Buku Pegangan Konselor
Buku Pegangan Konselor
Artikel
Oleh;
Syahiruddin,SE,MSi
NIP.197108182006041004
Widyaiswara Madya BKPP Aceh
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak
dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun
praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu
memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan
(klien).
bimbingan dan konseling selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling
sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan
bimbingan dan konseling, sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat
Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-
asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya. Oleh karena itu, dalam upaya
para konselor, melalui Karya Tulis Ilmiah ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan
yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling untuk
penderita HIV/AIDS. Dalam penelitian ini Penulis meneliti tentang “Konseling bagi
Darussalam”.
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat
dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan
bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh
akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri
Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum
terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan
1. Landasan Filosofis
dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun
usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu
? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan
filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada,
para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph,
dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup
berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-
tidaknya mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia
itu adan akan menjadi apa manusia itu.
4
2. Landasan Psikologis
bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai
oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
c. Perkembangan Individu
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang
baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan.
e. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang
kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan
yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Sementara itu, Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang
mencakup :
3. Landasan Sosial-Budaya
6
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang
tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat
dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya
yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d)
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan
atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya
7
tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif
tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika
asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat
menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.Sejak awal dicetuskannya gerakan
Prayitno, 2003).
Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan
praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi,
biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan
agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan
8
dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk
penelitian.
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga
hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong
perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-
kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi)
serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah. Ditegaskan pula oleh Moh. Surya
(2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat
yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan
C. Kesimpulan
1. Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas
landasan yang kokoh.
9
3. Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan
psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
6. Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam
layanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang
keragaman budaya.
7. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan
konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
KONSELING
A. Konseling Umum
Konselor adalah orang-orang yang dilatih untuk membantu orang lain untuk
alternatif pemecahan masalah, dan mampu membuat mereka mengambil keputusan atas
permasalahan tersebut. Jadi, proses konseling bisa digambarkan sebagai suatu dialog
antara seseorang yang bermasalah (klien) dengan orang yang menyediakan pelayanan
hampir sama dengan yang dibutuhkan untuk mengajar, yaitu menciptakan suatu
tekniknya. Pikirkan suatu saat ketika Anda sedang sedih dan membicarakan hal tersebut
dengan orang lain, teman, keluarga, pekerja sosial, dan lain-lain. Anda merasa jauh lebih
baik. Apa yang dilakukan orang tersebut untuk menolong Anda? Mungkin ia hanya
mendengarkan dan duduk dekat Anda, mungkin dia hanya mendengarkan dan tidak
menyalahkan.
11
B. Konseling HIV
Konseling HIV berbeda dengan konseling yang lain, walaupun keterampilan dasar
yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena:
� Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
HIV/AIDS.
� Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil tes HIV yang positif.
Beberapa ciri yang ditemukan dalam suatu konseling HIV, sebagai berikut :
2. Bukan suatu hal yang baku, dapat bervariasi tergantung kondisi daerah/ wilayah, latar
belakang klien, dan jenis layanan medis/sosial yang tersedia.
• Bagaimana perasaan saya bila berhadapan dengan pengidap HIV/ penderita AIDS?
• Hal-hal apa pada diri klien yang membuat diri saya menjadi kesal?
• Hal-hal apa yang menjadi keterbatasan saya dalam bekerja sebagai konselor?
• Hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan dan kemampuan saya dalam bekerja
sebagai konselor?
• Bagaimana pandangan saya terhadap masalah perzinahan, ganti-ganti pasangan
seks, homoseks, pelacuran dan penyalahgunaan narkotik?
• Bagaimana saya harus menanggapi reaksi keberatan dari keluarga, teman, atau
tetangga terhadap pekerjaan saya sebagai konselor?
• Bagaimana saya menghadapi dan menanggulangi sikap agresif, kemarahan dan
pelecehan klien saya?
• Apa yang membuat saya sepakat bekerja dalam bidang HIV/AIDS?
4. Mendorong orang untuk memahami praktek seksual yang lebih aman, baik yang
menjalani tes HIV maupun yang tidak.
6. Integrasi perilaku, pengertiannya adalah memahami rencana perilaku setelah hasil tes
diterima.
Respon klien saat mengetahui status HIV positif Klien memberikan reaksi yang
berbeda-beda pada saat mengetahui dirinya HIV positif. Beberapa reaksi yang dibahas di
sini adalah reaksi yang normal terjadi di saat seseorang mengalami tekanan mental/stres
yang besar. Seseorang mungkin bisa berubah dari satu respon ke respon berikutnya
sampai akhirnya sampai pada situasi menerima hasil tersebut, atau perasaan mereka akan
tetap berubah-ubah. Suatu hari mereka merasa sangat menolak hasil dan kesepian, di hari
lain mereka merasa penuh harapan dan kekuatan. Hari lain merasa depresi/tertekan, hari
Hal-hal yang menjadi kenyataan yang dialami oleh penderita HIV/AIDS yaitu :
a. Syok (shock)
Bagaimanapun seseorang mempersiapkan diri, adalah sangat mengejutkan untuk
menerima kenyataan dirinya sudah terinfeksi HIV. Seseorang mungkin merasa
bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada saat seperti ini sangat baik
bila klien didampingi seseorang yang sangat mereka percaya.
c. Marah-marah
Klien mungkin marah-marah setelah mengetahui dirinya positif HIV. Hal ini
seringkali dijumpai dan bisa terjadi klien menyalahkan diri sendiri, menyalahkan
orang lain yang telah menularkan HIV pada dirinya. Kadang-kadang klien
menyalahkan Tuhan. Perasaan marah memang normal, tetapi ini tidak membantu
menyelesaikan masalah, karena fokus klien adalah menyalahkan orang lain (marah
kepada penular HIV) dan menyalahkan diri sendiri (merasa bersalah), daripada
mengambil tindakan yang positif. Berbicara dengan seseorang (konselor) dapat
membantu mengurangi perasaan ini dan membantu klien untuk menerima situasi yang
ada. Kemarahan adalah reaksi yang sulit untuk diatasi, terutama bila kemarahan
tersebut ditujukan kepada diri Anda. Anda harus berusaha untuk mengerti dan tidak
14
d. Kompromi (bargaining)
Klien dengan HIV mungkin mencoba berkompromi dengan dirinya dengan berpikir,
misalnya: “Tuhan akan menyembuhkan saya jika saya berhenti mencari PS” atau
“Saya akan sembuh, dan penyakit ini akan hilang”. Dalam keadaan ini, klien perlu
dibantu untuk mengatasi perasaan ini dengan memberikan penjelasan/informasi yang
benar tentang HIV, mengambil sisi positif mengetahui status HIV secara dini.
e. Ketakutan
Klien dengan HIV/AIDS merasa takut pada beberapa keadaan seperti: rasa sakit,
kehilangan pekerjaan, ketahuan orang lain, ditolak masyarakat, meninggalkan
keluarga/anak, ketakutan pada kematian. Ketakutan ini akan berkurang bila mereka
dapat berbicara dengan orang yang tahu masalah yang ditakutkan. Pada akhirnya
klien dengan HIV/AIDS tahu bahwa mereka takut pada sesuatu yang tidak perlu.
Misalnya dengan menunjukkan bahwa tetap ada orang-orang dengan HIV positif, bisa
menunjukkan kasih sayang dan kebaikan pada orang lain daripada merasa ketakutan
akan sesuatu yang tidak perlu.
f. Kesepian
Klien sering merasakan ini. Perasaan ini sering datang dan pergi untuk wak-tu yang
cukup lama dan sangat tergantung dari adanya dukungan keluarga dan teman-teman
klien. Siapapun dengan HIV harus sering diingatkan bahwa mereka tidak sendiri,
mereka dikelilingi oleh keluarga, teman dan kelompok masyarakat yang peduli pada
mereka. Juga perlu diingatkan bahwa banyak juga orang lain yang terinfeksi HIV.
Bantu keluarga dan kelompok masyarakat untuk mengerti bahwa orang dengan
HIV/AIDS membutuhkan kebersamaan. Di antara orang-orang yang terinfeksi dapat
membentuk kelompok dan menyediakan tempat berbagi dan dukungan satu sama
lain.
h. Rasa tertekan/depresi
Klien dengan HIV mungkin berpikir tidak ada lagi alasan untuk tetap hidup. Mereka
merasa tidak berguna, ingin tetap tinggal di rumah, tidak ingin makan, dan tidak ingin
berbicara dengan orang lain. Keadaan depresi dapat membuat seseorang merasa
lemah pada tubuh dan pikiran. Konselor harus mencoba membantu klien mengatasi
keadaan ini dan tidak menyerah. Doronglah klien untuk memakai baju yang bagus,
mengunjungi teman-teman, menyibukkan diri dengan kegiatan, membantu orang lain,
dan memikirkan keluarga/anak/teman-teman yang masih membutuhkan klien.
i. Penerimaan
Setelah beberapa lama, seseorang dengan HIV biasanya mulai bisa menerima
keadaannya. Ini akan membantu membuat klien merasa lebih baik. Seperti halnya
seseorang yang sudah lebih tenang pikirannya, akan mulai memikirkan jalan terbaik
dalam menjalani kehidupan. Mereka mungkin akan berpikir: “Apa hal terbaik yang
bisa saya lakukan untuk mengisi sisa hidup saya?”; “Apa makanan terbaik yang dapat
membuat saya tetap sehat?’, “Apa rencana saya untuk masa depan anak-anak saya?”
dan sebagainya.
j. Harapan
Konselor dapat membantu klien agar tetap mempunyai harapan dalam banyak hal,
misalnya:
• Harapan agar klien dapat panjang umur.
• Harapan supaya bayi mereka tetap sehat.
• Harapan bahwa setiap kesakitan akan terobati.
• Harapan karena mereka dicintai dan diterima apa adanya.
• Harapan obat yang menyembuhkan akan segera ditemukan.
• Harapan karena kepercayaan ada kehidupan setelah kematian.
seringkali merasa takut bahwa perasaan negatif seperti dijelaskan di atas akan menjadi
sangat kuat. Perasaan-perasaan negatif tersebut tidak dapat, dan tidak seharusnya
dihindari. Hal tersebut adalah reaksi normal terhadap krisis. Keluarga, teman, tetangga,
konselor, siapapun yang peduli, dapat membantu mengatasi perasaan ini dengan cara
Sebagai konselor HIV, Anda harus siap menerima dampak negatif/positif dari konseling
yang Anda berikan. Dampak negatif konseling biasanya muncul akibat stigma yang
berkaitan dengan penerimaan layanan konseling dan tes HIV, atau akibat trauma
16
menerima hasil tes. Klien ada yang secara lisan bias mengemukakan ketidakmampuannya
menghadapi masalah ini, tetapi ada pula yang berperilaku tertentu misalnya mengucilkan
diri atau menolak melakukan kegiatan sehari-hari. Konselor harus melakukan suatu
penilaian risiko apakah klien mempunyai pikiran akan menganiaya diri sendiri atau orang
lain.
perilaku menganiaya tersebut. Bila memang ada pemikiran ke arah tersebut, konselor
mencegah hal tersebut. Secara spesifik kegiatan penanganan krisis adalah sebagai
berikut:
b. Menilai risiko:
• Munculnya gagasan khusus yang berkaitan dengan rencana bunuh diri.
• Munculnya gagasan khusus menyakiti orang lain.
• Latar belakang/riwayat perilaku bunuh diri atau menganiaya orang lain.
• Kegagalan, kekecewaan atau trauma akhir-akhir ini.
c. Penanganan:
• Menilai kemampuan klien dalam menghadapi krisis di masa lampau.
• Membantu klien dengan teknik konkrit penyelesaian masalah.
• Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya selama konse-ling.
• Mendorong klien untuk berpartisipasi aktif dan positif menghadapi situasi ini. .
• Memberikan daftar rujukan untuk klien.
• Pilihan jalan keluar terakhir dilakukan bila semua teknik penyelesaian krisis sudah
diberikan, tetapi klien tetap diam dan tidak memberi tanggapan apa-apa, maka rujukan
ke psikiater atau perawatan di rumah sakit jiwa harus disiapkan.
17
D. Rangkuman
1). Konselor adalah orang-orang yang dilatih untuk membantu orang lain untuk
memahami permasalahan yang mereka hadapi, mengidentifikasi dan mengembangkan
alternatif pemecahan masalah, dan mampu membuat mereka mengambil keputusan
atas permasalahan tersebut.
2). Konseling adalah keterampilan yang membutuhkan latihan efektif untuk bisa
berkembang.
3). Beberapa ciri yang ditemukan dalam suatu konseling HIV, sebagai berikut :
4). Seseorang mungkin bisa berubah dari satu respon ke respon berikutnya sampai
akhirnya sampai pada situasi menerima hasil tersebut, atau perasaan mereka akan
tetap berubah-ubah. Suatu hari mereka merasa sangat menolak hasil dan kesepian, di
hari lain mereka merasa penuh harapan dan kekuatan.
18
Provinsi Aceh memiliki luas wilayah 57.365,57 Km2 dengan penduduk sebanyak
4.031.600 jiwa (tahun 2005). Kepadatan penduduknya sendiri mencapai 68,90 jiwa/km2.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah provinsi paling barat Indonesia, diapit oleh
dua samudera ialah Samudera Hindia dan Selat Malaka, merupakan batas akhir
Indonesia. Letaknya amat strategis sebagai pintu masuk ke Nusantara dan sebagian
negara Asia lainnya. Meliputi daratan seluas 55.390 m2 termasuk ratusan pulau-pulau
Barisan yang dikelilingi oleh hutan hujan yang padat dan gunung-gunung antara lain ;
puncak Geureudong (2.595 m), Peuet Sago (2.780 m), Bumi Telong (2.566 m), Ucop
Molu (3.187 m), Abong-abong (3.015 m), Leuser (3.466 m), Seulawah Agam (1.782 m)
campuran ras Arab, Cina, Eropa dan India. Selain itu Aceh dikelompokkan menjadi
beberapa suku seperti suku Aceh, Pidie, Gayo, Alas, Tamiang, Kluet, Singkil, Aneuk
Jamee and Simeulue. Di Aceh terdapat beberapa subsuku yaitu Aceh sebagai mayoritas
yang mendiami sebagian besar kawasan Aceh, Suku Pidie mendiami Aceh Pidie, Gayo
mendiami Aceh Tengah dan sebagian Aceh Tenggara, Alas mendiami Aceh Tenggara,
Tamiang mendiami sebagian Aceh Timur, Kluet dan Aneuk Jamee mendiami sebagian
Aceh Selatan.
terdiri dari 17 kabupaten dan 4 kota dengan Banda Aceh sebagai ibukota provinsi. Salah
19
satu kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki keistimewaan adalah
Kota Sabang yang berada di Pulau Weh. Pulau ini terletak di ujung pulau Sumatera dan
merupakan zona ekonomi bebas serta daerah Indonesia yang terletak paling barat.
Provinsi Aceh memiliki banyak aspek potensial, salah satu di antaranya adalah
perdagangan, dll. Sejarah membuktikan bahwa Kesultanan Aceh merupakan salah satu
dari lima besar dalam mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Situs-situs sejarah banyak
Pada tahun 2005, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam mencapaiRp. 34,94 triliun. Kontribusi terbesar datang dari
sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai Rp 8,14 triliun atau 23,3% dari total
PDRB provinsi ini disusul sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dengan nilai
masing-masing sebesar Rp. 7,35 triliun (21,0%) dan Rp. 5,88 triliun (16,8%).
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang kaya
akan minyak, gas bumi, dan hasil tambang lainnya. Sektor pertanian juga memiliki
potensi yang cukup besar di provinsi ini khususnya untuk tanaman perkebunan
diantaranya ; kelapa sawit, karet coklat, pala dan cengkeh. Namun tidak demikian
halnya dengan usaha perkebunan rakyat. Disamping itu sub sektor perikanan juga
memegang peranan yang signifikan yaitu perikanan laut dan perikanan darat.
oleh 3 (tiga) kawasan industri yaitu Truman, Pasir Raja dan Labuhan Haji yang berada
di Kabupaten Aceh Selatan. Prasarana jalan darat provinsi ini sepanjang 15.458,48 km
yang terdiri dari jalan negara sepanjang 1.782,78 km dan jalan provinsi sepanjang
1.701,82 km. Untuk transportasi laut, terdapat 6 (enam) pelabuhan laut utama yaitu
Pelabuhan Balohan. Provinsi ini juga memiliki Bandar udara yaitu Bandar Udara Sultan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar resmi juga sering digunakan sebagai
bahasa sehari-hari karena ada daerah yang memiliki bahasa daerah yang berbeda. Islam
merupakan agama yang dominan yaitu sekitar 98% dari populasi. Masyarakat asli Aceh
21
terutama beragama Islam, dan sisanya adalah agama Budha, Kristen dan Hindu yang
dianut oleh keturunan Jawa, Cina, Batak dan India. Kendati demikian kehidupan
beragama di Aceh cukup harmonis dengan toleransi yang cukup tinggi. Sarana
peribadatan seperti mesjid dan menasah terdapat di seluruh pelosok Aceh, sedangkan
Gereja, Toa Peh Kong dan Kuil Hindu hanya terdapat di kota-kota besar saja.
Dari beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada
peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu mendapat perhatian
lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan merupakan ciri khas dari layanan
Dalam prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih
namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena
itu, guru maupun konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan berbagai teknik
konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal
(tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor
dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya :
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang
Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar
peduli terhadap klien.
Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun
pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya kecemasan klien;
(2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis; (3)
pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan (4) adanya rencana
sehingga jumlahnya kini mencapai 24 kasus. Empat kasus terakhir ditemukan di Kota
Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie dan Kabupaten Bireun. "Tambahan empat kasus terbaru
itu kita temukan sejak Januari sampai awal Mei tahun ini," Kata Dr Abdul Fatah.
Kepala Seksi Pencegahan Penanggulangan Penyakit (P2P) ini juga menyebut dari
24 kasus HIV/AIDS itu, empat di antaranya HIV Positif dan 20 kasus AIDS. Di Aceh
24
Kasus HIV/AIDS mencuat di Aceh sejak tahun 2004, kala itu ditemukan satu kasus, sejak
itu pula muncul penderita baru hingga di penghujung tahun 2007 lalu sudah ada 20 kasus.
"Ini baru empat bulan sudah ada empat kasus," kata Abdul Fatah sambil menyebut hingga
hanya seorang yang terjangkit HIV/AIDS. Laporan Juni 2007 sudah 13 orang penderita
dan sebulan kemudian jumlahnya menjadi 15 hingga akhir tahun 2007 jumlahnya
tersebut diketahui saat korban memeriksa kesehatan ke rumah sakit akibat telah
AIDS di Aceh. Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Komunitas Aceh Sehat (KASA),
HIV/AIDS di Aceh pasca bencana gempa dan tsunami akhir 2004 lalu. Kenyataan saat
ini, berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Aceh, hingga Maret lalu
jumlah penderita HIV/AIDS di Aceh tercatat sudah mencapai 12 orang, yang terdeteksi
tersebar di Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Tengah, Aceh
Namun, pihak Dinas Kesehatan Lhokseumawe, hingga bulan ini baru menetapkan satu
kasus penderita virus mematikan itu. Pokja Komunikasi Informasi dan Edokasi (KIE)
KPA Provinsi NAD, Drs H T Bachtiar mengatakan, dugaan meningkatnya kasus HIV di
Lhokseumawe menjadi tujuh kasus diutarakan oleh seorang peserta diskusi dengan
Namun, hal Ini belum dikatakan benar apabila belum ditetapkan oleh pihak Dinas
mencuat dalam diskusi yang diikuti sejumlah unsur Muspida Lhokseumawe dalam
pergaulan bebas disinyalir telah terciptanya peluang penyebaran virus penyebab AIDS
tersebut.
lebih peserta seminar HIV-AIDS, Rabu (29/8) di aula Sekdako. Menurutnya, dari sebuah
sumber menyebutkan, sekitar tujuh atau delapan korban telah terjangkit penyakit yang
belum dapat disembuhkan itu. Jadi, penanggulangan bahaya AIDS harus terus dilakukan
untuk menolak bala AIDS," jelasnya pada pembukaan seminar yang diadakan Yayasan
Permata Aceh.
26
M.Kes dalam pembahasan seminar menjelaskan, selama tahun 2007 di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) sebanyak 22 orang terinfeksi HIV. Namun dari jumlah itu, diduga
masih banyak warga positif HIV belum teridentifikasi. Karena menurut estimasi pakar
AIDS, setiap satu kasus yang dilaporkan ada 100 kasus lainnya tak terlaporkan.
seminar yang umumnya masih usia remaja melebihi dari yang diundang. "Ini sebuah
Mereka berasal dari perwakilan setiap Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa. Selain itu
juga dari organisasi masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berada
di daerah itu.
27
PENUTUP
A. Kesimpulan
atas landasan yang kokoh. Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan
tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan. Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan
filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu
memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.
menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b)
pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang
budaya. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan
dan konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju
berkembang. Seseorang mungkin bisa berubah dari satu respon ke respon berikutnya
sampai akhirnya sampai pada situasi menerima hasil tersebut, atau perasaan mereka akan
28
tetap berubah-ubah. Suatu hari mereka merasa sangat menolak hasil dan kesepian, di hari
lain mereka merasa penuh harapan dan kekuatan.Beberapa ciri yang ditemukan dalam
B. Saran-saran
beragama, maka untuk menghindari gejala HIV/AIDS dapat diatasi sebagai berikut :
2. Melindungi generasi muda dari pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat terlarang.
8. Mempersiapkan filter terhadap arus budaya asing yang masuk kedaeran Aceh.
10. Mempertahankan kehidupan masyarakat Aceh yang berbudaya dan islami sehingga
DAFTAR REFERENSI