Anda di halaman 1dari 3

Nama: Eka Afrylia Anggraeni

Nim: 18.0087.T

Prodi: S1 Fisioterapi

FISIOTERAPI PADA KASUS POST AMPUTASI

Amputasi adalah hilangnya bagian tubuh seseorang akibat proses operasi.


Penyebab amputasi secara umum dapat dibedakan menjadi:

1. Efek lahir kongenital( bawaan sejak lahir)

2. Penyakit oklusi arterial (Occlusive Arterial Disease) – 60%. Biasanya pada orang yang
menderita diabetes mellitus yang berusia 60-70 tahun yang menyerang pada ekstremitas
bawah

3. Trauma -30%, sering terjadi pada usia 17-55 tahun dan lebih sering terjadi di area ekstremitas
bawah

4. Tumor -5%. Biasanya tampak pada usia sekitar 10-20 tahun pada
5. paska operasi.

Tujuan Latihan Post amputasi

1. Mengontrol nyeri
2. Mencegah timbulnya odema
3. Mencegah Kontraktur sendi atau deformitas
4. Mencegah terjadinya oseoporosis, pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga dapat
menekan pada kuit, skoliosis.

Pedoman Tindakan fisioterapi :


 Sebeum bagian yang diamputasi sembuh, fisiotearapis memberikan edukasi kepada pasien
agar area yang telah di amputasi tidak mengalami kontraktur
 Setelah bagian yang diamputasi sembuh, fisioterapis melakukan massage secara lembut pada
jaringan lunak bagian distal, tujuannya membantu mempertahankan mobilitasnya di atas
permukaan atau ujung tulang
 Electrotherapy : TENS
 Strengthening : isotonik dan isometrik
 Stretching
 Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dilakukan untuk mencegah deformitas
pada amputasi di bawah lutut. Latihan ini dimulai saat drain telah dilepas dalam 2-3
hari post operasi
 Memberikan edukasi kepada pasien gerakan apa yang tidak boleh dilakukan dan latihan apa
yang harus dilakukan di rumah
 Berikan edukasi kepada pasien bagaimana cara untuk membersihkan area amputasi dengan
cara membersihkan kulit yang baik, Kulit dikeringkan dengan cara ditekan dengan lembut,
tidak digosok. Pembersihan ini dilakukan setiap hari terutama pada sore hari.
Latihan Alat Gerak Bawah pada Sisi yang Tidak Diamputasi
1. Foot and leg exercise
Latihan kekuatan dan koordinasi otot-otot kaki, lutut dan panggul. Untuk mengontrol
keseimbangan, latihan ini bisa diakukan menggunakan bambu/kayu sebagai pangganti
parrarel bar

2. Memperbaiki keseimbangan dan transfer, dengan menggunakan jemuran handuk atau kursi
dalam keadaan darurat
3. Melatih berjalan Dapat menggunakan Kruk dibuat dari bambu yang di rancang seperti kruk
standar
Judul Jurnal :Reamer-irrigator-aspirator bone graft and bi Masquelet tecnique for segmental bone
defect nonunions: a rewiew of 25 cases
Penulis : Paul R. Stafford, Brent L. Nurris
Tahun :2010
Nilai :Q1
Abstrak : Pendahuluan: Kehilangan tulang segmental, baik karena trauma, tumor atau infeksi
adalah entitas klinis yang menantang. Amputasi adalah hasil yang mungkin dan bagian dari proses
pengambilan keputusan. Manajemen bedah hampir selalu diperlukan dan dapat memerlukan beberapa
intervensi untuk mendapatkan penyatuan tulang. Protokol bertahap untuk mendapatkan unggun
jaringan lunak yang bersih, penempatan spacer diresapi antibiotik PMMA untuk menginduksi
membran neovaskular dan bioaktif yang diikuti dengan cangkok tulang autogenous telah dilaporkan
dengan hasil yang baik. Studi kami mencoba untuk memperluas data ini dengan mengevaluasi
penggunaan cangkok tulang RIA untuk pengobatan nonunion kehilangan segmental setelah trauma
dan infeksi.

Metode: Mengikuti persetujuan IRB, dua ahli bedah terlatih fellowship trauma ortopedi menggunakan
satu protokol bedah untuk pengelolaan nonunion defek tulang segmental. Cangkok tulang RIA Femur
digunakan sebagai sumber graft bila memungkinkan. Kami mengevaluasi pasien secara retrospektif
dengan kehilangan tulang segmental dari ekstremitas bawah selama periode dua tahun. Titik akhir
utama kami adalah penyatuan tulang klinis dan radiografi. Titik akhir sekunder adalah komplikasi
terkait RIA. Selain itu, dengan menggunakan beberapa persamaan matematika yang diketahui, kami
menunjukkan cara yang masuk akal untuk menghitung jumlah kehilangan tulang dari tulang panjang
berdasarkan pada bentuk tulang, bentuk cacat dan panjang tulang yang diukur diukur pada foto polos.

Hasil: 25 pasien dengan 27 kehilangan tulang segmental dievaluasi. Sembilan belas adalah
kehilangan tulang tibia dan delapan adalah femoralis. 15 (56%) nanunion adalah fraktur terbuka
dengan kehilangan tulang dan 12 (46%) untuk kehilangan tulang yang terkait dengan infeksi atau
debridemen bedah. Ukuran defisit rata-rata adalah 5,8 cm (kisaran 1-25 cm). Pada enam bulan dan 1
tahun pasca operasi, 70% dan 90% nonunion masing-masing sembuh secara klinis dan radiografi.
Tidak ada komplikasi terkait RIA.

Diskusi: RIA bune graft lhas telah menjadi bahan yang sangat bioaktif. Beberapa penelitian
mendukung penggunaan cangkok tulang ini untuk pengobatan nonunicn termasuk satu penelitian
terbaru yang mengevaluasi 13 pasien dengan kehilangan tulang segmental. Studi kami memperluas
data ini dengan mengevaluasi penggunaannya sebagai sumber utama cangkok tulang untuk
pengobatan nonunion kehilangan tulang segmental di ekstremitas bawah.

Kesimpulan: Cangkok tulang RIA untuk treament defek tulang segmental nonunion dari ekstremitas
bawah tampak aman dan dapat menghasilkan hasil yang dapat diprediksi ketika mengikuti prinsip-
prinsip bedah yang baik. 90% dari nonunion kami sembuh pada satu tahun setelah prosedur cangkok
tulang tunggal. Cacat sangat besar, begitu dilema klinis yang hebat dapat dikelola dengan sukses
dengan menggunakan cangkok tulang RIA.

Anda mungkin juga menyukai