emmasya-allahem-nabi-
muhammad-dij
elaskan-kitab-suci-hind
Iqbal Dwi Purnama. (2019). Ini 10 Urutan Peristiwa Tanda-Tanda Kiamat.
muslim.okezone.com . https://muslim.okezone.com/read/2019/06/13/616/2066006/ini-10-
urutan-peristiwa-tanda-tanda-kiamat
Ketahui 8 Tanda Kiamat, Kemunculan Dajjal Hingga Turunnya Nabi Isa. (2020).
m.rctiplus.com . https://www.rctiplus.com/news/detail/muslim/252739/ketahui-8-tanda-
kiamat-kemunculan-dajjal-hingga-turunnya-nabi-isa
Mar'atus Sholihah. (2019). KONSEP AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR AL-
GHAZALI DALAM KITAB IHYA' 'ULUMUDDIN DAN RELEVANSINYA DENGAN
DAKWAH ZAMAN MODERN DI INDONESIA.
Muhammad Abduh Tuasikal. (2013). Ujian dan Musibah Tanda Allah Cinta.
rumaysho.com . https://rumaysho.com/3131-ujian-dan-musibah-tanda-allah-cinta.html
Nashih Nashrullah, Ratna Ajeng Tejomukti. (2020). Kitab Taurat Sebut Kedatangan
Nabi Muhammad dan Ciri-Cirinya. m.republika.co.id .
https://www.republika.co.id/berita/q5zzq6320/kitab-taurat-sebut-kedatangan-nabi-
muhammad-dan-ciricirinya
Puti Yasmin. (2020). 10 Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam Sesuai Urutan.
news.detik.com. https://news.detik.com/berita/d-5153689/10-tanda-tanda-kiamat-menurut-
islam-sesuai-urutan
Rusman H Siregar. (2021). Munculnya Imam Mahdi Jelang Kiamat,Ini Tanda-
tandanya.kalam.sindonews.com. https://kalam.sindonews.com/read/293770/70/munculnya-
imam-mahdi-jelang-kiamat-ini-tanda-tandanya-1610035306
Satria Burmata Duri. (2019). Inilah 'Ad-Dukhan' Angin Kiamat yang Mematikan.
gagasanonline.com. http://gagasanonline.com/2019/04/inilah-ad-dukhan-angin-kiamat-
yang-mematikan.html
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin. MALAPETAKA AKHIR ZAMAN
DAN CARA MENGATASINYA.
Tiga Tanda Jika Allah Mengingkan Kebaikan Seseorang. (2020).
arrohmantahfizh.sch.id. https://arrohmahtahfizh.sch.id/portfolio/tiga-tanda-jika-allah-
menginginkan-kebaikan-seseorang/
Wa Ode Nurfitri Fail, Alia Anjani Putri. Kedudukan Dakwah Dan Amar Ma'ruf Nahi
Munkar Dalam Ajaran Islam.
quran.kemenag.go.id . https://quran.kemenag.go.id/sura/42/30

Anda mungkin juga menyukai