“ WAKALAH ”
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
IAIN SALATIGA
1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“WAKALAH” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fiqh Ekonomi dan Bisnis Islam. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan penulis agar kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah makalah agar menjadi lebih baik.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Arsyil Aswar Senja, L.C., M.E.I. selaku
Dosen mata kuliah fiqh ekonomi dan bisnis islam, serta kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini. Kita sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami selaku penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 13
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melihat kehidupan sekarang ini, perlu kiranya kita mengetahui akad akad didalam
muamalah. Di dalam makalah ini akan kita bahas mengenai akad wakalah (perwakilan) yang
semua itu sudah ada dan diatur dalam Al-Qur'an, hadist, maupun kitap kitap klasik yang
dibuat oleh ulama terdahulu. Untuk mengetahui tentang hukum wakalah, sumber sumber
hukum wakalah, dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan didalam kehidupan kita.
A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Wakalah” dengan rumusan
masalah yang meliputi :
1. Apa pengertian dari Wakalah?
2. Apa saja rukun dan syarat-syarat wakalah?
3. Apa saja dasar hukum wakala?
4. Cara berakhirnya wakalah
5. Apa saja macam-macam wakalah?
6. Apa saja aplikasi wakalah dalam perbankan syariah?
B. Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk :
1. Mengetahui pengertian dari Wakalah
2. Mengetahui syarat-syarat wakalah
4
3. Mengetahui dasar hukum wakalah
4. Mengetahui cara berakhirnya wakalah
5. Mengetahui macam-macam wakalah
6. Mengetahui aplikasi wakalah dalam perbankan syariah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Wakalah
Wakalah dalam hukum Islam adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai
pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.
Wakalah mempunyai beberapa pengertian dari segi bahasa, diantaranya adalah perlindungan
(al-hifz), penyerahan (at-tafwid), atau memberikan kuasa. Menurut kalangan Syafi’iyah
pengertian wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain
supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan dan dapat dilakukan
oleh pemberi kuasa. Dengan ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi
kuasa masih hidup.1 Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil.2
Wakalah mempunyai beberapa makna yang berbeda menurut beberapa ulama, berikut
ini adalah masing-masing pandangan dari para ulama :
1
Heri Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2002), 20.
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 1579.
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani, 2008), 120-121.
4
Abu Bakar Muhammad, Fiqh Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 231-233.
6
a. Menurut Hasby Ash Shiddieqy, wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan yang
akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak
(bertasarruf).
b. Menurut Sayyid Sabbiq, wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang
kepada orang lain dalam hal-hal yang di wakilkan.6
Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu aturan yang
mengatur proses akad wakalah ini. Sehingga cakap hukum menjadi salah
satu syarat bagi pihak yang diwakilkan.
Seseorang yang menerima kuasa ini, perlu memiliki kemampuan untuk
menjalankan amanahnya yang diberikan oleh pemberi kuasa. ini berarti
bahwa ia tidak diwajibkan menjamin sesuatu yang di luar batas, kecuali atas
kesengajaannya.
6
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz V (Beirut: Daar Al-Fikr, 1983), 235.
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 234-235.
7
Objek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain, seperti jual
beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada dalam
kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.
Para ulama berpendapat bahwa tidak boleh menguasakan sesuatu yang
bersifat ibadah badaniyah, seperti salat, dan boleh menguasakan sesuatu
yang bersifat ibadah maliyah seperti membayar zakat, sedekah, dan
sejenisnya. Selain itu hal-hal yang diwakilkan itu tidak ada campur tangan
pihak yang diwakilkan.
Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga objek yang
akan diwakilkan pun tidak diperbolehkan bila melanggar syari'ah Islam.
8
pembayaran hutang, menyuruh menuntut hak dan menikahkan maka hukumnya sah.
Al-wakalah adalah jenis kontrak ja’iz min atrafayn, yaitu kedua belah pihak berhak
membatalkan ikatan kontrak kapanpun mereka menghendaki. Pemberi kuasa (al
muwakil) berhak mencabut kuasa ( al wakil) dari pekerjaan yang dikuasakan. Begitu
pula sebaliknya bagi penerima kuasa (al wakil) berhak membatalkan dan
mengundurkan diri dari kesanggupannya menerima kuasa.
Adapun landasan hukum wakalah ada beberapa macam antara lain sebagai berikut :
Al-Qur'an
Dasar hukum wakalah dari Al-Quran terdapat dalam Q.S. An- Nisa ayat 35, yaitu:
Yang artinya : “Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya,
maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai
dari kelurga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Maha Teliti.”8
Selain itu juga terdapat dalam Q.S Al-Kahfi ayat 19, yaitu :
Yang artinya : “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada
(disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di
antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
8
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya (Jakarta: Jamunu, 1967),123
9
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.”
Al-Hadis
Ijma’ Ulama
Menurut Antonio (2008), para ulama berpendapat dengan ijma atas dibolehkannya
wakalah. Mereka mensunahkan wakalah dengan alasan bahwa wakalah termasuk
jenis ta'awun atau tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa.
9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,Cet. I, 2001), 121.
10
b) Berakhirnya pekerjaan yang dituju dalam perwakilan. Jika pekerjaan yang dituju
telah terselesaikan, maka perwakilan sudah tidak bermakna apa-apa.
c) Pemutusan akad perwakilan oleh orang yang mewakilkan sekalipun tanpa
pemberitahuan kepada wakil. Ulama mazhab Hanafi berpendapat, wakil harus
mengetahui pemutusan akad, sebelum dia mengetahui pemutusan akad, maka
status tindakkannya sama seperti tindakan sebelum pemutusan akad.
d) Wakil mengundurkan diri. Menurut mayoritas ulama, pengunduran diri wakil
tidak harus dengan sepengetahuan orang yang mewakilkan. Sementara ulama
Mazhab Hanafi mensyaratkan pengetahuan muwakil atas pengunduran diri
wakil, sehingga dia tidak dirugikan.
e) Hilangnya status kepemilikan atau hak dari pemberi kuasa, hal ini terjadi ketika
al-muwakil semisal menjual sepeda motor yang dikuasakan kepada al-wakil
untuk disewakan.10
E. Macam-macam Wakalah
Wakalah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Wakalah al-khassah adalah wakalah dimana pemberian wewenang untuk
menggantikan sebuah posisi pekerjaan yang bersifat spesifik. Dan telah dijelaskan
secara mendetail segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang diwakilkannya,
seperti mengirim barang berupa pakaian atau menjadi advokat untuk
menyelesaikan kasus tertentu.
2. Al-wakalah al-ammah adalah akad wakalah dimana pemberian wewenang bersifat
umum, tanpa adanya penjelasan yang rinci.
3. Al-wakalah al-muqayyadah adalah akad dimana wewenang dan tindakan si wakil
dibatasi dengan syarat-syarat tertentu.
4. Al-wakalah al-mutlaqah adalah akad wakalah dimana wewenang dan wakil tidak
dibatasi dengan syarat-syarat tertentu.11
F. Aplikasi Wakalah dalam Perbankan Syariah
Dalam aplikasi perbankan syariah, wakalah dapat ditemui pada transaksi-transaksi
yang berhubungan dengan masalah penagihan maupun pembayaran. Dalam produk
ini, bank syariah bertindak sebagai wakil dari nasabah untuk melakukan penagihan
maupun pembayaran atas nama nasabah. Akad ini diaplikasikan dalam bentuk :
10
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 234-235.
11
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
11
1. Kliring yaitu penagihan warkat-warkat bank yang dilakukan oleh bank-bank di
dalam suatu wilayah kliring tertentu untuk penyelesaian transaksi antar nasabah.
2. Inkaso adalah proses penagihan warkat-warkat bank yang dilakukan oleh bank-
bank yang berada diluar wilayah kliring untuk penyelesaian transaksi antar
nasabah.
3. Transfer dalam negeri maupun luar negeri yaitu transaksi kiriman uang antar
bank, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk kepentingan nasabah maupun
pihak bank sendiri. Transfer uang adalah proses yang menggunakan konsep akad
wakalah, dimana proses diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai
muwakil meminta tolong kepada bank sebagai wakil untuk melakukan pengiriman
yang kepada rekening tujuan.
4. Commercial documentary collection adalah transaksi yang berkaitan dengan jasa
penagihan atas dokumen-dokumen ekspor-impor sehubungan dengan pembukaan
letter of credits ekspor dan impor oleh nasabah suatu bank.12
5. Financial documentary collection adalah jasa penagihan yang diberikan bank
kepada nasabah atas warkat-warkat yang tertarik di bank lain untuk kepentingan
nasabah.13
12
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:35/DSN-MUI/IX/2002 Tentang letter of credit import syariah.
13
Implementasi Operasional Bank Syariah, Konsep Produk (Jakarta: Djambaran, 2003) Hlm 227.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti menyerahkan atau
mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil. Al-wakalah juga memiliki
arti at-tafwid yang artinya penyerahan, pendelegasikan atau pemberian mandat. Sehingga
wakalah dapat diartikan sebagai penyerahan sesuatu oleh seseorang yang mampu dikerjakan
sendiri sebagian dari suatu tugas yang bisa diganti kepada orang lain, agar orang itu
mengerjakannya semasa hidupnya.
Wakalah adalah suatu transaksi dimana seorang menunjuk orang lain untuk
menggantikan dalam pekerjaannya/perkara ketika masih hidup. Ijma para ulama
membolehkan wakalah karena wakalah dipandang sebagai bentuk tolong menolong atas dasar
kebaikan dan takwa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulnya. Wakalah dianggap
sah jika memenuhi rukun dan syaratnya.
Rukun dan syarat-syarat wakalah yaitu : Orang yang memberi kuasa (Al-Muwakkil),
Orang yang diberi kuasa (al-Wakil), Objek/perkara/hal yang dikuasakan (al-Taukil), dan
Pernyataan Kesepakatan (Ijab dan Qabul/Shigat).
B. Saran
Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai wakalah ini, diharapkan
dapat menambah pengetahuan kita sehingga kedepannya bisa menjadi sumber daya manusia
yang mampu mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari-hari.
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Heri Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2002), 20.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), 1579.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema
Insani, 2008), 120-121.
Abu Bakar Muhammad, Fiqh Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1995), 163.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), 231-233.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:35/DSN-MUI/IX/2002 Tentang letter of credit
import syariah.
Implementasi Operasional Bank Syariah, Konsep Produk (Jakarta: Djambaran, 2003)
Hlm 227.
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz V (Beirut: Daar Al-Fikr, 1983), 235.
14