SNITIK20-Dini Wahyuni
SNITIK20-Dini Wahyuni
Dini Wahyuni1, Nazaruddin1, Irwan Budiman2, dan Yuli Santa Elisa Bagariang1
1
Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
2
Program Studi Teknik Industri, Universitas Prima Indonesia, Indonesia
Abstrak. Pada umumnya usaha mikro kecil menengah (UMKM) bermula dari
kegiatan produksi yang dilakukan pada skala kecil atau rumah tangga. Peran manusia
sebagai tenaga kerja pada usaha mikro kecil menengah dominan mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan. Aktivitas kerja yang dilakukan operator memiliki
peluang melakukan kesalahan. Penelitian ini bertujuan menganalisis human error
pada rantai pasok UMKM makanan di kota Medan dengan adopsi model SCOR
(Supply Chain Operations Reference) yang dapat berdampak terhadap kehalalan
produk. Penelitian dilakukan pada 5 UMKM roti di kota Medan, dan diperoleh 40
jenis error. Hasil analisis terhadap human error menunjukkan kesalahan dalam
pemesanan bahan dapat berdampak pada tidak jelasnya status halal produk yang
dihasilkan.
Kata Kunci: Rantai Pasok, UMKM makanan, Supply Chain Operations Reference
1. Pendahuluan
Usaha mikro kecil menengah (UMKM) bermula dari kegiatan produksi yang dilakukan pada skala
kecil atau rumah tangga. Saat pertumbuhan tingkat permintaan membaik, juga akan diikuti oleh
perkembangan atau peningkatan skala organisasi pembuat produk. Hal ini berdampak pada
terbentuknya kerja sama antar organisasi yang semakin meningkat dan terbentuklah rantai pasok yang
berdaya saing. [1]
Pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilakukan dengan model Supply chain Operations
Reference (SCOR). Model SCOR merupakan model yang berdasarkan proses dan digunakan melihat
kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan data serta dapat mengidentifikasi dimana perbaikan
perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing [2].
Dominannya peran manusia sebagai tenaga kerja pada usaha mikro kecil menengah
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena manusia dalam suatu
sistem kerja memiliki peluang untuk melakukan kesalahan (human error). Hambatan-hambatan terkait
dalam pemenuhan order pada usaha mikro kecil menengah secara umum disebabkan oleh kekurangan
transportasi pengiriman produk ke konsumen, kapasitas produksi yang tidak mampu mengimbangi
kebutuhan pesanan konsumen dan adanya peran manusia sebagai tenaga kerja yang kurang terlatih.
Hambatan-hambatan tersebut mengakibatkan keterlambatan pemenuhan order (late order) kepada
pelanggan, dan tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan sesuai jadwal [3]. Pada UMKM
makanan, salah satu permasalahan tersebut adalah produk makanan belum terpenuhi karena
kekurangan transportasi, kapasitas produksi dan adanya peran manusia sebagai tenaga kerja yang
kurang terlatih yang memiliki peluang melakukan kesalahan sehingga perlu dilakukan analisis human
error pada rantai pasok [4].
Makanan halal adalah komponen utama dan paling dikenal pada industri halal. Pada masa
sekarang, produk makanan halal tidak lagi dilihat sebagai kebutuhan religius semata pada komunitas
muslim. Pada komunitas non muslim juga terlihat persepsi bahwa makanan halal ini lebih higienis,
bersih dan lezat[5,6]. Hal tersebut membuat produk makanan halal semakin dikenal dan tidak lagi
berupa ceruk pasar, tetapi telah mendekati angka 16% [7], bahkan 17% dari perdagangan pangan
dunia [8].
Dalam kegiatan produksi makanan halal prinsip utamanya adalah produk tidak sekalipun
terkontaminasi dengan yang tidak halal [9]. Hal tersebut berarti praktek halal tidak berhenti setelah
produk selesai, tetapi status halal produk dapat hilang karena terkontaminasi dengan yang haram
selama transportasi dan penyimpanan [10,11]. Halal melibatkan semua jaringan rantai pasok, dari
sumber hingga konsumen akhir, from farm to fork [12]. Ada juga penelitian yang mengidentifikasi
masalah cross-contamination pada kegiatan processing, packaging, storage dan distribusi [13].
Produksi makanan halal membutuhkan ukuran jaminan kualitas yang lebih rinci untuk menjamin
legitimasi produk. Operator dan staff dalam industri ini juga butuh untuk lebih memahami
kompleksitas produksi makanan halal untuk menjamin bahwa mereka dapat memenuhi customer
requirement [14].
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi human error pada UMKM produsen roti dan dampaknya
terhadap kehalalan produk yang dihasilkan.
2. Metode
Penelitian ini dilakukan di 5 UMKM Roti di kota Medan. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh
rangkaian aktivitas pada UMKM roti yang menjadi sampel. Objek yang diteliti adalah kegiatan pada
rantai pasok UMKM yang ditinjau dari sisi operator atau pekerja dan proses produksi roti. Pada tahap
ini dilakukan pengelompokan aktivitas ke dalam 5 proses dasar model SCOR yaitu Plan, Source,
Make, Deliver, dan return. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah potensi
kesalahan manusia (human error) dan dilakukan analisis terhadap hasil tersebut yang berdampak
terhadap kehalalan produk. Analisis mengacu pada kriteria Sistem Jaminan Halal yang menjadi acuan
dalam menentukan kehalalan produk. 11 kriteria Sistem Jaminan Halal tersebut, yaitu: (1) kebijakan
halal, (2) tim manajemen halal, (3) pelatihan, (4) bahan, (5) produk, (6) fasilitas produksi, (7) prosedur
aktivitas kritis, (8) traceability, (9) penanganan produk tidak sesuai kriteria, (10) audit internal, dan
(11) manajemen review.
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kesalahan yang terbanyak dilakukan oleh UMKM 3, sehingga
pengamatan selanjutnya lebih difokuskan pada UMKM 3.
Klasifikasi aktivitas supply chain dilakukan berdasarkan pendekatan model Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dengan melibatkan lima perspektif supply chain yaitu plan, source,
make, deliver, dan return.
Aktivitas supply chain pada kelima perspektif di atas dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Plan
Perspektif plan mencakup proses perencanaan sebelum proses produksi berlangsung yaitu
perencanaan proses produksi untuk menghasilkan roti sesuai dengan permintaan konsumen,
perencanaan persediaaan, dan biaya yang dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil yang
maksimal untuk menjalankan proses produksi yang efektif dan efesien.
2. Source
Proses pengadaan barang untuk memenuhi permintaan. Mencakup pihak-pihak yang memberikan
bahan baku untuk aktivitas produksi di UMKM roti termasuk penjadwalan dan pengiriman,
penerimaan, pemeriksaan, dan melakukan evaluasi kinerja supplier. Bahan diperoleh dari pasar
yang terdekat pada lokasi UMKM.
3. Make
Seluruh aktivitas yang dilakukan UMKM roti untuk memproduksi berbagai macam roti dari bahan
baku yang diperoleh dari supplier dengan tetap memperhatikan kualitas produk, serta memelihara
fasilitas produksi.
4. Deliver
Aktivitas yang berhubungan dengan pengiriman produk kepada pelanggan. Proses yang terlibat
diantaranya menangani pesanan pelanggan, dan pengantaran aneka roti ke pada pelanggan.
5. Return
Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk roti, jika pelanggan melakukan
pengembalian roti dikarenakan kondisi produk roti yang termasuk juga pengembalian biaya terkait
hal itu..
Model identifikasi human error yang dihasilkan dari proses adopsi model SCOR memberikan
kemudahan dalam melakukan identifikasi jenis kesalahan berdasarkan klasifikasi operasi dalam rantai
pasok. Klasifikasi ini akan membantu pihak UMKM Roti dalam menentukan kebijakan terkait sistem
kerja yang memiliki peluang melakukan kesalahan. Setelah proses klasifikasi telah berhasil dilakukan
maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis untuk melakukan pengelolaan agar potensi
terjadinya human error dapat diminimasi. Kerangka identifikasi dengan adopsi model SCOR dapat
dilihat pada Tabel 2.
4. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam rantai pasok UMKM makanan, terdapat sejumlah
human error yang dapat berpengaruh terhadap kehalalan produk. Pada rantai pasok UMKM roti
terdapat 40 potensi human error, dan kesalahan dalam pemesanan bahan dapat berdampak pada tidak
jelasnya status Halal produk yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
[1] Alim, Setiadi. 2017. Pencatatan Data Transaksi Keuangan Pada Usaha Mikro dan Kecil Studi
Kasus di Kampung Roti Surabaya. Volume 01, Nomor 02, Desember 2017, ISSN 2597-4157
[2] Nyoman Pujawan. Supply Chain Management s (Edisi Pertama). Surabaya : Penerbit Guna
Widya.
[3] P. Kartika Dewa dan L. TrianiDewi. “Identifikasi Human Error pada Rantai Pasok Industri
Kreatif : Adopsi Model SCOR”. Seminar Nasional IENACO 2018, ISSN 2337-4349
[4] Wahyu Widyastuti, Nurprapti. “Meningkatkan Daya Saing Produk Usaha Mikro Melalui Desain
Kemasan Kelompok Daya Saing Produk Usaha Mikro Melalui Desain Kemasan Kelompok
Usaha Produsen dan Retailer Makanan”. e-ISSN:2528-116X p-ISSN:2527-5216
[5] Rana Muhammad Ayyub, Exploring Perception of non-Muslim toward Halal Food in UK,
british Food Journal, vol 117 no 9, 2015
[6] Vloreen Nity Mathew, Acceptance on Halal Food among non-Muslim Concumer, Social and
Behavioral Sciencies, 2014
[7] Mohd Hafiz Zulfakar, dkk, Conceptual Framework on Halal Food Supply Chain: Integrity
Enhancement, Procesia Social and Behavioral Sciencies, 2014
[8] Azmawani Abd Rahman, dkk, Influence of Percieve Benefits and Traceability System on The
Readiness for Halal Assurance System Implenetation among Food Manufacturers, Journal of
Food Control, 2017
[9] Rohana Syam, dkk, Halal Logistic Implementation in Malaysia : A Practical View, International
Research and Innovation Summit (IRIS2017), IOP conf. Series, 2017
[10] Suhaiza Zailani, Halal Logistic Opportunity and Challenges, Journal of Islamic Marketing vol 8,
2017
[11] Marco Tieman, Halal Risk Management : Combining Robustness and Resilience, Journal of
islamic Marketing, vol 8 no3, 2017
[12] Mohammed Syazwan, dkk, Halal Supply Chain Critical Succes Factor : A Literatur Review,
Journal of Islamic Marketing, 2015
[13] Kamisah Supian, Cross-contamination in Processing, Packaging, Storage, and Transport
in Halal Supply Chain, Preparation and Processing of Religious and Cultural Foods,
2018
[14] Angerlique, dkk, Challengies and Practices in Halal Meat Preparation : a Case study
Investigation of a UK Slaughterhouse, Total Quality Management & Business Excellence,
2015