1
Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
23
Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
email : ersaraniputri@gmail.com
ABSTRAK
Peningkatan kebutuhan pangan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, harus diimbangi
oleh peningkatan produksi pangan dalam wilayah. Peningkatan produksi dalam wilayah dapat
dioptimalkan dengan memperhatikan potensi daerah, keadaan agroklimat, serta kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat sebagai pelaku produksi. Produksi yang memperhatikan hal tersebut diatas
akhirnya akan menghasilkan wilayah dengan daya saing yang relatif tinggi untuk komoditi spesifik
daerah. Pada akhirnya pengembangan komoditi yang sesuai dengan potensi wilayah, kesesuaian
agroklimat dapat berdampak pada meningkatnya perekonomian wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis posisi daya saing sektor pertanian tanaman pangan kabupaten dan kota di Provinsi Banten.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian ini dilakukukan di provinsi Banten. Metode analisa data yang digunakan adalah
metode Agriculture Competitive Quotient (ACQ).Hasil penelitian menunjukan daerah kabupaten/kota di
Provinsi banten yang mempunyai daya saing tertinggi untuk komoditi tanaman pangan adalah
Kabupaten Pandeglang dengan nilai indeks ACQ 1,16; dan Kota Tangerang Selatan demiliki daya saing
terendah untuk komoditi tanaman pangan, dengan nilai indeks ACQ 0,75. Hal ini sesuai dengan daya
dukung ketersediaan lahan dan sarana produksi lainya.
ABSTRACT
In order to maximize the potential of the region's topography and availability of natural
resources, it would be wise to map the agriculture market competency to predict successful productivity
odds in agriculture to support and help increase the economy in the province. Research to analyze the
competitiveness of food crop agriculture sector in district and cities in Banten Province.
Using quantitative research with descriptive methods, a study was done in Banten Province analyzing
data with a methodology called the agriculture competitive quotient (ACQ). The study done in 2017,
calculated that there are different competitive index scores in the district and cities in Banten Province
locations. The position of the highest food crop agriculture competitiveness is in Pandeglang District
with a competitive index score of 1.16, making Pandegelang District the most competitive in food crop of
agriculture in the province. While the position of the highest food crop agriculture competitiveness is in
South Tangerang City, with a competitive index score of 0.75, denoting that South Tangerang City does
not have a competitive sector yet in food crop agriculture.
Keywords: Food Crop Agriculture Competitiveness, Regional Potential, Competitiveness Mapping
Jurnal Agribisnis Terpadu 88
pembangunan pertanian dari Dinas Provinsi tersebut mengacu pada penelitian terdahulu
maupun Akademisi. yang dilakukan oleh M.Rais pada tahun
Penentuan responden ditentukan 2016 mengenai “Pengukuran Daya Saing
secara sengaja yaitu sejumlah 4 orang Sektor Pertanian (Tanaman Pangan,
dengan yaitu kriteria responden sebagai Palawija, dan Hortikultura) kabupaten dan
berikut: 1).Perwakilan setiap dinas kota di Provinsi Jawa Barat”. Dalam
merupakan orang yang ahli dalam bidang penelitiannya, didapat bahwa parameter
pertanian terutama tanaman pangan atau ahli tersebut memiliki pengaruh terhadap daya
dalam bidang ekonomi. 2).Perwakilan saing sektor pertanian di Provinsi Jawa
akademisi merupakan orang yang ahli dan Barat.
sering melakukan penelitian terkait Parameter yang telah ditetapkan
pembangunan pertanian. tersebut selanjutnya digunakan untuk
Metode Pengolahan dan Analisis Data mengidentifikasikan indeks daya saing
Metode analisis data yang digunakan pertanian, seperti :
dalam penelitian ini adalah Agriculture 1. LBPP (Latar Belakang Pendidikan
Competitive Quotient (ACQ). Analisis ini Petani). Indeks LBPP bersal dari
digunakan untuk mengetahui daya saing parameter rata-rata lama sekolah.
sektor pertanian tanaman pangan di 2. TKP (Tenaga Kerja Pertanian). Indeks
kabupaten dan kota di Provinsi Banten. TKP berasal dari parameter penduduk
Penggunaan ACQ pada penelitian ini karena bekerja dibidang pertanian.
metode ACQ merupakan metode baru untuk 3. Saprotan (Sarana produksi pertanian).
menentukan posisi daya saing suatu sektor. Indeks Saprotan berasal dari beebrapa
Metode ACQ bersumber pada metode LQ parameter yaitu: Luas lahan pertanian,
(Located Quotient) yang digunakan untuk Jumlah penyerapan pupuk, Luas sawah
mengetahui gambaran kemampuan daya beririgasi, serta Jumlah alat dan mesin
saing suatu wilayah. pertanian.
Parameter yang digunakan dalam 4. PP (Pendapatan Petani). Indeks PP
penelitian ini yaitu: 1)Rata-rata lama berasal dari parameter pendapatan
sekolah; 2)Penduduk bekerja dibidang perkapita.
pertanian; 3)Luas lahan pertanian; 4)Jumlah 5. KKTP (Keanekaragaman Komoditas
penyerapan pupuk; 5)Luas sawah beririgasi; Tanaman Pangan). Indeks KKTP berasal
6)Jumlah alat dan mesin pertanian; dari parameter produktivitas tanaman
7)Pendapatan perkapita; 8)Produktivitas pangan.
tanaman pangan. Penggunaan parameter
Jurnal Agribisnis Terpadu 91
Indeks daya saing subsector tanaman RVr = Nilai total parameter dalam
pangan ditentukan dengan menggunakan kabupaten / kota
indeks Agriculture Competitive Quotient RVn = Nilai total parameter provinsi
(ACQ) dengan langkah sebagai berikut : Penggabungan Indeks Daya Saing
Penyusunan Indeks Daya Saing Pertanian Pertanian
Penyusunan indeks daya saing Untuk mendapatkan nilai indeks
pertanian dilakukan dengan pertanian daya saing pertanian secara total,
menstandarisasikan nilai kuantitatif dari maka perlu dilakukan penggabungan indeks
setiap parameter yang ada menjadi nilai daya saing pertanian dari setiap parameter
indeks untuk mendapatkan satuan yang yang telah didapatkan. Penggabungan
sama serta mendapatkan nilai indeks dilakukan dengan tujuan untuk mendapat
gabungan dari setiap parameter daya saing indeks ACQ (Agriculture Competitive
pertanian. Cara yang dapat dilakukan untuk Quotient). Berikut merupakan rumus yang
menstandarisasikan nilai kuantitaif yang ada dapat digunakan untuk mendapatkan nilai
adalah dengan membagi nilai aktual setiap indeks ACQ yang didapatkan berdasarkan
parameter dengan bilangan terbesar nilai persamaan perhitungan indeks.
parameter tersebut (UNDP dalam Hasjim
= ( )/j
2016). Berikut merupakan cara
menstandarisasi nilai kuantitatif, yaitu : Dimana :
Xr = Nilai parameter dalam
Standarisasi =
kabupaten/kota
Langkah selanjutnya setelah nilai
Xn = Nilai parameter provinsi
parameter telah distandarisasi adalah
RVr = Nilai total parameter dalam
mencari nilai Competitive Quotient (CQ)
kabupaten / kota
dari setiap parameter. CQ dipergunakan
RVn = Nilai total parameter provinsi
untuk mengetahui daya saing pertanian
j = Banyaknya parameter
kabupaten dan kota di Provinsi Banten
Pembobotan indeks ACQ
dengan rumus berikut:
Pembobotan angka indeks ACQ
⁄
CQ = atau dilakukan dengan langkah lebih lanjut,
⁄
yaitu:
Dimana :
Menentukan Bobot Prioritas Pertanian
Xr = Nilai parameter dalam
Setelah mendapatkan nilai indeks
kabupaten/kota
ACQ, maka dapat dilanjutkan dengan proses
Xn = Nilai parameter provinsi
penghitungan bobot prioritas pertanian.
Jurnal Agribisnis Terpadu 92
Kabupaten Pandeglang memiliki potensi Selatan dan Kota Cilegon karena tidak
untuk berdaya saing apabila dilihat dari terdapat lahan dengan irigasi di wilayah
jumlah penyerapan pupuk. Kemudian, tersebut.
wilayah yang memiliki nilai indeks CQ d. Parameter Jumlah Alsintan
penyerapan pupuk terendah adalah Kota Wilayah yang memiliki indeks CQ
Tangerang Selatan dengan jumlah alat dan mesin pertanian tertinggi adalah
penyerapan pupuk sebesar 5 ton dengan Kabupaten Pandeglang dengan nilai indeks
nilai indeks sebesar 0,00 (<1) yang berarti CQ sebesar 1,61 (≥1) yang berarti
apabila dilihat dari jumlah penyerapan Kabupaten Pandeglang mampu berdaya
pupuk, Kota Tangerang Selatan belum saing apabila dilihat dari jumlah alsintan
memiliki bisa berdaya saing dengan wilayah yang digunakan. Sedangkan wilayah dengan
lain di provinsi Banten. indeks CQ alat dan mesin pertanian terendah
c. Luas Lahan Beririgasi adalah Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Wilayah yang memiliki nilai indeks Selatan jumlah alsintan pada kedua wilayah
CQ luas lahan beririgasi tertinggi adalah tersebut adalah 0.
Kabupaten Tangerang dengan indeks Pendapatan Petani
sebesar 1,97 (≥1) yang berarti Kabupaten Indeks CQ pendapatan petani
Tangerang memiliki potensi untuk berdaya diperoleh dari pendapatan per kapita sektor
saing apabila dilihat dari luas lahan pertanian di kabupaten dan kota di Provinsi
beririgasi. Kemudian, wilayah yang Banten pada tahun 2017. Data lengkap
memiliki nilai indeks CQ luas lahan tersaji pada Tabel 6.
beririgasi terendah adalah Kota Tangerang
Tabel 6. Indeks CQ Pendapatan Petani Tahun 2017
No Kabupaten/Kota Pendapatan Per Kapita (Rupiah) Indeks CQ PP
1 Kab. Pandeglang 23.227.462,731 1,87
2 Kab. Lebak 18.419.612,941 1,52
3 Kab. Tangerang 683.757,911 0,08
4 Kab. Serang 13.931.619,526 1,26
5 Kota Tangerang 3.019.619,332 0,76
6 Kota Cilegon 1.803.804,806 0,28
7 Kota Serang 7.310.222,940 0,93
8 Kota Tangerang Selatan 305.657,356 0,05
Sumber: Data Diolah, 2018
Pada Tabel 6, Wilayah dengan dapat berdaya saing dengan wilayah lain di
indeks CQ pendapatan petani tertinggi Provinsi Banten apabila dilihat berdasarkan
adalah Kabupaten Pandeglang dengan nilai besaran pendapatan pertanian. Sedangkan
indeks sebesar 1,87 (≥1) dengan pendapatan wilayah dengan nilai CQ pendapatan
per kapita sebesar Rp 23.227.462,731 hal pertanian terendah adalah Kota Tangerang
ini menunjukan Kabupaten Pandeglang Selatan dengan pendapatan per kapita
Jurnal Agribisnis Terpadu 97
ditampilkan secara kuantitatif yaitu berupa angka indeks pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Indeks Daya Saing Tanaman Pangan Kabupaten dan Kota Tahun 2017
No Kabupaten/Kota Indeks ACQ Peringkat
1 Kab. Pandeglang 1,15 1
2 Kab. Lebak 1,13 2
3 Kab. Tangerang 0,99 4
4 Kab. Serang 1,08 3
5 Kota Tangerang 0,75 8
6 Kota Cilegon 0,80 6
7 Kota Serang 0,89 5
8 Kota Tangerang Selatan 0,78 7
Sumber : Data Diolah, 2018
Berdasarkan data pada Tabel 8, Terdapat tiga wilayah yang memiliki
indeks daya saing sektor pertanian tanaman indeks ACQ lebih dari 1, yaitu Kabupaten
pangan berasal dari latar belakang Pandeglang (1,15), Kabupaten Lebak (1,13),
pendidikan petani, tenaga kerja pertanian, dan Kabupaten Serang (1,08). Sedangkan 5
luas lahan pertanian, penyerapan pupuk, wilayah lainnya memiliki indeks ACQ
luas lahan beririgasi, jumlah alsintan, kurang dari 1, yaitu Kabupaten Tangerang
pendapatan petani serta keanekagaraman (0,99), Kota Serang (0,89), Kota Cilegon
komoditas tanaman pangan di kabupaten (0,80), Kota Tangerang Selatan (0,78) serta
dan kota di Provinsi Banten pada tahun Kota Tangerang (0,75).
2017. Hasil analisis indeks Agriculture Wilayah dengan nilai indeks ACQ
Competitive Quotient (ACQ) di Provinsi tertinggi adalah Kabupaten Pandeglang
Banten pada tahun 2017 menghasilkan nilai dengan nilai indeks daya saing sebesar 1,15
yang bervariatif. Ada wilayah yang hal tentu saja didukung oleh kontribusi
memiliki indeks ACQ lebih dari 1 (ACQ > setiap parameter daya saing sehingga
1) dan ada pula wilayah yang memiliki Kabupaten Pandeglang menjadi wilayah
indeks ACQ kurang dari 1 (ACQ < 1). dengan nilai indeks ACQ tertinggi di
Wilayah dengan nilai indeks ACQ lebih dari Provinsi Banten. Sedangkan wilayah dengan
1 (ACQ > 1) menunjukan bahwa wilayah nilai indeks ACQ terendah yaitu Kota
tersebut memiliki kemampuan untuk Tangerang dengan indeks daya saing
berdaya saing dengan wilayah lain. Begitu sebesar 0,75. Sama seperti wilayah lainnya
pula sebaliknya, wilayah dengan nilai indeks di Provinsi Banten, hal ini tentu dipengaruhi
ACQ kurang dari 1 (ACQ < 1) menunjukan oleh kontribusi parameter daya saing di
bahwa wilayah tersebut belum memiliki Kota Tangerang sehingga Kota Tangerang
kemampuan untuk berdaya saing dengan memiliki indeks ACQ terendah di Provinsi
wilayah lain nya di Provinsi Banten. Banten.
Jurnal Agribisnis Terpadu 99
Data yang terdapat pada Tabel 10 setiap kabupaten dan kota di Provinsi
merupakan hasil indeks daya saing pertanian Banten. Daerah yang memiliki indeks daya
tanaman pangan setelah ditambahkan nilai saing lebih dari 1 yaitu Kabupaten
bobot. Dari data tersebut dapat dilihat Pandeglang (1,16), Kabupaten Lebak (1,15),
bahwa nilai yang diberikan para ahli untuk Kabupaten Serang (1,02) dan Kabupaten
setiap parameter daya saing pertanian Tangerang (1,10), yang artinya daerah
tanaman pangan di Provinsi Banten pada tersebut memiliki daya saing pada sektor
tahun 2017 memberikan pengaruh terhadap pertanian tanaman pangan di Provinsi
parameter daya saing di kabupaten dan kota Banten. Sedangkan daerah yang memiliki
di Provinsi Banten nilai Indeks daya saing kurang dari 1 yaitu
Indeks ACQ dengan bobot prioritas Kota Tangerang (0,75), Kota Cilegon (0,78),
memiliki 4 wilayah dengan nilai Indeks Kota Serang (0,86), dan Kota Tangerang
ACQ lebih besar dari 1 yaitu Kabupaten Selatan (0,75) yang artinya daerah tersebut
Pandeglang (1,16), Kabupaten Lebak (1,15), tidak memiliki daya saing pada sektor
Kabupaten Serang (1,02) dan Kabupaten pertanian tanaman pangan di Provinsi
Tangerang (1,10). Sedangkan 4 wilayah Banten.
lainnya memiliki nilai Indeks ACQ lebih SARAN
kecil dari 1 yaitu Kota Tangerang (0,75), Daerah yang memiliki indeks daya
Kota Cilegon (0,78), Kota Serang (0,86), saing lebih dari 1 dijadikan sebagai daerah
dan Kota Tangerang Selatan (0,75). pengembangan untuk tanaman pangan,
Berdasarkan perhitungan nilai sedangkan daerah yang memiliki indeks
Indeks ACQ menggunakan bobot prioritas, kurang dari 1 tidak dijadikan sebagai daerah
wilayah yang memiliki nilai Indeks ACQ pengembangan untuk tanaman pangan.
tertinggi yaitu Kabupaten Pandeglang
dengan nilai indeks daya saing sebesar 1,16. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan wilayah yang memiliki nilai Ananda, C. F. (2018). Pembangunan
ekonomi daerah : dinamika dan
Indeks ACQ terendah yaitu Kota Tangerang
strategi pembangunan. Malang:
Selatan dengan nilai indeks daya saing UB Press. [Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id
sebesar 0,75.
=O8pTDwAAQBAJ&printsec=fro
ntcover&dq=Ananda,+C.+F.+(201
8).+Pembangunan+ekonomi+daera
IV. SIMPULAN DAN SARAN
h+:+dinamika+dan+strategi+pemba
SIMPULAN ngunan.+Malang:+UB+Press.&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjFvLWF8
Daya saing sektor pertanian tanaman
IzhAhVWXn0KHSh6DcYQ6AEI
pangan memiliki nilai yang bervariatif di MTAB#v=onepage&q&f=false].
[Maret 2018].
Jurnal Agribisnis Terpadu 101