Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DAN PARTISIPASI POLITIK

GENERASI MILENIAL
1
Christiany Juditha, 2Josep J. Darmawan
1
Puslitbang Aptikasi Informatika dan Informasi Komunikasi Publik
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110
2
Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Jl. Babarsari No. 6, Yogyakarta 55281
Email: christiany.juditha@kominfo.go.id

Abstrak- Fenomena generasi milenial merupakan topik yang banyak dibahas karena dianggap unik. Generasi ini
tidak bisa lepas dari teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Namun sering juga dianggap
sebagai generasi yang paling tidak peduli dengan persoalan politik, diantaranya menjadi warga negara yang tidak
ikut menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilu. Padahal generasi milenial memiliki potensi karena jumlahnya
besar serta sebagai penerus pemimpin bangsa sehingga partisipasi politik mereka sangat dibutuhkan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media digital dan partisipasi politik generasi melilenial.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif dan kuesioner disebar secara online.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa seratus persen responden merupakan generasi milenial (18-37 tahun)
adalah pengguna internet. Telepon selular adalah media yang paling banyak digunakan saat terhubung internet
dengan durasi 5-10 jam/hari untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Media sosial dan grup obrolan online
adalah media digital yang juga paling dominan digunakan. Sementara untuk konten digital yang paling sering
diakses adalah film, pesan teks dan video digital. Generasi milenial menganggap bahwa topik politik sebagai
topik yang biasa saja. Meski demikian, responden mengakui tetap mengikuti berita-berita politik yang banyak
diakses dari media online dan televisi. Partisipasi politik dari generasi milenial juga cenderung rendah. Terutama
untuk menjadi anggota atau pendukung aktif partai politik, ikut melakukan unjuk rasa nyata
mendukung/menolak kebijakan pemerintah, serta menghubungi pemerintah/politisi/pejabat untuk
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Meski demikian mayoritas dari mereka tetap akan memberikan suara
dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Indonesia tahun 2019.

Kata kunci: media digital, partisipasi politik, generasi milenial.

USE OF DIGITAL MEDIA AND POLITICAL PARTICIPATION


OF MILLENNIAL GENERATION
Abstract- Millennial generation phenomenon is a topic that is widely discussed because it is considered unique.
This generation cannot be separated from communication and information technology (internet). But often it is
also considered as the generation that is least concerned with political issues, including being a citizen who
does not use their voting rights in the election. Whereas the millennial generation has potential because of its
large number and as the successor of the nation's leaders so that their political participation is needed. The
purpose of this study was to determine the use of digital media and the political participation of the millenniall
generation. This study uses a survey method with a quantitative approach and questionnaires distributed online.
The results of the study conclude that one hundred percent of respondents are millennial (18-37 years old) are
internet users. Cellular phones are the most widely used media when connected to the internet with a duration of
5-10 hours/day to communicate and search for information. Social media and online chat groups are the most
dominant digital media used. As for digital content that is most frequently accessed are digital films, text and
video messages. Millennials assume that the topic of politics is an ordinary topic. Nevertheless, respondents
acknowledged that they still follow political news that is widely accessed from online and television media.
Political participation from millennial generations also tends to be low. Especially to become active members or
supporters of political parties, participate in demonstrations in real support/reject government policies, and
contact the government/politicians/officials to fight for the interests of the community. Even so, the majority of
them will still vote in the legislative election and Indonesian presidential election in 2019.

Keywords: digital media, political participation, millennial generation

1
PENDAHULUAN menyukai topik pembicaraan yang terkait
Generasi milenial merupakan generasi musik/film, olahraga, dan teknologi.
yang kini banyak menjadi perhatian diberbagai Sementara yang berusia antara 25 hingga 34
bidang. Generasi milenial dikenal dengan tahun menyukai topik pembicaraan yang lebih
nama lain yaitu generasi Y yang lahir setelah bervariatif.
generasi X dengan kisaran tahun 1981 hingga Angkatan muda yang merupakan bagian
tahun 2000 (Young, et al., 2013). Sehingga dari generasi milenial sering dianggap sebagai
saat ini generasi milenial merupakan generasi generasi yang paling tidak peduli dengan
muda masa kini yang berusia antara 18 hingga persoalan politik. Data dari EACEA (2012)
37 tahun. Generasi milenial dianggap unik menyebutkan generasi ini relatif sangat sedikit
dibanding generasi sebelum. Hal ini terungkap yang mau bergabung dalam partai politik.
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Mereka juga cenderung memilih menjadi
Research Center (2016) yang menyebutkan warga negara yang tidak ikut menggunakan
bahwa kehidupan generasi milenial tidak bisa hak pilih mereka dalam Pemilu. Pirie dan
lepas dari teknologi komunikasi dan informasi Worcester (1998) juga menyebutkan bahwa
khususnya internet. Mereka juga sangat generasi ini sering mengalami putus hubungan
menyukai hiburan atau budaya pop/musik dengan komunitasnya serta tidak berminat
yang sudah menjadi kebutuhan pokok. pada proses dan persoalan politik. Mereka juga
Generasi milenium hidup pada era memiliki tingkat kepercayaan yang rendah
informasi, karena itu mereka memperoleh pada politisi serta sinis terhadap berbagai
begitu banyak jenis informasi secara lembaga politik dan pemerintahan (Haste dan
transparan melalui internet. Termasuk begitu Hogan, 2006).
banyak pilihan di pasar online yang telah Ada banyak cara yang dapat dilakukan
memberikan kontribusi kepada generasi ini setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam
tanpa hambatan terhadap loyalitas sebuah bidang politik. Menurut Teorell, et al, (2007)
merek tertentu. Disamping itu, generasi partisipasi politik warga diantaranya dengan
milenium di dunia juga menghadapi beberapa memberikan suara dalam Pemilu/Pilkada,
krisis mulai dari masalah terorisme domestik mengirim surat/pesan kepada pemerintah, ikut
hingga resesi ekonomi. Pengalaman bersejarah dalam aksi protes atau demonstrasi, menjadi
yang unik dari para milenial ini telah anggota partai politik, menjadi anggota
membentuk mereka memiliki hubungan organisasi kemasyarakatan, mencalonkan diri
dengan politik dan komunitas mereka (Gilman untuk jabatan publik, memberikan sumbangan
dan Stokes, 2014). kepada partai atau politisi, hingga ikut dalam
Penelitian lain dari Alvara Research acara penggalangan dana (Morrison, 2016).
Center (2014) menyebutkan bahwa konsumsi Jika dihubungkan dengan perkembangan
internet penduduk kelompok usia 15 hingga 34 zaman saat ini, partisipasi politik generasi
tahun jauh lebih tinggi dibanding kelompok sekarang jauh berbeda dengan generasi
usia yang lebih tua. Hal ini menunjukkan sebelumnya yang terbilang masih
ketergantungan generasi ini terhadap internet konvensional misalnya dengan melakukan aksi
sangat tinggi. Penelitian ini juga menyebutkan demontrasi dengan turun ke jalan untuk
bahwa generasi berusia 15-24 tahun lebih menyampaikan aspirasi. Meski aksi ini masih
2
juga dilakukan namun dengan jumlah yang mencoba melihat partisipasi politik pengguna
tidak banyak. Partisipasi politik dewasa ini media sosial sebagai pemilih pemula.
lebih banyak di melalui internet dan media Penelitian ini menggunakan metode survei dan
online. EACEA (2012) menyebut partisipasi responden dipilih secara purposif. Hasil
politik generasi muda masa kini memiliki sifat penelitian menunjukkan sebanyak 73,2 persen
cenderung lebih individual, spontan, respoden memberikan suara pada Pemilu
berdasarkan isu tertentu dan kurang terkait legislatif 2014 dan sebagian besar (80%)
dengan perbedaan sosial. menunjukkan keinginan besar untuk
Generasi milenial memiliki potensi yang memberikan suara pada Pemilu Presiden 2014.
besar bagi kekuatan politik karena jumlahnya Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
yang banyak. Jumlah populasi penduduk politik di kalangan pemilih pemula adalah
Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat tinggi. Selain itu, bentuk partisipasi politik
ini mencapai 34,45% (BPS, 2010). Namun sebagian besar responden barulah pada level
seperti yang dikemukakan sebelumnya yang paling ringan konsekuensinya yaitu
generasi ini kurang tertarik terlibat sekedar membicarakan isu politik dengan
berpartisipasi dalam politik secara teman atau rekan sejawat sebagai bagian dari
konvensional karena berbagai alasan. Karena kegiatan berbincang atau ngobrol untuk
itu mereka lebih mencari dan memilih jalur menghabiskan waktu. Bentuk kampanye lain
yang lebih mudah diakses untuk berpartisipasi oleh pemilih pemula seperti mempromosikan
seperti menjadi relawan dan aktivis konsumen kandidat/Parpol, membantu kampanye Parpol
melalui media sosial (Gilman dan Stokes, atau memberikan sumbangan ke Parpol adalah
2014). Disamping itu, generasi ini merupakan relatif rendah atau tidak intensif.
generasi penerus yang nantinya akan menjadi “The Millennial Generation and
bagian dari pemimpin bangsa sehingga Politics” merupakan judul penelitian yang
partisipasi politik mereka terhadap negara ini dilakukan Little (2009). Artikel ini
dari sekarang sangatlah dibutuhkan. menggambarkan kekhususan generasi
Berdasarkan latar belakang tersebut milenium di Inggris. Berbeda dengan deskripsi
diatas maka hal yang kemudian menarik untuk kelompok usia yang sama di Amerika Serikat,
diteliti adalah bagaimana penggunaan media kaum milenial Inggris kurang tertarik
digital dan juga partisipasi politik generasi berpartisipasi dalam organisasi relawan.
melilenial? Tujuan dari penelitian ini adalah Mereka juga umumnya kurang terlibat secara
untuk mengetahui penggunaan media digital sosial dan politik, meskipun politisi yang aktif
dan juga partisipasi politik generasi melilenial. mewakili kepentingan mereka menjadi lebih
umum. Penulis membandingkan pemilihan
LANDASAN TEORI Barack Obama dan Boris Johnson dan
Penelitian tentang generasi muda dan menjelaskan bagaimana masing-masing
partisipasi politik sudah pernah dilakukan, kandidat dapat berhasil memenangkan suara
salah satu diantaranya dilakukan oleh dari generasi milenium di Amerika Serikat dan
Morissan (2016) dengan judul “Tingkat Inggris. Namun, pemuda di AS memilih
Partisipasi Politik dan Sosial Generasi Muda Obama karena platform perubahan dan
Pengguna Media Sosial”. Penelitian ini reformasi penuh harapan, sedangkan pemuda
3
di Inggris memilih Johnson sebagai cara ini dalam ikut menyelesaikan permasalahan
memprotes walikota London sebelumnya, Ken yang terjadi baik dalam tingkat lokal maupun
Livingston. Tidak seperti pendukung Obama, nasional melalui media sosial. Sedangkan
pendukung Johnson cenderung kurang aktif penelitian yang dilakukan saat ini, disamping
berkampanye untuk kandidat mereka. ingin melihat tingkat penggunaan media
Peenelitian ini mengusulkan bahwa digital oleh generasi milenial juga ingin
penekanan yang berbeda pada layanan mendapatkan gambaran tentang partisipasi
masyarakat di kedua negara sebagian besar politik generasi ini tidak hanya dalam Pemilu
bertanggung jawab atas sikap yang berbeda saja tetapi juga dalam masalah-masalah politik
antara kelompok-kelompok pemuda yang lainnya dengan menggunakan media digital
terpisah. Para politisi sebaiknya sebagai media pendukung proses partisipasi.
menumbuhkan lebih banyak hubungan akar Teori uses and gratifications
rumput dengan kaum muda jika mereka ingin diperkenalkan pertama kali oleh Elihu Katz
mendorong keterlibatan politik mereka. dan Herbert Blumer tahun 1974. Teori ini
Gagnier (2008) juga melakukan mengatakan bahwa pengguna media
penelitian dengan judul “Democracy 2.0: memainkan peran aktif untuk memilih dan
Millennial-Generated Change to American menggunakan media tersebut dimana
Governance”. Penelitian ini membahas akar pengguna media berusaha untuk mencari
masalah yang terjadi pada tingkat warga sumber media yang paling baik untuk
negara. Dari sini kemudian diidentifikasi memenuhi kebutuhannya. Teori uses and
masalah dalam sistem pemerintahan, gratifications mengasumsikan bahwa
masyarakat lokal, negara bagian, dan nasional. penggunanya mempunyai pilihan alternatif
Setelah masalah diidentifikasi, warga harus untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini
terlibat dalam percakapan dan mencari solusi juga menekankan bahwa khalayak aktif untuk
inovatif untuk masalah yang telah menentukan media mana yang harus dipilih
diidentifikasi. Hasil penelitian menemukan untuk memuaskan kebutuhannya (Katz, et.al,
bahwa generasi milenium mencari bentuk- 1974).
bentuk definisi diri dan saluran dimana mereka Ada lima asumsi dasar teori uses and
dapat menghasilkan solusi mereka sendiri gratifications yaitu: 1) Khalayak Aktif dan
untuk masalah-masalah masyarakat, organisasi penggunaan medianya berorientasi pada
(terutama yang dipimpin oleh generasi tujuan; 2) Inisiatif dalam menguhubungkan
milenial) dengan memanfaatkan afinitas kepuasan kebutuhan pada pilihan media
generasi ini melalui teknologi dan jejaring tertentu terdapat pada anggota khalayak; 3)
sosial. Dengan tidak adanya batas-batas sosial Media berkompetisi dengan sumber lainnya
yang ada, Demokrasi 2.0 memungkinkan untuk kepuasan kebutuhan; 4) Orang
warga untuk membangun demokrasi. mempunyai cukup kesadaran diri akan
Penelitian-penelitian tersebut diatas penggunaan media mereka, minat, dan motif
menfokuskan pada partisipasi politik generasi sehinngga dapat memberikan sebuah
milenial pada Pemilu baik di Indonesia gambaran yang akurat mengenai kegunaan
maupun Amerika dan Inggris. Penelitian tersebut kepada para peneliti. 5) Penilaian
ketiga juga melihat partisipasi politik generasi
4
mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai menyatakan bahwa setiap orang yang hidup di
oleh khalayak (West & Turner, 2008). negara demokratis memiliki hak untuk
Media digital menurut Folkerts, et al menyatakan pandangan dan sikap mereka
(2008) adalah bentuk-bentuk dari media dan terhadap segala hal yang terjadi di ranah
isi media yang diciptakan dan dibentuk oleh publik atau hal-hal yang terkait dengan
perubahan teknologi. Internet adalah salah satu kepentingan mereka agar diketahui pemerintah
dari media digital di abad 21. Sebagai dan selanjutnya pemerintah memberikan
teknologi baru yang canggih, bentuk media responnya.
dan teknologi muncul secara bersamaan dan di Sedangkan menurut Back, et al (2011),
sebut konvergensi media. Konvergensi media masyarakat di negara demokratis dapat
merupakan kombinasi antara dua atau lebih berpartisipasi dalam kehidupan politik dengan
dari media-media sebelumnya (media tiga cara yaitu 1). Terlibat dalam arena publik
konvensional) yang menjadi suatu proses untuk mempromosikan dan menyampaikan
dimana dapat membawa kemudahan dan tuntutannya kepada siapa saja yang ingin
keuntungan bagi penggunanya. Media sosial mendengarkan. Misalnya dengan ikut
seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan demonstrasi; 2). Dapat menjadikan lembaga
Youtube merupakan contoh dari media pembuat undang-undang (legislatif) atau
digital. lembaga eksekutif sebagai target pesan politik
Dewey Decimal Classification atau DDC yang ingin disampaikan. Contohnya
(Dewey, 2011) mengklasifikasi media digital menandatangani petisi; 3). Terlibat dalam
dengan cakupan sebagai berikut: proses seleksi dari orang-orang yang ingin
menduduki jabatan publik. Misalnya dengan
memberikan suara pada Pemilu atau
mencalonkan diri untuk jabatan publik.
Tipologi partisipasi politik yang lebih
luas dikemukakan oleh Teorell, et.al., (2007)
yang mencakup lima dimensi yaitu: 1)
Electoral Participation (partisipasi elektoral)
adalah partisipasi warga dengan melakukan
pemungutan suara termasuk memberikan suara
pada saat pemilihan umum; 2) Consumer
participation yang mencakup kegiatan
Gambar 1. Classification of Digital Content, Media, memberikan sumbangan untuk amal,
and Device Types (Green and Huang, 2013)
melakukan boikot atau menandatangai petisi
Partisipasi politik dapat dilakukan oleh dan melakukan konsumsi politik (political
setiap warga di negara demokrasi. Bourne consumption), atau dengan kata lain consumer
(2010) mendefenisikan partisipasi politik participation merupakan tindakan warga
sebagai kegiatan pribadi warga negara yang masyarakat sebagai konsumen politik yang
dilakukan untuk memengaruhi keputusan kritis; 3) Party activity, yaitu tindakan menjadi
pemerintah. Sedangkan Dahrendorf (2003) anggota atau pendukung aktif partai politik,
melakukan pekerjaan sukarela atau
5
menyumbangkan uang untuk partai politik; 4) (Schullery, 2013). Sedangkan Young et al.
Protest activity, yang mencakup tindakan (2013) secara spesifik menyatakan bahwa
seperti turut serta dalam kegiatan demonstrasi, generasi milenial merupakan generasi yang
pemogokan dan kegiatan unjuk rasa lainnya; lahir pada kisaran tahun 1981-2000. Generasi
5) Contact activity, yaitu tindakan ini bahkan dapat menggunakan kemajuan
menghubungi organisasi pemerintah, politisi teknologi untuk melakukan komunikasi di
atau pejabat pemerintahan. samping melalui tatap muka, seperti melalui
Konsep generasi menurut pengirim email dan media sosial. Aktivitas ini
Kupperschmidt’s (2000) adalah sekelompok pula yang memungkinkan mereka memiliki
individu yang mengidentifikasi kelompoknya pergaulan yang luas dengan beragam orang
berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur, dari seluruh dunia (Roebuck, Smith &
lokasi, dan kejadian-kejadian dalam kehidupan Haddaoui, 2013).
kelompok individu tersebut yang memiliki Seperti diketahui salah satu generasi
pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan yang paling mencolok karena terkenal dengan
mereka. Howe & Strauss (1991, 2000) keragaman adalah generasi Y atau yang biasa
membagi generasi berdasarkan kesamaan dikenal dengan echo boomers atau pun
rentang waktu kelahiran dan kesamaan millennials (Solomon, 2009). Young, et al.
kejadian-kejadian historis (Putra, 2016). (2013) secara spesifik menyatakan bahwa
Borodin, Smith dan Bush (2010); generasi milenial merupakan generasi yang
Schullery (2013) menyatakan bahwa orang- lahir pada kisaran tahun 1981-2000. Generasi
orang yang berasal dari generasi yang sama ini bahkan dapat menggunakan kemajuan
mempunyai kesamaan pengalaman seperti teknologi untuk melakukan komunikasi di
kultur, politik, ekonomi, peristiwa dunia, samping melalui tatap muka, seperti melalui
bencana alam dan teknologi sehingga pengirim email dan media sosial (Young, et
membentuk pandangan, nilai, pilihan dan al., 2013). Aktivitas ini pula yang
kepercayaan yang sama. Namun beberapa memungkinkan mereka memiliki pergaulan
hasil klasifikasi generasi antar peneliti yang luas dengan beragam orang dari seluruh
berbeda. Menurut Martin & Tulgan (2002), dunia (Roebuck, Smith & Haddaoui, 2013).
generasi Y adalah generasi yang lahir pada Domitriou (2015) menyatakan bahwa
kisaran tahun 1978, sementara menurut Howe generasi milenial merupakan anak dari para
& Strauss (2000) generasi Y adalah generasi baby boomers dan generasi X, dimana mereka
yang lahir pada tahun 1982. Perbedaan ini lahir di era yang berteknologi tinggi dan
terjadi karena adanya skema yang digunakan diasuh oleh orang tua yang sangat komunikatif
untuk mengelompokkan generasi tersebut dan berorientasi partisipatif. Generasi ini
berbeda, karena peneliti-peneliti tersebut menurut Young, et al. (2013) dapat
berasal dari negara yang berbeda. menggunakan kemajuan teknologi untuk
Gerenasi milenial menurut Dimitriou & melakukan komunikasi di samping melalui
Blum (2015) adalah generasi yang juga disebut tatap muka, seperti melalui pengirim pesan
sebagai generasi Y atau net generation, echo atau email dan melalui berbagai media sosial,
boomers, n-geners, nexters, internet sehingga memungkinkan mereka memiliki
generation generation me, dan digital natives pergaulan yang luas dengan beragam orang
6
dari seluruh dunia (Roebuck, Smith &
Haddaoui, 2013). Oleh karena itu pula
generasi ini memiliki toleransi keberagaman
manusia yang lebih tinggi dibanding generasi
lainnya (Domitriou, 2015).
Gambar 2. Kerangka Konseptual
Selain hidup di era peningkatan bidang
ekonomi dan teknologi, generasi Y juga hidup Kerangka konseptual penelitian ini dapat
pada era dimana terjadi peningkatan kejahatan, dijelaskan bahwa penelitian ini adalah untuk
sehingga mendorong para orang tua untuk mendapatkan gambaran generasi milenial
melindungi anak-anak mereka dari kejadian dengan rentang usia 18 hingga 37 tahun
berbahaya atau yang sekedar mengecewakan menggunakan media digital. Penggunaan
(Schullery, 2013). Perlindungan yang media ini diukur berdasarkan lima asumsi
diberikan oleh para orang tua generasi Y dasar teori uses and gratification yaitu
adalah seperti mendorong generasi Y untuk khalayak aktif dan penggunaan medianya
bermain di dalam rumah dengan media berorientasi pada tujuan; pilihan media
teknologi yang ada, cepat memberi pujian bila tertentu; kepuasan kebutuhan; minat dan
sang anak mencapai sesuatu (Schullery, 2013), motif; dan dapat menilai isi media.
mengabulkan sebagian besar permintaan Penggunaan media ini dihubungkan dengan
mereka, memanjakan, dan memberi tahu partisipasi politik generasi milenial secara
bahwa mereka dapat mencapai apapun yang virtual maupun nyata yang mengacu pada lima
mereka inginkan (Cates, 2014). tipologi partisipasi politik yaitu electoral
Hidup di zaman yang berteknologi maju participation, consumer participation, party
dan diasuh dengan cara tersebut membuat activity, protest activity dan contact activity.
generasi ini memiliki ekspektasi tinggi,
menuntut mendapat jawaban secara instan, METODE PENELITIAN
lebih menyukai distribusi sumber pengetahuan Metode Penelitian
dan informasi, berpikiran terbuka, memiliki Penelitian menggunakan metode survei
keterampilan yang beragam, mampu dengan pendekatan kuantitatif. Isaac &
mengerjakan pekerjaan yang banyak secara Michael, 1997 (dalam Glasow, 2014)
simultan, tidak sabar (Idrus, et.al, 2014), menyatakan bahwa metode survei adalah
partisipatif, tidak menganut paham hierarki untuk menjawab pertanyaan yang telah
atau level kekuasaan, yang berarti semua diajukan, untuk memecahkan masalah yang
orang memiliki level yang setara, sehingga telah diajukan atau diamati, untuk menilai
mereka bersikap sama baik kepada atasan kebutuhan dan menetapkan tujuan, untuk
maupun rekan kerja, sosialis, optimis, menentukan apakah spesifik atau tidak tujuan
bertalenta, kolaboratif, dan berorientasi pada telah terpenuhi, untuk membangun basis garis
kesuksesan (Cates, 2014). terhadap perbandingan masa depan dapat
Berdasarkan paparan konsep dan teori dibuat, untuk menganalisis tren lintas waktu,
diatas, maka kerangka konsep disusun sebagai dan umumnya, untuk menggambarkan apa
berikut: yang ada, dalam jumlah berapa, dan dalam

7
konteks apa.    Sedangkan Kraemer (1991) dilakukan selama 2 (dua) minggu terhitung
mengidentifikasi tiga karakteristik metode dari tanggal 30 Juli-13 Agustus 2018.
survei yaitu 1) Digunakan untuk menjelaskan
secara kuantitatif aspek-aspek spesifik dari Metode Analisis Data
populasi tertentu. Aspek-aspek ini sering Hasil perolehan data melalui kuesioner
melibatkan pemeriksaan hubungan antar kemudian diinput dalam SPSS untuk
variabel. 2). Data yang diperlukan untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data hasil
penelitian survei dikumpulkan dari orang- penelitian akan digambarkan dalam bentuk
orang dan karenanya subjektif. 3) Penelitian grafik atau tabel kemudian dianalisis secara
survei menggunakan bagian populasi yang deskriptif. Untuk mendapatkan validitas dan
dipilih dari mana temuan kemudian dapat reabilitas instrumen yang digunakan, terlebih
digeneralisasikan kembali ke populasi dahulu dilakukan uji coba untuk memastikan
Teknik penetapan sampel dilakukan apakah instrumen tersebut akurat.
adalah probability sampling dengan cara
Simple Random Sampling. Adapun penentuan HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah sampel ditentukan dengan Penggunaan media digital dan generasi
menggunakan rumus Estok Navitte Cowan milenial adalah dua hal yang tidak dapat
(Estok & Cowan, 2002): dipisahkan di era digitalisasi dewasa ini.
Generasi milenial dikenal sebagai generasi
yang paling banyak mengakses internet dalam
keseharian mereka. Akan tetapi penelitian di
negara-negara besar seperti Amerika dan
Dimana: E= sampling error (0.05); Z= Inggris, generasi milenial kurang tertarik
tingkat kepercayaan yang dipakai (tingkat berpartisipasi dalam organisasi relawan, dan
kepercayaan dalam penelitian ini 95% maka Z juga kurang terlibat secara sosial dan politik
= 1.96; p = tingkat homogen responden (1% (Little, 2009). Bagaimana dengan generasi
atau 0,01); dan N= populasi sampling generasi yang sama di Indonesia?
milenial dari usia 18-37 tahun adalah Hasil penelitian ini mensurvei 174
100.418.626 jiwa (BPS, 2010); Sehingga total responden yang tersebar di 8 kota besar di
responden dalam penelitian ini adalah 174 Indonesia. Profil responden secara umum yang
orang. Jumlah ini dibagi secara proporsional berjenis kelamin perempuan lebih banyak
untuk 8 kota besar di Indonesia yaitu Medan, yaitu 53,4%, sedangkan laki-laki 46,6%. Usia
Jakarta, Yogjakarta, Surabaya, Makassar, responden tertinggi berada dikisaran 18-25
Manado, Banjarmasin, dan Ambon. tahun sebanyak 71,5% sedangkan usia 26-37
tahun berjumlah 28,5%. Tingkat pendidikan
Teknik Pengumpulan Data terakhir responden paling banyak di tingkat
Teknik pengumpulan data pada SMA yaitu 54%, menyusul berijazah S1
penelitian ini menggunakan kuesioner yang sebanyak 29,9%. Sementara untuk S2/S3
disebarkan secara online dengan menggunakan hanya 16,1%. Pekerjaan responden terbanyak
aplikasi google form yang penyebarannya adalah mahasiswa sebanyak 66,7% dan PNS
(16,7%).
8
Penggunaan Media Digital Generasi streaming 29,9%, televisi digital 24,7%.
Milenial Sedangkan radio streaming dan radio digital
Penelitian ini membahas tentang relatif sangat sedikit yaitu hanya dikisaran
penggunaan media digital generasi milienial. 6,9% dan 2,3% saja.
Penggunaan media digital saat ini tidak dapat Sementara media digital yang sering
dilepaskan dengan penggunaan internet palagi diakses responden dalam 3 bulan terakhir,
di kalangan milenial yang bermukim di kota- media sosial (92,5%) menjadi media yang
kota besar. Karena itu perlu dipetakan terlebih paling dominan digunakan, menyusul grup
dahulu penggunaan internet responden. Hasil obrolan online (63,2%), pesan singkat
penelitian mengungkapkan bahwa 100 persen (52,9%), media streaming (50,6%), surat
responden menyatakan menggunakan internet elektronik (email) sebanyak 48,3%, portal
dalam 3 (tiga) bulan terakhir. Adapun berita (46,6%) dan blog (43,7%). Gambar 2
perangkat yang paling banyak digunakan menggambarkan tentang responden yang
responden saat terhubung internet adalah mengakses konten digital dalam 3 bulan
handphone sebanyak 98,3% dan laptop terakhir. Hasil penelitian menyimpulkan
sebanyak 69%. Sedangkan untuk penggunaan bahwa konten media digital yang paling
tablet dan PC (komputer) relatif tidak terlalu banyak diakses responden adalah film, pesan
banyak. teks, video digital, buku elektronik (e-book),
Frekuensi menggunakan internet dalam dan audio digital.
sehari sebanyak 39,1% responden mengaku
menghabiskan waktu lebih dari 5 sampai 10
jam dalam sehari, dan sebanyak 31,6%
menggunakan internet diatas 10 jam. Ketika
dipertanyakan tujuan menggunakan internet,
mayoritas responden (93,1%) menjawab
untuk berkomunikasi dan sebanyak 90,2%
menjawab untuk mencari informasi (web
browsing), 70,1% untuk mengunduh file Gambar 3. Akses konten digital (n=174)
video, audio, gambar, bahan baca, aplikasi dan
lain lain, dan sebanyak 69,5% melakukan Ketika responden ditanyakan soal topik
streaming video maupun musik serta 50% politik, kebanyakan menjawab topik tersebut
mengunggah file (google drive, dopbox biasa saja (40.5%) dan sebanyak 35,8% yang
termasuk posting konten). menjawab menarik. Media yang paling sering
Berbicara tentang penggunaan media digunakan oleh responden untuk mendapatkan
digital, terdiri dari 3 (tiga) hal penting yaitu informasi/berita politik, adalah media online
penggunaan perangkat digital, media digital sebanyak 80.5% dan televisi sebanyak 18,4%
dan konten digital. Hasil penelitian sedangkan untuk surat kabar dan radio relatif
mengungkapkan bahwa perangkat digital yang sangat sedikit (gambar 3). Sedangkan jenis
digunakan responden selama 3 bulan terakhir, topik politik politik yang paling sering di
mayoritas didominasi dengan penggunaan baca/nonton/dengar responden adalah berita
telepon selular yaitu sebanyak 98,9%, televisi politik, menyusul talk show politik, meme

9
politik, obrolan politik di grup instant dengan nilai tinggi dan sangat tinggi hanya
messaging. sebesar 1,8% dan 4,9% saja.

1: Sangat rendah
2: Rendah
3: Sedang
4: Tinggi
5: Sangat tinggi

Gambar 4. Media yang sering diakses untuk Gambar 6. Partisipasi ikut kegiatan demontrasi (unjuk
mendapatkan informasi/berita politik rasa) mendukung/menolak sebuah kebijakan pemerintah

Partisipasi Politik Generasi Milenial Partisipasi responden untuk melakukan


Penelitian ini juga bertujuan untuk tindakan menghubungi organisasi pemerintah,
mengetahui tentang partisipasi politik generasi politisi atau pejabat pemerintahan untuk
milenial. Hasil penelitian menyebutkan bahwa memperjuangan sesuatu untuk kepentingan
kebanyakan responden memilih jawaban di masyarakat umum juga cenderung rendah. Ini
nomor 1 (38,7%) ketika ditanyakan soal terlihat dari jawaban responden terbanyak di
keterlibatan mereka dalam mengkritisi nomor 1 (partisipasi sangat rendah) sebanyak
kebijakan pemerintah. Pemilihan jawaban 62,5%. Hasil penelitian juga menggambarkan
nomor 1 menunjukkan sangat rendahnya bahwa partisipasi politik responden yang
partisipasi responden. Dan hanya berkisar dilakukan secara online saja juga cenderung
5,2% hingga 5,8% yang mau terlibat dalam rendah. Namun tidak serendah dari jenis
mengkritisi kebijakan pemerintah. partisipasi politik lainnya.
Sebagian besar responden (75,6%) juga Meski partisipasi politik responden
menyatakan tidak aktif menjadi anggota dan secara umum cenderung rendah, namun
pendukung aktif partai politik. mayoritas responden (93,1%) mengaku akan
memberikan suara mereka pada saat
1: Sangat rendah
2: Rendah Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden 2019
3: Sedang
4: Tinggi
5: Sangat tinggi
mendatang (Gambar 7).

Gambar 5. Partisipasi aktif menjadi anggota dan


pendukung aktif partai politik

Tabel 6 menggambarkan bahwa


partisipasi responden dalam hal ikut kegiatan Gambar 7. Partisipasi politik untuk mengikuti Pemilu
demonstrasi (unjuk rasa) untuk mendukung Legislatif dan Pemilu presiden 2019 mendatang
atau menolak sebuah kebijakan pemerintah
Paparan hasil penelitian diatas,
cenderung sangat rendah, mencapai 73,2%.
menemukan beberapa hal yang menonjol yang
Sementara yang memilih berpartisipasi
menarik untuk dibahas. Pertama, seratus
10
persen responden yang merupakan generasi adalah Film. Seperti yang juga telah
milenial (18-37 tahun) yang bermukim di kota diungkapkan sebelumnya oleh Lyons, (2004)
besar di Indonesia adalah pengguna internet. bahwa generasi milenial banyak menggunakan
Handphone adalah media yang paling banyak teknologi komunikasi instan seperti email,
digunakan responden saat terhubung internet. SMS, instant messaging dan media sosial
Rata-rata mereka menggunakan lebih 5 sampai seperti Facebook dan Twitter, dengan kata
10 jam per hari saat terhubung internet. Tujuan lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh
dari penggunaan internet kebanyakan untuk pada era internet booming.
berkomunikasi dan mencari informasi. Menghubungkan generasi milenial
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dengan penggunaan media digital, tidak
diungkapkan oleh Kilber, et al (2014) yang terlepas dari teori uses and gratifications.
menyebutkan bahwa karakteristik yang Generasi milenial sebagai pengguna media
terbentuk pada generasi milenial atau generasi berperan aktif untuk memilih dan
Y adalah kecanduan internet, percaya diri dan menggunakan media tersebut dimana mereka
harga diri tinggi dan lebih terbuka dan berusaha untuk mencari sumber media yang
bertoleransi terhadap perubahan. Sedangkan paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.
Lyons (2004) mengungkapkan bahwa generasi Teori uses and gratifications mengasumsikan
milenial memiliki karakteristik pola bahwa pengguna (generasi milenial)
komunikasinya yang sangat terbuka dibanding mempunyai pilihan alternatif untuk
generasi-generasi sebelumnya, pemakai media memuaskan kebutuhannya dan mereka aktif
sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat untuk menentukan media mana yang harus
terpengaruh dengan perkembangan teknologi. dipilih untuk memuaskan kebutuhannya (Katz,
Sementara hasil riset Ali dkk (2017) yang et.al, 1974). Hal ini juga diungkapkan oleh
memperkuat hasil penelitian ini juga West & Turner (2008) bahwa beberapa asumsi
menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari uses and gratifications yaitu orang
generasi milenial kelas menengah urban mempunyai cukup kesadaran diri akan
adalah generasi yang connected. Mereka penggunaan media, minat, dan motif serta
merupakan generasi yang pandai penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat
bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang dinilai oleh khalayak. Dalam hal ini, generasi
mereka ikuti. Selain itu, mereka juga milenial cukup sadar dengan minat dan motif
berselancar di sosial media dan internet. mereka dalam memilih media digital untuk
Karakter milenial ini, banyak dipengaruhi oleh digunakan sehari-hari dalam pemenuhan
pesatnya perkembangan teknologi, khususnya kebutuhan.
gadget dan internet. Media digital yang merupakan teknologi
Penggunaan media digital dari hasil baru yang canggih yang merupakan
penelitian ini menyimpulkan bahwa konvergensi antara media dan teknologi
handphone merupakan perangkat yang paling (Folkerts, et al, 2008). Jika generasi milenial
banyak digunakan oleh generasi ini. banyak menggunakan media digital, itu juga
Sedangkan media sosial adalah media digital karena mereka lahir dan tumbuh pada era
yang juga paling dominan digunakan. dimana internet masif digunakan (Lyons,
Sebaliknya konten yang paling sering diakses 2004). Ali (2017) menyebutkan bahwa
11
generasi milenial tumbuh bersama dengan partisipasinya pun beragam antara lain terlibat
mulai berkembangnya internet. Bagi generasi dalam arena publik untuk mempromosikan dan
milenial, internet sudah menjadi kebutuhan menyampaikan tuntutannya kepada siapa saja
pokok, setara dengan kebutuhan dasar akan yang ingin mendengarkan. Atau menjadikan
sandang, pangan dan papan. lembaga pembuat undang-undang (legislatif)
Penelitian ini juga mengungkapkan atau lembaga eksekutif sebagai target pesan
bahwa generasi milenial menganggap bahwa politik yang ingin disampaikan (Back, et al,
topik politik sebagai topik yang biasa saja. 2011).
Meski demikian, responden (dalam jumlah Kenyataan yang ditemui dari beberapa
yang relatif sedikit) mengakui tetap mengikuti hasil penelitian, bahwa generasi milenial tidak
berita-berita politik yang kebanyakan diakses terlalu tertarik untuk berpartisipasi secara
dari media online dan televisi. Partisipasi politik. Namun ada hal yang menarik yang
politik dari generasi milenial juga cenderung perlu diperhatikan bahwa perjumpaan generasi
rendah. Terutama partisipasi mereka menjadi milenial dengan media digital menghadirkan
anggota dan mendukung aktif partai politik, pola komunikasi yang tidak lagi menggunakan
ikut melakukan unjuk rasa secara nyata untuk pola konvensional. Karena itu perlu
mendukung atau menolak kebijakan menggunakan media sosial untuk melakukan
pemerintah, serta menghubungi orang pendekatan terhadap generasi ini. Sandforth
pemerintah, politisi, atau pejabat untuk dan Haworth (2002) menegaskan bahwa
memperjuangkan kepentingan masyarakat. melalui partisipasinya dalam politik, generasi
Jak Pat App (2015) pernah melakukan milenial tidak hanya menginginkan perubahan,
penelitian tentang “Preferensi Politik Generasi namun juga berharap menjadi agen perubahan
Millennial”. Hasilnya mengungkapkan bahwa dengan cara mereka sendiri.
generasi milenial memandang politik sebagai Apalagi generasi milenial adalah adalah
kekuasaan (26 8.75 %), korupsi (24 8.08 %), agen perubahan bangsa. Partisipasi mereka
kotor (21,07%), pemerintahan (15,05%) dan dalam dunia politik diharapkan akan
partai (11,37%). Apatisme berpolitik generasi membawa perubahan dalam demokrasi.
ini sangat tinggi, yakni mencapai 62,63% tidak Sebaliknya, generasi milenial yang apatis dan
mau mengikuti perkembangan isu politik tidak peduli terhadap politik serta berbagai
terkini. Hasil riset Jak Pat ini tidak jauh kebijakan pemerintah, akan membuat
berbeda dengan hasil penelitian ini dimana demokrasi tidak berkembang. Karena itu
sikap apatis politik di kalangan generasi muda diperlukan partisipasi para pemuda untuk
masih cukup tinggi, karena pandangan mereka menjadikan negara maju. Sandford dan
yang menyamakan politik identik dengan Haworth (2002) menyatakan bahwa di tengah
korupsi dan bersifat kotor. meningkatnya apatisme terhadap iklim politik,
Padahal jika merujuk pada konsep memaksa generasi milenial untuk berputar
partisipasi politik yang dikemukakan oleh haluan menjauh dari politik. Namun, generasi
Bourne (2010) bahwa setiap warga (termasuk milenial sekarang berpandangan bahwa sikap
generasi milenial) di negara demokrasi dapat tersebut harus diubah salah satunya dalam
melakukannya sebagai kegiatan pribadi untuk bentuk gerakan relawan atau menjadi aktivis
memengaruhi keputusan pemerintah. Bentuk
12
dengan fokus pada upaya memajukan Trend global dalam mempraktikkan model
kehidupan masyarakat. demokrasi partisipatoris. 2) Komunikasi
Apalagi, hasil penelitian ini juga politik interaktif. 3) Konflik sering kali
menyebutkan bahwa meski kebanyakan dimediasi oleh pengguna informasi berbasis
responden (generasi milenial) memiliki teknologi komunikasi. Dan 4) Transformasi
partisipasi politik yang rendah, namun politik yang terhubung ke internet dan
mayoritas dari mereka tetap akan memberikan memberi akses pada informasi yang bersifat
suara mereka dalam pemilu legislatif dan personal. Gun Gun berharap partisipasi
pemilu presiden Indonesia tahun 2019. Dan generasi Y tidak hanya semata-mata soal
kesedian mereka sebagai pemilih ini dengan pemilu saja, tetapi menjadikan media sosial
presentasi yang relatif sangat tinggi. Hasil ini sebagai ruang publik baru. Karakteristik
sekaligus membuat perubahan yang signifikan generasi milenial yang menjadi pengontrol dan
dari temuan EACEA (2012) yang penekan ini seharusnya diarahkan ke ruang
menyebutkan bahwa generasi ini cenderung publik baru sehingga menjadi pengontrol yang
memilih menjadi warga negara yang tidak ikut strategis.
menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilu. Untuk menciptakan generasi milenial Y
Ali (2016), mengatakan bahwa pemilih yang lebih aktif dalam berpartisipasi politik
generasi milenial  adalah pemilih yang lahir menurut Gun Gun perlu pendekatan berbasis
tahun 80an hingga 90an dengan karakteristik komunitas. Penting untuk membangun
yang cenderung bukan pemilih ideologis, komunitas, tidak hanya berbasis fisik tetapi
memiliki sikap politik yang cenderung apatis juga secara online. Selain itu, dari komunitas
dan banyak diantara mereka yang swing harus ada upaya lebih konkrit dan inisiatif
voters, dan cenderung tidak memiliki tingkat untuk diskusi di media sosial. Kemudian
loyalitas yang tinggi terhadap partai. Generasi terhubung kembali dengan realitas. Realitas
ini, menurut Harmadi (2016) besar dan disini adalah mengumpulkan orang dalam
tumbuh di tengah derasnya arus teknologi mengkritisi kebijakan publik. Seperti hasil
informasi, cenderung memiliki perilaku yang penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2017)
relatif mirip, termasuk soal pilihan dalam yang menyebutkan bahwa dalam perspektif
berpolitik dan berdemokrasi, sehingga sering komunikasi politik, apa yang dilakukan oleh
disebut sebagai connected kids. Padahal, generasi milenial dengan menggagas gerakan
pandangan umum generasi milenial terhadap kerelawanan (komunitas baik secara online
politik, seperti dikemukakan oleh Tapscott maupun nyata) merupakan indikasi kesiapan
(2013) adalah sikap antipatik, serta pesimis mereka sebagai aktor politik. Wujud aktor
bahwa pesta demokrasi (pemilu) tidak akan politik tersebut adalah sebagai aktivis, yang
melahirkan perubahan. menjembatani kepentingan masyarakat dengan
Gun Gun Heryanto (dalam liputan6, kandidat yang mereka usung, serta untuk
2016) menjelaskan bahwa interaksi dan mencapai proses berdemokrasi yang lebih
ekspresi partisipasi generasi milenial telah jujur, adil, dan transparan. Generasi milenial,
mengkonfirmasi adanya fenomena demokrasi melalui partisipasinya dalam politik, tidak
siber (Cyberdemocrazy). Fenomena ini hanya menginginkan perubahan, namun juga
ditandai dengan empat faktor pentin yaitu 1)
13
berharap menjadi agen perubahan dengan cara mendukung atau menolak kebijakan
mereka sendiri. pemerintah, serta menghubungi orang
pemerintah, politisi, atau pejabat untuk
PENUTUP memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Kesimpulam Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa
Tujuan penelitian ini adalah untuk meski kebanyakan responden (generasi
mengetahui penggunaan media digital dan milenial) memiliki partisipasi politik yang
juga partisipasi politik generasi melilenial. rendah, namun mayoritas dari mereka tetap
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa seratus akan memberikan suara mereka dalam pemilu
persen responden merupakan generasi milenial legislatif dan pemilu presiden Indonesia tahun
(18-37 tahun) yang bermukim di delapan kota 2019.
besar di Indonesia adalah pengguna internet.
Telepon selular dan laptop adalah media yang Saran
paling banyak digunakan responden saat Penelitian ini juga merekomendasikan
terhubung internet. Rata-rata mereka beberapa hal penting yaitu bahwa generasi
menggunakan lebih 5 sampai 10 jam per hari milenial adalah generasi yang unik dan
saat terhubung internet. Tujuan dari memiliki karakter yang khas. Generasi ini
penggunaan internet kebanyakan untuk termasuk salah satu pemegang estafet bonus
berkomunikasi dan mencari informasi. demografi Indonesia 2020-2030 mendatang
Penggunaan media digital dari hasil dan merupakan generasi penerus bangsa.
penelitian ini terdiri dari tiga hal yaitu Karena itu partisipasi politik serta dukungan
perangkat digital, media digital dan konten generasi milenial sebagai generasi muda
digital. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sangat dibutuhkan untuk masa depan bangsa
telepon selular merupakan perangkat yang dan negara. Jumlah generasi milenial di
paling banyak digunakan oleh generasi Indonesia tahun 2020 akan mencapai 35 juta
milenial. Sedangkan media sosial dan grup jiwa, sebuah jumlah yang sangat banyak. Hal
obrolan online adalah media digital yang juga ini menjadi modal baik bagi negara maupun
paling dominan digunakan. Sementara untuk partai politik untuk memanfaatkan generasi ini
konten digital yang paling sering diakses berpartisipasi aktif baik dalam partai politik
adalah film, pesan teks dan video digital. maupun komunitas-komunitas politik untuk
Penelitian ini juga mengungkapkan kepentingan bangsa.
bahwa generasi milenial menganggap bahwa Dukungan dan partisipasi politik
topik politik sebagai topik yang biasa saja. generasi milenial ini akan terbentuk jika terus
Meski demikian, responden (dalam jumlah menerus terpapar media digital yang berisikan
yang relatif sedikit) mengakui tetap mengikuti sosialisasi atau informasi/berita tentang
berita-berita politik yang kebanyakan diakses kampanye mendukung kebijakan-kebijakan
dari media online dan televisi. Partisipasi pemerintah yang positif. Mengingat generasi
politik dari generasi milenial juga cenderung ini adalah mayoritas pengguna media digital
rendah. Terutama partisipasi mereka menjadi (internet, media sosial dan lain sebagainya).
anggota dan mendukung aktif partai politik, Sosialisasi tersebut bisa dalam bentuk film,
ikut melakukan unjuk rasa secara nyata untuk
14
pesan teks yang menarik serta video digital di Choice Models. Journal Scandinavian
media sosial maupun media online lainnya. Political Studies, 34(1), 2011, 74–97.
Borodin, A., Smith, R. K., & Bush, A. (2010).
UCAPAN TERIMA KASIH Summary Brief: Does Generation Y’s
Terima kasih kami ucapkan kepada Value Toward Work, Self, and
semua pihak yang membantu dalam proses Individual Responsibility Influence
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Baik pihak Their Ethicality? Society for Marketing
yang menyediakan sarana dan prasarana, Advances Proceedings, 112-113.
tempat berdiskusi dan pihak yang telah Bourne, P,.A (2010). Modelling Political Trust
membantu penyebaran kuesioner online dan in a Developing Country Current.
juga responden yang telah mengisi kuesioner. Research Journal of Social Sciences
2(2): 84-98.
DAFTAR PUSTAKA BPS. (2010). Sensus Penduduk 2010. Diakses
Ali, Hasanuddin, Lili Purwandi, Harry dari website:
Nugroho, Anastasya Ekoputri, Taufuqul https://www.bps.go.id/news/2011/11/01/
Halim. (2017). The Urban Middle-Class 5/bps-telah-merilis-hasil-sensus-
Millenials Indonesia: Financial And penduduk-2010.html, pada 1 April 2018.
Online Behavior. Laporan Hasil Cates, S. V. (2014). The Young and The
Penelitian. Jakarta: Alvara Research Restless: Why Don’t Millennials Join
Center. Diakses dari website: Unions? International Journal of
http://alvara-strategic.com/wp- Business and Public Administration,
content/uploads/whitepaper/The-Urban- 11(2), 2014, 107- 119.
Middle-Class-Millenials.pdf, 10 Agustus Dahrendorf R (2003). The Challenge for
2018. Democracy. Journal of Democracy. 14
Ali, Hasanudin. 2016. 3M, Kunci (4) 2003.
Kemenangan dalam Pilgub DKI Jakarta Dewey, Melvil. (2011). Dewey Decimal
2017. Diakses dari website dari: Classification and Relative Index. 23rd
http://www.republika.co.id/berita/jurnali ed.; Joan S. Mitchell, Julianne Beall,
smewarga/wacana/16/10/05/oekh2u408- Rebecca Green, Giles Martin, and
3m-kunci-kemenangandalam-pilgub-dki- Michael Panzer, eds. Dublin, Ohio:
jakarta-2017, pada 11 Agustus 2018. OCLC.
Alvara Research Centre. (2014). Generasi Dimitriou, C. K, & Blum, S. C. (2015). An
Millennial Indonesia: Tantangan dan Exploratory Study of Greek Millenials in
Peluang Pemuda Indonesia. Diakses dari The Hotel Industry: How Do They
website: http://alvara- Compare to Other Generations?
strategic.com/generasi-millennial- International Journal of Global
indonesia-tantangan-dan-peluang- Business, 8(1), 2015, 62- 92.
pemuda-indonesia/, pada 11 April 2018. EACEA (Education, Audiovisual and Culture
Back, H., Teorell, J., & Westholm, A. (2011). Executive Agency) (2012). Political
Explaining Modes of Participation: a participation and EU citizenship:
Dynamic Test of Alternative Rational Perceptions and behaviors of young
15
people. Evidence from Eurobarometer Howe, N., & Strauss, W. (2000). Millennials
surveys. European Commission. Rising: The Next Great Generation. New
Estok M, Nevitte N & Cowan G. (2002). The York: Vintage.
Quick Count and Election Observation. Idrus, N., Ng, P. K., & Jee, K. S. (2014).
Washington: NDI. Sustaining Quality in Higher Education
Folkerts, J., Lacy, S., Larabee, A. (2008). The in Southeast Asia Through
Media in Your Life: An Introduction to Understanding Generational Changes.
Mass Communication (4th ed.) Boston: Journal of Applied Sciences, 14(16)
Pearson Cavazza, F. 2012Education Inc. 2014, 1819- 1827. doi:
Gagnier, Christina. (2008). Democracy 2.0: 10.3923/jas.2014.1819.1827.
Millennial-Generated Change to Isnaini, Muhamad. (2017). Gerakan
American Governance. National Civic Kerelawanan Generasi Milenial: Kasus
Review, Fall 2008, Vol.97(3), p.32. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Gilman, Hollie Russon, Elizabeth Stokes. Jakarta 2017 Dalam Perspektif
(2014). The Civic And Political Komunikasi Politik. Kolase Komunikasi
Participation of Millennials and di Indonesia.
Millennials Rising. @Newamerica. JakPat App. Preferensi Politik Generasi
Glasow, Priscilla A. (2014). Fundamentals of Millennial. Dipublikasikan pada 30
Survey Research Methodology. September 2015.
Washington C3 Center McLean, Katz, E., Blumer J. G. Dan Gurevitch, M.
Virginia: Mitre. (1974). Utilization of Mass
Green, Rebecca, Huang, Xiaoli. (2013). Communication by The Individual,
Classification of Digital Content, Media, dalam J.G. Blumer dan E. Katz (eds),
and Device Types. OCLC Online The Uses of Mass Communication.
Library Computer Center, Inc dan Sun Baverly Hills: Sage.
Yat-Sen University. Diakses dari Kilber, J., Barclay, A., dan Ohmer, D. (2014).
website: Seven Tips for Managing Generation Y.
http://www.iskouk.org>files>GreenPape Journal of Management Policy and
r pada 17 April 2018. Practice. 15: 4, 80-9.
Haste, H. & Hogan, A. (2006). Beyond Kraemer, K. L. (1991). Introduction. Paper
conventional civic participation, beyond presented at The Information Systems
the moral-political divide: Young people Research Challenge: Survey Research
and contemporary debates about Methods.
citizenship. Journal of Moral Education, Kupperschmidt, B.R. (2000),
35(4), 2006, 473-493. Multigenerational Employees: Strategies
Howe, N., & Strauss, W. (1991). Generations: for Effective Management. The Health
the history of America’s future, 1584 to Care Manager, 19(1),65-76.
2069. New York City: William Morrow Liputan6. (2016). Pentingnya Partisipasi
Paperbacks. Politik Generasi Y di Media Sosial.
Doakses dari website:
https://www.liputan6.com/showbiz/read/
16
2510827/pentingnya-partisipasi-politik- Advancing Women in Leadership, 33,
generasi-y-di-media-sosial pada 13 52- 62.
Agustus 2018. Sandfort, Melissa H & Jennifer G Haworth.
Little, Ben. (2009). The Millennial Generation (2002). Whassup? A Glimpse Into the
and Politics. Journal of Politics and Attitudes and Beliefs of the Millennial
Culture, July 2009, Issue 42, pp.119- Generation. Journal of College and
128. 42, pp.119-12. Character, 3:3, , DOI: 10.2202/1940-
Lyons, S. (2004). An exploration of 1639.1314.
generational values in life and at work. Schullery, N. M. (2013). Workplace
ProQuest Dissertations and Theses, 441- Engangement and Generational
441. Diakses dari website: Differences in Values. Business
http://ezproxy.um.edu.my/docview/3052 Communication Quarterly, 76(2), 252-
03456?accountid=28930 pada 10 265. doi: 10.1177/1080569913476543
Agustus 2018. Solomon, M. (2009). Consumer behavior:
Martin, C. A. and Tulgan, B. (2002). Buying, Having, and Being. 8th ed.
Managing the Generational Mix. Upper Saddle River, N.J.: Pearson
Amherst, MA: HRD Press. Prentice Hall.
Morissan. (2016). Tingkat Partisipasi Politik Tapscott, Don. 2013. Grown Up Digital: Yang
dan Sosial Generasi Muda. Jurnal Visi Muda yang Mengubah Dunia
Komunikasi, Volume 15, No.01, Mei (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama).
2016: 96 – 113 102. Teorell, J., Torcal, M., & Montero, J.R.(2007).
Pew Research Center. (2014). Millennials in Political Participation: Mapping the
Adulthood: Detached from Institutions, Terrain. Dalam J. W. Deth., J. R.
Networked with Friends. Montero & A. Westholm (Eds).
Pirie, M. & Worcester, R.M. (1998). The Citizenship and Involvement in
Millennium Generation. London: Adam European Democracies: A Comparative
Smith Institute. Analysis. London and New York:
Putra, Yanuar Surya. (2016). Teori Perbedaan Routledge.
Generasi. Jurnal Makarti Vol.9 No.18, West, Richard, Lynn H.Turner. (2008).
Desember 2016. Diakses dari website: Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama dan Aplikasi (Buku 2) (Edisi 3). Jakarta:
/article/viewFile/142/133, pada 15 April Salemba Humanika.
2018. Young, S. J. et al. (2013). Generational
Roebuck, D. B., Smith, D. N., & Haddaoui, T. Differences and Job Satisfaction in
E. (2013). Cross-Generational Leisure Services. Managin Leisure,
Perspectives on Work-Life Balance and 18(2) 2013, 152- 170. doi:
Its Impact On Women’s Opportunities 10.1080/13606719.2013.752213.
for Leadership in The Workplace.

17

Anda mungkin juga menyukai