Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUHU RENDAH (FROZEN)

Disusun oleh:

Kelompok 2

Ovin Brilian Khoirunisa 101911233011


Anggraeny Monica Putri 101911233022
Hasna Shafira Maghfiroh 101911233048
Kunthi Laras Widiastri 101911233052

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi penugasan mata kuliah Teknologi Pangan dan Gizi
dengan judul “Pemanfaatan Teknologi Pengolahan Suhu Rendah (Frozen)” ini dengan tepat
waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Teknologi Pangan dan
Gizi, yaitu Dr. Annis Catur Adi Ir., M.Si yang telah membimbing penyelesaian makalah ini.
Kami juga berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penyelesaian makalah ini.
Kami berharap semoga penulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.
Dengan segala keterbatasan dan kerendahan hati, kami mengucapkan mohon maaf
apabila terdapat kesalahan baik dalam sistematika maupun penulisan makalah ini. Secara
terbuka kami menerima kritik dan saran guna membangun kesempurnaan penulisan ini.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN ………...…………………………………………………………3
1.1 Latar Belakang ………...………………………………………………………………….3
1.2 Tujuan Penulisan ………...………………………………………………………………..4
BAB 2 PEMBAHASAN ………...…………………………………………………………...5
2.1 Trend Perkembangan Ilmu Teknologi Pangan Terkini ………...
………………………….5
2.2 Deskripsi Teknologi Pengolahan Suhu Rendah
2.3 Perkembangan Teknologi Pengolahan Suhu Rendah
2.4 Keterkaitan Teknologi Pangan Berbasis Pengolahan Suhu Rendah dengan Potensi
Pemanfaatan dalam Penanganan Masalah Pangan, Gizi, dan Kesehatan
2.5 Contoh Aplikasi Pengolahan Suhu Rendah dan analisis SWOT-nya
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran Inovasi Mendatang
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi dapat dilihat dari aspek gizinya
(nutrisi) dan kontaminasi (cemaran). Dalam hal gizi, kandungan gizi makanan harus Tidak
ada kekurangan atau kelebihan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit gizi buruk. Aman
yang dimaksud di sini adalah bebas dari cemaran fisik, intrinsik, dan ekstrinsik berupa: racun
alami dan antinutrisi dalam bahan makanan, biologi, mikrobiologi, bahan kimia, logam berat,
dan kontaminan lain yang dapat mengganggu, membahayakan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Di Indonesia, makanan dan produk pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan) mengalami banyak kerusakan sebelum dikonsumsi. Situasi ini itu sering terjadi
karena makanan memiliki sifat yang mudah rusak (makanan yang mudah rusak). Tanpa
pengolahan lebih lanjut, makanan akan memakan waktu lama Lama kelamaan akan
mengalami perubahan karena pengaruh fisiologis, mekanik, kimia dan lingkungan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan dan selanjutnya tidak dapat dikonsumsi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menghambat kecepatan pembusukan makanan untuk
umur simpan yang lebih lama. Pengawetan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menghambat kecepatan kerusakan bahan pangan agar daya simpannya menjadi lebih
panjang. Pengawetan terbagi dalam beberapa cara dan metode. Suhu rendah merupakan salah
satu bentuk pengawetan makanan.
Pengolahan suhu rendah merupakan salah satu pengolahan yang sering dilakukan di
masyarakat. Dengan mengolah bahan makanan pada suhu rendah, dapat menghambat
penuaan, pematangan, pelunakan dan perubahan warna dan tekstur, mengurangi kerusakan
yang disebabkan oleh aktivitas mikroba, dapat mengurangi aktivitas pernapasan dan
metabolisme lainnya. Pertumbuhan mikroba yang lambat pada suhu yang lebih rendah
merupakan dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan makanan.
Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada
saat thawing, sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan
dapat menimbulkan masalah pembusukan pada bahan pangan yang bersangkutan. Cara ini
sering digunakan sebagai alternatif pengawetan karena makanan tidak akan kehilangan nutrisi
yang terkandung di dalamnya, selain itu rasa dan tekstur makanan yang diawetkan dengan

3
cara ini. Selain itu, sifat fisik dan kimia bahan pangan tidak akan berubah, seperti pengawetan
melalui proses kimia atau fermentasi.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui trend perkembangan ilmu teknologi pangan terkini.
2. Mengetahui deskripsi teknologi pengolahan suhu rendah.
3. Mengetahui perkembangan teknologi pengolahan suhu rendah.
4. Mengetahui contoh aplikasi pengolahan suhu rendah dan analisis SWOT-nya.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Trend Perkembangan Ilmu Teknologi Pangan Terkini


Teknologi pangan adalah suatu disiplin ilmu yang menerapkan ilmu pengetahuan
tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) menggunakan teknologi yang
tepat untuk memperoleh manfaat seoptimal mungkin sekaligus meningkatkan nilai tambah
dari pangan tersebut.[1] Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisik, mikrobiologis, dan
kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya
beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
Dalam Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (UU Pangan) disebutkan bahwa
pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia. Pangan tersebut dapat berasal dari bahan nabati atau hewani dengan fungsi utama
sebagai sumber zat gizi. Berdasarkan evaluasi Susenas 2003, tingkat konsumsi pangan
hewani masyarakat Indonesia baru sekitar 58% dari kebutuhan (Dirjen Bina Produksi
Peternakan, 2004). Artinya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih bertumpu pada
bahan pangan nabati untuk pemenuhan gizinya.
Globalisasi adalah kesepakatan antar negara dalam perdagangan bebas (free trade)
yang mencakup berbagai kawasan seperti AFTA (Asean Free Trade Area) 2003 dan APEC
(Asia Pacific Economic Cooperation) 2020. Globalisasi pangan merupakan perdagangan
bebas produk pangan, yang disatu sisi memberi peluang dan harapan, namun disisi lain
memasang rambu-rambu yang cukup ketat. Globalisasi pangan bertujuan mengeliminasi
hambatan perdagangan (barriers to trade) berdasarkan prinsip liberalisasi dengan keterbukaan
pasar dan harmonisasi dalam bentuk penyeragaman standar mutu dan keamanan produk
pangan. Globalisasi juga berdampak pada masuknya tenaga ahli, teknologi, serta ternak dan
produk olahannya dari negara lain. Oleh sebab itu, globalisasi pangan merupakan tantangan
bagi pengadaan pangan nasional. Tantangan yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan
pangan nasional yang terkait dengan globalisasi pangan cukup bervariasi. Pertama,
penyediaan pangan yang bermutu dan bergizi tinggi dengan harga terjangkau oleh
masyarakat. Kedua, penyediaan pangan yang aman ditunjang dengan kondisi lingkungan dan
sarana yang memadai. Ketiga, memperkokoh pasar domestik produk pangan agar tidak hanya
dibanjiri produk pangan impor.

5
Berbagai macam kontribusi diberikan oleh ilmu teknologi pangan saat ini. Salah satu
manfaatnya yaitu sebagai sarana mempermudah proses produksi maupun proses pengolahan
pangan. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih, proses produksi akan menjadi lebih
efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan zaman saat teknologi masih minim, semua
dikerjakan oleh manusia secara manual. Hal itu akan membuat kerja menjadi kurang efektif
dan hanya membuang tenaga serta waktu. Teknologi pangan merupakan suatu bagian dari
proses pertanian industri. Proses dari pertanian industri antara lain, budidaya tanaman, panen,
pasca panen, pengangkutan, pengolahan pangan, pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Tahap demi tahap menghasilkan suatu produk makanan yang berkualitas memerlukan
informasi, baik dari segi bahan baku, cara pengolahan, maupun cara pengemasannya. Setiap
sistem yang diterapkan untuk mendapatkan informasi, harus menghasilkan suatu bentuk
output yang akurat dan lengkap dengan memperhatikan efisiensi waktu serta mudah diakses.
Ilmu teknologi yang diterapkan dapat berupa pengolahan, pertukaran serta pengelolaan data
menjadi suatu informasi. Banyak juga penemuan baru yang dihasilkan para ahli guna
membantu perkembangan teknologi pangan di dunia. Para insinyur pertanian dan ilmuwan
melakukan penelitian untuk meningkatkan produksi pangan, membuat proses pertanian
bersih, dan mengembangkan kemasan ramah lingkungan.
2.2 Deskripsi Teknologi Pengolahan Suhu Rendah
Teknologi pengolahan suhu rendah merupakan salah satu teknologi yang digunakan
dalam melakukan pengolahan atau pengawetan pangan dengan suhu rendah yang terbagi
menjadi dua macam, yaitu pendingan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan
merupakan teknik penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2 sampai
+10℃. Sedangkan, pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku.
Pengawetan bahan pangan pada suhu rendah bermaksud dalam menghambat pertumbuhan
mikroba dan menghambat reaksi-reaksi enzimatis baik secara kimiawi maupun biokimiawi.
Hal tersebut bertujuan dalam pengawetan dan penyimpanan produk pangan, memperlambat
reaksi metabolisme, dan mencegah terjadinya kerusakan dan kebusukan bahan pangan akibat
pertumbuhan mikroorganisme.
Pendinginan (cooling) menggunakan merupakan salah satu jenis pengawetan dengan
menggunakan lemari pendingin yang memiliki zat pendingin suhu lebih rendah daripada
penyimpanan dengan es, yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan pangan seperti buah,
sayur, daging, telur, dan susu dalam waktu yang terbatas. Pendinginan (cooling) dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan suhu antara 1-4℃. Suhu pada bagian lemari es berkisar
antara (±2℃ s/d 10℃) yang terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:

6
a. Crisper (10℃)
b. Bagian tengah (±3,3-5,5℃)
c. Laci freezer (±1,6℃)
Dalam melakukan proses pendinginan perlu dilakukan pengawasan suhu agar tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah yang dapat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Metode
pendinginan dapat dilakukan dengan beberapa macam yaitu dengan menggunakan udara
dingin dan air dingin, dengan melakukan kontak langsung dengan es atau dengan teknik
penguapan air pada suhu rendah. Chilling berbeda dengan pendinginan karena suhu yang
digunakan lebih rendah dari 15℃ agar dapat mempertahankan daya simpan lebih dari 5 hari.
Dengan demikian, pendinginan dilakukan dengan tidak melampaui batas pembekuan.
Sedangkan, pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku
dengan menyimpan bahan pangan di bawah titik beku bahan. Pembekuan yang baik
dilakukan pada suhu berkisar -12℃ sampai -24℃. Dengan dilakukannya proses pembekuan,
bahan pangan akan tahan hingga beberapa bulan. Pembekuan memiliki tujuan yaitu,
menghambat mikroba, reaksi kimia dan biokimia, dan menurunkan aktivitas air atau Aw.
Pembekuan dilakukan secara cepat dan lambat, pembekuan cepa
2.3 Perkembangan Teknologi Pengolahan Suhu Rendah

2.4 Keterkaitan Teknologi Pangan Berbasis Pengolahan Suhu Rendah dengan Potensi
Pemanfaatan dalam Penanganan Masalah Pangan, Gizi, dan Kesehatan

2.5 Contoh Aplikasi Pengolahan Suhu Rendah dan analisis SWOT-nya


1. Frozen Food
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang selalu dibutuhkan
oleh setiap manusia, makanan juga dapat menjadi salah satu produk usaha yang cukup
menjanjikan. Oleh karena itu banyak Usaha Kecil dan Menengah di Kota Cimahi
yang menjadikan makanan sebagai produk usaha mereka, salah satunya Keykey
Frozen Food. Keykey Frozen food merupakan sebuah usaha makanan yang bergerak
di bidang makanan beku dan olahan es krim, hal ini merupakan sebuah peluang usaha
yang cukup baik karena disamping produk yang dijual adalah produk makanan,
produk makanan tersebut juga merupakan produk makanan beku yang sifatnya masih
layak dikonsumsi walaupun produk tersebut tidak habis terjual dalam satu hari.

a. Strength (S)

7
1) Harga dari produk yang ditawarkan oleh KeyKey Frozen Food lebih
murah dibandingkan pesaing dengan produk sejenis.
2) KeyKey Frozen Food merupakan produsen langsung setiap produk
yang dijualnya, karena mereka membuat sendiri produk-produk
mereka dari bahan mentah.
3) Sistem penjualan KeyKey Frozen Food menguntungkan pihak
konsumen dikarenakan konsumen atau mitra dapat menjual produk
dari KeyKey Frozen Food tanpa harus membelinya terlebih dahulu,
jadi mitra hanya menyetorkan pembayaran di akhir dengan hitungan
produk yang laku saja.
b. Weakness (W)
1) Strategi pemasaran online yang dilakukan oleh KeyKey Frozen Food
masih belum efektif dan efisien, dikarenakan hanya masih memposting
saja foto-foto produk di sosial media, sedangkan dalam pemasaran
produk secara online memerlukan strategi khusus seperti Indikator
Social Media Marketing dan platform yang sesuai.
2) Kurang teraturnya sistem manajemen dari Sumber daya yang ada pada
KeyKey Frozen Food, dikarenakan masih didapatkan keluhan dari
konsumen yang menyatakan kesulitan saat melakukan repeat order, hal
ini mengindikasikan adanya kelemahan pada alur komunikasi antara
karyawan dan owner.
3) Tidak melayani pembeli secara eceran atau retail, dikarenakan masih
ditemukan konsumen yang menyatakan keberatan dalam membeli
sejumlah yang ditentukan oleh KeyKey Frozen Food.
c. Opportunity (O)
1) Peningkatan penjualan jika meningkatkan peran penjualan E-
Commerce, hal ini dibuktikan dengan adanya pesaing dari KeyKey
Frozen Food yang menerapkan E-Commerce secara komprehensif
sehingga mereka mengalami pelonjakan penjualan, jika hal yang sama
atau lebih bahkan dilakukan oleh KeyKey Frozen Food ini dapat
menjadi peluang yang cukup bagi peningkatan volume penjualan.
2) Mendapatkan segmen pasar baru jika memperbolehkan untuk menjual
produk secara eceran.
d. Threat (T)

8
1) Pesaing dari KeyKey Frozen Food kebanyakan sudah menerapkan E-
Commerce yang komprehensif dan menjual produk secara eceran, hal
ini merupakan ancaman bagi UKM KeyKey Frozen Food karena jika
terus membiarkan pesaing melakukan inovasi pemasaran
menggunakan E-Commerce, UKM KeyKey Frozen Food lambat laun
akan tertinggal.
2. Fillet Ikan Beku
Fillet ikan beku merupakan salah satu pengaplikasian dari pengolahan suhu rendah
dalam industri pangan. PT. Inti Luhur Fuja Abadi merupakan salah satu perusahaan
yang berkecimpung dalam bidang pengolahan hasil perikanan khususnya dalam
proses pembekuan ikan. Perusahaan ini bertempat di Jl. Raya Cangkring Malang Km
6 Beji-Pasuruan. Ikan yang diolah oleh perusahaan tersebut sebagian besar merupakan
ikan laut seperti ikan kakap merah, anggoli, bandeng, kakap tompel, cuttlefish, kaci-
kaci, kapasan dan kerapu. Perusahaan ini menjual produk olahan ikan dalam berbagai
bentuk, antara lain yaitu fillet, skinless, skin on, skin on tail on, fillet natural, fillet one
cut, fillet portion, B. Whole, WR, WGGS, WG/WGG, whole cleaned, headless, ball,
dan D. Steak.
a. Strength (S)
1) Kualitas produk bagus
PT. ILUFA melakukan uji organoleptik di setiap tahapan proses
produksi fillet. Uji organoleptik ikan segar dilakukan pada saat
penerimaan bahan baku. Spesifikasi organoleptik yang diuji oleh
Quality Control perusahaan terdiri dari kenampakan, insang, lendir
permukaan badan, daging, bau, dan tekstur. Selain bahan baku, produk
jadi yang telah melewati proses produksi juga harus diuji organoleptik.
Spesifikasi uji organoleptik untuk fillet ikan adalah kenampakan, bau
dan tekstur. Perusahaan tersebut menggunakan score sheet sebagai
dokumentasi hasil uji organoleptik. Terdapat nilai 1-9 untuk tiap
spesifikasi uji. Ikan dengan kondisi spesifikasi uji paling baik
memperoleh nilai 9. Standar minimal nilai adalah 7 jika nilai yang
diperoleh oleh salah satu spesifikasi uji kurang dari 7 maka ikan
tersebut akan mengalami penurunan grade. Klasifikasi mutu ikan yang
diterapkan adalah first grade yaitu ikan yang dalam keadaan utuh,

9
warna ikan segar, sisik utuh, mata terang, jernih, menonjol, dan
cembung, daging kenyal, dan berbau segar.
2) Memiliki standarisasi pangan
PT. ILUFA memasarkan semua produk ke luar negeri saja. Konsumen
frozen fish dari PT. ILUFA berasal dari Amerika, Vietnam, Australia,
Eropa, dan Hongkong. Produk PT. ILUFA dinyatakan sebagai produk
yang berkualitas bagus dikarenakan proses dan produk akhir sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan. Standar mutu perusahaan
tersebut terdiri dari HACCP, GMP, dan SSOP.
3) Lokasi perusahaan
PT. ILUFA terletak di Kabupaten Pasuruan yang berjarak 38 Km dari
Kota Surabaya ke arah timur sehingga memudahkan untuk mobilisasi
pengangkutan produk jadi dikarenakan dekat dengan pelabuhan.
Pendirian lokasi PT. ILUFA sudah tepat karena berada pada jalur
lintasan pemasok yang berasal dari sepanjang pantai Jawa, Bali, dan
Madura.
b. Weakness (W)
1) Ketersediaan bahan baku kurang
Bahan baku penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan proses
produksi. Hal ini disebabkan oleh pembelian bahan baku sangat
mempengaruhi bentuk atau komposisi produk jadi baik secara
kuantitas maupun kualitas serta harga jual produk. Persediaan bahan
baku menurun mulai awal tahun 2015 dikarenakan banyaknya kapal
asing di perairan Indonesia, harga dollar yang fluktuatif, dan adanya
kebijakan baru mengenai cara tangkap yang mendukung kelestarian
lingkungan.
2) Kurangnya media iklan (promosi)
Penggunaan media iklan merupakan salah satu sarana pemasaran yang
sangat penting pada masa sekarang ini. PT. ILUFA menggunakan
website sebagai satu-satunya media iklan dan hanya memiliki buyer di
luar negeri sehingga cara yang diambil untuk mempromosikan produk
adalah cara online. Website tersebut sudah tidak dilakukan
perbaharuan sejak November 2014.
3) Prestasi yang diperoleh kurang

10
Prestasi merupakan salah satu pertimbangan untuk calon konsumen
sebelum melakukan perjanjian pembelian dengan perusahaan.
Penghargaan tersebut misalnya sertifikat dari pemerintah atau badan
audit yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kualitas dengan
standar internasional. Salah satu badan audit yang diakui oleh buyer di
Eropa adalah BRC (British Retail Consortium). Namun, PT. ILUFA
sampai sekarang hanya memiliki sertifikat penghargaan dari Dinas
Perikanan yang berupa sertifikat mutu saja.
c. Opportunity (O)
1) Kemajuan teknologi bidang pemasaran
PT. ILUFA memiliki website untuk memasarkan produk yang
diproduksi dan menggunakan email serta fax untuk setiap transaksi.
Namun, perusahaan kurang memanfaatkan perkembangan teknologi
yang ada. Hal ini dikarenakan belum menggunakan email secara
maksimal dalam proses pemasaran dan penggunaan website jarang
memberikan informasi terbaru tentang produk kepada calon konsumen.
Seharusnya kemajuan teknologi dapat digunakan sebagai peluang yang
besar bagi perusahaan dalam hal pemasaran produk.
2) Kemampuan perusahaan dapat menguasai pasar global
PT. ILUFA merupakan perusahaan ekspor ikan beku yang telah berdiri
selama 30 tahun. Pembelinya antara lain tersebar di benua Asia,
Amerika, Eropa dan Australia. PT. ILUFA memiliki peluang untuk
menembus pasar internasional dengan kemampuan strategi yang
kompetitif.
d. Threat (T)
1) Persaingan harga dengan pesaing
Pemanfaatan potensi ikan di laut Jawa oleh industri mencapai 95%.
Dengan adanya sumber daya yang melimpah di Laut Jawa, tidak
menutup kemungkinan pesaing baru dalam industri pengolahan ikan
akan bermunculan. Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan
berimplikasi terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas
akan bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan
sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat
menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada.

11
2) Kemampuan daya tawar
Salah satu bentuk kekuatan tawar berasal dari pembeli. Pembeli
memiliki kekuatan tawar terhadap perusahaan yang sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti jumlah pembeli, biaya alih, dan kemampuan
untuk melakukan integrasi. Kekuatan tawar perusahaan yang cukup
besar tidak diinginkan oleh perusahaan yang beroperasi di dalam
industri. Perusahaan dituntut untuk berusaha agar kekuatan tersebut
dapat dikurangi atau ditiadakan sehingga industri mempunyai daya
tarik yang lebih besar kembali.
3) Kebijakan ekspor
Kebijakan pemerintah yang merupakan ancaman adalah pembatasan
pengiriman produk ke China dan kebijakan mengenai standar
pengolahan ikan yang diekspor. Ikan ekspor harus melalui proses
pengolahan, sedangkan PT. ILUFA memproduksi ikan beku utuh yang
biasanya dikirim ke Eropa. Dengan adanya kebijakan baru yang
mengatakan bahwa harus ada pengolahan dan larangan pengiriman
ikan utuh, maka kebijakan ekspor dijadikan sebagai ancaman bagi
perusahaan.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran Inovasi Mendatang

13
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2015). Perencanaan Strategi Pemasaran Fillet Ikan Beku Menggunakan Analisis
SWOT dan QSPM (Studi Kasus: PT Inti Luhur Fuja Abadi). (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).

Nawastuti, D. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir dalam Memahami Teknologi Hasil
Perikanan. Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, dan Entrepreneurship, 8(1), 32-44.

Astutik, E. D. (2021). STRATEGI BISNIS “CEJEDW FROZEN FOOD” PADA MASA


PANDEMI COVID-19. Jurnal Bisnis Dan Kajian Strategi Manajemen, 5(1).

Razak, M. Ilmu Teknologi Pangan: Bahan Ajar Gizi.

Legowo, A. M. (2007). Peranan teknologi pangan dalam pengembangan produk olahan


hasil ternak di tengah kompetisi global.

14
Lunak, P. B. D. (2018). Aplikasi Metode TTSR (Tekanan Tinggi Suhu Rendah). Jurnal Ilmu
Pangan dan Hasil Pertanian, 2(1).

15

Anda mungkin juga menyukai