Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. DP DENGAN POST PARTUM SPONTAN


DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT Tk. II UDAYANA
TANGGAL 15 – 17 JULI 2021

Oleh :
SUSIYANTI, S. Kep
NIM. C2221149

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY. DP DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT Tk. II UDAYANA
TANGGAL 15 – 17 JULI 2021

Diajukan Oleh:

Susiyanti, S.Kep
NIM. C2221149

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik

Stase Keperawatan Maternitas di Minggu Kedua

Preseptor Klinik Preseptor Klinik

Ns. Ni Nyoman Suratmiti, S. Kep. M, Fis Dr. Ns.IGA Ratih Agustini, S. Kep.,M.Kep
NIP. 198203012006042019 NIK. 10.01.0038

Mengetahui

Program Studi Profesi Ners


Ketua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep,M.Kep


NIK. 11.01.0045

2
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak
dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi kopulasi, Internal:
fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/dipengaruhi oleh
hormon-hormon gondaotropin/steroid dari poros hormonal thalamus –
hipothalamus – hipofisis–adrenal–ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi:
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
a. Genitalia Eksterna

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita

1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding
vagina.
a) Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

3
b) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
c) Labia minor
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai
folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan
ujung serabut saraf.
2) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
3) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
4) Introitus /orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu: selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,
dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk
lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae
myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada
wanita pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya
primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang
vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga
genitalia interna.

4
5) Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
6) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
b. Genitalia Interna

Gambar 2. Sistem Reproduksi Wanita

1) Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi

5
dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding
rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
2. Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
3. Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.
Fungsi utama uterus:
1. Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya
perubahan dan pelepasan dari endometrium
2. Tempat janin tumbuh dan berkembang
3. Tempat melekatnya plasenta
4. Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk
lancarnya persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
a) Serviks uteri (mulut rahim)
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos,
jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri
(dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida)
berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-
posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai
garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
b) Corpus uteri (batang/badan rahim)
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke

6
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum
uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh
hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica
urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.

c) Ligamenta penyangga uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri,
ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum,
ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
a. Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding
rongga panggul dan dasar panggul, seolah-olah
menggantung pada tuba. Ruangan antar kedua lembar
dari lipatan ini terisi oleh jaringan yang longgar disebut
parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina
pembuluh limpa dan ureter.
b. Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal
dari insersi tuba, kedua ligamen ini melelui kanalis
inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari
jaringan otot polos dan jaringan ikat ligamen. Ligamen
ini menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan
pemeriksaan luar.
c. Ligamentum Infundibulo Pelvikum (Ligamen
suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium,
ligamen ini menggantungkan uterus pada dinding
panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat
ligamentum ovarii propium.

7
d. Ligamentum Kardinale (lateral pelvic
ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium
internum ke dinding panggul. Ligamen ini membantu
mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah
(menghalangi pergerakan ke kanan ke kiri) dan
mencegah prolap.
e. Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke
sakrum mengelilingi rektum.
f. Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
d) Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
1) Arteri uterine
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum
latum menuju ke sisi uterus kira-kira setinggi OUI dan
memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan
mengadakan anastomose dengan arteria ovarica.
2) Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen
infundibulo pelvicum dan memberi darah pada ovarium,
tuba dan fundus uteri. Darah dari uterus dialirkan melalui
vena uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan arterinya
hanya vena ovarica kiri tidak masuk langsung ke dalam
vena cava inferior, tetapi melalui vena renalis sinistra.
2) Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan
sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum

8
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya.
a) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet.
b) Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
c) Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
“menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
d) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada
usus).
3) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan
jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar
epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan
pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
“menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Fungsi ovarium
adalah:
1) Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
2) Mengeluarkan sel telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.

9
4) Vagina
Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim,
terletak diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina
panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. Dinding vagina
berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan
ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.
Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu: lapisan mukosa yang
merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan
dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral
kanan kiri, forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio.
Suplai darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis
inferior, arteria hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna.
Fungsi penting vagina adalah:
a. Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari
Rahim
b. Alat untuk bersenggama dan Jalan lahir pada waktu bersalin.

B. DEFINISI
Postpartum merupakan massa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal pada waktu sebelum
hamil. Reeder, Martin, & Koniak (2011) menjelaskan periode postpatum
merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organorgan reproduksi
kembali ke keadaan sebelum masa hamil.
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Marmi,2012).
Post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 42 hari/6
minggu. Setelah masa nifas organ reproduksi secara bertahap akan
mengalami perubahan kembali sebelum hamil. ( Maritalia 2012 ).
Berdasarkan Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa post partum
adalah masa setelah kelahiran bayi dan masa si ibu untukmemulihkan kondisi

10
fisiknya, meliputi alat alat kandungan/reproduksi dan saluran reproduksi
kembali pada keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.

C. EPIDEMIOLOGI
Selama masa nifas perlu mendapatkan perhatian lebih di karenakan
angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu
( AKI ) penyebab banyaknya wanita meninggal adalah kurangnya perhatian
pada saat wanita post partum. ( Maritalia, 2012 ).
Menurut riset kesehatan dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau
pasca partum di fasilitas kesehatan tahun 2018 di Indonesia sebesar 79,3%.
Angka kematian ibu saat melahirkan cukup tinggi dari 100 ribu kelahiran
hidup pertahun di Indonesia tercatat 300 ibu melahirkan tidak terselamatkan.
Di Singapura dari 100 ribu kelahiran hidup hanya 0 – 10 ibu yang tidak
terselamatkan. Perdarahan menempati prosentasi tertinggi penyebab kematian
ibu yaitu sebesar 28%. Di berbagai Negara proporsinya berkisar antara
kurang ± 10 – 60 %. ( Hadijono 2008 )

D. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

11
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

Bentuk persalinan ada tiga yaitu :


1. Persalinan spontan
Adalah Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Adalah Persalinan dengan bantuan tenaga di luar misalnya Ekstrasi
dengan Farceps atau dilakukan dengan operasi SC.
3. Persainan Anjuran
Adalah bila kekuatan yang di perlukan untuk persalinan di timbulkan
dari luar dengan rangsangan, misalnya pemberian Pitocin an
pemecahan ketuban. ( Depkes, 2008 ).

E. TANDA DAN GEJALA


a. Perubahan fisik
1) System reproduksi
a) Uterus
Secara berangsur - angsur, kondisi uterus akan membaik
dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun
tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi:

12
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah ± 1000 gram
umbilicus dengan bagian
fundus bersandar pada
promontorium sakralis

1 minggu Pertengahan antara 500 gram


umbilicus dan simfisis
pubis
2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi lahir. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus
selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang berencana menyusui
bayinya dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
b) Cerviks
Segera setelah post partum bentuk seviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan cerviks uteri tidak dapat
berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus
dan cerviks uteri berbentuk semacam cincin cerviks berwarna merah
kehitaman, konsistensinya lunak dan terkadang ada perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga Rahim, setelah 2
jam dapat dilalui 2 -3 jari dan setelah 7 hari yang dapat masuk hanya
1 jari saja.
c) Vagina
Segera setelah melahirkan, terdapat edema yang membiru,
tonus otot berkurang, terdapat laserasi, saluran melebar, rugac

13
berkurang dan kembali pada minggu ke-3, kembali mendekati
ukuran seperti tidak hamil, dalam 6-8 minggu bentuk ramping
melebar produksi mucus normal dengan ovulasi.
d) Lochea
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia:
1. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban,
terjadi selama 2 hari pasca persalinan
2. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
3. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna
kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
4. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
e) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum
diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan
mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek
merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
Perubahan yang terjadi pada payudara meliputi:
1. Proliferasi jarngan kelenjar mamma dan lemak.
2. Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung
banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk
meningkatkan system imunitas bayi.
3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma
2) System endokrin
a) Hormone placenta
HCG (-) pada minggu ke 3 post partum, progesterone plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal.
b) Kormon pituitary

14
Prolactin meningkat terjadi pada 2 minggu pertama. FSH menurun
saat ibu tidak menyusui. LH menurun pada minggu pertama post
partum.

3) Sistem Pencernaan
a) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh
makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi
camilan yang sering ditemukan.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah
menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.

4) Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-
daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau
melalui kateter sering menunjukan adanya trauma pada kandung kemih.
Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi
trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul

15
akibat akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi
penurunan atau mengubah reflex berkemih, penurunan berkemih,
seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung
kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita
melahirkan dapat menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini
bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung
kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi
lahir.
5) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang
seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
b. Perubahan psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang.
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur
dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti
sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

16
b) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
e) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya
d) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues (Hafifah, 2011).
Tanda-tanda persalinan menurut Rosyati (2017) adalah sebagai
berikut: a.)Tanda dan Gejala Inpartu

1. Penipisan dan pembukaa serviks

2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit)

3. Cairan lendir bercampur darah melalui vagina


b.) Tanda-Tanda Persalinan

1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2. Ibu merasakan adanya peningkatan teanan pada rektum dan vagina

3. Perineum menonjol

4. Vulvaa-vagina dan spingter ani membuka

5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

17
c.) Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (kekuatan ibu)

2. Passage (jalan lahir)

3. Passanger (janin)

4. Psikis

5. Penolong

F. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat - alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses
ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis
yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).

18
G. PATHWAY POST PARTUM NORMAL

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Prosesn involusi Vagina dan perinium Laktasi Taking in Taking Hold letting go

Peningkatan kadar struktur dan karakter


Ocytosin, peningkatan payudara ibu Perubahan
Kontraksi uterus Ruptur jaringan Butuh perlindungan peran menjadi
orang tua

Trauma personal pembuluh dan pelayanan


Mekanis hygiene darah rusak Hormon Aliran darah di Berfokus pada diri Belajar Kondisi
Kurang baik estrogen payudara berurai sendiri dan lemas mengenai pera- tubuh menga-
Dari uterus (involusi) watan diri dan bayi lami perubahan

Genetelia Perdarahan Prolaktin Retensi darah di


Nyeri Akut Kotor meningkat pembuluh payudara Gangguan Butuh informasi
Resiko Pola tidur
Syok Bengkak
Pembentukan Defesiensi
Hipofolemi
Resiko ASI Pengetahuan
kk
Infeksi
ASI keluar Penyempitan pada duktus intiverus

Payudara bengkak ASI tidak keluar Reaksi ASI Mastitis

Ketidakefektifan Pemberian ASI


G. KLASIFIKASI
Nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu:
a. Peurperium Dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Peurperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genitalia
menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu.
c. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan ataupun tahunan (Bobak, 2010).

H. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu
atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3) Hb turun sampai 3 gram %.
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih
dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat
dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain:
a) Atonia uteri: pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post
partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda,
dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian
narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b) Laserasi jalan lahir: perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio
plasenta adalah: tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30
menit selelah bayi lahir.
d) Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2009)

b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah: streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya
c. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
d. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost
partum.
e. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli
dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler,
akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah
dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan

21
trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750
kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
g. Emboli
Yaitu: partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika.
h. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa
takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian
tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor,
kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Bobak,
2010).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit)
b. Urine lengkap (Bobak, 2010).

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Bobak, 2010).

22
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, status
pernikahan, agama, dan pekerjaan alamat.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri / ketidaknyamanan pada daerah
kemaluannya setelah melahirkan.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Biasanya klien mengeluh nyeri pada bagian kemaluannya disaat klien
bergerak dan berkurang apabila beristirahat.
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Perlu ditanyakan mengenai kondisi penyakit sebelumnya seperti hipertensi,
DM, Jantung atau keluhan yang lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi,
DM, Jantung) dan penyakit menular serta mempunyai riwayat persalinan
kembar.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Karena kecemasannya terhadap jahitan perineum biasanya klien BAK
atau BABnya menjadi sulit dan takut karena jahitannya dapat robek.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan pengetahuan tentang
cara vulva hygiene setiap BAK atau BAB agar dapat terjadi infeksi
dan jahitannya dapat kering.
2) Pola nutrisi metabolic
Pada ibu hamil post natal terjadi peningkatan nafsu makan dan
kehilangan rata – rata berat badan 5,5 kg.
3) Pola eliminasi
Pada penderita post partum sering terjadi adanya perasaan sering atau
susah untuk BAK yang ditimbulkan oleh terjadinya udema dari
trigono, yang menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering

23
terjadi konstipasi. Selain itu klien takut BAB atau BAK karena
jahitannya robek atau nyerinya bertambah.
4) Pola aktivitas-latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,
misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri
perineum terjadi keterbatasan aktivitas.
5) Pola tidur – istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
merasakan nyeri pada perineum.
6) Pola kognitif perceptual
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi
pada ibu primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang
dialaminya.
7) Pola toleransi – koping stress
Klien berpenampilan rapi, berbicara pelan-pelan, dan selalu minta
pertimbangan suami atau ibunya jika ada masalah atau harus
mengambil keputusan.
8) Persepsi diri / konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih
menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya
perubahan konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri.
9) Pola seksual – reproduksi
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan
dalam hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
10) Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena
masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan
aktivitas terbatas.
11) Pola nilai kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien
hanya bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan
belum bersih.

24
g. Pengkajian fisik
1) Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,50 C
RR : 16 x/ menit
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Keadaan umum : Sedang
4) Pemeriksaan fisik head to toe:
a. Pemeriksaan kulit
1. Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasilesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
Normal : kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
2. Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit, dan udema.
Normal : lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
b. Pemeriksaan kepala
1. Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya
lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut.
Normal : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan
tanda-tanda kekurangan gizi (rambut jagung dan kering)
2. Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut.
Normal : tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat
dan kuat/ tidak rapuh.

c. Pemeriksaan wajah
1. Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal : warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
2. Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang.
Normal : tidak ada nyeri tekan dan edema.
d. Pemeriksaan mata

25
Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya.
Normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi),
alat bantu dengar.
Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat
bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal : tidak ada nyeri tekan.
f. Pemeriksan hidung dan sinus
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan),
hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi).
Normal : simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain,
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda
infeksi.

Palpasi dan Perkusi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan


septum deviasi)
Normal : tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
g. Pemeriksaan mulut dan bibir
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal : warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak
ada lesi dan stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi
palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan
keadaan langit2.

26
Normal : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang
atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah
simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
h. Pemeriksaan leher
 Inspeksi : warna integritas, bentuk simetris.
Normal : warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
 Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
Normal : arteri karotis terdengar.
 Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid : (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/ perlengketan pada
kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal : tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,
tidak ada
 Auskultasi : bising pembuluh darah.
i. Pemeriksaan dada (dada dan punggung)
 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan /
penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan.
Normal : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-
tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit
lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema.
 Palpasi : Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus, (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan
pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-
enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan
pada punggung pasien.)
Normal : integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil
vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

27
 Perkusi : paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan
satu sisi dengansatu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
berjenjang sisi ke sisi)
Normal : resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih dari
pada bagian udara = pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara
lebih besar dari bagian padat = hiperesonan (“deng deng deng”).
 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan
2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal : bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial,
tracheal.
j. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
 Palpasi : denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
 Perkusi : ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah
samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi
redup).
Normal : batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri
dari garis mid sterna, pada RIC 4, 5, dan 8.
 Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian
diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi
jantung.
Normal : terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung
II/S2 (dub),tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
k. Dada dan aksila
 Inspeksi payudara: Integritas kulit.
 Palpasi payudara : Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan
penyebaran vena
 Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri, perbesaran nodus limfe,
konsistensi.
l. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus, dan gerakan dinding perut.

28
Normal : simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
 Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan
friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal : suara peristaltic terdengar setiap 5-20 x/dtk,
terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan
bagaiman kualitas bunyinya.
 Perkusi hepar : Batas
 Perkusi Limfa : ukuran dan batas
 Perkusi ginjal : nyeri
Normal : timpani, bila hepar dan limfa membesar =
redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani
 Palpasi semua kuadran : massa, karakteristik organ, adanya
asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri. dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu.
Normal : tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa dan penumpukan cairan
m. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
 Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh.
 Palapasi : denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal : teraba jelas
 Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal : reflek bisep dan trisep positif
n. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki
dan telapak kaki)
 Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.

29
 Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh
 Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal : teraba jelas
 Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal : reflex patella dan archiles positif
o. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
a. Wanita:
 Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris,edema, pengeluaran.
Normal : bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris
tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
 Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
 Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi
dan, massa
 Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal : tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda tanda infeksi dan pendarahan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis ditandai dengan
involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis.
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5) Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.

30
3. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


Nyeri Akut Outcome tambahan untuk Mengukur Pemberian analgetik :
1
penyelesaian dari diagnosis 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Definisi: Nyeri akut
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
Kontrol nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan 2. Cek adanya riwayat alergi obat
1. Mengenali kapan terjadi nyeri (5)
emosional tidak menyenangkan yang 3. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang
secara konsisten menunjukkan.
muncul akibat kerusakan jaringan sesuai ketika lebih dari satu diberikan
2. Menggambarkan factor penyebab (5)
aktual atau potensial atau yang Manajemen nyeri
secara konsisten menunjukkan.
digambarkan sebagai kerusakan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
3. Menggunakan tindakan pengurangan
(International Association for the Study meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
(nyeri) tanpa analgesik (5) secara
of Pain) : awitan yang tiba-tiba atau frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
konsisten menunjukkan.
lambat dari intensitas ringan hingga nyeri dan factor pencetus
4. Menggunakan analgetik yang di
berat dengan akhir yang dapat 2. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien
rekomendasikan (5) secara konsisten
diantisipasi atau diprediksi. dilakukan dengan pemantauan yang ketat
menunjukkan.
3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
Batasan Karakteristik : 5. Melaporkan perubahan terhadap
mengenai nyeri
gejala nyeri pada professional
1. Bukti nyeri dengan

31
menggunakan standar daftar kesehatan (5) secara konsisten 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
periksa nyeri untuk pasien yang menunjukkan. penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
tidak dapat mengungkapkannya 6. Melaporkan nyeri yang terkontrol (5) dirasakan dan antisipasi akibat
2. Diaforesis secara konsisten menunjukkan. ketidaknyamanan akibat prosedur
3. Dilatasi pupil 5. Kendalikan factor lingkungan yang dapat
4. Ekspresi wajah nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap
5. Fokus menyempit ketidaknyamanan
6. Fokus pada diri sendiri 6. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
7. Keluhan tentang intensitas 7. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
menggunakan standar skala tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
nyeri mengimplementasikan tindakan penurunan
8. Perubahan posisi untuk nyeri nonfarmakologi dan farmakologi
menghindari nyeri Monitor Tanda-Tanda Vital
9. Perubahan selera makan 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
10. Putus asa pernafasan dengan tepat
11. Sikap melindungi area nyeri 2. Monitor tekanan darah setelah pasien minum
Faktor-faktor yang berhubungan : obat jika memungkinkan
3. Monitor suara paru
1. Agens cidera biologis (Mis.,
4. Monitor warna kulit, suhu, kelembapan

32
infeksi, iskemia, neoplasma) 5. Monitor dan laporkan tanda dan gejala
2. Agen cidera fisik (Mis., abses, hipertermia dan hipotermia
amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur
bedah, trauma, olahraga
berlebihan)
3. Agens cidera kimiawi (Mis.,
luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens mustard)
2 Ketidakefektifan Pemberian ASI NOC NIC

Definisi : Kesulitan memberikan susu Keberhasilan Menyusui : Bayi Pengurangan kecemasan


pada bayi atau anak secara langsung 1. Kesejajaran tubuh yang sesuai 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
dari payudara, yang dapat memengaruhi dan (bayi) menempel dengan baik menyakinkan
status nutrisi bayi / anak. (5) sepenuhnya adekuat 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
2. Genggaman (tangan bayi) pada perilaku klien
Batasan Karakteristik:
areola dengan tepat (5) 3. Pahami situasi krisis yang terjadi dari
1. Bayi menangis dalam jam sepenuhnya adekuat perspektif klien
pertama setelah menyusui 3. Reflek menghisap (5) sepenuhnya 4. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa

33
2. Bayi menangis pada payudara adekuat aman dan mengurangi ketakutan
3. Bayi mendekat kearah payudara 4. Terdengar menelan (5) 5. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
4. Bayi menolak latching on sepenuhnya adekuat aman
5. Bayi tidak mampu latch- on pada 5. Menyusui minimal 5 – 10 menit 6. Dengarkan klien
payudara secara tepat per payudara (5) sepenuhnya 7. Puji / kuatkan perilaku yang baik secara tepat
6. Ketidakadekuatan defekasi bayi adekuat 8. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan
7. Ketidakcukupan kesempatan 6. Minimal menyusui 8 kali per hari untuk mengurangi tekanan
untuk menghisap payudara (5) sepenuhnya adekuat Dukungan Emosional
8. Tidak tampak pelepasan oksigen 7. Buang air kecil per hari sesuai 1. Diskusikan dengan pasien mengenai
9. Penurunan berat badan bayi terus usia (5) sepenuhnya adekuat pengalaman emosinya
menerus 8. Feses cair, kuning, dan berserat 2. Eksplorasi apa yang memicu emosi pasien
10. Kurang penambahan berat badan per hari sesuai usia (5) 3. Buat pertanyaan yang mendukung dan
bayi sepenuhnya adekuat berempati
11. Tampak ketidakadekuatan asupan 9. Penambahan berat badan sesuai 4. Rangkul dan sentuh pasien dengan penuh
susu usia (5) sepenuhnya adekuat dukungan
12. Tidak menghisap payudara terus - 10. Bayi puas setelah makan (5) 5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan
menerus sepenuhnya adekuat yang sesuai
Keberhasilan Menyusui : Maternal 6. Bantu pasien untuk mengenali perasaannya
1. Posisi nyaman selama menyusui seperti adanya cemas, marah, atau sedih

34
Factor yang berhubungan: (5) sepenuhnya adekuat 7. Berikan bantuan dalam pembuatan keputusan
2. Pengeluaran ASI (5) sepenuhnya 8. Temani pasien dan berikan jaminan
1. Ambivalensi ibu
adekuat keselamatan dan keamanan selama periode
2. Anomali payudara ibu
3. Hisapan dihentikan sebelum cemas
3. Ansietas ibu
dipindah ke payudara lain (5) Manajemen Nutrisi
4. Diskontinuitas pemberian ASI
sepenuhnya adekuat 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
5. Keletihan ibu
4. Intake cairan ibu (5) sepenuhnya (pasien ) untuk memenuhi kebutuhan gizi
6. Keluarga tidak mendukung
adekuat 2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
7. Keterlambatan laktogen II
5. Mengenali isyarat lapar di awal makanan yang dimiliki pasien
8. Kurang pengetahuan orang tua
(5) sepenuhnya adekuat 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi
tentang pentingnya pemberian
Mempertahankan Pemberian ASI makanan bagi pasien
ASI
1. Pertumbuhan bayi dalam rentang 4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
9. Tidak cukup waktu menyusu ASI
normal(5) sepenuhnya adekuat nutrisi (yaitu: membahas pedoman diet dan
10. Suplai ASI tidak cukup
2. Perkembangan bayi dalam piramida makanan)
11. Prematuritas
rentang normal (5) sepenuhnya 5. Bantu pasien dalam menentukan pedoman
12. Penggunaan dot
adekuat atau piramida makanan yang paling cocok
13. Pembedahan payudara
3. Mengenali tanda – tanda dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan
sebelumnya
penurunan pasokan ASI (5) prefensi (misalnya., Piramida Makanan
14. Masa cuti melahirkan yang
sepenuhnya adekuat Vegetarian, Piramida Panduan Makan, dan

35
pendek 4. Puas dengan proses menyusui (5) Piramida Makanan untuk Lanjut Usia Lebih
sepenuhnya adekuat dari 70 tahun)
6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang
lebih sehat, jika diperlukan
7. Atur diet yang diperlukan (yaitu:
menyediakan makanan protein tinggi;
menyerahkan menggunakan bumbu dan
rempah – rempah sebagai alternative untuk
garam, menyediakan pengganti gula;
menambah atau mengurangi kalori,
menambah atau mengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen)
8. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
9. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum makan

36
10. Beri obat – obatan sebelum (misalnya,
penghilang rasa sakit, antiseptic) jika
diperlukan
11. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
tegak di kursi, jika memungkinkan
12. Pastikan makan disajikan dengan cara yang
menarik dan pada suhu yang paling cocok
untuk konsumsi secara optimal
13. Anjurkan keluarga untuk membawa
maknan favorit pasien sementara pasien
berada di rumah sakit atau fasilitas
perawatan, yang sesuai
14. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan
diet untuk kondisi sakit(yaitu: untuk pasien
dengan penyakit ginjal, pembatasan
natrium, kalium, protein, dan cairan)
15. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
16. Monitor kalori dan asupan makan
17. Monitor kecenderungan terjadinya

37
penurunan dan kenaikan berat badan
Konseling Laktasin
1.Berikan informasi mengenai manfaat
(kegiatan ) menyusui baik fisiologis
maupun psikologis
2.Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
3.Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
4.Beri kesempatan pada ibu untuk menyusui
setelah melahirkan, jika memungkinkan
3 Gangguan Pola Tidur: Tidur Peningkatan Tidur
1. Jam tidur dengan skala 5 (tidak 1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Definisi: interupsi jumlah waktu dan
terganggu) 2. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
kualitas tidurakibat faktor external
2. Pola tidur dengan skala 5 (tidak 3. Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi
Batasan karakteristik : terganggu) pasien terhadap pola tidur
3. Kualitas tidur dengan skala 5 (tidak 4. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam
1. Kesulitan jatuh tertidur
terganggu) tidur
2. Ketidakpuasan tidur 4. Suhu ruangan yang nyaman 5 (tidak 5. Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
3. Menyatakan tidak merasa cukup terganggu) 6. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien
istirahat 5. Perasaan segar setelah tidur dengan 7. Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk

38
4. Penurunan kemampuan berfungsi skala 5 (tidak terganggu) mendukung tidur / siklus bangun pasien
5. Perubahan pola tidur 6. Kesulitan tidur dengan skala 5 (tidak 8. Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas
6. Sering terjaga tana jelas terganggu) waktu tidur untuk memfasilitasi perpindahan
penyebabnya 7. Kesulitan memulai tidur dengan skala dari terjaga menuju tidur
Faktor-faktor yang berhubungan: 5 (tidak terganggu) 9. Bantu untuk menghilangkan situasi stress
8. nyeri dengan skala 5 (tidak terganggu) sebelum tidur
1. Gangguan Karena pasangan tidur
9. Mimpi buruk dengan skala 5 (tidak 10. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
2. Halangan lingkungan (misalnya: terganggu) mengenai Teknik untuk meningkatkan tidur.
bising, pajanan cahaya/gelap, suhu, Manajemen lingkungan
kelembapan, lingkungan yang tidak 1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
dikenal) 2. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien

3. Imobilisasi berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta


riwayat masa lalu
4. Kurang privasi
3. Singkirkan benda – benda yang berbahaya dari
5. Pola tidur tidak menyehatkan. lingkungan
4. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang
rendah, yang sesuai
5. Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi
atau bantalan disisi ruangan, yang sesuai

39
6. Berikan kamar terpisah, seperti diidentifikasi
7. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
Manajemen lingkungan: Kenyamanan
1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
mengelola lingkungan dan kenyamanan yang
optimal
2. Mudahkan transisi pasien dan keluarga
dengan adanya sambutan hangat di lingkungan
yang baru
3. Cepat bertindak jika terdapat panggilan bel,
yang harus selalu dalam jangkauan
4. Hindari gangguan yang tidak perlu dan
berikan waktu untuk beristirahat
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
mendukung
6. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
7. Sesuaikan suhu ruangan yang paling
menyamankan individu, jika memungkinkan

40
Defisiensi pengetahuan NOC NIC
4
Definisi: ketiadaan atau defisiensi Pengetahuan : manajemen penyakit akut Peningkatan kesadaran kesehatan
informasi kognitif yang berkaitan 1. Faktor-faktor penyebab dan factor 1. Ciptakan lingkungan perawatan kesehatan
dengan topik tertentu. yang berkontribusi (5) pengetahuan dimana
Batasan karakteristik : sangat banyak. 2. pasien dengan permasalahan memahami
1. Ketidakakuratan melakukan test 2. Perjalanan penyakit biasanya (5) aksara dapat
2. Ketidakakuratan melakukan pengetahuan sangat banyak. 3. mencari bantuan tanpa merasa malu atau
perintah 3. Manfaat manajemen penyakit (5) merasa dicela
3. Kurang pengetahuan pengetahuan sangat banyak. 4. Gunakan komunikasi yang sesuai dan
4. Perilaku tidak tepat (mis., histeria, 4. Tanda dan gejala penyakit (5) jelas
bermusuhan, agitasi, apatis) pengetahuan sangat banyak. 5. Gunakan bahasa sederhana
Faktor yang berhubungan : 5. Tanda dan gejala komplikasi (5) 6. berikan informasi penting secara tertulis
1. Gangguan fusngsi kognitif pengetahuan sangat banyak maupun lisan pada pasien sesuai dengan
2. Gangguan memori penggunaan obat-obatan resep yang bahasa utamanya/bahasa ibu
3. Kurang informasi benar (5) pengetahuan sangat banyak. 7. pertimbangkan hal yang telah pasien
4. Kurang minat untuk belajar ketahui tentang kondisi kesehatannya atau
5. Kurang sumber ilmu pengetahuan risikonya dan menghubungkan informasi
6. Salah pengertian terhadap orang baru dengan apa yang sudah pasien
lain. ketahui

41
Pengajaran : proses penyakit
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
dengan proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan paktovisiologi penyakit dan
bagaimana hubungannya dengan anatomi
dan visiologi sesuai kebutuhan
3. Riview pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
4. Kenali pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
5. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari
penyakit, sesuai kebutuhan
6. Eksplorasi bersama pasien apakah dia
telah mealakukan manajemn gejala
7. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai
kebutuhan
8. Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai
kebutuhan
9. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin

42
ada, sesuai kebutuhan
10. Instruksikan pasien mengenai tindakan
untuk mencegah atau meminimalkan efek
samping penanganan dari penyakit, sesuai
kebutuhan

Risiko Infeksi Kontrol resiko Kontrol resiko


5
Definisi : Rentan mengalami infasi dan 1. Mengidentifikasi factor resiko (5)
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
multifikasi organism patogenik yang secara konsisten menunjukkan
dipakai pasien lain
dapat mengganggu kesehatan. 2. Mengenali factor resiko individu (5)
2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor Risiko: secara konsisten menunjukkan
3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Kurang pengetahuan untuk 3. Memonitor factor resiko di
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
menghindari pemajanan lingkungan (5) secara konsisten
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
patogen menunjukkan
meninggalkan pasien
2.Malnutrisi 4. Memonitor factor resiko individu (5)
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
3.Obesitas secara konsisten menunjukkan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah
4.Penyakit kronis 5. Mengembangkan strategi yang efektif
tindakan keperawatan
5.Prosedur infasif dalam mengontrol resiko (5) secara
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
konsisten menunjukkan

43
6. Mengenali perubahan status kesehatan 8. Pertahankan lingkungan aseptic selama
(5) secara konsisten menunjukkan pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
11. Gunakan kateter intermitten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
12. Tingkatkan intake nutrisi
13. Berikan terapi antibiotic bila perlu infection
protection (proteksi terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentanan terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang
beresiko
19. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase

44
20. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
21. Dorong masukan cairan
22. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic
sesuai resep
23. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
24. Ajarkan cara menghindari infeksi

45
4. Implementasi
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan,
perencanaan mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

46
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather and Kamitsuru, S. (2015). Nanda Internasional Inc.


Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017. Ed :
10.Jakarta : EGC.
Norwiz, Errol. (2011). Anatomi Dan Fisiologi Obstetric Dan Ginekologi.
Herdman & Kamitsuru. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Difinisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Anonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available at:http://kesehatan by
teguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-periode.html. Opened
at: 20 maret 2014, 18.21 wita.
Rosyati. H. (2017). Persalinan. Retrieved from http://elearning.fkkumj.ac.id.
Diakses pada tanggal 13 Desember 2020.

Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available


at:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ 126 / jt ptunimus - gdl-norhimawat
- 6281-2- babii. pdf. Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.
Bobak, 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2012 .Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yoga. 2013. Askep post partum. Available at:http://yoga srondeng. blogspot.com/
2013 / 09 / askep-post-partum-nifas.html. opened at: 20 maret 2014, 18.05
wita
Herdman & Kamitsuru. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Difinisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.

47
48

Anda mungkin juga menyukai