Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AL –DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

AKHLAK TERHADAP KELUARGA

Di Susun Oleh:

KELOMPOK 5

RIDWAN (22003031)
HAMDAN HADI (22003020)
USMAN NAMRAN (22003025)
ANDI AULIA WAHYUNI (22003022)
DIAH FERLIANI HERMAN (22003024)

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Al Usrah 'keluarga' menurut pengertian umum ialah salah satu kumpulan manusia dalam
kelompok kecil yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Sebuah keluarga terdiri dari
sepasang individu, laki-laki dan wanita. Keduanya mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menciptakan keluarga sejahtera, mengatur dan menjaganya, sejak awal
berdirinya sampai akhir penghabisannya.

Sedangkan yang disebut al mujtama 'sosial' adalah kumpulan dari beberapa keluarga


(usrah). Kumpulan keluarga merupakan dasar (fondamen) suatu masyarakat (mujtama).
Keluarga dapat berkembang menjadi masyarakat dan melahirkan apa yang
disebut syu'bun 'suku' (sebagai perkembangan yang horizontal), sedangkan
pengembangan vertikalnya menjadi tarikh 'sejarah' untuk orang-orang sesudahnya.

Perhatian islam yang besar terhadap keluarga,baik dari segi fisik maupun dari segi
mentalnya mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat besar serta berperan dalam
pembentukan sosial masyarakat. Khususnya jika mujtama 'sosial' tersebut hidup dan
berkembang di sekitar kumpulan keluarga,tanpa adanya percampuran lain (orang yang
berbeda keturunan) dan tidak ada hal-hal yang kontradiktif antara apa yang menjadi
tuntunan atau kebutuhan keluarga dengan kebutuhan dan tuntunan sosial masyarakat.
Keluarga yang ideal melahirkan masyarakat yang ideal, sehingga keharmonisan antara
pangkal dan tujuan akhir akan tercipta.

tua atas anaknya.”

Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

َ‫ثُ َّم اَ ُدنَاكَ اَ ْدنَاك‬,‫ك‬ َ َ‫ك َواُ ُخت‬


َ ‫ك َواَخَا‬ َ ‫بِ َّر اُ َّم‬
َ ‫ك َواَبَا‬

“Berbuat baik kamu pada ibumu, ayahmu, saudaramu yang perempuan dan laki-laki,
dan selanjutnya kepada yang lebih kecil.”(H.R. Al-Bazaar dengan sanad hasan).

Kita juga tidak boleh memutuskan hubungan dengan kerabat, memusuhi

mereka dan bersikap sombong, serta tidak memberikan kebaikan kepada mereka
sementara ia dalam keadaaan kaya, maka ia termasuk yang di ancam Allah. Sementara
Sesungguhnya islam sangat memperhatikan kepentingan kesejahteraan keluarga, dasar-
dasar pembentukannya dan segala faktor yang mendukung kelestariannya, serta
pemenuhan fungsi dengan sebaik-baiknya. Melalui Al-Qur'an dan Al-Hadits, islam
menjelaskan secara terperinci hal-hal yang berkenaan dengan masalah keluarga
sehingga dapat menjadi dasar terbentuknya keluarga sejahtera yang menjadi cikal bakal
lahirnya masyarakat sejahtera. Islam menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan yang
utuh mulai dari individu sampai ke kelompok (keluarga).  Dari latar belakang tersebut
maka penulis tertarik untuk membuat judul “Akhlak terhadap Keluarga”.

B.     Rumusan Masalah

1.    Bagaimana akhlak suami terhadap istri dan istri terhadap suami?

2.    Bagaimana akhlak orangtua terhadap anak dan anak terhadap orang tua?

3.    Bagaimana akhlak terhadap saudara?

C.     Tujuan Penelitian

1.    Untuk menjelaskan bagaimana akhlak suami terhadap istri dan istri terhadap suami.

2.    Untuk menjelaskan bagaimana akhlak orangtua terhadap anak dan anak terhadap
orang tua.

3.    Untuk menjelaskan bagaimana akhlak terhadap saudara.

D.    Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca maupun


penulis, juga diharapkan dapat memberikan pembelajaran bagi pembaca untuk
memperbaiki akhlaknya terhadap keluarga sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits.
BAB II

PEMBAHASAN

Al usrah ‘ Keluarga’ menurut pengertian umum ialah suatu kumpulan manusia dalam
kelompok kecil yang terdiri dari, suami, istri, dan anak- anak. Pangkal dari sebuah
keluarga terdiri dari individu ,laki-laki dan wanita. Keduanya mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menciptakan keluarga sejahtera, mengatur, dan menjaganya,
sejak awal berdirinya sampai akhir (penghabisannya).

A.    Akhlak Terhadap Suami Istri

Pernikahan atau perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi
hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan
mahramnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

‫ق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم ۚةً إِ َّن فِي‬
َ َ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن خَ ل‬

َ ِ‫ٰ َذل‬
ٖ َ‫ك أَل ٓ ٰي‬
 ٢١ َ‫ت لِّقَ ۡو ٖم يَتَفَ َّكرُون‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum [30]: 21)

Akhlak dalam pernikahan yang harus dilaksanakan adalah prinsip Pernikahan sebagai
bagian dari amal ibadah yang niatnya untuk menegakan keadilan. suami dinyatakan
sebagai pemimpin dalam rumah tangga, dan seorang pemimpin harus adil, adapun istri
adalah ibu rumah tangga yang harus taat dan patuh kepada suami dalam kebenaran.

1.      Akhlak Suami terhadap Istri

Suami harus membimbing dan mendidik keluarga dengan memberikan contoh yang
baik, agar kehidupannya dipenuhi oleh akhlak mulia. Al-qurannul karim mengungkapkan
perintah allah terhadap laki-laki untuk dapat melaksanakan kewajibannya terhadap istri-
istrinya, para ulama berusaha membatasi kewajiban suami dalam beberapa hal berikut:
a.       Hak menggauli dengan baik

Setiap suami memperlakukan istrinya dengan lemah lembut dan mengasihinya


hukumnya wajib dan bersabar dalam segala sesuatu yang menyakiti hatinya hukumnya
sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nisa ayat (19)

“ Dan bergaulah dengan mereka secara patut.“

Secara patut yang dimaksud adalah baik dalam berbicara, wajah yang berseri-seri,
menghibur dengan bersenda-gurau, dan mesra dalam berhubungan badan. 

Dari masalah ini, para ulama berkata, “di sunnahkan bagi suami menghiasi dirinya untuk
menyenangkan istrinya, begitupun sebaliknya. Supaya istrinya tidak memandang dan
tertarik pada suami atau laki-laki lain,.

‫ار ُك ْم‬C َ Cً‫نُهُ ْم ُخلُق‬C‫انً أَحْ َس‬CC‫و ِمنِ ْينَ اِ ْي َم‬CC‫أَ ْك َم ُل ْال ُم ْئ‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ Cَ‫و ِخي‬،‫ا‬C َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ َ‫ ق‬:‫ض َى هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
}‫حديث حسن صحيح‬:‫ {رواه الترمذى وقال‬.‫ِخيَا ُر ُك ْم لِنِ َسائِ ِه ْم‬

Abu hurairah r,a mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“bagaimanapun sempurnanya iman orang yang beriman ialah yang bagus akhlaknya dan
sebaik-baik kamu wahai (suami) ialah yang terbaik untuk istri-istrimu.” (HR Imam
Tirmidzi, menurutnya ini hadist hasan shahih).

b.      Mengajari istri ulum ad din

Seorang suami akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dihadapannya sebab dia
yang menjadi pemimpin suatu rumah tangga. Seorang suami harus mengajarkan tentang
ilmu agama dan kewajiban istri terhadap keluarganya, tetangganya dan kerabatnya.

Jika suami tidak mampu maka ia harus bertanya pada ulama lalu menyampaikan pada
istrinya, jika ia tidak mau dan tidak mampu juga maka ia harus mengizinkan istrinya
keluar menuntut ilmu, jika ia tidak memberi izin maka wajib bagi istrinya untuk keluar
dan menuntut ilmu agama yang wajib diketahuinya dengan sepengetahuan semaunya.
Bagi seorang suami memerintahkannya adalah berbuat ma’ruf dan mencegahnya
berbuat munkar. 

Surat A- tahrim (6)

“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan supaya menjaga diri dan keluarga kita dari
segala perbuatan yang mengakibatkan kita masuk kedalam neraka. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala
larangannya. Suatu dosa yang dilakukan oleh seorang istri, tetapi suaminya membiarkan
dan meridhoinya maka ia pun ikut bedosa.

c.       Adil dan Memberikan Rasa Cemburu

Sikap adil dan memberikan rasa cemburu (jika istrinya lebih dari satu) yang dimiliki
wanita. Orang yang tidak mempunyai rasa cemburu dinilai orang lain bahkan oleh agama
tidak memiliki sifat orang-orang yang beriman.

d.      Memberikan maskawin dan Nafkah

Al mahru ‘Maskawin’ merupakan hak murni seorang istri, tak ada orang lain yang berhak
atas barang tersebut.

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi) sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya” (QS. An-nissa:4).

Faktor dan sikap yang harus diperhatikan dalam pemberian nafkah ialah kesederhanaan
dan kehalalan dalam mencari nafkah agar berkah dan tidak akan menanggung dosa.

e.       Adil dalam membagi rezeki kepada istri-istrinya

Jika suami mempunyai istri lebih dari satu, maka wajiblah baginya berlaku adil, jika
memberikan uang, barang,  pakaian, secara tidak adil maka dia dikatakan zalim.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selalu berlaku adil, baik dalam hal pemberian,
maupun dalam mencampuri istri. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

ُ ِ‫ك َوالَأَ ْمل‬


}‫ {رواه أصحاب السىن وابن حبان‬.‫ك‬ َ ‫ادج ْه ِدى فِ ْي َما أَ ْملِك‬
ُ ِ‫والَطَاقَةَلِى فِ ْي َماتَ ْمل‬،ُ َ ‫اَللَّهُ َّم هَ َذ‬

“Ya Allah, inilah kemampuanku yang aku miliki, tetapi aku tidak mempunyai kekuasaan
atas yang engkau kuasai dan aku tidak mampu menguasainya “(diriwayatkan oleh para
penyusun sunan dan ibnu hibban).

f.       Tidak menyakiti dan menjaga perasaanya

Kehidupan keluarga lebih banyak bergantung kepada unsur insting dan perasaan, jika
tindakan yang dilakukan itu gegabah maka dapat mengakibatkan tidak harmonisnya
hubungan suami istri dan akhirnya menjadi keluarga yang berantakan.
g.      Mengatasi perselisihan dengan baik

Apabila yang menjadi sumber pertengkaran istri, maka al-quran memberikan


penyelesaian yang harus dilakukan soleh suami seperti menasihati dan
mengingaktkannya, menakut-nakuti dengan acaman siksaan Allah dan memukul istrinya
dengan tidak melukainya apabila istri sulit diatur.

2.      Aklak Istri terhadap Suami

a.       Mengenal dan mengakui kedudukan suami

Laki-laki mempunyai kelebihan satu derajat, menjadi pelindung, penaggung jawab, dan
sebagainya.

Ummu salamah r.a pernah berkata bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda,

ِ َ‫اض َد َخل‬
‫ت‬ ْ ‫ا ت‬CC‫ َرأَ ٍة َم‬C‫ا ا ْم‬CC‫ أَيُّ َم‬:‫لَّ َم‬C‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
ٍ ‫ا َر‬CCَ‫ا َع ْنه‬CCَ‫َت َو َزوْ ُجه‬ َ َ ‫ ق‬:‫ت‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ ِ ‫ع َْن أُ ِّم َسلَ َم ةَ َر‬
ْ َ‫ض َى هللاُ َع ْنهَا قَال‬
}‫صحيح الئناد‬:‫ال َجنَّةَ {رواه ابن حاج والتر مذى وحسنه والحاكم وقال‬ ْ

“Perempuan mana pun, apabila meninggal,sedang suaminya meridhoinya maka

dia pasti masuk syurga.” (HR ibnu Majah, dan Imam Tirmidzi, beliau
menghasankannya,dan imam hakim mengatakan isanadnya sahih)

b.      Taat dan melayani suami dengan baik

Ketaatan istri pada suaminya adalah wajib. Jika ia mendurhakainya dan tidak meminta
maaf maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiksanya di dunia dan di akhirat kecuali
jika suaminya sudah memaafkan. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-nisa : 34

“adapun wanita yang sholeh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka”

c.       Berhias untuk suami


Seorang istri harus berdandan dan berhias untuk suaminya agar  mampu menghibur
kesepian suami serta menghilangkan kelelahannya. Sesungguhnya wanita seperti itu
merupakan hiasan dan permata dunia. sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :

}‫ع َو َخ ْي ُر َمتَل ِعهَااَ ْل َمرْ َعةُالصَّالِ َحةُ {رواه مسلم‬


ٌ ‫اَلَ ُّد ْنيَا َمتَا‬

“Dunia itu adalah hiasan,dan sebaik-baik hiasannya ialah wanita salehah”

d.      Berhias yang diperbolehkan dan yang dilarang

Yang disyariatkan ialah apa yang dianggap indah bagi wanita dan perhiasan baginya,
apakah dalam bentuk pakaian, alat kosmetik, wewangian, polesan dengan bahan ini
pada tangan kaki, bercela, mencelup warna rambut dengan warna selain hitam (boleh
tapi makruh) jika tidak ada unsur penipuan terhadap seseorang.

Sedangkan yang dilarang :

1)      Yang terlarang karena ada unsur mengubah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Imam bukhari dan imam muslim dari Abdullah bin mas’ud r.a menyatakan rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutuk orang yang
membuat tato dan yang minta di buatkan tato, yang mencabut rambut allisnya, dan yg
meregangkan giginya dengan tujuan membaguskan tetapi mereka mengubah ciptaan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

2)      Haram berhias untuk orang yang haram memandangnya.

Orang yang boleh memandang istri ialah suaminya, dia tidak boleh berhias didepan
orang yang bukan mahramnya meskipun saudaranya dengan tujuan agar terlihat cantik
dan menarik.

B. Akhlak Anak kepada Orang tua, dan Akhlak orang tua kepada Anak

1.      Akhlak Anak Kepada Kedua Orang Tua

Sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada kedua orang tua, setelah taqwa kepada
Allah. Karena itu seorang anak wajib untuk menghormatinya, mencintai mereka dengan
ikhlas, berbuat baik kepada mereka lebih- lebih bila usia mereka telah lanjut, serta tidak
berkata keras dan kasar dihadapan mereka.

Berbakti kepada orang tua dinilai dari penerimaan terhadap keberadaan orang tua
sebagaimana adanya, serta menghayati pengorbanan mereka dalam mendidik dan
merawatnya juga menghormati mereka secara tulus dan ikhlas.
Kedua orang tua itu sangat mulia, karena ridha Allah itu ada pada orang tua dan murka
Allah pun ada pada marahnya orang tua. Orang tua adalah pintu masuk surga, maka
barangsiapa berbuat baik dan berkhidmat kepada mereka, akan masuk ke surga.

Allah mewajibkan kepada seorang anak untuk berbuat kebajikan kepada keduanya
sampai-sampai Allah menyangkut-pautkan hal tersebut dengan kewajiban beribadah
kepada-Nya. Dia berfirman:

َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َد ْي ِن إِحْ ٰ َسنًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد‬
 ‫ك ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
ِ ‫َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل ك‬
‫َري ًما‬

Artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkanmu untuk tidak menyembah kecuali hanya kepada-
Nya. Dan hendaklah kamu berbuat baik terhadap kedua orang tua. Jika salah seorang di
antara mereka atau keduanya sudah sampai umur, janganlah kamu berkata kepada
mereka “uff”, dan janganlah kamu membentak, tetapi berkata kepada mereka dengan
kata-kata yang baik.” (Al-Isra: 23).

Dari ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwasanya Allah Ta’ala  melarang kita
sebagai anak dari orang tua kita untuk berkata kasar kepada kedua orang tua kita. Selain
itu kita wajib memberikan pengabdian kepada keduanya sebagaimana mereka berdua
telah memberikan pengabdian kepada kita saat kita masih kecil.

Seungguhnya Allah Ta’ala juga telahmewajibkan kepada kita untuk menaati keduanya
dalam segala perintah dan larangannya dalam hal yang tidak merupakan maksiat kepada
Allah dan dalam hal yang tidak berentangan dengan syari’at-Nya karena menaati
makhluk dalam perbuatan maksiat kepada Allah tidaklah dibenarkan. Hal ini
berlandaskan firman Allah:

َ Cَ‫بِي َل َم ْن أَن‬C‫ ْع َس‬Cِ‫ا َواتَّب‬CCً‫اح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوف‬
َّ َ‫اب إِل‬C
‫ي‬ ِ ‫ص‬َ ‫ َو‬C‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما‬ َ ‫َوإِ ْن َجاهَدَاكَ َعلَى أَ ْن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
َ‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
َّ َ‫ثُ َّم إِل‬

Artinya :

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

       Selain itu kita juga harus menjunjung tinggi dan menghormati keduanya dengan
ungkapan dan perbutan, berbuat baik kepada keduanya dan berkorban dalam rangka
membela keduanya, bersilahturahmi kepada orang yang tidak punya hubungan
silaturahmi selain lantaran keduanya, memenuhi janjinya, dan menghormati
sahabatnya., Tidak mendurhakai keduanya seperti sabda Rasulullah :

‫ َدي ِْن‬C ِ‫ ْال َوال‬ ‫ى َراك بِاهللِ َو‬C ‫ اَ ْل َكبَا ئٍرُا ِال ْش‬:‫ قَا َل‬.‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم‬
َ ‫ض َى هللاُ َع ْنهُ َماع َِن النَّبِ ِّى‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ب ِْن ُع َم َرو ْب ِن ال َع‬
ِ ‫اص َر‬
َ ْ ُ‫ْن‬
‫س َواليَ ِمي الغ ُموْ س‬ ْ ْ َّ
ِ ‫َوقت ُل النف‬ْ َ

            .
 Artinya :

Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan Allah,
durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan sumpah palsu (yang
membahayakan orang lain).” (H.R Imam Bukhari)

       Kita juga harus Berbuat baik kepada kedua orang tua, diantara perbuatan baik
kepada orang tua yaitu seperti mendahulukan ibu daripada ayah, seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah :

‫اس‬ ُّ C‫ َم ْن أَ َح‬:‘ِ‫وْ َل هللا‬C‫ يَا َر ُس‬:‫ا َل‬CCَ‫لَّ َم فَق‬C‫ ِه َو َس‬C‫ َجا َء َر ُج ٌل إِلَى َرسُوْ ِل هللاِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬:‫ض َى هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ َّ‫ق الن‬ ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
}‫ومسلم‬  ‫ك {رواه البخارى‬ َ ُ
َ ْ‫ ث َّم َم ْن؟ قَا َل أبُو‬:‫ال‬ ُ ُ
َ َ‫ أ ُمكَ ق‬:‫ ث َّم َم ْن؟قَا َل‬:‫قَا َل‬.‫ك‬ ُ ُ ُ
َ ‫ أ ُّم‬:‫ ث َّم َم ْن؟قَا َل‬:‫أ ُّمكَ قَا َل‬:‫ال‬
َ َ‫ص َحابَتِى؟ق‬ َ ‫بِ ُحس ِْن‬

Artinya :

Dari Abu Hurairah radhuallahu ‘anhu bahwa seorang laki-laki mendatangi Rasululllah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sambil berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang
paling berhak untuk aku dekati?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,
“Ibumu.” Dia berkata, “Kemudian siapa lagi wahai Rasul?” beliau menjawab, “Ibumu.”
Dia berkata, “ kemudian siapa lagi wahai Rasul?” Beliau menjawab, “ Ibumu.” Dia
berkata, “ Terus siapa lagi wahai Rasul?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “
Ayahmu.” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Selain itu kita juga harus bersikap baik pada orang tua, menyenangkan keduanya,
meminta izin untuk berjihad, taat kepada keduanya, selalu mendoakan keduanya
sekalipun telah meninggal dan bersilaturahim dengan teman-teman kedua orang tua
dan kerabatnya.

2. Akhlak Orang tua terhadap Anak

Bagi orang tua, anak merupakan belahan jiwa, dan harapan hidupnya, penerus dan
penyambung keturunannya, bahkan di akhirat mereka dapat menjadi penolong
(pemberi syafaat) bagi kedua orang tuanya.  Jika mereka shalih dan shalihah, maka para
orang tua akan mendapat pahala sebesar pahala anak-anaknya.

Anak dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitrah. Berarti, ia dalam keadaan islam.
Orang tualah yang menjadikan anaknya itu muslim, yahudi, nasrani, maupun majusi.
Disinilah letak kewajiban orang tua terhadap putra-putrinya dalam mengajari akhlak
kepada sesama manusia.

Maka, para orang tua memiliki kewajiban yang harus mereka penuhi terhadap anak-
anaknya, kewajiban tersebut antara lain :

a.       Mengazani anak yang baru lahir

Disunnahkan dikumandangkan dengan suara yang sangat lemah dan pelan ke telinga
kanan bayi. Hal ini berdasarkan sebuah hadist hasan shahih yaitu,

‫ أَ َّذنَ فِى أُ ُذ ِن ْال ُح َسي ِْن ب ِْن‬.‫م‬.‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص‬


ُ ‫ َرأَي‬:‫ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِى َرافِ ٍع َر‬
َ ِ‫ض َى هللاُ َع ْنهُ َموْ لَى َرسُوْ ِل هللا‬

َّ ‫صالَ ِة يَ ْعنِى ِبأ َ َذانَ ال‬


 }‫ {رواه أبودوالترمذى وقال الترمذى حديت حسن صحيح‬. ‫صالَ ِة‬ َّ ‫اط َمةُ بِال‬
ِ َ‫َعلِ ٍّي ِح ْينَ َولَ َد ْتهُ ف‬

                        Artinya :

    “Abu Rafi’, pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menyatakan bahwa dia
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berazan di dekat telinga Husain bin Ali
radhiallahu ‘anhu, ketika ibunya, Siti Fatimah melahirkannya, dengan azan (untuk)
salat.” (HR> Abu Dawud dan Tirmidzi, kata Imam Tirmidzi, hadist ini hasan shahih)

b.      Memberi nama yang bagus

Berdasarkan sabda nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam  :

‫نوا‬C‫ائكم فأحس‬C‫ماء آب‬C‫مائكم وأس‬C‫ة بأس‬C‫وم القيام‬C‫دعون ي‬Cُ‫ إنكم ت‬:‫لم‬C‫ قال رسول هّللا صلى هّللا عليه وس‬:‫عن أبي الدرداء قال‬
‫أسماءكم‬

            Artinya :

“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama
kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Al Sunan)

c.       Akikah
Disunnahkan bagi bayi yang baru lahir apabila laki-laki maka disembelihkan dua
ekor kambing dan bayi perempuan satu ekor kambing. Hal itu berdasarkan sebuah
hadist shahih yaitu :

ِ ‫ق ع َِن ْال ُغالَ ِم شَـات‬


ِ Cَ‫َان ُمتَكاَفِئَت‬
‫ َوع َِن‬.‫ان‬C َّ C‫ــر هُ ْم أَ ْن يُ َع‬
َ ‫ أَ َم‬:‫لَّ َم‬C‫ ِه َو َس‬Cْ‫صلَّى هللاُ َعلَي‬
َ   ِ‫ض َى هللاُ َع ْنهَا أَ َّن َرسُـوْ َل هللا‬
ِ ‫ع َْن عَائِ َشةَ َر‬
}‫{رواه الــترمـذى وصححه‬  .ٌ‫اريَ ِةشَاة‬ ِ ‫ال َج‬ْ

Artinya :

Siti Aisyah mengatakan radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa Sallam memerintahkan para sahabat dan ummatnya untuk beraqiqah dari bayi
laki-laki dua ekor domba, yang sama dan dari bayi perempuan seekor domba.” (HR.
Imam Tidmidzi dan beliau menshahihkannya).

d.      Mencukur rambut bayi

Disunnahkan untuk mencukur rambut bayi sampai habis, lalu rambut tsb ditimbang dan
kemudian menyedekahkan emas seberat rambut tersebut. Akan tetapi jika tidak
memungkinkan, maka keluarkan saja sedekahnya seberat rambutnya (menurut
perkiraan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

ُ Cَ‫ َويُ ُحل‬،‫ ِه‬C‫ا ِب ِع‬C‫وْ َم َس‬Cَ‫هُ ي‬C‫ ْدبَ ُح َع ْن‬Cُ‫ ِه ت‬Cِ‫ ُكلُّ ُغالَ ٍم ُمرْ تَهَ ٌن ِب َعقِ ْيقَت‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ة‬C‫ {رواه أحمدواالربع‬.‫ َّمى‬C‫ق َوي َُس‬ َ ‫َولِقَوْ لِ ِه‬
}‫وصححه الترمدى‬

Artinya :

“Setiap anak digadaikan dengan aqiqahnya, disembelih aqiqah itu pada hari ketujuh, lalu
dia dicukur dan dinamai.” (H.R. Ahmad dan empat perawi hadist lainnya, serta
dishahihkan oleh Imam Tirmidzi).

e.       Memberi nafkah

Memberi nafkah kepada anak-anak sampai dewasa dan mampu membiayai diri sendiri
(laki-laki), sedang perempuan, sampai dia mendapatkan suami yang akan mengurusnya
dan membiayainya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam :

َ ُ‫ َكفَى بِ ْال َمرْ ِءإِ ْث ًما أَ ْن ي‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ضيِّ َع َم ْن‬ َ َ‫ض َى هللا َع ْنهُ َماق‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ال‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِدهللاِ ْب ِن ُع َم َرو ْب ِن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬
}‫صحيح االسناد‬:‫وقىل‬.‫ {رواه أبوداودوالحاكم والنسانى‬. ‫ت‬ ُ ْ‫يَقُو‬
Artinya :

Abdullah binAmr bin Ash radhiallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda, “Cukuplah seorang itu dianggap berdosa jika dia menyia-
nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (H.R Imam Abu Dawud, an-Nasa-i, dan
Hakim; menurut Imam Hakim, hadist ini isnadnya shahih)

f.       Mendidik dengan baik

Yang menjadi landasan pokok dari masalah pendidikan dan pengajaran anak-anak
adalah firman Allah Ta’ala :

َ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل َي ْعصُون‬


َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬

  َ‫هَّللا َ َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)

Mendidik anak –anak itu wajib bagi kedua orang tua terutama dalam ilmu agama. Jika
mereka tidak melaksanakannya dan menyebabkan anak-anaknya terperosok dalam
dosa, maka mereka akan mendapat siksaan di akhirat kelak.

g.      Memberi kasih sayang

Rasulullah menunjukkan bahwa orang tua hendaknya bersikap penuh kasih sayang
kepada anak mereka sebagaimana yang telah dicontohkan, beliau tidak sedikitpun
marah kepada cucunya, padahal beliau diganggu ketika sedang beribadah kepada Allah.

C. Sanak famili

Hubungan baik antara saudara ini, hendaknya mendahului saudara kandung dari pada
saudara tiri. Ketika salah satu dari saudara kita menghadapi kesulitan maka bantulah ia
dengan menghiburnya, memberikan nasihat dan memberikan dorongan semangat agar
ia tidak larut dalam masalahna. didalam keluarga saudara yang lebih tua harus bisa
mengayomi yang lebih muda, dan yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua .

Hal ini berlandaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.


‫ق ْال َوالِ ِد َعلَى َولَ ِد‬ َ ‫ق َكبِيْرااْل ِ ْخ َو ِة َعلَى‬
ِّ ‫ص ِغي ِْر ِه ْم َك َح‬ ُّ ‫ح‬.
َ

“Hak saudara yang lebih tua terhadap adik-adiknya adalah seperti hak orang apabila ia
tidak mampu membantu, ia harus mengunjungi mereka. Hal ini dijelaskan dalam hadits
rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda,

“Barang siapa memiliki kerabat lemah dan tidak berbuat baik kepada mereka padahal ia
memberikan zakat kepada selain mereka. Allah tidak menerima sedekahnya dan tidak
melihatnya pada hari kimat.”(Diriwayatkan Thabrani dari hadits Abu Hurairah).

Praja, 2012, Ilmu Akhlak, Bandung : Pustaka Setia

Syahidin, 1995, Moral dan Kognis Islam : Buku Teks Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum, Bandung

BAB 3

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan yang telah dibahas diatas, maka dapat disimpulkan :

1.      Akhlak dalam pernikahan yang harus dilaksanakan adalah prinsip pernikahan


sebagai bagian dari amal ibadah yang niatnya untuk menegakan keadilan. suami
dinyatakan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, dan seorang pemimpin harus adil,
adapun istri adalah ibu rumah tangga yang harus taat dan patuh kepada suami dalam
kebenaran.

2.      Sebagai seorang anak, wajib berbakti kepada kedua orang tua, setelah taqwa
kepada Allah. Dan Akhlak orang tua terhadap anak yaitu mengurus anak sejak lahir
sesuai syariat islam seperti mengadzankan, memberikan nama yang baik dan
sebagainya, mereka  juga harus memberi nafkah dan kasih sayang.

3.      Ketika salah satu dari saudara kita menghadapi kesulitan maka bantulah ia dengan
menghiburnya dan memberikan nasihat yang baik sesuai dengan permasalahannya jika
kita tidak mampu maka beri ia dorongan semangat dan hibur ia supaya ia tidak larut
dalam masalahnya.

B.     Saran

Hendaklah keluarga selalu memberikan perhatian yang penuh kepada anaknya dalam
membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik
tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Serta keluarga harus tampil menjadi tauladan yang baik, membiasakan berbagai bacaan
dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum
anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat
yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, doa-doa dan
ayat-ayat Al-Qur'an)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2007, Studi Akhlak dalam Persfektif Al-Qur’an, Jakarta : Amzah

Adz-Dzahabi, 2012, Al-khabair Galaksi Dosa, Bekasi : Darul Falah

Ayyub, 1994, Etika Islam Menuju Kehidupan yang Hakiki, Bandung : Trigenda Karya

El-Jazair, 1990, Pola Hidup Muslim, : Etika, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai