Anda di halaman 1dari 3

Tokoh-Tokoh (Ilmuan Islam) yang Berperan Penting Dalam

Perkembangan Ipteks

1. Abu Musa Jabir bin Hayyan


(Bahasa Arab: ‫جابر بن حیان‬, Bahasa Persia: ‫جابر بن حیان‬, atau juga nisbahs al-Bariqi, al-
Azdi, al-Kufi, al-Tusi dan al-Sufi; fl. c. 721 - c. 815), atau dikenal dengan nama Geber di dunia
Barat, seorang polymath terkemuka; kimiawan, alkimiawan, ahli astronomi dan astrologi,
insinyur, ahli bumi, ahli filsafat, ahli fisika, apoteker dan dokter, diperkirakan lahir di Kuffah,
Irak pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang
kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Imam Ja'far bin Muhammad
AsShadiq keturunan ke 5 dari Nabi Muhammad saw, pada masa pemerintahan Manshur
Addawaniqy di Baghdad.[butuh rujukan] Ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di
dalam maupun di luar penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali.
Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga
dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap.
Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi,
kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-
proses tersebut.
2.Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī
(Bahasa Arab: ‫ )محمد بن موسى الخوارزمي‬adalah seorang ahli dalam bidang matematika,
astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm
(sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang
hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad yang didirikan oleh
Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematik, termasuk
mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari
linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga
berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq
bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa
serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada
abad ke-12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-
tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan.
Kata "aljabar" berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk
menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan algoritma
diambil dari kata algorismi, Latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa
Spanyol, guarismo, dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.
3. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi
(Persia:‫ )أبوبكر الرازي‬atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang
pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251
H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,
matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di
Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy.
Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui
sebagai ilmuwan serbabisa[2] dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Kontribusi Ar-Razi mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah
satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota
dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak
mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan
mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari
informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang
tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa
disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat.
Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di
kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.Ar-Razi
juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun
kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

4.Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi


(Bahasa Persia: ‫ )ابونصر محمد بن محمد فارابی‬singkat Al-Farabi (10 Januari 872 – 17 Januari
951) adalah ilmuwan dan filsuf Islam berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan
nama Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius,
Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. Al Farabi, seorang Filsuf Islam Ada yang mengatakan Al-
Farabi sebagai pengikut Syi’ah Imamiyah, tetapi pendapat ini tidak kuat dan hanya didasarkan
pada teks dalam salah satu karyanya yang mengatakan seorang filsuf-raja sama dengan seorang
imam. Hal ini pun didukung oleh fakta bahwa Al-Farabi terpaksa melarikan diri ke Aleppo tahun
330 H/945 M saat Dinasti Buyid yang cenderung Syiah menaklukan Baghdad yang Suni.
Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting
dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah
menciptakan bebagai alat musik.
5. Ibnu Sina(980-1037)
Dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif yang sebagian
besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak
Kedokteran Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb yang
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Ibnu Sina bernama lengkap Abū
‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ‫ ابوعلى سينا‬Abu Ali Sina, Arab : ‫أبو علي الحسين بن عبد‬
‫)هللا بن سينا‬. Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan dan meninggal bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di
antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. George Sarton menyebut Ibnu Sina
"ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang,
tempat dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun
Kedokteran (Al-Qanun fi At Tibb).

Anda mungkin juga menyukai