IMAN KEPADA ALLAH, MALAIKAT DAN HAL GHAIB SELAIN ALLAH DAN
MALAIKAT
Oleh :
KELOMPOK 9
BANJARMASIN
2021
Syukur Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT., yang telah
menyariatkan hukum Islam kepada para umat manusia. Sholawat dan salam, semoga Allah
SWT,.limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa syariat Islam, untuk
diimani, dipelajari, dipahami, dan dihayati serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari sebagai hamba Allah SWT
Berkat rahmat, hidayat, serta inayah Allah SWT., sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya. Kami mengharapkan kritik dan saran
khususnya dari dosen pengampu oleh Ibu Najminnur Hasanatun Nida, S.Pd.I, serta para
pembaca yang sifatnya membangun guna meneyempurnakan makalah ini.Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pemabaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepepannya dapat lebih
baik.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….iii
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
Beriman kepada Allah adalah salah satu pokok terpenting yang harus dilakukan oleh seluruh
umat islam, selain beriman kepada Malaikat, kitab-Nya, Rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan
kepada qada’ dan qadhar. Seorang belum dikatakan beriman kepada Tuhanya apabila ia belum
dapat meyakini dalam hatinya, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa dengan segala
keagungan dan sifat-sifatntnya. Adapun beriman kepada sifat Allah termasuk juga dalam
klasifikasi iman kepada Allah.
Maka dari itu, sebagai umat muslim kita wajib meyakini bahwa Allah mempunyai sifat
yang melekat pada-Nya, yang patut kita percayai dan kita imani. Maka dari itu, pada makalah ini
kami akan membahas mengenai iman kepada Allah, tidak hanya membahas tentang iman
kepada Allah saja , melainkan juga membahas tentang cara mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari – hari.
Malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta
ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan.
Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari banyak malaikat
yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui.
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya
adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka
adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka
menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun
mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka
malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat
selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada
Nabi Ibrahim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu beriman kepada Allah?
2. Bagaimana tingkatan iman kepada Allah ?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan iman kepada Allah ?
4. Bagaimana kita mengimani malaikat?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman kepada Allah
Iman menurut bahasa artinya percaya atau membenarkan. Menurut Istilah dalam ilmu
tauhid, iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan perbuatan.
Iman kepada Allah SWT yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa Allah adalah wahid
(satu), tidak beranak dan tidak beristri. Dalam pengertian lain Iman kepada Allah adalah
meyakini dengan akal akan wujud dan kebenaran-Nya sebagai pencipta, pemelihara dan Tuhan
seluruh makhluk Ciptaan-Nya. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang beriman apabila memenuhi ketiga
unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah
kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia
beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An
Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia
1. Dapat menyelamatkan seseorang dari segala sesuatu yang menimpa dirinya karena
orang beriman akan ditolong oleh Allah (Q.S al-Mukmin ayat 31)
2. Hati menjadi tenang dan tidak gelisah (Q.S ar-Ra’du ayat 28)
D. Sifat Allah swt dan Ciri Orang yang Beriman kepada Sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa adanya dzat.
Sifat Allah yang terkandung dalam asma-Nya sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, secara
keseluruhan menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak ada satu pun yang
menyamai-Nya. karena itu, selain Allah, tidak ada yang boleh di lekati sifat-sifat ke-Tuhanan.
Adapun sifat Allah diklasifikasikan menjadi tiga, yakni sifat Wajib, sifat Mustahil, dan sifat Jaiz
bagi Allah.
Adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah swt. Yang sesuai dengan keagunganya
sebagai pencipta alam seisinya. Dalam ilmu aqa’id, disebutkan bahwa sifat wajib Allah swt ada
tiga belas yaitu:
a. Wujud (ada)
b. Qidam (terdahulu)
c. Baqa’ (kekal)
d. Mukhalafatu lil Hawadisi (Berbeda dengan ciptaan-nya)
g. Qudrah (Mahakuasa)
h. Iradah (Berkehendak)
j. Hayat (Hidup)
k. Sama’(Maha Mendengar)
m. Kalam (Berfirman)
Ada sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat allah swt, sehingga menjadi
dua puluh,yaitu:
Yaitu sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki allah swt. Dalam ilmu tauhid
dinyatakan bahwasifat Mustahil Allah swt ada tiga belas, yaitu:
b. Hudus, permulaan
c. Fana’, rusak
d. Mumasalatu lil-hawadisi, menyerupai makhluk
g. A’jzun, lemah
h. Karahah, terpaksa
i. Jahlun, bodoh
j. Mautun, mati
k. Summun, tuli
l. ‘umyun, buta
m. Bukmun, bisu
Berarti sifat kebebasan Allah swt, yakni kebebasan yang dimilikinya sebagai tuhan
semesta alam untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya yang
mutlak.
Ciri orang yang beriman terhadap sifat wajib Allah antara lain sebagai berikut :
1. Bersyukur
Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling sempurna. Oleh karena itu pemberian Allah
wajib digunakan dengan baik untuk beribadah kepadaNya. Contoh: mulut digunakan untuk
berkata yang baik dan bermanfaat.
2. Ikhlas
Orang yang beriman kepada Allah senantiasa ikhlas dalam segala perbuatannya. Ibadah yang
dilaksanakan karena mengharap ridla Allah.
3. Sabar
Sabar artinya tabah, tahan menghadapi cobaan, menyerah kepada Allah dengan ridla dan lapang
dada.
4. Amanah
Anugerah yang diberikan Allah kepda kita perlu kita pelihara. Orang yang mendapat suatu
jabatan tertentu wajib digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Jabatan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawa, jujur dan amanah.
5. Tidak sombong
Kekayaan atau kepandaian yang Allah berikan kepada kita seharusnya tidak menjadikan diri kita
sombong. Adanya kekayaan dan kepandaian yang kita miliki menjadikan diri kita rendah diri.
Ketika kita berbicara kepada seseorang hendaknya selalu dengan lemah lembut. Dalam perilaku
kita menjaga perbuatan kita agar tidak menyakiti orang lain.
1 Senantiasa mengagungkan asma Allah yang memiliki maha kesempurnaan, zat yang tidak
mungkin memiliki sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya.
2. Takut kepada Allah dengan berusaha mengerjakan perintah dan menjauhi larangaNya.
4. Bersabar atas segala musibah dan kesusahan yang dialami, karena semua itu merupakan ujian
dari Allah.
2. Rajin bekerja
3. Rajin belajar