Anda di halaman 1dari 3

Anti depresan, Regulasi Afek

Trisiklik dan senyawa berhubungan

Dinamakan demikian karena molekulnya terdiri dari 3 cincin berhubungan dengan satu rantai
samping yang melekat sentral. Tetapi sekarang telah dihasilkan tetrasiklik yang efek
sampingnya lebih sedikit, tetapi tidak lebih efektif dari trisiklik.

1. Imipramin (Tofranil)
Indikasi, lebih dari 50% penderita depresi mengalami remisi dengan antidepresi
trisiklik, tetapi kekambuhan terjadi, jika obat dihentikan terlalu cepat dan diperlukan
dosis pemeliharaan. Lebih cocok untuk mengobati pasien retardasi dan bisa
memperburuk agitasi. Tidak mempunyai efek euforia pada pasien yang tidak
megalami depresi.
2. Amitriptilin (Tryptizol)
Indikasi, lebih bersifat sedatif dibandingkan imipramin, sehingga bermanfaat bagi
penderita yang disertai insomnia dan pasien teragitasi.
3. Klomipramin (Anafranil)
Efektif bila ada ansietas, gejala fobik dan obsesi.
4. Mianserin (Bolvidon, Norval)
Mempunyai efek antidepresi serupa dengan trisiklik, tetapi mempunyai efek samping
lebih sedikit. Bisa bermanfaat bagi orang tua, pasien penyakit jantung serta bila ada
risiko tinggi kelebihan dosis.

Penghambat Monoamin Oksidase (MAO)

Obat ini mempunyai efek anti depresi serta bisa mempunyai efek sedativa, anti depresi dan
euforia. Telah terbukti sangat efektif bagi pasien fobia. Biasanya di berikan pada penyakit
depresi setelah pemberian trisiklika tidak efektif, jadi bukan obat pilihan pertama, karena efek
samping dan toksiknya.

1. Fenelzin (nadil)
Indikasi, depresi tidak khas, dengan gejala utamanya fobia dan ansietas.
2. Tranilsipromin (parnate)
3. L-triptofan (optimax)
Untuk anti depresi ringan.
4. Litium karbonat
Indikasi, pemberian jangka lama terbukti menjadi suatu pencegahan kekambuhan
untuk psikosis manik depresif serta dalam tingkat lebih kecil untuk depresi berulang.
Litium juga digunakan untuk meniakut tetapi memerlukan waktu seminggu agar
efektif. Biasanya di berikan kepada pasien yang menderita dua serangan atau lebih
dalam masa dua tahun serta harus digunakan paling kurang satu tahun agar efeknya
lengkap.

Ansiolitik, Hipnotik
1. Benzodizepin
2. Diazepam (valium)
3. Klordiazepoksid (librium)
4. Klorazepat (tranxene)
5. Temazepam (normison, euhypnos)
6. Nitrazepam (mogadon)

Terapi elektrokonvulsif (ECT)

Indikasi dan Kemanjuran

Indikasi utama adalah untuk penyakit depresi parah. Gejala yang diperkirakan akan
memberikan respon yang baik terhadap ECTmencakup waham, mulainya mendadak dan
berlagsung singkat, celaan diri sendiri, retardasi, penurunan berat badan dan bangun tidur
yang dini. Tidak memuaskan jika ada hipokondriasis dan kepribadian histeri.

Walaupun terapi ini telah digunakan selama hampir 50 tahun, namun statusnya masih tetap
kontroversi. Di masa lampau, kemanjurannya dianggap telah terbukti dari hasil yang
ditampilkan dan uji coba tersamar ganda dan tidak etis. Belakangan ini ditemukan banyak
gambaran yang tidak cocok lagi. Pada penyakit depresif primer berat, yang perlu masuk
rumah sakit, ECT setidaknya sama baik dengan antidepresi trisiklik (terutama wanita).
Keuntungannya, ECT menghasilkan respon yang lebih cepat dibandingkan dengan
antidepresi, tetapi banyak keuntungan ini hilang dalam satu atau dua bulan. ECT tetap
menjadi terapi terbaik bagi pasien yang mencoba bunuh diri karena depresi berat dengan
gejala psikotik.

ECT kurang efektif untuk mania dan kurang unggul dibandingkan terapi obat dalam
skizofrenia, kecuali bila gejala depresi menonjol.

Teknik

ECT dapat diberikan kepada pasien rawat jalan dan rawat nginap. Pasien dan keluarganya
harus diberi penjelasan lengkap tentang terapi yang akan dijalankan dan diminta
persetujuannya. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan dilakukan sesuai keperluan.
Kerahasiaan harus terjamin sebelum dan selama terapi serta adanya wajah orang yang dikenal
akan bermanfaaat bagi proses pemulihan.

Anastesia seperti biasa harus diberikan hati-hati. Atropin diberikan sebelum terapi, diikuti
dengan anestesi intravena. Tiopenton memungkinkan pasien tidur lebih lama dalam fase
pemulihan dini, tetapi metoheksin kurang bersifat antikonvulsi dan lebih jarang menyebabkan
aritmia jantung. Suatu obat pelemas otot biasanya suksametonium klorida (Scoline) sekitar 50
mg disuntikkan melalui jarum yang sama. Oksigen diberi sebelum dan setelah konvulsi.

Biasanya konvulsi di induksi oleh suatu mesin yang dapat diatur waktunya secara otomatis
dan dapat dipilih bentuk gelombangnya. Rangsangan yang diberikan merupakan rangsangan
minimum yang diperlukan untuk menimbulkan konvulsi generalisata: biasanya memilki 140
volt selam 0,5 detik. Elektroda bantalan saline digunakan. ECT bilateral dipasang di daerah
fronto temporalis. Pada ECT unilateral, elektroda dipasang di pelipis dan processus
mastoideus pada sisi yang sama (non dominan). Dominansi bahasa harus dites dengan cermat
sebelum terapi dilakukan.

Efek samping

Beberapa jam setelah terapi, sering timbul konfusi ringan dan nyeri kepala. Bila pengobatan
lebih dari 4 jam, maka sering ada gangguan ingatan sementara. Jarang menimbulkan
komplikasi dan pemulihan spontan terjadi dalam 3-4 minggu berikutnya. Kenyataannya
banyak pasien yang mencatat adanya perbaikan ingatan setelah ECT, karena konsentrasi dan
ingatannya terganggu sewaktu depresi. Tidak mempengaruhi ingatan secara menetap.
Gangguan ingatan yang terjadi pada tiap tindakan terapi biasanya lebih kecil, tetapi kadang-
kadang diperlukan lebih banyak terapi agar rangkaiannya efektif.

Kontraindikasi

Infark miokardium baru atau penyakit serebrovaskuler, penyakit paru berat harus
dipertimbangkan adanya kontraindikasi relatif pada penderita bunuh diri serius. Usia tua
bukan kontraindkasi, terutama bila digunakan terapi unilateral.

Mekanisme kerja

Bebagai teori menjelaskan tentang adanya efek atas sintesis protein dan permebialitas
membran otak. Aktivitas lambat EEG meningkat setelah ECT dan paling kurang menetap
selama 2 bulan setelah itu. ECT dapat membuat perubahan sensitivitas reseptor poscasinap
terhadap monoamin, sehingga ECT bisa mempotensiasi kerja 5-H.T. dan transmiter
moradrenalin.

Anda mungkin juga menyukai