Anda di halaman 1dari 9

 Defenisi

TBC Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Myrcobacterium Tuberkulosis
Paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Arief Mansjoer dkk, 2008)Tuberkulosis Paru
adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.Tuberkulosis Paru
dapat juga di tularkan ke bagian tubuh lainya termasuk ginjal, tulang, nodus, limfe dan
lain-lain.Agens infeksius utama Mycrobakterium Tuberkulosis Paru adalah batang
aerobic tahan asam dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.(Brunner dan
Suddart, 2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat menyerang semua alat tubuh, yang tersering
ialah paru dan jantung. (Ahmad, 2008)
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat
menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau
bicara. Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB
menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang
lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).Tuberkulosis atau biasa disingkat
dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC
kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008).
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang
ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan
asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan
lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada
kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang terinfeksi kuman TB tidak selalu
menjadi sakit. Beberapa minggu (2 – 12 minggu) setelah terinfeksi kuman akan
menimbulkan respons imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin.
Menurut Brunner dan Sudart (2002), TB juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. TB Paru anak adalah penyakit TB
Paru yang mengenai anak berusia 0 – 14 tahun yang digolongkan dalam kelompok umur
0 – 4 tahun dan 5 – 14 tahun. Menurut WHO, terdapat lebih dari 8 juta kasus TB baru
dengan jumlah kematian sebesar 3 juta setiap tahun. Dari jumlah kematian tersebut
terdapat sekitar 1,4 juta kasus dengan 450.000 kematian yang terdiri dari anak-anak
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
• Cara penularan
o Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif
o Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
o Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
o Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular
pasien tersebut.
o Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
• Risiko penularan
o Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien
TB paru dengan BTA negatif.
o Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap
tahun.
o ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
o Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
Risiko menjadi sakit TB
o Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB
o Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.
Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
o Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
o HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB.
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis,
maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan
meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.Pasien
TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
o 50% meninggal
o 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
o 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
 Etiologi
Epidemiologi TB adalah serangkaian informasi yang menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan dengan orang, tempat, waktu dan lingkungan. Penyakit TB disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacteriumtuberculosis) yang hampir sebagian besar menyerang paru,
namun dapat ditemukan juga di organ tubuh selain paru.
Penyakit TB harus diwaspadai, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga anak-anak,
terutama pada balita yang masih memiliki sistem imun rendah. TB anak merupakan
faktor penting di negara-negara berkembang karena jumlah anak berusia kurang dari 15
tahun adalah 40 − 50% dari jumlah seluruh populasi (Seddon dan Shingadia, 2014).
Sekitar 500.000 anak menderita TB setiap tahun, sementara 200 anak di dunia
meninggal setiap hari akibat TB, 70.000 anak meninggal setiap tahun akibat TB. Beban
kasus TB anak di dunia tidak diketahui secara pasti karena kurangnya alat diagnostik
“child-friendly” dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak
(Kemenkes RI, 2013). Anak yang pernah terinfeksi TB mempunyai risiko menderita
penyakit ini sepanjang hidupnya sebesar 10%.TB Paru anak dapat ditularkan melalui
droplet orang dewasa maupun anak dengan BTA (+). Anak yang tertular kuman TB dapat
mengembangkan infeksi yang tergantung dari tingkat penularan, lamanya paparan, dan
imunitas anak. Berbeda dengan TB pada orang dewasa, anak yang terkena TB tidak
selalu menularkan kuman kepada orang lain kecuali anak tersebut BTA (+). Diperkirakan
banyak anak menderita TB tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan benar
sesuai dengan ketentuan strategi DOTS. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan dampak
negatif pada data kesakitan dan kematian TB anak.
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung
ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut
 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang
dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah
hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat
juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari.Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran
yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini
disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-
paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional
dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di
bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau
usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair
keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi
pleura tuberkulosa.Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam
jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain.
Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan
tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi
pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara
lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem
pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier
(Kowalak, 2011).
 Manifestasi Klinis
Menurut Kemenkes RI (2014), Gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih.batuk biasanya diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1
bulan. Menurut Tabrani Rab (2013), Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe
infeksinya.Pada tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau
dapat berupa gejala pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat
juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih
berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi
primer dapat sembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB
postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari,
tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga menyebabkan
bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang masif, TB postprimer
dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti
meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal,
sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma.
Menurut Brunner dan Suddarth (2013), Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi
antipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam,
anoreksia, dan penurunan berat badan. Basil TB Paru dapat bertahan lebih dari 50 tahun
dalam keadaan dorman.
Penderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk
berdahak kronis, demam, berkeringat tanpasebab di malam hari, sesak napas,
nyeridada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkanproduktivitas
penderita bahkan kematian.Pasien TB paru juga sering dijmpaikonjungtiva mata atau
kulit yang pucatkarena anemia, badan kurus atau beratbadan menurun.
Klasifikasi Tb Paru
TB paru BTA (+) adalah:
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3spesimen dahak menunjukkan hasilBTA positif
b. Hasil pemeriksaan satu specimensputum menunjukkan BTA positifdan di jumpai
adanya kelainanradiologi
c. Hasil pemeriksaan satu specimensputum menunjukan BTA positifdan biakan positif.
TB paru BTA (-) adalah:
a. Hasil pemeriksaan sputum 3 kalimenunjukkan BTA negatif,gambaran klinis dan
kelainanradiologi menunjukkan gambarantuberculosis aktif
b. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan micobacterium
tuberculosis positif.
 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang
sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali
timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih
aktif terhadap
kuman yang cepat
membelah

dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat membela yang
dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan
penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan
antibakteri lain: Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH,
Rifampisin,Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin
,Amikasin, Kuinolon.
Tabel 4 jenis dan obat OAT
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu:
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada :
a.Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif
4. Kategori 4: RHZEH Diberikan pada kasus Tb kronik

Gannika, L. 2016. "TINGKAT PENGETAHUAN KETERATURAN BEROBAT DAN SIKAP KLIEN


TERHADAP TERJADINYA PENYAKIT TBC PARU DI RUANG PERAWATAN I DAN II RS ISLAM FAISAL
MAKASSAR" dalam jurnal JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916
Werdhani, R. 2011. "PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLAFISIKASI TUBERKULOSIS"
https://staff.ui.ac.id, (Online). Diakses pada 20 November 2021 pukul 10.21
Zainita, A. 2019. "Tuberkulosis paru" http://eprints.poltekkesjogja.ac.id, (Online). Diakses pada
20 November 2021 pukul 09.50
Darliana, D. 2010. "MANAJEMEN PASIEN TUBERCULOSIS PARU" dalam jurnal Idea Nursing
Journal Vol. II No. 1
Setyaningtyas, R. 2019. "Tuberkulosis Paru (TB Paru)" http://eprints.poltekkesjogja.ac.id,
(Online). Diakses pada 20 November 2021 pukul 09.53
Dermawan, A. 2019. "TB Paru" http://eprints.umpoa.ac.id, (Online). Diakses pada 20 November
2021 pukul 10.27
Wahyuningsih, E. 2014. "Tuberkulosis Paru" http://eprints.undip.ac.id, (Online). Diakses pada
tanggal 20 November 2021 pukul 10.39

Anda mungkin juga menyukai