Anda di halaman 1dari 67

Edisi Agustus 2017

MATHEO
Renungan Harian

Prodi Teologi
Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia
Jl. Petamburan IV No.5, Jakarta Pusat
www.sttbi.ac.id
STTBI Literature
(Untuk Kalangan Sendiri) Jakarta 2017
KATA PENGANTAR

Ungkapan rasa syukur kami kepada Tuhan Yesus yang telah


membuka jalan diterbitkannya buku renungan harian ini. Kerinduan yang
besar untuk membawa seluruh mahasiswa teologi hidup di dalam kebenaran
Allah. Bukan hanya tahu Firman, mengambil bagian menjadi pelaku firman.
Firman menjadi bagian yang “tak terpisahkan” dan melekat dalam hidup
mereka. Firman Tuhan menjadi menu yang disantap setiap hari, tiada hari
tanpa Firman. Buku kecil ini hadir untuk memenuhi kebutuhan santapan
rohani setiap hari. Sebab manusia tidak hanya hidup dari roti saja tapi juga
dari setiap Firman/perkataan Allah (Ul 8:3 bnd Mat 4:4). Bila tubuh kita itu
memerlukan makanan yang bernutrisi, sehat dan cukup kandungan
vitaminnya untuk menjaga kesehatan tubuh, demikian juga halnya dengan
kerohanian kita. Supaya kerohanian kita bisa diperbaharui, sehat, “gemuk”
perlu di beri santapan rohani yang sehat. Untuk sehat rohani bacalah buku
ini, jaminannya 100%.
Manfaatnya terasa bila disantap setiap hari yaitu mempertahankan
kelakukan yang bersih (Maz 119:9); memberi terang, memberi pengertian
kepada orang-orang bodoh (Maz 119:130); memberi hikmat dan menuntun
kita kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus (2 Tim 3:15); menyatakan
kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2
Tim 3:16); berkuasa mengubah hidup kita, sebab Firman Tuhan sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12)
Dikemas dengan simple, aplikatif dengan harapan buku kecil ini akan
membangkitkan kesadaran betapa bernilainya kebenaran Firman Allah yang
akan terus menuntun hidup di dalam kebenaran Tuhan (Maz 119:105). Hari-
hari yang dilalui tidak dibiarkan kosong, selalu terisi dengan Firman Allah.
Bangun semboyan “berhutang” bila tidak membaca Firman Tuhan.
Meluangkan waktu yang cukup dan bukan waktu yang tersisa. Membangun
kebersamaan dengan Tuhan, tenggelam di dalam kebenaranNya. Hidup di
dalam kebenaran Allah merupakan “harga mati” yang tidak dapat ditawar.
Berakar kuat di dalam Firman, bertumbuh di dalam iman kepada Tuhan
Yesus.
Semboyan kami : dari kami, oleh kami dan untuk kami, segala
kemuliaan bagi nama Tuhan. Selamat membaca dengan sukacita.

Jakarta, Juli 2017

Muryati, M.Th
Penanggung Jawab

Renungan Harian MATHEO | i


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................


Kata Pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii

1. MENYERAHKAN YANG PASTI UNTUK YANG TIDAK PASTI ..................... 1


2. BULI-BULI MINYAK MENJADI BEJANA MINYAK ........................................... 3
3. JALAN YANG LURUS ..................................................................................... 5
4. HATI-HATI DENGAN JALAN PINTAS ..................................................... 7
5. TUHAN MELIHATKU (EL ROI) ................................................................ 9
6. BERJUANG KERAS ...................................................................................... 11
7. TUHAN HADIR DI SINI ............................................................................... 13
8. ALLAH YANG MENYEDIAKAN (YEHOWAH JIREH) ....................................... 15
9. NILAILAH AKU TUHAN .............................................................................................. 17
10. DITUKARKAN ................................................................................................................ 19
11. DI GUNUNG KARMEL .................................................................................................. 21
12. NOT BECAUSE OF ME ................................................................................................ 23
13. KETIDAK-BAIKAN MENDATANGKAN KEBAIKAN ......................................... 25
14. TANDA PENGINGAT ................................................................................................... 27
15. BERSAHABAT DENGAN PENDERITAAN ............................................................ 29
16. DIKHIANATI ORANG TERDEKAT ......................................................................... 31
17. MEMBANGUN HUBUNGAN INTIM DENGAN TUHAN .................................. 33
18. TIDAK TERDUGA ......................................................................................................... 35
19. MERUSAK HUKUM ALLAH ...................................................................................... 37
20. SETIAP LANGKAH BERARTI ................................................................................... 39
21. OH BETAPA BERHARGANYA DIDIKAN-MU ..................................................... 41
22. SUDAHKAH FIRMAN-NYA MENJADI SANDARANMU .................................. 43
23. MENGAPAKAH HARUS BERPUTUS ASA ............................................................ 45
24. BERDOA SAMBIL BEKERJA ..................................................................................... 47
25. DIALAH TUHAN YANG MENYEDIAKAN ............................................................ 49
26. TUHAN BERADA DIBALIK KESUKSESAN MANUSIA .................................... 51
27. KESETIAAN TUHAN SELALU NYATA .................................................................. 53
28. HARGA MATI SEBUAH INTEGRITAS ................................................................... 55
29. KEHIDUPAN YANG BERIMBANG .......................................................................... 57
30. KEBODOHAN MENGHAMBAT BERKAT ALLAH ............................................. 59
31. SENJATA RAHASIA ...................................................................................................... 61

ii | Renungan Harian MATHEO


MATHEO
Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia
Edisi Agustus 2017

STTBI Literature
Jakarta 2017

Renungan Harian MATHEO | iii


Prodi S1 Teologi, Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia
MATHEO - Renungan Harian Prodi Teologi, Edisi Agustus
2017, Jakarta : STTBI Literature.
i-ii, 62 hal., 10,5cm x 14,9cm

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

MATHEO
Renungan Harian Podi Teologi
Edisi Agustus 2017

Diterbitkan Oleh
STTBI Literature
Jl. Petamburan IV No.5, Jakarta Pusat

Penasehat : Ivonne Sandra Sumual, M.Th


Penanggung Jawab : Muryati Setianto, M.Th
Editor : Yada Putra Gratia, M.PdK
Muryati Setianto, M.Th
Kontributor : Muryati Setianto, M.Th
Christian Reynaldi W., S.Th
Michael P. Gultom, S.Th
Design & Layout : Yada Putra Gratia, M.PdK
Bendahara : Deni Trianto, S.Pd
ISBN :-

iv | Renungan Harian MATHEO


1
MENYERAHKAN YANG PASTI UNTUK YANG TIDAK PASTI
Teks : I Raja-raja 17:7-16
“Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia;
maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat
makan beberapa waktu lamanya.” (ayat 15)

J anda Sarfat ini merupakan janda miskin, hanya memilki segenggam


tepung dan sedikit minyak dalam buli-bulinya. Ia dijadikan Allah
sebagai sarana untuk memelihara kehidupan nabi Elia. Setibanya
Elia di Sarfat, ia meminta 2 hal kepada sang janda yaitu air dan
sepotong roti (ayat 10-11). Air bukanlah menjadi masalah , namun
merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh janda itu ketika Elia
memintanya sepotong roti. Apa yang dimilikinya sangat terbatas untuk
dia dan anaknya. Disinilah dimulainya karya Tuhan yang ajaib dalam
memelihara hambaNya dan sekaligus Elia juga dipakai Tuhan untuk
menjadi saluran pemeliharaan Tuhan atas kehidupan janda tersebut.
Untuk membuat janda dan anaknya tetap hidup, ia hanya perlu
memberikan segenggam makanan yang terakhir kepada Abdi Allah itu.
Ia memberikan sesuatu yang pasti (segenggam tepung dan sedikit
minyak, ayat 12) untuk yang tidak pasti (jaminan firman Allah, ayat
14). Wanita ini bertindak dan berharap dalam iman dengan :
mempercayai firman yang disampaikan oleh Elia (ayat 14); membuka
tangannya; dan memberikan apa yang tersisa padanya kepada abdi
Allah itu.
Memberikan makanan kepada Elia adalah awal dari pemberian
Allah yang luar biasa kepada janda Sarfat yang percaya ini. Ada
sejumlah berkat yang diperoleh oleh janda ini yaitu :
1. Janda Sarfat ini menjadi alat Allah untuk memelihara kehidupan
Elia.
2. Allah memberikan makanan kepada janda sarfat ini dengan
anaknya. Porsi makanan yang sangat kecil itu telah diberikan
kembali kepada dia dan anak laki-lakinya dalam takaran yang baik.
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 1
3. Penyediaan lahiriah berupa makanan membuka kesempatan bagi
janda Sarfat tersebut untuk menerima penyediaan rohani berupa
pengenalan yang jelas akan Allah dan tegas bahwa FirmanNya
adalah ya dan amin, alias benar.
Pelajaran menarik yang dapat dipetik dari kehidupan janda Sarfat
yaitu :
Pertama, ketaatan adalah refleksi iman kita kepada Tuhan.
Ketaatan dan iman merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan.
Jika seseorang mengaku beriman pada Tuhan, maka ketaatan adalah
buktinya. Seberapa besar ketaatan seseorang pada kehendak Tuhan,
sebesar itu pulalah cerminan imannya kepada Tuhan.
Kedua, ketaatan adalah cara Tuhan memberikan berkat dan
pemeliharaan-Nya pada kita. Seringkali kita tidak mau taat kepada
kehendak Tuhan karena kita kuatir kehilangan keuntungan, keinginan,
ataupun perencanaan kita. Namun tidak demikian dengan Elia dan
janda Sarfat. Elia taat kepada Tuhan, maka hidupnya terpelihara dari
kelaparan. Janda Sarfat taat pada perkataan Elia, maka kebutuhannya
dicukupkan oleh Tuhan. Semuanya ini terjadi karena Tuhan telah
merencanakannya. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan
itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan
berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka
bumi “ (I Raja-raja 17:14)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................

“Berani melangkah untuk melepaskan yang pasti


untuk yang ‘tidak pasti’”

2 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


2
BULI-BULI MINYAK MENJADI BEJANA MINYAK
Teks : II Raja-raja 4:1-7
“Pergilah perempuan itu dari padanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia
dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-
bejana kepadanya, sedang ia terus menuang” (ayat 5)

K
isah yang diceritakan dalam 2 Raja-raja 4:1-7 ini merupakan
cerita yang sangat sederhana, memunculkan 2 tokoh utama
yang berperan yaitu nabi Elisa (artinya 'Allah ialah
keselamatan' atau 'Allah itu Juruselamat'), dan seorang janda tanpa
nama. Cerita yang singkat namun dirangkai sedemikian rupa, sehingga
nampak alurnya yang indah dan memiliki makna rohani. Hal yang
pokok dari cerita ini berbicara tentang kematian suami (ayat 1) dan
kehidupan sang perempuan dan anak-anaknya (ayat 7).
Kisah ini dimulai dengan penderitaan karena ditinggal meninggal
oleh suami dan disusul penderitaan selanjutnya yaitu anak-anaknya
yang terancam menjadi budak. Perempuan itu menjadi putus asa, ia
hanya mempunyai satu harapan : datang kepada nabi dan
menyampaikan permohonan kepadanya. Elisa menjadi sandaran
pertolongan bagi perempuan tersebut.
Kemunculan Elisa di bagian cerita ini mau menunjukan bahwa ia
menjadi pengharapan bagi kesukaran yang dialami oleh sang
perempuan. Terjadi dialog antara Elisa dan sang perempuan, disinilah
dimulainya babak baru yang akan dialami oleh sang perempuan, dari
buli-buli yang berisi minyak menjadi bejana yang berisi minyak. Sang
nabi menanyakan apa yang dapat ia perbuat dan apa yang dimiliki oleh
sang perempuan di rumah. Jawab perempuan itu, ia hanya memiliki
sebuah buli-buli berisi minyak. Ini merupakan harta “tersisa” yang
dimiliki.
Setelah diketahuinya apa yang dimiliki oleh sang perempuan itu,
maka mulailah Elisa berbuat sesuatu dengan memberikan beberapa

MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 3


petunjuk kepada perempuan itu yaitu : pergi, minta bejana kosong dari
tetangganya (dari luar rumah) dan bukan buli-buli, kemudian
masuklah, tutup pintu sesudah perempuan dan anaknya masuk rumah
(ke dalam rumah). Bila itu sudah dilakukan, tuangkan minyaknya dan
angkat yang sudah penuh.
Bagaimana reaksi perempuan itu setelah mendapatkan petunjuk
dari abdi Allah untuk melunasi hutangnya? Ada 4 kegiatan yang
dilakukan dalam satu kesempatan, “pergilah perempuan itu dari
padanya; ditutupinyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk
dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia
terus menuang. Kegiatan yang mereka lakukan “tertutup” tidak dilihat
orang lain.
Pada akhir dari kisah ini diceritakan perempuan itu melaporkan
kepada Elisa tentang mujizat yang sudah dialaminya. Dan Elisa
memintanya untuk menjualnya supaya bisa melunasi hutangnya dan
lebihnya untuk menghidupi keluarganya. Akhir cerita yang menarik,
diawali oleh kesusahan yang disebabkan kematian yang membawa
hutang, ditutup dengan solusi untuk menyelesaikan kesusahannya
yang berdampak pada kehidupan keluarganya. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi
Allah, dan orang ini berkata: ‘Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah
hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu’.”
(II Raja-raja 4:7)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................

“Allah melakukan mujizatnya


untuk memenuhi kebutuhan seseorang”

4 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


3
JALAN YANG LURUS
Teks : Amsal 3:5-6
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”
(ayat 6)

S
eringkali sebagai anak Tuhan, kita mengalami banyak tantangan
dan rintangan yang membuat jalan hidup kita tidak mulus atau
lurus, sehingga tidak sampai kepada tujuan. Contohnya kita
sebagai anak Tuhan yang bekerja “mau menjadi berkat” di tempat
kerja kita, artinya membawa dampak positif tapi malah sebaliknya.
Bukanlah perkara yang mudah untuk menjadi anak Tuhan yang
membawa dampak bagi orang lain, ada begitu banyak halangan yang
menghalangi untuk kita bisa tampil sebagai anak Tuhan. Hal ini pun
diungkapkan oleh rasul Paulus dalam Roma 7:15, 20-21, mau berbuat
baik malah hal yang jahat yang dilakukan. Bagaimana supaya kita tetap
dijalan yang lurus sekali pun diantara orang yang tidak “lurus”.
Kunci untuk tetap di jalan yang lurus yaitu :
1. Amsal 1:7, takut akan Tuhan, kata ini diartikan merupakan
ekspresi seseorang yang taat terhadap firman Tuhan dan
beribadah kepada-Nya. Ini merupakan elemen utama dan langkah
pertama dari pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah
tentang kerohanian seperti kebenaran, kejujuran dan keadilan
(ayat 3). Dengan munculnya kata permulaan berbicara tentang
“the start”. Seseorang tidak akan memperoleh pengetahuan
tentang kerohanian bila mulai dengan langkah atau point yang
salah dengan menolak takut akan Tuhan. Permulaan juga diartikan
esensi yang benar dari pengetahuan adalah takut akan Tuhan. Dan
seseorang yang terpisah dari-Nya adalah mengabaikan hal yang
rohani (Roma 1:22; I Petrus 1:14).
2. Amsal 3:5, percaya kepada Tuhan dengan segenap hati artinya
seseorang yang tidak bersandar kepada pengertiannya sendiri,
karena pengertian manusia tidak cukup untuk memahami jalan
Tuhan (Yesaya 55:8-9; Roma 11:33-34). Semua hikmat yang
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 5
diperoleh manusia tidak akan menggantikan kebutuhan untuk
percaya penuh kepada jalan Tuhan. Dia adalah Allah yang dapat
dipercayai. Hati disini diartikan emosi atau perasaan (Amsal
12:25; 13:12) dan kehendak (Amsal 5:12). Kata percaya bila
dibandingkan dengan ayat 1b, “janganlah engkau melupakan
ajaranku”, maka makna percaya adalah sikap bergantung kepada
Tuhan sebagai sumber hikmat dan tuntunan, tetapi bukan kepada
pengettian atau kebjikan diri (ayat 5 b). Kata dengan segenap hati
diartikan dengan segala keinginan dan pertimbangan yang tidak
hanya secara intelektual dan emosional, tetapi juga secara moral
(ini ditekankan dalam ayat 6).
3. Amsal 3:6, mengakui Tuhan, kata ini diartikan orang yang percaya
kepada Tuhan akan mengakui tidak hanya sekedar pengakuan tapi
merupakan sebuah hubungan di dalam seluruh hidupnya/jalannya
dan akan menemukan bahwa Tuhan membuat jalan hidupnya
lurus. Ini bukan hanya sekedar bimbingan tapi Tuhan akan
memindahkan rintangan/halangan, sehingga membuat jalan yang
mulus atau jalan hidup bertambah baik, membawa seseorang
sampai kepada tujuan hidup. Kata akuilah juga bermakna ketaatan
dan dengan mengakui Tuhan tidak hanya mengenal Dia dan
kebijaksanaan serta kehendak-Nya tetapi juga bersedia tunduk
kepada otoritas-Nya, lebih dari itu mempedomaninya dalam
semua kegiatan dan tujuan hidup. Dampak dari ayat 5-6a adalah
6b, bahwa Tuhan akan meluruskan jalan artinya akan ada
tuntunan yang pasti dan benar dalam langkah hidup seseorang.
Selain itu tentunya Tuhan akan membuang segala hambatan atau
memberi kekuatan untuk mengatasi hambatan dalam hidup yang
seturut dengan kehendak Tuhan (Yesaya 40:3). [MY]

Ayat emas hari ini :


“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan
janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Buat jalan kami lurus dan tidak berkelok”
6 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
4
HATI-HATI DENGAN JALAN PINTAS
Teks : Kejadian 16:1-6
“Berkatalah Sarai kepada Abram : “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi
aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu;
mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak”. Dan Abram
mendengarkan perkataan Sarai” (ayat 2).

D
alam ayat 1 diperkenalkan ada 2 orang wanita yang berbeda
bangsa dan status. Sarai adalah orang Israel, bersuamikan
Abram, seorang nyonya yang memiliki seorang budak,
bermartabat. Hagar adalah orang Mesir, tidak memiliki suami, sebagai
hambanya Sarai. Diantara 2 wanita ini, Sarailah yang memiliki
permasalahan, yaitu tidak beranak alias mandul (bnd Kej 11:30).
Tentunya ini bukan masalah ringan bagi seorang wanita yang telah
bersuami tidak memiliki seorang keturunan, karena “kelengkapan”
seorang wanita adalah dikaruniai keturunan. Pada masa itu dianggap
hal yang memalukan dan merupakan kegagalan seorang wanita.
Permasalahan tersebut membawa Sarai untuk menyampaikannya
kepada sang suami. Ada hal menarik yang dikatakan Sarai kepada
Abram : “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak”.
Dalam terjemahan lain dikatakan “ TUHAN yang mencegah Sarai untuk
melahirkan anak” (ayat 2). Sarai terkesan “melibatkan” TUHAN dalam
persoalannya, kemandulannya disebabkan karena TUHAN yang
mencegahnya. Pernyataan Sarai ini didorong dari apa yang telah
didengarnya dahulu bahwa TUHAN berjanji untuk memberikan
keturunan (Kej 12:2 bnd 13:16; 15:5). Namun seiring berjalannya
waktu, tak terasa 10 tahun sudah berlalu dalam menantikan janji
TUHAN (lihat ayat 3, sudah 10 tahun tinggal di Kanaan). Pada saat janji
Allah diberikan kepada mereka, Abram berusia 75 tahun (Kej 12:4)
dan Sarai 65 tahun, sekarang Abram 85 tahun dan Sarai 75 tahun.
Sarai tidak membiarkan persoalan ini berlarut-larut, ia berusaha
untuk memberikan solusi terbaik dengan memberikan Hagar, sang
hamba untuk dapat dihampiri oleh Abram (ayat 2). Abram mendengar

MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 7


perkataan Sarai (dalam bahasa Ibraninya kata mendengar = taat) dan
mengabaikan perkataan Allah (Kej 15:5). Inilah awal kegagalan Abram
yang lebih memilih perkataan manusia daripada Allah. Kemudian
Sarai memberikan Hagar kepada sang suami dengan satu pengharapan
bahwa ini merupakan cara untuk memperoleh anak. Tanpa disadari,
Sarai berusaha “membantu” Allah untuk mewujudkan janjiNya (ayat
3). Cara yang ditempuh Sarai ini dapat dibenarkan secara budaya yang
berlaku pada saat itu, namun bukan berarti Allah setuju dengan hal
tersebut. Budaya yang berlaku adalah bila seorang istri tidak dapat
melahirkan seorang anak, maka ia dapat menyerahkan hambanya
kepada sang suami, supaya memperoleh keturunan dan keturunan
yang dilahirkan itu akan menjadi anak bagi sang nyonya.
Jalan pintas yang ditempuh Sarai membuahkan masalah baru
ketika Hagar hamil, ia mulai memandang rendah Sara (ayat 4).
Hubungan Sara dengan Abram mulai retak, terkesan Sarai
mempersalahkan Abram atas penghinaan yang dilakukan oleh Hagar
(ayat 5). Dampak lainnya Hagar ditindas oleh Sara dan harus
melarikan diri dari rumah nyonyanya (ayat 6).
Sarai dan Abram sebagai orang yang dijanjikan Allah untuk
mendapatkan keturunan tidak menunjukkan kesabarannya dalam
menunggu janji tersebut. Mereka terburu-buru dan lebih memilih
mengambil jalan pintas sebagai solusinya. Jalan pintas ini diharapkan
memberikan buah yang manis namun berakhir pahit. Semua tokoh
yang terlibat didalamnya terkena imbasnya. Menunggu janji Allah
tidak mengenal “expired date” tetapi selalu ”open date”. Ini menjadi
teguran bagi kita sebagai orang percaya untuk diajar sabar, tidak
terburu-buru dan tidak mengambil jalan pintas dalam menantikan
janji Allah. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh
kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah“ (Mazmur 12:7)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
8 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
5
TUHAN MELIHATKU (EL ROI)
Teks : Kejadian 16:7-16
“Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya
dengan sebutan : Engkaulah El-Roi. Sebab katanya : Bukankah disini
kulihat Dia yang telah melihat aku?” (ayat 13)

D
alam Kej 16:7-16, menceritakan Hagar yang telah pergi
meninggalkan Sarai, disebabkan penindasan yang dialaminya.
Ketika dalam perjalanan pulang kampung (kembali ke Mesir),
tiba-tiba malaikat Tuhan (Malaikat Tuhan disebutkan sebagai Yahweh;
Kej 16:13; 22:11-12; 31:11,13; 18:16; Hak 6:11,16,22) menampakan
diri kepada Hagar di dekat suatu mata air di padang gurun yakni dekat
mata air di jalan ke Syur, wilayah ini dekat dengan perbatasan Mesir
dan orang Israel pernah singgah di sini (Kel 15:22; Bil 33:8, Syur =
Etam). Malaikat Tuhan menanyakan 2 hal kepada Hagar: Hagar, hamba
Sarai dari manakah datangmu dan kemanakah pergimu? (where have
you come from, and where are you going? – ayat 7-8). Jawab Hagar, “aku
lari meninggalkan Sarai, nyonyaku” (lihat ayat 6, penindasan Sarai
menjadi alasan bagi Hagar untuk meninggalkan Sarai). Pertanyaan ini
membuka “kebungkaman“ Allah yang terkesan “diam” dalam peristiwa
yang dicatat dalam Kej 16:1-6, pertanyaan yang diajukan kepada
Hagar memberi petunjuk bahwa Allah mau ikut “terlibat” dengan apa
yang dialami oleh Hagar.
Pertanyaan “where are you going” nampaknya dimaksudkan
untuk membawa Hagar kembali kepada realitas yang harus dihadapi.
Hagar sudah 10 tahun tinggal bersama dengan Sarai dan bekerja
sebagai hamba. Pelariannya dari rumah Sarai untuk kembali ke
kampung halaman tidak akan menyelesaikan persoalan yang sedang
dihadapi. Itu juga tidak akan mengubah status dan tanggung jawabnya
sebagai hamba Sarai. Allah memberikan “jalan keluar” dengan
mengingatkan dia akan tugas dan tanggung jawabnya dengan meminta
Hagar kembali kepada seseorang yang memiliki otoritas atas dirinya :
“kembali ke nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah
kekuasaannya / return to you mistress, and submit yourself to her
authority” (ayat 9). Kata kembali dan ditindas ini memiliki makna yang
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 9
cukup dalam bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan Hagar ketika
kembali dengan Sarai, ia harus mengalami perbudakan demi masa
depan anak yang akan dilahirkan olehnya. Anak itu harus dilahirkan di
lingkungan rumah Sarai dan Abram dan Allah akan memberkati Ismail.
Janji berkat itu dipertegas kembali di ayat 11, “Aku akan membuat
banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyak-
nya”. Bahkan dikatakan juga bahwa Hagar akan mengandung dan
melahirkan anak yang akan diberinya nama Ismail artinya "El heard"
or "may El hear (ayat 12, Allah mendengar penindasan yang dialami
oleh Hagar) dan akan disebut sebagai keledai liar. Peristiwa ini
menyadarkan Hagar bahwa malaikat Tuhan yang berbicara kepadanya
adalah Allah yang mendengar (ayat 11) dan melihat (ayat 13) akan
penderitaannya, muncul sebutan El Roi artinya God of seeing or the
God who sees me (Allah yang melihat atau Allah yang melihatku).
Penderitaan Hagar terbayarkan ketika ia melahirkan Ismail yang
menjadi anak Abram. Abram mendapat anak diusianya 86 tahun.
Perjalanan hidup yang dialami Hagar akan menjadi pelajaran yang
berharga bagi kita sebagai orang percaya. Dalam hidup itu selalu ada
warna yang kontras, manis dan pahit. Warna hidup itu akan selalu
mewarnai perjalanan hidup setiap manusia tanpa terkecuali. Warna
hidup itu akan nampak indah bila Allah terlibat di dalamnya.
Keterlibatan Allah dalam pribadi Hagar, menunjukkan bahwa Ia
mendengar dan melihat apa yang dialami olehnya. Allah tidak “tuli”
dan “buta” untuk persoalan dan penderitaan yang dialami Hagar,
sekalipun ia hanya orang Mesir yang berstatus hamba. Allah peduli
dan mau melibatkan diri dalam persoalan dan pergumulan setiap
orang yang membutuhkan pertolongan. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman
kepadanya dengan sebutan : Engkaulah El-Roi. Sebab katanya :
Bukankah disini kulihat Dia yang telah melihat aku?“ (Kej 16:13)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Tetap berharap kepada Tuhan karena Dialah tempat sandaran
yang tidak pernah bergeser dari tempatnya”.
10 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
6
BERJUANG KERAS
Teks : Ayub 7:1-10
“Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti
hari-hari orang upahan ?“ (ayat 1)

R
asanya slogan yang paling tepat untuk masa sekarang adalah
“hidup itu berat”. Semua barang kebutuhan pokok naik, listrik,
barang-barang kebutuhan yang lainpun mengalami nasib yang
sama. Biaya untuk anak sekolah menjadi momok bagi para orang tua,
semua berubah naik dan yang sulit untuk berubah adalah masalah gaji.
Pendapatan sama, pengeluaran semakin membengkak. Rasanya tidak
ada solusi, yang ada beban makin bertambah. Sepertinya kita hidup
dalam sebuah pelarian yang tidak pernah berakhir, berlari terus untuk
bisa bertahan hidup.
Hidup dibayangkan seperti sedang mengejar setoran supaya
dapur tetap berasap dan memperpanjang umur hidup. Seringkali
timbul keputusasaan, kapan ini akan berakhir? Tentu tidak akan
pernah berakhir, semuanya akan disudahi bila kematian datang
menjemput kita. Apa yang kita alami belumlah seberapa bila
dibandingkan dengan Ayub. Ayub mengalami hidup yang sangat luar
biasa berat karena dalam sekejab harus mengalami kehilangan harta,
anak, status dan kesehatan (Ayub 1:13-19; 2:7-8). Rasanya tidak ada
tokoh lain dalam Alkitab yang pernah mengalami seperti Ayub.
Gambaran dari pergumulan ayub dituangkan dalam Ayub 7:1,
harus bergumul bnd. Ayub 14:14; Yes 40:2, // di bumi Ayub 5:7 //
orang upahan Im 25:50 . Betapa pergumulannya dibayangkan seperti
orang yang bekerja wajib militer (kata bergumul dalam bahasa
Ibraninya saba, I Raja-raja 9:19; 10:26 bnd yang dilakukan oleh raja
Uzia II Tawarikh 26:11) yang berupa perjuangan maupun beban.
Kehidupan manusia khususnya kehidupan Ayub, adalah bagaikan
pertempuran berat untuk seorang prajurit atau pekerjaan berat dan
melelahkan untuk seorang budak. Kehidupan ini merupakan rangkaian
hari-hari di mana manusia mengharapkan datangnya malam yang

MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 11


sejuk dan malam-malam penuh kegelisahan di mana manusia
mengharapkan datangnya pagi, sebuah lingkaran kesedihan dan
keputusasaan (ayat 2-6).
Ini merupakan ratapan dan kepedihan hati Ayub dalam
menghadapi pergumulan hidupnya. Rasa-rasanya hidup yang
djalaninya penuh dengan perjuangan dibandingkan dengan
kenikmatan. Dengan bahasa yang sederhana, saya bisa katakan tanpa
hari tanpa pergumulan bagi Ayub. Tetapi di dalam kesemuanya itu ada
hal menarik yang Ayub ungkapkan dalam menyikapinya yang dicatat
dalam Ayub 1:21-22 bnd 2:10. Ayub mengakui bahwa ia lahir dengan
telanjang dan kembali dengan kondisi yang sama (kata telanjang
dimaknai tidak memiliki apa-apa), hidupnya dalam dalam tangan
Tuhan. Tuhanlah yang memberikan berkat dan Ia juga berhak untuk
mengambilnya, Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil,
terpujilah nama Tuhan. Ayub tidak menuduh Tuhan berlaku tidak baik
kepadanya. Bagi Ayub semua berkat yang telah diterima dari Allah
hanya sebatas sementara dan itu bersifat penitipan. Ada waktu bagi
Ayub untuk “menjaga”-nya dan ada waktu untuk “melepaskannya”.
Allah yang memiliki kendali untuk mengatur semuanya.
Rabbi Kushner dalam bukunya “When bad things happened to a
good person” (buku ini merupakan tafsiran terhadap Kitab Ayub,
dihubungkan dengan pengalaman Kushner sendiri ketika menghadapi
kenyataan anaknya tanpa sebab menderita penyakit yang sangat
mematikan, progeria= penyakit dengan gejala penuaan yang cepat)
mengatakan, “Tuhan ada bersama-sama orang yang menderita. Tuhan
ikut menanggung, ikut merasakan, ikut menderita. Tidak selalu Tuhan
‘bisa’ mencegah terjadinya penderitaan”. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai
penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (Maz 46:2)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Sisi berat kehidupan adalah palu yang memukul-mukul
batangan logam diatas landasan dan membentuknya menjadi
sebuah karya seni yang indah”
12 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
7
TUHAN HADIR DI SINI
Teks : Kejadian 28:10-22
“Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia : Sesungguhnya TUHAN ada
di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya” (ayat 16).

Y
akub menghadapi persoalan yang cukup serius dengan Esau dan itu
mengancam hidupnya. Esau mengancam akan membunuhnya karena
Yakub telah dua kali menipunya (Kej 27:36,41 bnd 25:30-34, Yakub
memperoleh hak dan berkat kesulungan Esau). Esau beranggapan bahwa itu
semua terjadi karena tipuan yang dilakukan Yakub terhadap dirinya.
Nampaknya Esau lupa bahwa itu semua terjadi karena Allah telah
“menetapkan” sejak dalam kandungan ibunya, Ribka, bahwa yang sulung akan
menjadi hamba bagi si bungsu (Kej 25: 23). Situasi genting yang dihadapi
Yakub mendapat perhatian sang ibu, Ribka. Ribka yang mengasihi Yakub
mencoba memberikan solusi yang terbaik supaya bisa terhindar dari
ancaman sang kakak. Sang ibu menyarankan supaya Yakub pergi ke Haran di
rumah pamannya, Laban (Kej 27:42-45).
Dalam perjalanan Yakub menuju ke rumah pamannya, ia singgah di
suatu tempat untuk bermalam. Bermimpilah Yakub dan melihat di bumi
didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah para
malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN disampingnya dan
berfirman, “Akulah TUHAN Allah Abraham, nenekmu,dan Allah Ishak; tanah
tempat engkau berbaring ini akan kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu, keturunanmu akan menjadi seperti debu di tanah dan semua
kaum di bumi akan mendapat berkat darinya. Bahkan Allah menjanjikan
penyertaanNya dan Aku akan melindungi engkau, kemana pun engkau pergi
dan Aku akan membawa engkau kembali ke negri ini, sebab Aku tidak akan
meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan
kepadamu (ayat 11-15)”.
Ketika Yakub terbangun dari mimpinya, berkatalah ia,
“Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya
(Surely the Lord is in this place; and I did not know it)”, ia berpikir bahwa ia
sendirian dalam perjalanan menuju ke rumah pamannya. Kenyataan
membuktikan lain, Yakub tidak sendirian tapi disertai oleh Allah. Allah tidak
pernah meninggalkannya. Yakub pun bereaksi bahwa ia takut dan berkata :
“Alangkah dasyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu
gerbang sorga” (ayat 16-17). Tempat dimana Yakub berada menjadi “luar
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 13
biasa” karena Allah telah berteophani secara pribadi kepada Yakub untuk
memberikan jaminan supaya ia tidak takut dalam perjalanan yang sedang
ditempuhnya. Reaksi yang dilakukan Yakub untuk mengingatkan
kehadiranNya, ia mengambil batu sebagai alas kepalanya untuk dibuatkan
tugu, menuangkan minyak (dalam ibadah Israel menuangkan minyak =
pengudusan untuk persembahan Im 2:1,6; benda Kel 29:7; raja I Sam 10:1-2)
ke atasnya dan menamakannya Bethel artinya “house of God” ia telah berada
di “God’s presence”.
Yakub tidak hanya mendirikan tugu tapi ia juga bernazar, “Jika Allah
akan menyertai dan melindungi aku di jalan yang ku tempuh ini, memberikan
roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai sehingga aku selamat kembali
ke rumah ayahku, maka TUHAN akan mejadi Allahku” (ayat 20-21). Nazar
Yakub ini cukup beralasan mengingatkan kembali akan jaminan kehadiran
Allah, perlindunganNya (mengekspresikan oversight dalam kasus seperti
seorang gembala yang sedang menuntun kawanan dombanya Kej 30:31; I
Sam 17:20, seorang body guard pribadi I Sam 26:15-16; 28:3 bnd Maz 34:9,
kata berlindung berasal dari bahasa Ibrani yang berarti mencari perlindungan
di dalam atau bersembunyi di dalam/bersembunyi bersama, kata ini
menunjukkan tempat persembunyian rahasia), roti dan pakaian
menunjukkan persediaan kebutuhan (bnd Kel 3:22; Ul 8:4; 29;5; Neh 9:21).
Pengalaman hidup yang pahit itu jangan hanya dipandang sebelah
mata sebagai “kepahitan” yang harus dibuang jauh-jauh dan merupakan objek
yang sangat tidak disukai. Namun belajarlah melihatnya dengan mata yang
lebar supaya dibalik itu semua menemukan mutiara indah yang tak ternilai
harganya. Pengalaman pahit yang dialami Yakub mengantarnya untuk
menemukan kehadiran Allah secara pribadi. Yakub dapat merasakan adanya
jaminan penyertaaan dan keamanan untuk dapat membawanya selamat tiba
di rumah pamannya. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke
manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini,
sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa
yang Kujanjikan kepadamu.“ (Kej 28:15)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Hadirkan Tuhan dalam setiap langkahmu”
14 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
8
ALLAH YANG MENYEDIAKAN (YEHOWAH JIREH)
Teks : Kejadian 22:1-19
“FirmanNya: Ambillah anakmu yang tunggal itu yang engkau kasihi,
yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia disana
sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan kukatakan
kepadamu” (ayat 2).

A
braham adalah pribadi yang hidup di dalam janji Allah, 3 janji
diberikan yaitu tanah, keturunan dan menjadi berkat (Kej 12:1-
3; 13:16; 15:5,7). Realisasi janji itu mulai nampak ketika Ishak
lahir dari rahim Sarah (Kej 21:1-7). Tentunya kebahagiaan
menyelimuti keluarga Abraham, namun itu tidak berselang lama
ketika Allah berfirman kepada Abraham untuk menyerahkan anaknya
sebagai korban bakaran (ayat 2). Allah lakukan itu dengan tujuan
untuk mencobainya (ayat 1). Kata mencoba disini diartikan diberikan
pengalaman atau latihan, yang menunjukkan apa yang seseorang
sangat sukai dan ini biasanya melibatkan kesulitan atau penderitaan.
Cobaan ini dipersiapkan untuk membuktikan iman dan sekaligus
ketaatan Abraham. Ini merupakan cobaan yang terbesar dalam
kehidupan Abraham setelah ia menerima janji keturunan yang telah
ditunggu lama selama 25 tahun.
Cobaan itu sangat nyata: Abraham yang sudah diberikan Ishak
oleh Allah, diminta untuk mengembalikannya kepada Allah. Ini bukan
pertama kalinya Allah meminta sesuatu kepada Abraham: Kej 12: 1-3,
Abraham diminta untuk melepaskan masa lalunya; Kej 15:1-6
Abraham diminta untuk percaya kepada apa yang dijanjikanNya dan
Abraham berhasil melewatinya. Sekarang ia diperhadapkan untuk
menyerahkan masa depannya, perintah itu dalam bentuk permohonan,
Allah butuh untuk tahu imannya Abraham. Abraham mulai mengalami
dilema, memilih Allah sama dengan kehilangan Ishak dan memilih
Ishak sama dengan tidak taat kepada Allah. Bagi Abraham Ishak adalah
permata hatinya yang selama ini sangat dinantikan dan tentu sulit
untuk mengembalikan kembali kepada sang pemberi janji. Disinilah
awal Abraham harus mempertahan imannya yang selama ini ia hidupi.
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 15
Siapa yang dipilih Abraham, Allah atau Ishak? Abraham lebih
memilih Allah dengan mengatakan ya Tuhanku yang diwujudkan
dengan ia melangkahkan kaki menuju ke tanah Moria, tempat Ishak
akan dikorban (ayat 1b, 3-6). Dalam perjalanan itu, Abraham
melayangkan pandangnya/melihat tanah Moria dari jauh (ayat 4). Kata
‘melihat’ bandingkan dengan ayat 13 ‘melihat seekor domba’ dan kata
ini digunakan oleh Allah (ayat 8, 14). Dari kejauhan Abraham melihat
tempat dimana ia akan mengorbankan Ishak dan di tempat yang sama
ia melihat seekor domba jantan yang disediakan. Proses ini
menyatakan terhadap progress melihat dengan jelas, Abraham
meletakan imannya di dalam Allah melihat (God’s seeing, ayat 8,13,
Allah akan melihat = menyediakan seekor domba). Dan iman itu pada
akhirnya memampukan Abraham untuk melihat domba yang
disediakan oleh Allah (dalam bahasa Ibrani, ‘melihat’ = menyediakan).
Apa yang dilihat Abraham, itulah yang disediakan oleh Allah. Allah
menyediakan korban pengganti untuk Ishak. Tanah Moria tidak
menjadi tempat “pengorbanan” namun menjadi tempat dimana Allah
sudah menyediakan domba jantan yang disebut dengan Yehowah
Jireh. Pada akhirnya Abraham berhasil melewati masa sukar untuk
membuktikan iman dan ketaatannya kepada Allah. Abraham “lulus”
dalam masa pencobaan Allah dan ini menjadi pembuktiaan dirinya
sebagai orang yang takut akan Allah (ayat 12, arti takut akan Allah
adalah tanggapan iman terhadap janji dan berkat Allah). Pencobaan
bukanlah hal yang menakutkan melainkan sebagai sarana untuk
membuktikan keberadaan kita di hadapan Allah. Allah punya hak
untuk mengambil apa yang telah diberikan kepada kita dan kita
belajar untuk merelakannya. Bukan hal mudah untuk mendapatkan
pemaknaan Yehowah Jireh dalam kehidupan kita, yang dibutuhkan
adalah iman dan ketaatan kepada Allah untuk memandang ke depan.
Ayat emas hari ini :
“Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu
sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan
disediakan’.” (Kej 22:14)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.......................................................................................................................
“Posisikan Tuhan sebagai Yehowah Jireh dalam hidupmu” [MY]
16 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
9
NILAILAH AKU TUHAN
Teks : Mazmur 26:1-12
“Berilah keadilan kepadaku ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam
ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu”
(ayat 1).

J udul dari Mazmur 26 adalah doa untuk dibenarkan Tuhan. Mazmur


26 merupakan suatu pernyataan yang kuat tentang integritas dan
sebuah doa bahwa Tuhan akan mengakuinya. Dapat dikatakan
selama hidupnya, Daud tidak pernah dengan secara jelas menunjukan
dirinya dalam suatu peristiwa seperti yang dicatat Mazmur 26 ini. Bila
melihat kepada isinya mirip dengan Mazmur 25, namun Mazmur 26
tidak disertai doa mohon pengampunan. Dalam Mazmur ini, pemaz-
mur menyatakan bahwa ia menjaga untuk berpisah dari para pendosa
dan memposisikan dirinya sendiri dengan menyembah kepada Tuhan.
Dengan dasar inilah, dia berdoa dengan penuh keyakinan bahwa
Tuhan akan mengesampingkan dia dari para pendosa. Pemazmur
hendak menunjukan integritas dirinya dihadapan Tuhan.
Berbicara tentang integritas dalam kamus bahasa Inggris Oxford
memiliki 2 arti yang terkait dengan kepribadian seseorang yaitu jujur
dan utuh bahkan ketulusan. Kita akan belajar tentang integritas Daud
dari sisi kejujuran dan ketulusannya yang melahirkan jati dirinya
sebagai pribadi yang kuat dan konsisten dengan pendiriannya. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan :
1. Ayat 1-3 berbicara tentang integritas. Daud mengajukan 2
permohonan supaya Allah berlaku adil terhadap dia (ayat 1)
menguji klaimnya dia (ayat 2 bnd 139:23). Allah seharusnya
melihat bahwa ia konsisten dengan imannya dan dalam ketaatan
kepada Tuhan dan kebenaranNya. Dalam bagian ini Daud
menunjukan bahwa ia berani untuk dinilai Tuhan tentang
kehidupan imannya. Dia mau menyatakan bahwa dia blameless
dan bahkan dengan jujur mengakui kesalahannya dalam kasus
dengan Barsyeba yang dicatat dalam Mazmur 51 (bnd 2 Samuel
11). Dalam Mazmur 51:3-4 diungkapan dengan kata hapuskan,
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 17
bersihkan dan tahirkan dari pelanggaranku. Kata hapuskan
merupakan kata kiasan yang menunjukan seperti halnya catatan
yang dibuat oleh manusia itu dapat dihapuskan, kata bersihkan
(kabas) membandingkan pengampunan dengan cara dibersihkan
menggunakan kain, sedangkan kata tahirkan biasanya digunakan
dalam hukum ceremonial keagamaan untuk menyatakan bahwa
seseorang itu sudah murni. Integritas Daud ini diakui oleh Allah
ketika Salomo mau menjadi raja untuk mengantikan dia (I Raj 9:4).
2. Ayat 4-8 berbicara untuk membuktikan integritasnya. Untuk
membuktikan bahwa dia pribadi yang berintegritas Daud
memisahkan diri dari para pendosa (ayat 4-5) dan dia tidak
memposisikan dirinya diantara penipu dan orang munafik, tidak
duduk dengan mereka atau bergaul dengan mereka (ayat 4a-5b
bnd 1:1). Dalam kenyataannya dia membenci perkumpulan itu.
Membuktikan bahwa dirinya tidak berjalan seperti orang fasik
melainkan hidup sebagai orang benar. Hal ini diperkuat dalam
Mazmur 101, Daud memulai hidup yang berintegritas dari dirinya,
rumah dan orang sekelilingnya. Dalam ayat 6-8, settingnya di
tempat ibadah yaitu altar dan rumah kediaman.Dia memposisikan
dirinya dengan para penyembah dan dengan tulus menyembah
Allah dan menyatakan perbuatan-perbuatanNya.
3. Ayat 9-12 berbicara tentang permohonan untuk mendapatkan
reward dari integritasnya. Dalam bagian ini Daud memohon
kepada Allah untuk memisahkan dia dari nasib orang - orang
berdosa (ayat 4-5) dimana dia tidak mengadakan hubungan
dengan mereka. Kemungkinan Daud menunjukan ke premature
death (soul dalam bahasa Ibraninya menunjuk kepada hidup
seseorang). Jika keadilan berlaku maka kumpulan yang jahat akan
dilalukan dan sudah seharusnya tidak akan menyentuh seseorang
yang terpisah dari mereka. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku”
(Mazmur 26:2).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Integritas adalah identitas diri”
18 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
10
DITUKARKAN
Teks : Yesaya 40:27-31
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;
mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi
lelah” (ayat 31)

D
alam Yesaya 45:1 memberitakan kabar baik bahwa Tuhan akan
memakai Koresh, raja Persia untuk mengalahkan Babel dan
mengijinkan orang Yehuda kembali ke Yerusalem. Tuhan sudah
memilih Yehuda sebagai umat pilihanNya namun karena mereka telah
berdosa maka mereka dibuang ke Babel sebagai bangsa yang terbuang atau
ditinggalkan oleh Allah. Mereka harus kehilangan negri dan menjadi orang
asing di tanah Babel (Imamat 18:26-29). Dan Allah akan membebaskan
mereka dari tangan musuh untuk dapat kembali ke Yerusalem.
Bahkan sangat jelas dikatakan dalam Yesaya 40:1-2, berita sukacita yang
akan disampaikan oleh Yesaya kepada orang Yehuda di pembuangan .
Tentunya berita ini sangat melegakan bagi mereka yang sedang menantikan
pembebasan dari cengkraman bangsa asing yang menguasai mereka sebagai
akibat dari dosa mereka terhadap Allah. Sudah cukup lama orang Yehuda
berada dalam pembuangan di Babel yaitu 70 tahun (Yeremia 25:11). Mereka
menantikan uluran tangan Tuhan untuk dapat membebaskan mereka dan
menjadikan mereka sebagai bangsa yang merdeka.
Namun disisi lain orang Yehuda sendiri merasa sebagai bangsa yang
sudah tidak memiliki pengharapan karena merasa Allah sudah tidak
mengingat mereka lagi bahkan melupakannya (ayat 27). Mereka tidak melihat
pintu yang terbuka , hanya melihat kepada jalan yang panjang dihadapan
mereka, dan mereka mengeluh bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk
perjalanan itu. Allah sedang meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang
mustahil. Kondisi ini yang mendorong Allah untuk menyatakan diriNya
sebagai Allah yang kekal dan akan memberikan kekuatan kepada mereka
yang sudah mulai melemah, letih dalam masa penantiaan untuk dibebaskan
(ayat 28-29) dan dipertegas dalam ayat 30, Dia tidak hanya punya kekuatan
tetapi juga memberikan kekuatan.
Kata menantikan di ayat 31, kata ini diartikan lilitan atau belitan atau
diikat bersama dengan lilitan (seperti orang yang diikat bagian tubuhnya
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 19
ketika flying fox) yang menggambarkan seseorang bergantung sepenuhnya
kepada Tuhan . Penekanan dalam kata ini bukan menantikan dengan pasif
tetapi dengan keinginan yang sangat besar (bandingkan Mazmur 56:7 seperti
musuh yang menungu untuk membunuh; 119:95, seperti orang fasik
menantikan untuk membinasakan, berbicara menunggu dalam arti
menantikan untuk menyergap). Dengan kata lain orang yang menantikan
Tuhan bukan hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa melainkan memiliki
pengharapan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan dijadikan
sebagai sumber kekuatan mereka.
Ayat 31 sejajar dengan Mazmur 33:16-17; 103:5. Bagi orang yang
menantikan Tuhan, akan mendapatkan kekuatan baru. Kata mendapatkan
artinya ditukarkan dengan, seperti melepaskan baju lama dan mengenakan
baju baru. Tuhan akan mengimpartasikan kekuatan baru, mereka tidak hanya
memperbaharui kekuatan mereka tetapi “exchange” (ditukarkan) kekuatan
mereka yang terbatas dengan kekuatan Tuhan. Mereka menemukan sumber
yang baru sebagai kekuatan untuk hidup. Orang yang seperti ini digambarkan
seperti rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Kata naik
terbang (mount up) dalam bahasa Ibraninya berarti terangkat tinggi. Tuhan
akan memampukan orang yang sudah mendapat kekuatan baru untuk
membumbung tinggi ketika kondisi krisis; berlari ketika banyak tantangan;
dan berjalan dengan setia dalam tuntutan hidup hari demi hari. Perjalanan
ratusan miles dimulai dari satu langkah. Seorang pahlawan iman yang hebat
tidak selalu yang nampak dapat membumbung tinggi; sering kali adalah
seseorang yang dengan sabar jalan tertatih-tatih. Seperti kita yang berharap
kepada Tuhan, Ia akan memampukan kita tidak hanya terbang tinggi dan
berlari cepat, tetapi juga yang berjalan lama. Berbahagialah orang yang
berjalan dengan tertatih-tatih, sebab pada akhirnya mereka akan tiba di
tempat tujuan. [MY]
Ayat emas hari ini :
“ Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan
baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan
sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak
menjadi lelah” (Yes 40: 31)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Kekuatan yang terbatas ditukarkan dengan kekuatan yang tidak
terbatas.”

20 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


11
DI GUNUNG KARMEL
Teks : 1 Raja-raja 18:16-19
“Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga
nabi-nabi Baal yang empat ratus lima orang itu dan nabi-nabi Asyera yang
empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel” (ayat 19).

I
srael sebagai umat Allah yang dipimpin oleh raja Ahab mengalami krisis
pangan berat (1 Raj 18:2 bnd 17:1; Yak 5:17), tidak ada hujan dan embun.
Tuhan menahan langit untuk menurunkan hujan dan bumi menahan
hasilnya, selama 3,5 tahun mengalami musim kering yang panjang. Kondisi ini
menyebabkan raja Ahab menyalahkan Elia (1 Raj 18:17), Elia dianggap
penyebab bencana ini terjadi karena pesan yang disampaikannya (1 Raj 17:1).
Jawab Elia, “justru Ahab dan keluarganya yang telah berpaling dari Allah” (1
Raj 18:18; 16:30-33). Situasi ini yang mendorong Elia menantang Ahab untuk
bertemu di gunung Karmel dengan mengumpulkan seluruh orang Israel, 450
nabi Baal dan 400 nabi Asyera. Mengapa harus ke gunung Karmel? Elia mau
menunjukkan siapakah sesungguhnya Allah, apakah Allah Israel yang
disembah oleh Elia atau Baal yang disembah oleh Ahab dan seluruh orang
Israel, dan gunung itu diyakini sebagai tempat kediaman Baal.
Elia menempatkan orang Israel sebagai “penonton” yang akan
menyaksikan “pertarungan” antara Allah Elia dan Allahnya Ahab. Elia perlu
tahu posisi orang Israel, apakah berpihak kepada Allah Elia atau kepada
Allahnya Ahab. Elia memberikan tantangan dengan mengajukan pertanyaan,
“berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN
itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal Ikutilah dia” (1 Raj 18:21). Elia tidak
menanyakan siapakah Allah yang sudah memberi kemakmuran, kebahagiaan
atau kesehatan, melainkan siapakah sesungguhnya Allah. Orang Israel tidak
dapat memberikan jawaban siapakah yang akan dipilih karena mereka sudah
bercabang hati. Kata bercabang hati secara harafiah mengikatkan kaki pada 2
ranting pohon = timpang, artinya ragu-ragu (bnd Maz 119:113). Hati mereka
sudah berbagi, sebagian untuk Allah Elia dan sebagian untuk allahnya Ahab,
Baal. Orang Israel masih mengingat Allah dan tidak mengabaikan sebagai
Allah nenek moyang mereka, namun di sisi lain mereka menyembah Baal
yang dianggap dapat mencukupi kebutuhan mereka. Elia berhadapan dengan
umat Allah yang telah menyimpang dari relasi yang vital dengan Allah.
Dengan melihat kondisi yang seperti itu, menyadarkan Elia bahwa hanya
dia seorang diri yang masih percaya kepada Allah Israel dan ia harus
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 21
berhadapan dengan orang Israel dan 450 nabi Baal yang percaya kepada ilah
Baal. Apakah ia gentar menghadapi hal tersebut dan mengurungkan niatnya
untuk naik ke gunung Karmel? Fakta membuktikan bahwa ia tetap pada
pendiriannya untuk naik ke gunung Karmel demi membuktikan siapakah
sesungguhnya Allah. Pembuktian itu dimulai dengan disediakan 2 ekor lembu
jantan satu untuk Elia dan satunya untuk nabi Baal, dipotong-potong dan
diletakkan di kayu api tanpa ada api. Allah yang menjawab dengan api, dialah
sesungguhnya Allah (ayat 23-24). Elia memberikan kesempatan pertama
kepada 450 nabi Baal, mereka memanggil allah mereka dari pagi sampai
tengah hari, dilanjutkan dengan menari di sekliling mezbah bahkan berteriak
lebih keras lagi dengan menoreh-noreh tubuhnya. Dengan satu harapan
bahwa allah mereka akan mendengar, melihat apa yang mereka butuhkan.
Namun kenyataannya, tidak ada suara, tidak ada jawaban dan tidak ada
perhatian (ayat 26,28-29), bahkan tidak ada api. Apakah allah mereka sedang
merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian, barangkali ia tidur
dan belum terjaga, ejek Elia (ayat 27).
Usaha yang sia-sia karena mereka menyembah allah yang mati, punya
mata tidak bisa melihat, punya telinga tidak bisa mendengar, punya tangan
tidak bisa diulurkan untuk menolong dan punya kaki tidak bisa melangkah
untuk mendekati (bnd Maz 115:2-8). Allah yang mati tidak punya kuasa untuk
melakukan sesuatu dan tidak akan pernah memberikan pertolongan
(powerless). Ini akan sangat kontras dengan Allahnya Elia, ketika ia mendapat
giliran untuk memanggil Allahnya, ia hanya berseru “Ya TUHAN, Allah
Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa
Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan
bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya
TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah,
ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali" (ayat
36-37). Dan Allah memberikan jawabannya dengan menurunkan api untuk
membakar korban bakaran (ayat 38). Allah yang hidup punya kuasa untuk
melakukan sesuatu dan memberikan pertolongan (powerful). Dengan
caranya yang ajaib, Allah membuktikan siapakah sesungguhnya Allah dan ini
berdampak pada pengakuan orang Israel, bahwa Ia adalah sesungguhnya
Allah (ayat 39). Bagaimana dengan saudara, apakah dalam pengiringan
kepada Kristus akan bersikap seperti Israel, nabi Baal atau Elia? [MY]
Ayat emas hari ini :
“Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata:
‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’.” (1 Raj 18:39)
Respon : ............................................................................................
“Pilihlah Allah yang hidup dan bukan allah yang mati”
22 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
12
NOT BECAUSE OF ME
Teks : Hakim-hakim 7:1-25
“Berfirmanlah TUHAN kepad Gideon : “Terlalu banyak rakyat yang bersama-
sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang
Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-
megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata : Tanganku sendirilah yang
menyelamatkan aku” (ayat 2).

M
erupakan satu sukacita tersendiri bagi Israel untuk dapat memiliki
tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian. Dengan pertolongan Allah
mereka keluar dari Mesir dengan menyeberangi laut Teberau dan
memasuki Kanaan. Sukacita ini tidak bertahan lama, karena di tanah milik
mereka sendiri harus mengalami penindasan, hilang keamanan dan shalom di
tengah-tengah mereka. Mereka harus menghadapai tantangan dan ancaman
besar dari bangsa Midian. Mengapa hal ini menimpa mereka? Hal ini
disebabkan orang Israel telah berpaling dari Allah dan menyembah ilah. Allah
menyerahkan mereka ke tangan musuh, orang Midian. Mereka dikuasai
selama 7 tahun yang menyebabkan penderitaan, karena harus kehilangan
hasil bumi dan ternak mereka. Mereka harus mencari tempat perlindungan di
gua-gua dan kubu. Orang Midian datang untuk memusnahkan orang Israel
(Hak 6:1-5). Di tengah-tengah situasi seperti itu berserulah orang Israel
kepada Allah (Hak 6:6). Allah memberikan 2 jawaban yaitu dengan mengutus
seorang nabi untuk mengingatkan orang Israel akan perbuatan Allah dalam
peristiwa exodus dan kesalahan mereka, karena menyembah berhala (ayat 7-
10); Allah akan mengutus seorang pembebas yang bernama Gideon (ayat 11-
14).
Allah yang telah dikhianati orang Israel adalah Allah yang penuh kasih.
Allah tetap peduli dan akan memberikan kelepasan pada mereka. Bagaimana
cara Allah melepaskan orang Israel dari tangan orang Midian? Dengan cara
spektakuler atau hal yang biasa dan tidak lazim/wajar? Allah memilih dengan
cara yang biasa dan tidak lazim yaitu :
1. Memilih Gideon (Hak 6:11-24). Siapakah Gideon? Apakah ia orang luar
biasa dan hebat? Ia adalah anak seorang petani yang pekerjaannya
mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur (ayat 11), bukan
seorang pemberani alias penakut (ayat 15-24).
2. Pengurangan jumlah pasukan Gideon (Hak 7:1-8). Gideon memiliki
pasukan sejumlah 32 ribu terdiri dari suku Manasye, Aser, Naftali dan
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 23
Zebulon (Hak 6:34-35). Ada hal yang menarik , menurut Allah pasukan
Gideon terlalu banyak (Hak 7:2). Secara manusia ini merupakan jumlah
yang wajar untuk menghadapi musuh yang banyak (pasukan Midian 120
ribu Hak 6:5; 8:10). Pengurangannya dengan cara memberikan tantangan
siapa yang siap untuk berperang dan bagi yang takut dan gentar pulang
(ayat 3), yang pulang 22 ribu sementara yang tinggal 10 ribu; Allah
meminta pasukan itu dikurangi lagi dengan cara memperhatikan mereka
minum. Hasilnya 9.700 orang berlutut minum air dan yang 300 orang
menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya (ayat 6).
Menghirup berarti menelungkup dan mendekatkan wajah ke permukaan
air, sehingga tidak ada sikap berjaga-jaga. Ini memperkuat bahwa
pasukan Israel dalam jumlah kecil dan bukan merupakan pasukan yang
tepat untuk berperang. Mereka memiliki keterbatasan untuk dapat
memenangkan peperangan melawan Midian. Hal ini menunjukkan bahwa
Allahlah dan bukan Israel yang membuat mereka menang dalam
pertempuran itu (ayat 2,7).
3. Allah memberikan kekuatan kepada Gideon (Hak 7:9-25). Allah perlu
memberikan kekuatan kepada Gideon yang masih merasa takut adalah
melalui mimpi (ayat 13-14). Allah memberikan hikmat kepadanya untuk
mempersiapkan pasukannya. Gideon mentaati apa yang diperintahkan
kepadanya dengan membagi pasukannya menjadi 3 dengan 100
perkelompok, lalu memberi perintah yang tidak menuntut kecakapan
berperang, karena yang diminta hanya kemampuan meniup sangkala,
memecahkan buyung dan berseru. Dan pada malam pertempuran itu,
orang Midian bertarung satu sama lain dan lari walupun tidak ada yang
mengejarnya (ayat 21). Pada akhirnya kemenangan diraih oleh orang
Israel tanpa harus berperang, karena Allah yang berperang bagi mereka.
Orang Israel tidak akan pernah berkata, “kitalah yang meraih
kemenangan, melainkan Allahlah yang memberikan kemenangan”. Not
because of me, mengajarkan kepada kita untuk tidak melihat kepada
kemampuan kita dalam menyelesaikan pergumulan yang sedang
dihadapi, melainkan mengarahkan pandangan kita pada kemampuan
Allah yang akan menyelesaikannya. [MY]
Ayat emas hari ini :
“TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” (Kel 14:14)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Allah yang menang pada saat kita bergumul”
24 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
13
KETIDAK-BAIKAN MENDATANGKAN KEBAIKAN
Teks : Kejadian 45:1-15
“Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri
karena menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah
menyuruh aku mendahului kamu“ (ayat 5).

D
alam kehidupan kita ada banyak peristiwa terjadi yang menim-
bulkan pertanyaan mengapa? Selalu berusaha mencari jawab-
annya. Dari semua kebenaran, tidak ada yang meluruhkan
mengapa? Satu kebenaran yang tak terbantahkan : Allah terlalu baik
untuk melakukan sesuatu yang kejam, terlalu bijak untuk melaku-kan
kesalahan dan terlalu dalam untuk menjelaskan diriNya sendiri. Pada
akhirnya kita akan berhenti bertanya mengapa ketika melihat siapa
yang ada di balik semua peristiwa yang terjadi. Belajar untuk diam dan
tidak bertanya kepada Allah. Allah yang berdaulat penuh atas kehi-
dupan kita. Kasih karuniaNya cukup bagi kita. Di balik peristiwa yang
tidak baik ada kebaikan yang dirancang Allah. Untuk mendapatkan
pembelajaran ini kita akan melihat kehidupan yang dijalani oleh Yusuf.
Keberadaan Yusuf di Mesir tidak terlepas dari tangan Allah yang
membawanya dengan cara “kejahatan” yang dilakukan oleh saudara-
saudaranya (Kej 45:5 bnd 37). Yusuf sebagai pribadi yang dikasihi
ayahnya, Yakub dan ibunya, Rahel (Kej 30:22 bnd 37:3). Sebagai tanda-
nya Yusuf dikenakan jubah yang sangat indah dibandingkan dengan
saudara-saudaranya. Tentunya hal ini menimbulkan kebencian dan
diperburuk dengan mimpi Yusuf yang diceritakan kepada mereka. Dari
kebencian menimbulkan niat jahat menghilangkan nyawa Yusuf (Kej
37:18). Namun diurungkan karena usul dari Ruben untuk tidak
menumpahkan darah, yaitu dengan dilemparkan ke dalam sumur (Kej
37:22). Pada akhirnya Yusuf dikeluarkan dari sumur atas usulan dari
Yehuda untuk dijual ke saudagar orang Ismail (Kej 37:26-27). Usulan
ini menghantar Yusuf ke Mesir dan terdampar di rumah Potifar yang
adalah pengawal raja. Disinilah letak kejahatan sesungguhnya yang
dilakukan mereka, yaitu “memisahkan” Yusuf dari orangtuanya.
Menurut kacamata manusia yang membawa Yusuf ke Mesir
adalah saudara-saudaranya melalui kejahatan yang mereka lakukan.
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 25
Namun dengan menggunakan kacamata Allah, Allah yang
melakukannya (Kej 45:5,7-8) dalam arti Yusuf sebagai orang yang
diutus untuk sebuah misi (Kej 28:5; Neh 6:5). Kebaikan dibalik
kejahatan saudara-saudara Yusuf adalah untuk memelihara kehidupan
(Kej 45:5b, 7-8 bnd 50:20-21), dimana Allah akan memelihara
kehidupan mereka dari kelaparan. Melalui kehadiran Yusuf di Mesir
menjadikan Mesir sebagai pusat logistik bagi orang Mesir dan bangsa
di sekitarnya. Kelaparan boleh melanda namun di Mesir ada roti (Kej
41:53-54). Dapat dikatakan Yusuf sebagai “perintis kehidupan” untuk
menyelamatkan kehidupan (Kej 41:53-57). Bandingkan dengan Kej
50:19-21, ayat 19 “adapun kalian, saudara-saudaraku, dalam menjual
aku ke dalam perbudakan, kalian memaksudkanya untuk berbuat jahat
kepadaku, tetapi Allah memaksudkan peristiwa jahat itu demi
kebaikan”. Dengan kata lain disini Yusuf hanya merujuk kepada satu
peristiwa yang spesifik yaitu saudara-saudaranya menjual dia ke kaum
Ismail yang kemudian membawanya ke Mesir. Namun ia menjelaskan
terjadinya satu peristiwa itu dengan 2 cara yang berbeda : saudara-
saudaranya bermaksud mencelakakan dirinya dengan menjual dia
dalam perbudakan, sementara itu Allah memaksudkan penjualan itu
bagi Yusuf dan saudara-saudaranya untuk kebaikan.
Perjalanan kehidupan Yusuf akan membuka hati dan pikiran kita
untuk dapat menerima sesuatu yang buruk/tidak baik menimpa kita.
Menjadikan kita semakin mengerti bahwa hidup kita ada di dalam
tangan Allah. Dia yang berdaulat penuh , artinya hidup di dalam
kehendak dan pengaturan Allah. Maka dengan sendirinya kita akan
kehilangan “hak pilih” untuk menentukan kehidupan seperti apa yang
dikehendaki. Kehilangan demi menemukan kehidupan yang diatur
dalam pengaturannya Allah. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi
Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud
melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup
suatu bangsa yang besar” (Kej 50 :20).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Menikmati kebaikan Tuhan dalam setiap keadaan”
26 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
14
TANDA PENGINGAT
Teks : Bilangan 21:4-9
“Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular
tembaga itu, tetaplah ia hidup” (ayat 9).

O
rang Israel sebagai umat Allah dan sekaligus bangsa pilihan
Allah kaya pengalaman dalam menikmati pertolongan dan
kebaikan Allah atas kehidupan mereka. Dimulai ketika mereka
tertindas dan teraniaya di Mesir, Allah “mengeluarkan” mereka untuk
dimerdekakan dan dibawa menuju tanah perjanjian, Kanaan. Allah
tidak hanya sekedar “mengeluarkan” tapi juga menuntun, memelihara
dan melindungi selama dalam perjalanan. Allah selalu melibatkan diri
dalam perjalanan mereka dari Mesir menuju gunung Sinai (Kel 12:29-
19:25); dari gunung Sinai menuju Kades Barnea (Bil 10:11-14:45); dari
Kades Barnea menuju perbatasan Moab (Bil 20:1-21:35). Allah
memberikan makanan dan minuman yang cukup sebagai bekal bagi
mereka (Kel 15:25; 16:4, 13-16; 17:5-7; Bil 11: 16-23; Ul 8:4-5). Pada
bagian ini mau diperlihatkan bahwa Allah bertanggung jawab atas
umatNya. Apa yang dilakukan Allah belum tentu “berasa” bagi orang
Israel. Hal ini terlihat pada saat mereka dalam perjalanan, harus
memutar arah karena tidak diijinkan orang Edom untuk melewati
wilayah mereka. Perjalanan ini memberatkan mereka, karena mereka
tidak mendapatkan makanan dan minuman yang cukup selama di
perjalanan. Mereka mengeluh dan merasa menyesal mengapa harus
keluar dari Mesir. Bagi mereka di Mesir jauh lebih baik ketimbang
keluar menuju tanah perjanjian, Kanaan. Bukan ucapan syukur yang
keluar dari mulut mereka melainkan gerutuan (Bil 21:4-5).
Ini bukan pertama kalinya mereka merasa menyesal keluar dari
Mesir, ini menjadi senjata mereka untuk memberontak kepada Allah.
Orang Isarel selalu menoleh ke belakang mengingatkan kehidupan di
Mesir dan melupakan pertolongan serta kebaikan Allah. Betapa
sulitnya mengeluarkan “kehidupan Mesir” dari orang Israel. Tidak sulit
bagi Allah untuk mengeluarkan orang Israel dari tanah Mesir, namun
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 27
perlu proses panjang untuk mengeluarkan “kehidupan Mesir” dari
mereka. Dan Allah tidak berdiam diri, Ia merespon dengan
mengirimkan ular tedung dan memagut orang Israel sehingga banyak
dari mereka yang mati (ayat 6). Kemudian mereka datang kepada
Musa supaya dilalukan semua itu. Allah yang penuh kasih
mendengarkan seruan mereka dengan meminta Musa membuat ular
tembaga. Barang siapa yang dipagut oleh ular tedung, tidak akan mati
dengan melihat kepada ular tembaga itu. Ular tembaga menjadi “tanda
pengingat” akan pengampunan Allah (ayat 9). Orang Israel merasakan
pertolongan Allah pada saat itu, mereka yang seharusnya mati
memperoleh kehidupan kembali. Sangat disayangkan bahwa orang
Isarel itu memiliki kebiasaan “ingat” sesaat dan lebih sering
melupakannya. Ada banyak pertolongan dan kebaikan Allah yang telah
dialami mereka namun hanya “berasa” sesaat dan tidak pernah
bertahan lama. Ini terbukti dalam perkembangannya ular tembaga itu
dijadikan “objek” penyembahan berhala (2 Raj 18:4). Orang Israel
menjadi “lupa ingatan” akan pengampunan Allah dan berbalik
menyakiti hati Allah.
Pelajaran menarik apakah yang dapat kita petik dari pengalaman
yang dialami oleh orang Israel? Pengalaman mereka mengingatkan
kita untuk “tidak lupa ingatan” akan pertolongan dan kebaikan Allah
dalam hidup kita. Allah selalu bersedia dan menyediakan diriNya
untuk selalu ada dalam kehidupan kita. Tak sekalipun Ia “absen”
supaya kita bisa “berasa” adanya kehadiranNya di sepanjang hidup
kita. Pertajam ingatan kita untuk tidak mudah melupakan apa yang
telah dikerjakan Allah. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan
Engkau sepanjang kawal malam. Sungguh Engkau telah menjadi
pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai”
(Mazmur 63: 6-7).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Pertolongan dan kebaikan Tuhan menjadi ‘tanda pengingat’
untuk selalu mengucap syukur”
28 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
15
BERSAHABAT DENGAN PENDERITAAN
Teks : Ratapan 3:21-23
“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habinya rahmatNya”
(ayat 22).

K
ata penderitaan diartikan keadaan menyedihkan yang harus
ditanggung. Penyebab seseorang mengalami penderitaan atau dibuat
menderita disebabkan “kehilangan” dari apa yang dimiliki yaitu dari
tubuh sehat menjadi pesakitan, dari kaya menjadi melarat, dari duduk di atas
menjadi di bawah dst. Kondisi seperti ini bisa menimpa siapa pun tanpa
terkecuali orang percaya. Penderitaan seperti itu mungkin tidak dapat kita
tolak, hindari namun mau tidak mau harus dihadapi. Tidak memiliki pilihan
selain mengambilnya untuk dijalani. Dan bagi orang percaya mungkin lebih
sulit memahami apa arti sebuah penderitaan ketimbang orang yang tidak
mengenal Tuhan. Dan bila datang waktu itu sebagai giliran yang menimpa
orang percaya maka akan muncul ungkapan “why me”, “ where is God when
it hurts”. Ini sebagai ungkapan ketidak puasan terhadap satu kenyataan yang
sedang dihadapi dan sekaligus sedang menanyakan sejauh mana “tanggung
jawab” Tuhan atas umatNya. Kondisi pada saat “pain”, grief, dan suffering
akan push away (mendorong jauh) kehadiran Tuhan dalam kehidupan orang
percaa dan merasakan seolah-olah mengkondisikan “I am alone”. Timbul
pertanyaan bagaimana kita bisa bersahabat dengan penderitaan dengan
pengucapan syukur? Pada bagian ini kita akan belajar penderitaan yang
dialami oleh umat Allah pada saat di pembuangan Babel.
Dalam kitab Ratapan menceritakan betapa buruknya kondisi umat
Allah, karena mereka harus mengalami pembuangan ke Babel (terpisah dari
tempat asal mereka ayat 1-18). Sebelum mereka dibuang ke Babel, merasakan
kebaikan Allah dalam penyertaanNya ketika mereka berjalan di padang gurun
(Kel 13: 21-22); pemeliharaanNya dengan dicukupkan makanan dan
minuman (Kel 15:23-25; 16:4-5, 13-16; 17:5-6); pelepasan dari Allah untuk
keluar dari Mesir (Kel 14:14, 21-31); mendapatkan pengampunan pada saat
mereka bersalah (Kel Bil 21:4-9). Allah melakukan itu semua didasarkan
kasih setiaNya dan terikat dengan janjiNya (Ul 7:7-9 bnd Kel 15:13). Kondisi
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 29
“enak” ini membuat umat Allah terbuai dan tanpa disadari secara perlahan
mereka meninggalkan Allah dan posisi Allah digantikan oleh ilah. Mereka
membalas kebaikan Allah dengan kejahatan mereka (air susu dibalas dengan
air tuba). Kejahatan yang mereka lakukan telah “merusak” ikatan perjanjian
antara Allah dengan mereka. Allah tidak menyukai “hubungan yang putus”
dan selalu mau mengikatkan diri dengan umatNya. Mereka “bolak-balik”
melakukan kejahatan yang sama yaitu melakukan apa yang tidak benar di
mata Allah. Akibatnya mereka harus dikeluarkan dari tanah perjanjian untuk
dibuang ke tanah asing, Babel (Yer 25:10-11bnd Im 18:21-25), di tempat
inilah mereka sudah tidak lagi memiliki kenyamanan hidup dan kehilangan
pengharapan. Mereka mengalami “penderitaan” disebabkan karena kejahatan
mereka yang “memutuskan” hubungan dengan Allah.
Pada saat mereka tidak memiliki pengharapan di tanah asing, mereka
kembali merenung untuk mengingat satu hal yang sangat “membekas” dalam
hati dan hidup mereka yaitu kasih setia Allah. Itu sebabnya mereka
dibangkitkan pengharapannya. Kata pengharapan yang dimaksudkan adalah
“berani menunggu” dengan satu keyakinan akan mendapatkan kembali kasih
setia Allah dan ini bukan wishing (ayat 21). Apa yang mereka nantikan
bukanlah tanpa bukti karena dari pengalaman yang mereka alami dapat
menceritakan kasih setia Allah. Bagi umat Allah kasih setia Allah selalu baru,
kata baru ini tidak dimaksudkan bahwa itu tidak pernah ada namun lebih
kepada pembaharuan apa yang telah dialami sebelumnya (Tuhan membuat
umatNya melihat melihat kasih setia itu seolah-olah baru pertama kali). [MY]

Ayat emas hari ini :


"TUHAN adalah bagianku, ‘kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap
kepadaNya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi
jiwa yang mencari Dia’.” (Ratapan 3:24-25).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Bagi orang percaya penderitaan itu bukan momok melainkan
sahabat”

30 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


16
DIKHIANATI ORANG TERDEKAT
Teks : Hosea 1: 1-9
“Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea,
berfirmanlah Ia kepada Hosea : ‘Pergilah, kawinilah seorang perempuan
sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negri ini
bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN’.” (ayat 2)

D
alam kitab Hosea mau menggambarkan bagaimana buruknya
kondisi umat Israel dari sisi kerohaniannya. Perjinahan rohani
menjadi masalah yang sedang melanda mereka. Mereka yang
berlabel sebagai umat Allah justru hidup dengan berpaling dari Allah.
Taurat yang menjadi pedoman hidup sebagai hidup sebagai umat Allah
dirusak melalui perbuatan mereka. Dampaknya yang buruk adalah
rusaknya hubungan mereka dengan Allah yang telah dibina melalui
ikatan perjanjian. Kondisi yang genting seperti itu mendorong Allah
untuk mengutus Hosea sebagai nabi ditengah-tengah umat yang yang
telah mengkhianati kasih Allah. Untuk mewujudkan panggilannya
dalam menyampaikan pesan Allah kepada mereka, Hosea diminta
Allah untuk menikahi Gomer yang berstatus sebagai pelacur. Ini
sebagai bukti bahwa pengkhianatan yang telah dilakukan Israel tidak
mencegah Allah untuk tetap mengasihi mereka. Gomer merupakan
pelacur bakti. Pelacur bakti ini melacurkan diri bukan karena faktor
ekonomi melainkan karena agama. Mereka melacurkan diri dengan
orang-orang yang datang untuk menyembah kepada dewa atau dewi di
kuil. Nabi Hosea nampaknya memperingatkan umat Israel tentang
hubungan seks dengan pelacur kuil dalam ritus untuk menghormati
dewa-dewa kesuburan bangsa Kanaan (Hosea 4:10-19, di Kanaan ada
dewa yang mendatangkan kesuburan yaitu pasangan dewa Baal
dengan Asyera).
Dalam konteks Perjanjian Lama, ketidak setiaan Israel sering
dibandingkan dengan menjadi pelacur atau mengejar-mengejar
pelacur (Yesaya 23:16; Yeremia 3:6; Yejezkiel 16; Nahum 3:4). Hukum
Taurat di Imamat 19:29 melarang pelacuran dan yang terbukti
melakukannya diancam akan dibunuh dengan hukuman rajam
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 31
(Ulangan 22:21). Bahkan putri seorang imam yang menjadi pelacur
harus dibakar sampai mati (Imamat 21:9) dan Bait Suci tidak
menerima persembahan uang hasil prostitusi (Ulangan 23:18). Dalam
Perjanjian Baru, dicatat dalam kitab Wahyu menyebut Babel seabagi
seorang pelacur yang tidak tahu malu yang menggoda orang dan
bangsa-bangsa lain untuk berhubungan dengannya (Wahyu 17).
Ketidak setiaan Israel sangat melukai hati Allah karena bagi Allah,
Israel itu merupakan harta kesayanganNya (Kel 19:5). Allah selalu
menjaga hubungan dengan Israel melalui kasihNya sedangkan Israel
berulang kali “menciderai” hati Allah melalui pengkhianatan dengan
“menjalin” kasih dengan ilah lain. Israel telah “gelap mata” namun
Allah selalu “membuka” mataNya untuk memperhatikan harta
kesayanganNya. Persundalan mereka telah menutup mata hati mereka
untuk mengingat kasih Allah dalam hidup mereka tapi bagi Allah itu
semua tidak akan menutup kasihNya untuk selalu dialirkan dalam
hidup mereka. Inilah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa Allah
selalu mau mengikatkan diriNya dengan umat Israel yang dikasihiNya.
Untuk konteks sekarang, ilah yang membahayakan bukan lagi
dalam bentuk patung sebagai sesembahan tapi ada ancaman
laten/tersembunyi yang dapat menjadi celah bagi orang percaya untuk
berkhianat dengan Tuhan yaitu hedonisme, materialisme dan egoisme.
Semua ini akan mengarahkan orang percaya untuk berorientasi
kepada “me” bukan “Him”. Tanpa disadari, perlahan namun pasti akan
“menggerogoti” iman dan kasih orang percaya akan beralih dari
Tuhan. Waspadai supaya kita jangan “terjerat” di dalam lingkaran
setan yang akan menjauhkan kita dari Tuhan. Kita tidak ingin melukai
hatinya Tuhan dan mau selalu menjaga hubungan denganNya. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada
Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku” (Hosea 11:7).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
“Allah tidak akan menjauhkan diri dari umat yang dikasihiNya”
32 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
17
MEMBANGUN HUBUNGAN INTIM DENGAN TUHAN
Teks : Mazmur 42:1-12
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku
merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah
yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah.” (ayat 2-3).

A
rti keintiman adalah sebuah perasaan yang begitu dekat dan
memiliki sampai selama-lamanya. Berbicara tentang keintiman
dengan Tuhan berarti memiliki perasaan yang begitu dekat dan
memiliki Tuhan untuk selama-lamanya. Dalam membangun hubungan
intim dengan Tuhan dimulai dengan mengenal, percaya dan
mempercayai Dia. Hal ini akan membawa seseorang akan
menempatkan atau memposisikan Tuhan sebagai sumber hidup
(kebutuhan hidup) dan sumber kekuatan (daya yang tidak terbatas).
Dampaknya orang tersebut akan menemukan rasa aman di dalam
Tuhan.
Pemazmur membandingkan kerinduannya kepada Allah yang
hidup dengan kerinduan seekor rusa akan air. Air bagi rusa tidak
hanya sekedar pelepas dahaganya namun terlebih memberikan rasa
aman bagi dirinya (bandingkan Mazmur 62:2). Hewan membutuhkan
air untuk mempertahankan hidupnya dan ini merupakan simile untuk
kebutuhan jiwa akan Allah yang hidup (bnd ayat 9, disamakan dengan
Allah kehidupanku, sebagai sumber dari kehidupan rohani (bnd
Mazmur 146:6, tanah yang tandus merupakan gambaran dari
kebutuhan rohani yang besar dimana Allah akan datang untuk
menolong , ini merupakan kerinduan persekutuan dengan Allah).
Allah yang hidup merupakan gelar yang biasanya dikenakan
kepada Allah dalam ibadah. Gelar ini tampak berakar dalam
konfrontasi antara Tuhan, Allah Israel dengan para allah bangsa lain
(Yeremia 10:10 bnd I Samuel 17:26, 36; Yosua 37:4,17). Allah yang
hidup itu berfirman dari tengah api untuk menyucikan orang-orang
yang datang melihatNya (Ulangan 6:24-26, mungkin dapat
dihubungkan dengan ayat 4), jika ini yang dipentingkan, tekanan ada
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 33
pada pengakuan percaya pemazmur kepada Allah sebagai satu-
satunya Allah yang hidup.
Dari pernyataan-pernyataan pemazmur kita dapat menangkap
betapa kuatnya “rasa butuhnya” pemazmur terhadap Allah. Seperti
rusa merindukan sungai yang berair. Perhatikan kata “sungai” dalam
ayat 2. Dalam bahasa Ibraninya diartikan aliran air. Bukan sungai mati,
tetapi sungai yang mengalir. Hal ini menunjukkan rusa membutuhkan
air secara berlimpah dan berkesinambungan. Baginya sungai itu
adalah kehidupannya. Aliran air tersebut bukan sekedar hobi, alat
penunjang dan pelengkap hidup tetapi kehidupan itu sendiri. Ia tidak
dapat hidup tanpa aliran sungai tersebut.
Bahkan dalam ayat 3 dikatakan bahwa pemazmur berharap dapat
melihat Allah. Pemazmur mungkin berharap dapat mengunjungi Bait
Allah di Yerusalem untuk mengalami kehadiran Allah (ayat 5). Dalam
Mazmur 17:15, “Kupandang wajahmu pada waktu bangun, aku
melihat wajah Allah adalah cara pemazmur menyatakan bahwa ia
mengalami kehadiran dan perlindungan Allah dalam Bait Allah. Dan
ada kemungkinan pemazmur tinggal di dalam Bait Allah selama satu
malam karena ia mencari perlindungan di sana atau untuk
menyatakan bahwa ia bergantung pada pertolongan Allah (Mazmur
3:6; 63:7; 139:18).
Belajarlah seperti rusa yang haus mencari sungai sebagai sumber
kehidupannya, ia akan mati ketika tidak menemukan sumber
hidupnya. Rasa haus ini yang membawanya untuk terus mencari dan
mendekati sungai. Allah sedang menunggu kita supaya kita datang
mendekatiNya. Ia menjadi sumber “mata air” buat pertumbuhan
kerohaniaan kita, aliran air akan terus dicurahkan selama rasa haus
kita belum terpuaskan. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di
dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi
kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 43:11)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Rasa hausmu akan membawamu untuk melihat Tuhan”
34 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
18
TIDAK TERDUGA
Teks : Hakim-hakim 3:12-30
“Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN
membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak
Gera, orang Benyamin, seorang yang kidal ...” (ayat 15)

M
asalah terbesar kita bukanlah kesalahan-kesalahan yang kita
perbuat dalam hidup ini, melainkan kegagalan kita untuk
belajar dari kesalahan-kesalahan itu. Slogan ini sangat cocok
untuk orang Israel. Mereka dikatakan sebagai bangsa yang tegar
tengkuk karena mengulangi kesalahan yang sama, hidup berpaling
dari Allah dan tidak pernah belajar dari kesalahannya, melainkan terus
menghidupkan kesalahan itu. Namun Allah yang welas asih selalu
mengulurkan tanganNya untuk mengangkat mereka dari
keterpurukan. Allah selalu banyak cara untuk menolong mereka dan
apa yang dilakukan Allah merupakan hal yang tak terduga,
mengejutkan. Ada beberapa hal tak terduga yang dilakukan Allah
untuk orang Israel yaitu :
1. Kekalahan yang tak terduga (ayat 12-14). Di luar dugaan Allah
memberi kuasa atas Israel kepada Eglon raja Moab. Mengapa?
Disebabkan orang Israel telah berpaling dari Allah (Hak 2:11-13
bnd 3:12). Tidak heran bila Eglon dan sekutunya berhasil
memukul kalah Israel. Ini merupakan peristiwa yang memilukan
karena Israel dikalahkan oleh musuh yang tidak tangguh. Orang
Israel pernah membuat takut orang Moab (Bil 22:2-4). Bahkan
ketika mereka menuju ke Kanaan, mereka berhasil melewati
wilayah Moab. Musuh yang dianggap remeh tampil menjadi musuh
yang tangguh dan kejam, orang Israel ditindas selama 18 tahun.
2. Orang yang tak terduga (ayat 15a). Ehud merupakan orang yang
dikirim Allah untuk menjadi hakim yang akan menyelamatkan
orang Israel. Ia berasal dari suku Benyamin, arti namanya adalah
left handed man = a man restricted as to his right hand = orang
dengan tangan kiri yang tak dapat menggunakan tangan kanannya.
Dengan kata lain, Ehud terikat atau terbatas dalam penggunaan
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 35
tangan kanannya. Ini merupakan kondisi yang ironis, karena ia
berasal dari suku Benyamin = son of the right hand (anak dengan
tangan kanan). Tak ada seorang pun mengharapkan bertangan
kidal, karena dianggap tidak memiliki kemampuan yang cukup.
3. Pesan yang tak terduga (ayat 16-22). Setelah menyerahkan
upeti kepada Eglon, rombongan Ehud pulang kecuali Ehud. Ia
kembali seorang diri menuju ke istana Eglon. Ia kembali dengan
maksud untuk menyampaikan pesan khusus untuk sang raja,
Eglon. Ketika Eglon sedang duduk di ruang pribadinya, Ehud
masuk dan berkata, “Ada firman Allah yang kubawa untuk tuanku”.
Lalu bangunlah Eglon, berdiri dari tempat duduknya, kemudian
Ehud mengulurkan tangan kirinya, dihunusnya pedang dari
pangkal paha kanannya dan ditikamkan ke perut raja (ayat 16,
Ehud membuat pedang yang bermata dua, panjangnya hampir
sehasta, disandangnya itu dibawah pakaiannya, pada pangkal paha
kanannya).
4. Kemenangan yang tak terduga (ayat 27-30). Pada bagian ini
Ehud tampil sebagai pahlawan perang yang telah mengalahkan
musuh. Ia meniupkan sangkakala , lalu turunlah orang Israel dari
pegunungan Efraim dan Ehud berdiri di depan. Dibawah
kepemimpinan Ehud, orang Israel berhasil mengalahkan dan
menewaskan kira-kira 10.000 orang Moab (orang Moab yang
tangkas dan tegap, seorang pun tidak ada yang lolos). Israel
mendapatkan kemenangan dengan cara tak terduga yang
dilakukan oleh Allah.
Tindakan Allah itu tak dapat dimetodekan karena Ia selalu tampil
dengan caraNya pada saat memberikan pertolongan bagi mereka yang
membutuhkan. Kita tidak dapat menerka apa yang akan dilakukan
Allah dalam hidup kita. Ia akan selalu memberikan kejutan-kejutan
yang mendatangkan sukacita. Nantikan selalu kejutan dari Allah. [MY]
Ayat emas hari ini :
“TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja “
(Keluaran 14:14)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Siapkan hati untuk mendapat kejutan dari Allah”
36 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
19
MERUSAK HUKUM ALLAH
Teks : 1 Raja-raja 21:25
“Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang
memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN,
karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya” (1 Raj 21:25)

A
hab merupakan salah satu raja Israel yang memerintah atas umat
Allah selama 22 tahun (1 Raj 16:29). Ia mendapat julukan sebagai raja
yang paling jahat dibandingkan dengan raja sebelum dan sesudahnya,
disebabkan ia melakukan apa yang jahat di mata Allah (1 Raj 16:30).
Kejahatan yang dilakukan Ahab sangat dipengaruhi oleh sang istri, Izebel.
Izebel membawa Ahab masuk dalam kehidupan penyembahan kepada ilah
asing, dan Ahab menyebarkannya kepada seluruh umat Allah. Ahab tidak lagi
sepenuhnya menyembah kepada Allah Israel melainkan mencondongkan
hatinya kepada ilah asing (Baal dan Asyera, sebagai ilah sesembahan Izebel).
Apa yang dilakukan Ahab sangat melukai Allah karena ia tidak “menjaga”
hukum Allah melainkan merusaknya (Kel 20:1-6, tidak ada Allah lain dan
tidak diperkenan membuat patung).
Ketika Ahab berbalik dari kebenaran membuat ia “nyaman” melakukan
kejahatan demi kejahatan. Hal ini nampak dalam kasus kebun anggur Nabot
(1 Raj 21:1-16). Dalam kasus ini Ahab semakin “asyik” merusak hukum Allah
dengan :
1. Menginginkan milik Nabot (ayat 1-4 bnd Kel 20:17). Nabot memiliki
kebung anggur yang letaknya dekat dengan istana Ahab. Ahab
menginginkan kebun anggur Nabot untuk dijadikan sebagai kebun anggur
sayur. Ahab menawarkan kebun anggur yang jauh lebih baik namun
ditolak oleh Nabot. Ini cukup beralasan , sebab kebun anggur itu adalah
milik pusaka nenek moyangnya. Penolakan ini membuat gusar hati Ahab.
Dengan keinginan Ahab untuk memiliki apa yang dimiliki oleh Nabot telah
melanggar hukum Allah, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan
mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan,
atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 37
Menginginkan sesuatu itu tidak berdosa namun menginginkan milik orang
itu berdosa.
2. Bersaksi dusta (ayat 5-10 bnd Kel 20:16). Izebel melihat bahwa Ahab
nampak kesal hati dan menanyakan mengapa demikian. Ahab
memberikan alasannya bahwa ia tidak mendapatkan apa yang
diinginkannya untuk memiliki kebun anggur Nabot. Melihat situasi seperti
ini, Izebel memberikan solusi dengan mengirimkan surat kepada tua-tua
dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. Isinya suratnya
menyatakan ada dua saksi yang akan menyatakan bahwa Nabot telah
mengutuk Allah dan raja, sesudah itu bawalah keluar dan lempari dia
dengan batu sampai mati. Izebel telah memutar balikan kebenaran dan
menyatakan kebohongan. Apa yang dilakukannya telah melanggar hukum
Allah “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”.
3. Membunuh (ayat 11-13 bnd Kel 20:13). Solusi yang diberikan Izebel
dilakukan oleh para tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota
dengan Nabot. Kemudian datang dua orang saksi yang menyatakan bahwa
Nabot telah mengutuk Allah dan raja, akibatnya Nabot dilempari batu
sampai mati. Orang yang tidak bersalah dihukum karena kesaksian dusta.
Apa yang dilakukan oleh para tua-tua dan pemuka-pemuka telah
melanggar hukum Allah “jangan membunuh”, pembunuhan demi untuk
alasan egoisme Ahab dan ide jahat Izebel.
4. Mencuri (ayat 14-16 bnd Kel 20:15). Setelah di dengar bahwa Nabot telah
mati, maka Izebel meminta Ahab untuk mengambil kebun anggur milik
Nabot. Sekarang Ahab dengan “bebas” mengambil milik Nabot. Kebun
anggur itu tidak sekedar milik Nabot melainkan milik Allah, Ahab telah
mencuri milik Allah. Apa yang dilakukan Ahab telah melanggar hukum
Allah “jangan mencuri”. Ahab dan Izebel adalah pribadi yang bersalah
karena telah mengutuk Allah dan “merusak” hukum Allah. [MY]
Ayat emas hari ini :
“Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan
kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke
kiri” (Ulangan 5:32)

Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Mendekati kebenaran Allah akan mencegah kejahatan di mata Allah”
38 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
20
SETIAP LANGKAH BERARTI
Teks : Kejadian 5:21-24
“Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama 300 tahun lagi, setelah
ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki
dan perempuan. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak
ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.” (ayat 22, 24).

F
olosofi orang yang ingin hidup lebih sehat adalah mengurangi
stress dan berat badan, mendapati bahwa berjalan adalah
olahraga yang terbaik. Para ahli kesehatan menyatakan tentang
10.000 langkah setiap hari, agar dilakukan secara bertahap, dengan
menyadari bahwa setiap langkah berarti. Setiap langkah berarti
menambah sehat jasmani seseorang dan sekaligus memperpanjang
usia.
Seseorang tidak hanya membutuhkan sehat jasmani tapi juga
sehat rohani. Untuk bagian ini kita perlu belajar dari Henokh. Henokh
adalah pribadi yang menjadi teladan untuk mengerti arti hidup
bergaul dengan Allah. Henokh memiliki anak pada saat berusia 65
tahun, umurnya mencapai 365 tahun. Ia tidak mengalami kematian
tapi diangkat oleh Allah.
Sepanjang hidupnya, ia hidup bergaul dengan Allah. Hidup
bergaul dengan Allah secara harafiah diartikan berjalan dengan Allah
terus menerus, konsisten. Ini merupakan metapor yang diartikan
memiliki perasaan dekat dan intim yang diterjemahkan pleased God
(menyenangkan Tuhan bnd Ibrani 11:5). Hidup bergaul dengan Allah
menunjukkan karakteristik gaya hidup Henokh yang penuh kesetiaan
atau pengabdian kepada Allah.
Untuk mengukur arti hidup seseorang sangat ditentukan dari
setiap langkah hidupnya dan bukan kepada berapa lama ia hidup.
Setiap langkah hidup Henokh berarti karena ia membangun hubungan
intim dengan Allah yang membawanya menjadi pribadi yang
menyenangkan Allah. Ia membangun keintiman dengan Allah selama
300 tahun, hampir ¾ umurnya. Sebagai orang percaya kita dapat
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 39
membangun hubungan intim dengan Allah yaitu memiliki rasa haus
akan Allah (Mazmur 42:2-3) dan lapar akan Firman Allah (Mazmur
1:2). Rasa haus dan lapar merupakan kebutuhan rohani yang hanya
dapat dipuaskan oleh dan di dalam Tuhan. Slamat bergaul dengan
Allah. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian,
dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab
sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan
kepada Allah”

Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Berjalan bersama dengan Allah akan sangat menentukan arti


setiap langkah hidupmu”

40 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


21
O, BETAPA BERHARGANYA DIDIKAN-MU
Teks: Yeremia 24:1-10
“Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sama seperti buah ara yang baik
ini, demikianlah Aku akan memperhatikan untuk kebaikannya orang-
orang Yehuda yang Kubawa dari tempat ini ke dalam pembuangan, ke
negeri orang-orang Kasdim.” (ayat 5)

R
euni SMA kali ini terasa berbeda. Pak Slamet yang telah pensiun
sejak 10 tahun lalu hadir. Seluruh alumni mengerumuninya.
Bagaimana tidak, ia adalah guru yang terkenal galak dan penuh
disiplin. Namun demikian hampir semua murid didikannya menjadi
orang-orang yang sukses. Salah seorang muridnya menghampirinya
dan berkata sambil berkaca-kaca, “Pak, terima kasih dahulu bapak
tidak segan-segan menghukum Boni jika berbuat nakal.” Ternyata itu
adalah Boni yang dahulu terkenal nakal, namun kini telah menjadi
direktur perusahaan swasta. “Kalaupun bukan karena didikan bapak,
saya tidak mungkin menjadi orang yang disiplin. Pasti saya akan
menghabiskan waktu untuk hura-hura saja.”
Dalam penglihatan tentang dua keranjang buah ara (Yer. 24:1-10),
Tuhan membedakan dua jenis orang. Pertama adalah orang yang
hendak mengikuti proses Tuhan dengan masuk ke dalam pembuangan
di Babel selama 70 tahun. Mereka adalah yang diberkati sama seperti
keranjang yang berisi buah ara yang baik. Kedua adalah orang yang
menolak proses Tuhan dengan menolak ikut ke Babel dan malah
memilih kebenaran sendiri; merasa Tuhan dapat menghindarkan
mereka dari penghukuman tetapi tetap berbuat fasik. Mereka adalah
orang yang dikutuk sama seperti keranjang yang berisi buah ara yang
jelek. Pada zamannya memang nabi Yeremia diperintahkan Tuhan
untuk memberitakan pesan penghukuman bagi umat Tuhan karena
mereka telah berdosa. Mereka menyembah allah lain (Yer. 1:16) dan
melakukan kejahatan terhadap sesamanya (Yer. 5:28).
Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan terjadi. Semuanya pasti
akan dihukum. Rasul Paulus dengan tegas menasehatkan, “Jangan
sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 41
yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal. 6:7). Mereka
yang telah berbuat dosa dan bersedia menerima pendisiplinan dari
Allah justru yang akan dipelihara oleh-Nya. Dan ketika genap masa
pendisiplinan tersebut maka Ia yang kembali memimpin mereka
kepada tanah mereka. Bahkan mereka diberi hati untuk mengenal Dia,
menjadi umat-Nya (Yer. 24:5-7). Sedangkan mereka yang menolak
disiplin dari Allah akan menerima hukuman (ay. 8-10).
Sebagai orang Kristen, apakah kita berdosa kepada Tuhan? Jika ya,
tentu kita harus berani menanggung resiko. Memang Tuhan penuh
kasih, penuh anugerah, dan maha pemurah tetapi Ia juga adalah Allah
yang adil. Jika Boni saja akhirnya dapat mengerti manfaat dari didikan
yang tegas dari Pak Slamet, mengapakah kita tidak? Bukankah Ia
adalah Allah yang melebihi semua guru di dunia ini? Dan bukankah
ketika Ia mendisiplinkan kita, itu adalah tanda kasih-Nya (Why. 3:19)?
Didikan-Nya penuh kasih, selalu tepat, dan tidak pernah
mengecewakan bagi mereka yang sepenuh hati mau tunduk pada-Nya.

Ayat emas hari ini:


“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah
engkau bosan akan peringatan-Nya.” (Amsal 3:11)

Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Kasih tanpa disiplin sama seperti mobil tanpa rem yang


mencelakakan orang” [CR]

42 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


22
SUDAHKAH FIRMAN-NYA MENJADI SANDARANMU?
Teks: Yeremia 20:7-18
“Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak
mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,’ maka dalam hatiku ada
sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-
tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak
sanggup.” (ayat 9)

F
irman Tuhan datang kepada Yeremia bukan untuk menyuruhnya
dalam melakukan perkara yang mudah, bahkan teramat sulit.
Yeremia diperintahkan untuk pergi memberitakan hukuman
yang akan menimpa umat Allah (penduduk Yehuda/ Israel Selatan)
dan kota Allah (Yerusalem). Mengapa umat Allah dihukum? Tuhan
berfirman, “Mereka telah meninggalkan Aku, dengan membakar
korban kepada allah lain …” (Yer. 1:16). Tidak hanya sampai di situ
umat Allah juga melakukan kejahatan secara sosial dan moral.
“Mereka membiarkan berlaku kejahatan-kejahatan, tidak
mengindahkan hukum, tidak memenangkan perkara anak yatim, dan
tidak membela hak orang miskin”. (Yer. 5:28; 22:16).
Kejadian tidak menyenangkan terjadi kepada Yeremia tatkala ia
menyuarakan kebenaran. Ia mengeluh kepada Tuhan, “Aku menjadi
tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.”
(Yer. 20:7b). Yeremia juga pernah mau dibunuh (Yer. 26:7-11). Lama
ia dipenjara setelah dipukuli oleh orang yang menghasutnya (Yer.
37:11-16). Ia menyaksikan bagaimana bangsanya dihancurkan (Yer.
39:1-10). Sepanjang hidupnya, hampir tidak ada kenyamanan
diperolehnya. Semuanya karena ia memberitakan firman Tuhan
dengan setia.
Mengapa Yeremia bisa begitu setia kepada Tuhan sekalipun harus
mengalami banyak penderitaan tersebut? Ia mau taat karena firman
Tuhan seperti api yang menyala-nyala di dalam hatinya (Yer. 20:9).
Firman tersebut membara di dalam hatinya dan menguatkannya di
tengah-tengah penganiayaan karena firman Tuhan. Yeremia juga
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 43
mempunyai sikap hati yang senantiasa menyambut firman Tuhan. Ia
berseru, “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka
aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan
menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya
TUHAN, Allah semesta alam.” (Yer. 15:16). Karena itu tepatlah jikalau
kita memperoleh ayat emas, “Diberkatilah orang yang mengandalkan
Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer. 17:7). Firman
Tuhan yang diberitakannya itulah yang menjadi kekuatan baginya.
Tuhan yang memberikannya perintah adalah Tuhan yang
memeliharanya. Ia tenang berada di dalam firman.
Hudson Taylor (1832-1905) adalah seorang pemuda Inggris yang
mendedikasikan dirinya untuk menjadi misionaris di China. 51 tahun
hidupnya diberikan untuk ladang pelayanan di China dan berhasil
mendirikan lembaga China Inland Mission (sekarang menjadi OMF).
Pelayanannya telah membawa 800 lebih misionaris lainnya ke China
dan mempertobatkan lebih dari 18.000 orang di China. Tetapi
perjuangannya untuk menjadi misionaris di China tidaklah mudah. Ia
harus putus dengan tunangannya karena orangtua tunangannya tidak
setuju Taylor menjadi misionaris, padahal ia yakin itulah panggilan
Tuhan baginya. Penolakan dari banyak orang China karena perbedaan
fisik. Itulah sedikit dari pengorbanan Taylor selama menjadi “hamba
Injil” di China. Ia berhasil melewati semuanya karena yakin kepada
firman Tuhan dalam kehidupannya. [CR]

Ayat emas hari ini:


“Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku
menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi
kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN,
Allah semesta alam.” (Yeremia 15:16)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Firman-Nya bagaikan api yang membakar semangatku melayani
Tuhan.”
44 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
23
MENGAPAKAH HARUS BERPUTUS ASA
Teks: 2 Tawarikh 32:1-23
“Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah
Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota
berkubu, dan berniat merebutnya.” (ayat 1)

H
izkia adalah seorang raja yang setia kepada Tuhan. Dengan
sepenuh hati ia mengikut Tuhan tidak seperti ayahnya, Ahas (2
Taw.29:2). Ia mengadakan kembali Paskah dalam skala besar
sejak masa Salomo (2 Taw. 30:21-26), sekaligus mengatur sumbangan
untuk para imam dan orang Lewi (2 Taw. 31:2-21). Namun setelah itu
yang terjadi boleh dikatakan sebuah bencana yang mengagetkan.
Alkitab menceritakan, datanglah Sanherib raja Asyur menyerang
Hizkia dan rakyatnya. Sungguh sebuah malapetaka yang mengejutkan
terjadi bagi seorang raja yang setia kepada Tuhan. Bagaimana
mungkin setelah Hizkia menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan, datang
pasukan yang mengancam dirinya dan kerajaannya?
Ia mencoba untuk berunding dengan raja Sanherib namun gagal.
Ia tidak patah semangat. Bukannya kecewa dan marah kepada Tuhan,
ia justru berseru meminta pertolongan kepada Tuhan (2 Taw. 32:20).
Pada akhirnya, dengan cara-Nya ajaib Hizkia luput dari serbuan
musuhnya. Sesungguhnya masalah yang dialami oleh Hizkia adalah
sebuah ujian bagi kesetiaannya. Dan Hizkia membuktikan ketaatannya
baik di saat yang menyenangkan ataupun tidak menyenyangkan.
Demikian pula Daud mempunyai sikap yang sama. Di saat terjepit
ketika pengikutnya hendak melemparinya dengan batu, ia menguatkan
kepercayaannya kepada Tuhan (1 Sam. 30:2).
Bagaimanakah dengan kita sebagai orang Kristen? Ketika ban
kendaraan kita bocor, jangan mengeluh karena mungkin Tuhan
menghindarkan kita dari kecelakaan. Ketika rencana kita tidak
terlaksana jangan mengeluh karena mungkin rencana itu membawa
kita kepada masalah yang besar. Ketika kita sudah rajin menjadi
anggota gereja tetapi usaha kita bangkrut jangan mengeluh karena
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 45
mungkin Ia sedang membuka jalan ke usaha yang lain. Akan selalu ada
alasan untuk bersyukur bagi orang Kristen karena di balik setiap ujian
ada berkat yang terselubung, sekalipun berkat itu bukan berkat
materi.
Horatio Spafford adalah seorang penatua gereja, pengacara,
sekaligus pengusaha properti. Tetapi kebakaran besar melanda
Chicago tahun 1871 termasuk aset propertinya. Saat istri dan keempat
anaknya hendak pergi berlibur perahu yang ditumpangi mereka
mengalami kecelakaan, menyisakan istrinya saja yang selamat. Ia juga
dimusuhi dan dikucilkan dari gereja tempatnya pelayanan. Di saat
kesedihan yang luar biasa itulah Spafford menciptakan hymne
terkenal yang berjudul It is well with my soul (Tenanglah hai jiwaku).
Ingatlah bahwa Allah adalah adil (Ulangan 32:4) dan kehendak-Nya
bukan kehendak kita (Yes. 55:8-9) sehingga apa yang dipandangnya
kebaikan bagi anak-anak-Nya (Yer. 29:11) belum tentu sama dengan
kita. Marilah kita bersyukur jika Tuhan memberikan kita ujian sebab
kesengsaraan menimbulkan tahan uji yang pada akhirnya membawa
kepada pengharapan kepada Tuhan yang mengasihi kita (Rm. 5:3-5).

Ayat emas hari ini:


“katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi,
TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’” (Ayub 1:21)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Selalu ada pelangi sehabis badai, selalu ada sukacita di balik


dukacita.” [CR]

46 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


24
BERDOA SAMBIL BEKERJA
Teks: 2 Samuel 23:8-39
“... maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia dapat
mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah
diberikan TUHAN kemenangan yang besar.”

O
rang Kristen terkadang membenturkan antara akal dan iman.
Seolah-olah orang Kristen yang memakai akal dan
menggunakan taktik-taktik dalam bertindak adalah orang yang
tidak mengandalkan Tuhan. Sedangkan orang Kristen yang tidak
melakukan apapun dan hanya berserah saja kepada Tuhan adalah
orang yang mengandalkan Tuhan. Atau lebih ekstrem misalnya, ada
orang Kristen menolak untuk pergi berobat kepada dokter dan
meminum obat ketika mereka sakit. Alasannya karena dokter
mengandalkan logika dan bukan Tuhan.
Tentu saja itu adalah pemikiran yang keliru. Alkitab tidak
mengajarkan hal-hal yang demikian. Daud adalah tokoh Alkitab yang
terkenal. Ia berkenan di hadapan Tuhan dan kehidupannya menjadi
standar bagi raja-raja Israel setelahnya (1 Raj. 11:33). Tetapi dalam 2
Sam. 23:8-39 disebutkan sejumlah pahlawan-pahlawan gagah yang
menyertai Daud. Daud adalah seorang yang mengandalkan Tuhan
bahkan ia orang yang berkenan di mata Tuhan namun mengapa ada
pahlawan di sisi dia? Apakah tidak cukup hanya dengan orang biasa?
Atau apakah Daud bercabang hati dengan mengandalkan manusia dan
bukan Tuhan? Ternyata tidak. Pahlawan-pahlawan Daud adalah
anugerah dari Tuhan. Cara Tuhan memimpin Daud kepada
kemenangan adalah melalui orang-orang yang tepat. Ia memberikan
kepada Daud pasukan yang hebat dan mau tunduk kepadanya.
Banyak tokoh-tokoh Alkitab yang memiliki kecerdasan luar dan
dipakai Tuhan. Misalnya Daniel yang diberikan hikmat luar biasa oleh
Allah dan kemudian dia diangkat sebagai penasihat raja, untuk
memperkenalkan Allah Israel sebagai satu-satunya Allah (Dan. 6:1-4,
20-28). Atau, Paulus yang merupakan orang Yahudi sangat cerdas di
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 47
bawah bimbingan rabi Yahudi yang luar biasa Gamaliel (Kis. 22:3).
Kecerdasannya dipakai oleh Tuhan sehingga ia mampu menuliskan
iman Kristen secara rinci dan hampir separuh Perjanjian Baru adalah
surat-surat tulisan Paulus. Tuhan pernah menegur Musa ketika ia
berseru kepada orang Israel untuk diam saja sebab Tuhan yang akan
berperang. Tuhan jelas tidak suka dengan orang yang malas dengan
alasan bahwa nanti Tuhan yang akan memimpin dan kita diam saja.
Tuhan menegur Musa dan menyuruh ia untuk mengangkat tongkatnya,
bergerak, dan memimpin bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau
(Kel. 14:13-18).
Seringkali Tuhan bekerja secara alami. Dia bekerja melalui hukum
alam yang telah diciptakan-Nya. Dia juga memberikan talenta/bakat
kepada manusia untuk dikembangkan dan memberkati orang banyak,
supaya nama Tuhan dipermuliakan. Tuhan memberikan kecerdasan
kepada dokter untuk mempelajari ilmu kedokteran dan
menyembuhkan orang-orang sakit. Tuhan memberikan kecerdasan
kepada arsitek untuk membangun gedung-gedung, termasuk juga
untuk membangun gedung gereja. Bukankah Tuhan Yesus
memerintahkan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap akal budi,
selain dengan segenap hati dan segenap jiwa (Mat. 22:37)? Akal kita
dapat dipakai untuk kemuliaan nama Tuhan. Yang salah adalah ketika
akal manusia tidak mau ditundukkan kepada kehendak Tuhan, lalu
memilih untuk hidup tanpa Tuhan. [CR]

Ayat emas hari ini:


“Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang
yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian,
sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan untuk mendirikan
tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN.”
(Keluaran 36:1)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Berdoa dan bekerja adalah ciri dari anak Tuhan yang sejati”
48 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
25
DIALAH TUHAN YANG MENYEDIAKAN
Teks: Kejadian 22:1-19
“Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu
sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan
disediakan.’” (ayat 14)

P
ak Dodi adalah seorang manager di sebuah perusahaan swasta
yang terkenal. Ia mendapat mobil dinas dan dana operasional.
Semua fasilitas itu menjadi pendorong semangat untuk bekerja
dengan semakin giat. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Pak Dodi
kerja bermalas-malasan. Mobil dinas dipakai bukan untuk keperluan
perusahaan dan uang perjalanan jalan-jalan keluar kota ditagihkan ke
kantor. Pada suatu hari atasannya curiga mengapa pengeluaran
operasional perusahaan membengkak tetapi tidak dibarengi dengan
peningkatan kinerja perusahaan. Karena itu dipanggillah Pak Dodi dan
ketahuan bahwa ia menyalahgunakan fasilitas perusahaan. Ia pun
dipecat oleh atasannya.
Ilustrasi di atas bukanlah sebuah peristiwa yang terjadi sekali-
sekali saja. Tetapi banyak kasus di dalam kehidupan sehari-hari
dimana orang menyalahgunakan fasilitas yang diberikan kepadanya.
Akan tetapi ada satu tokoh Alkitab yang mengerti bahwa pemberian,
khususnya dari Allah, haruslah digunakan dengan sebaik-baiknya.
Abraham diuji oleh Tuhan untuk mengorbankan Ishak anaknya.
Abraham taat dan ia hampir saja menyembelih Ishak jika tidak dicegah
oleh malaikat. Tuhan menyediakan domba jantan baginya sebagai
pengganti Ishak sebab ia telah memperlihatkan kesetiaannya (Kej.
22:11-14).
Oleh karena itu sebutan Tuhan sebagai “Tuhan Yang
Menyediakan” (Yehowah Jireh) tidak boleh dimengerti bahwa Ia akan
menyediakan apapun yang kita minta. Memang tidak salah bahwa
Tuhan sanggup menyediakan kebutuhan umat-Nya. Namun jika
pemahaman kita hanya sampai di situ maka itu adalah pemahaman
yang dangkal. Domba jantan pemberian Tuhan kepada Abraham harus
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 49
digunakan untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Pada saat itu
memang Abraham benar-benar membutuhkan pengganti korban bagi
Ishak, anaknya. Setidaknya ada tiga pelajaran rohani yang baik dari
kisah Abraham tersebut.
Pertama, Tuhan menyediakan kebutuhan oleh umat-Nya, bukan
keinginan. Dalam Mat. 6:25-32, Tuhan Yesus menyampaikan bahwa
Bapa memelihara umat-Nya dengan makanan dan pakaian (kebutuhan
pokok). Semuanya disediakan bagi mereka yang mencari Kerajaan
Allah dan kebenarannya. Kedua, pemberian Tuhan bukan untuk
dihambur-hamburkan ataupun disia-siakan, melainkan untuk
digunakan bagi kemuliaan Tuhan. Jikalau Tuhan memberikan kepada
kita makanan, janganlah itu dibuang-buang. Jikakalu Tuhan
memberikan uang yang lebih, berbagilah dengan orang yang
membutuhkan. Jikalau Tuhan memberikan akal kepintaran janganlah
malas, tetapi gunakan itu untuk menciptakan sesuatu yang menolong
orang lain. Ketiga, doa umat Tuhan tidak berisi permohonan yang
aneh-aneh atau muluk-muluk. Ingatlah, umat Tuhan sejati adalah
mereka yang mau belajar mengerti kehendak Tuhan. Sehingga mereka
tidak meminta sesuatu untuk memuaskan hawa nafsunya sendiri,
sebab itu doa tidak dijawab (Yak. 4:3). Mereka yang dijaminkan oleh
firman Tuhan akan mendapatkan apa yang dikehendaki adalah mereka
yang tinggal di dalam Dia, dan firman-Nya tinggal di dalamnya (Yoh.
15:7). [CR]

Ayat emas hari ini:


“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam
kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya.” (Yohanes 15:7)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Sepahit-pahitnya pemberian Allah lebih manis daripada
pemberian manusia paling manis sekalipun”
50 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
26
TUHAN BERADA DI BALIK KESUKSESAN MANUSIA
Teks : Kejadian 24:1-21
“TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari
rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah
berfirman kepadaku, serta bersumpah kepadaku... Dialah juga akan
mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu sehingga engkau dapat
mengambil seorang istri dari sana untuk anakku” (ayat 7).

K
isah dalam Kejadian 24 memperlihatkan cerita dimana
Abraham menyuruh hambanya untuk mencarikan istri bagi
Ishak. Abraham memberi peringatan kepada hambanya, yaitu
untuk mengambil seorang perempuan dari sanak saudaranya di Haran.
Dalam kisah ini ditunjukkan bahwa satu-satunya petunjuk yang
diberikan kepada hamba tersebut adalah perempuan tersebut tinggal
di daerah Haran dan merupakan keturunan Nahor. Petunjuk ini
memperlihatkan kendala dari misi hamba ini, yaitu keterbatasan
informasi. Hamba Abraham tidak mengenal sanak saudara Abraham
yang berada di Haran (bnd. ayat 14). Keterbatasan informasi yang ada
tidak serta merta menahan gerak langkah hamba Abraham tersebut.
Dengan bermodalkan keyakinan dan doa restu yang Abraham berikan,
yaitu bahwa Allah yang akan membuat misinya berhasil (ayat 7), ia
pun pergi. Doa inilah yang sangat berguna bagi perjalanan orang itu
dimana doa tersebut bukanlah perkataan yang asal diucap.
Penyertaan Allah adalah hal yang dapat dibuktikan dan bukan
suatu asumsi atau sugesti belaka. Hal ini yang dialami langsung oleh
hamba Abraham itu. Hamba itu mendapati kesulitan ketika ia telah
sampai di kota Nahor, di Haran. Ia menemukan banyak perempuan
yang mengambil air ke sumur sedangkan ia harus mengambil
perempuan dari sanak saudara Abraham. Hal ini seumpama mencari
duri dari antara tumpukan jerami dimana misi yang sedang dijalankan
ini tidak semudah yang ia pikirkan. Hamba itu pun tidak memiliki jalan
lain selain berseru kepada TUHAN, dan TUHAN menolongnya. Semua
doa yang ia panjatkan terkabul: seorang gadis memberikan ia dan
unta-untanya minum dan ia adalah keluarga sanak saudara Abraham
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 51
(ayat 13,14 bnd. Ayat 18, 19, 20 dan 24). Dengan demikian maka misi
hamba itu pun berhasil. Kejadian 24 menampilkan kesuksesan hamba
Abraham dalam mencarikan istri bagi Ishak, sekalipun hampir
mustahil baginya ia sukses melakukan perintah Abraham dan bahkan
di akhir cerita dikatakan bahwa Ishak mengawini Ribka (ayt 67).
Namun, Kejadian 24 menanamkan suatu nilai penting yaitu bahwa
kesuksesan hamba Abraham yang dapat dilihat tidaklah lepas dari
penyertaan Tuhan yang berada di baliknya. Perikop ini tidak
menampilkan bahwa TUHAN ikut campur tangan langsung, tetapi
keberhasilan hamba Abraham adalah bukti penyertaan Tuhan.
Cerita kesuksesan hamba Abraham memberikan suatu gambaran
umum bagi kehidupan manusia. Keberhasilan dan pencapaian manusia
tidak pernah lepas dari keputusan dan kebijakan Allah. Oleh karena
itulah, keberhasilan yang diperoleh manusia harus dipandang sebagai
campur tangan Allah dan bukan hasil pencapaian manusiawi. Dengan
mempertahankan perspektif ini maka manusia akan menyadari bahwa
kemampuannya terbatas ketika menghadapi situasi-situasi mustahil
dan ia senantiasa memerlukan Tuhan. Misalnya, seorang anak pelajar
yang memperoleh prestasi belajar, ketika ia memiliki cara pandang ini
maka ia tidak menganggap prestasinya sebagai hasil kerja kerasnya
saja tetapi ia menyadari bahwa kerja kerasnya tidak akan pernah
cukup tanpa pertolongan Allah, dengan begitu ia akan memiliki rasa
syukur dan terhindar dari kesombongan. Hamba Abraham yang
menyadari bahwa TUHAN yang berada di balik kesuksesannya tidak
menyombongkan diri melainkan memuji Allah (ayat 27, 52). [MPM]
Ayat emas hari ini :
“TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari
rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah
berfirman kepadaku, serta bersumpah kepadaku... Dialah juga akan
mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu sehingga engkau
dapat mengambil seorang istri dari sana untuk anakku“ (Kej. 24:7)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Ingatlah bahwa kesukesan yang ada di depan dapat berhasil
karena dorongan Tuhan yang berada di belakang.“
52 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi
27
KESETIAAN TUHAN SELALU NYATA
Teks : Kejadian 20:1-18
“Sebab tadinya TUHAN telah menutup kandungan setiap perempuan di
istana Abimelekh karena Sara, isteri Abraham itu.” (ayat 18)

S
ebuah kisah yang menarik ditampilkan dalam Kejadian 20:1-18.
Kisah ini sekilas hendak memperlihatkan keburukan atau
kekurangan Abraham. Abraham sebagai bapak leluhur Israel,
sahabat Allah, melakukan suatu perbuatan yang mengancam
keberlangsungan janji keturunan dimana Sarai hampir diambil oleh
Abimelekh.
Kisah ini serupa dengan kisah yang pernah terjadi di Mesir
dimana Sarai juga pernah hampir diambil oleh Firaun karena
kesalahan yang sama (bnd 12: 13 dgn 20:2). Kisah dalam perikop ini
tidak mencatat bahwa Abraham melakukan apa yang jahat di mata
Tuhan, meskipun perbuatannya tidak luput dari kesalahan. Mengapa?
Karena perikop ini memang tidak bertujuan untuk menelanjangi
Abraham melainkan untuk menunjukkan bahwa meskipun Abraham
berbuat hal yang salah TUHAN tidak akan pernah mengingkari janji-
Nya. Janji keturunan akan terancam secara otomatis apabila Sarai
diambil oleh Abimelekh. Ancaman ini tercipta karena kesalahan
Abraham. Tetapi meskipun Abraham yang berbuat salah, TUHAN yang
menyelamatkan janji itu. TUHAN tidak berhenti hanya karena
kesalahan manusia, dan TUHAN tidak bertindak hanya karena
manusia. Dia adalah Allah yang berdaulat. Penulis kitab Kejadian
menyajikan suatu pengajaran penting kepada pembacanya yaitu
kesetiaan Tuhan teguh dan tak tergoyahkan meskipun perbuatan
manusia sendiri yang seringkali merusak. Kisah ini membawa para
pembaca untuk membayangkan akibat yang akan terjadi apabila
TUHAN lepas tangan karena kesalahan Abraham, pasti janji yang telah
diterima Abraham rusak begitu saa, namun hal tersebut tidak terjadi
karena kesetiaan Allah tidak dikondisikan oleh perbuatan manusia
yang sering salah.
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 53
Kesetiaan Allah, baik disadari maupun tidak, memberikan banyak
kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Allah menyediakan udara
segar, cahaya matahari, kemampuan bekerja bagi semua manusia.
Sekalipun banyak manusia yang tidak berterimakasih dan melakukan
kesalahan, mereka masih menerima semua itu. Dalam hal umum ini,
manusia sebenarnya sudah merasakan dan menikmati kesetiaan
Tuhan. Tidak hanya itu saja, Tuhan telah mati menanggung dosa dan
menyediakan keselamatan bagi umat manusia. Umat Kristiani perlu
memiliki kepekaan akan hal ini, yaitu bahwa hidup ini tidak pernah
lepas dari kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah mencadu pemacu bagi
manusia untuk memiliki sikap setia kepada Allah dan kepada sesama
manusia tanpa memandang kesalahan: setia meskipun orang-orang
sekitar berbuat yang tidak baik terhadap kita, setia meskipun banyak
orang tidak menunjukkan sikap setia. [MPM]

Ayat emas hari ini :


“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah
yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap
orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya,
sampai kepada beribu-ribu keturunan” ( Ulangan 7:9)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Kesetiaan Allah kepada kita menempatkan kita satu langkah


lebih maju yaitu dimana kita dilibatkan untuk ikut setia”

54 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


28
HARGA MATI SEBUAH INTEGRITAS
Teks : Daniel 6:1-28
“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah
ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang
terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta
memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (ayat 10)

T
idak jarang, realitas yang dihadapi oleh Kristen menguji
integritas yang ia miliki. Banyak orang Kristen yang kemudian
meninggalkan imannya hanya karena tuntutan hidup. Realitas
persoalan dan tuntutan bukanlah hal yang terhindar dari kehidupan
tokoh-tokoh Alkitab. Salah satu contoh adalah kisah Daniel. Ia
menghadapi realitas yang menuntutnya untuk meninggalkan
integritasnya. Ujian yang dihadapi oleh Daniel bukanlah persoalan
biasa, dimana ia harus memilih antara hidup atau integritas terhadap
imannya. Pada jaman itu raja membuat suatu peraturan dimana setiap
orang harus menyembah dia dan tidak boleh menyembah yang lain.
Tentu hal ini bertentangan dengan idealisme Daniel. Daniel
mempercayai bahwa TUHAN adalah satu-satunya Allah yang layak
disembah dan tidak ada yang lain yang patut disembah selain Dia.
Hukuman mati menanti dirinya apabila ia tetap mempertahankan
integritasnya sebagai pengikut TUHAN. Namun, dalam hal ini Daniel
memilih untuk mempertahankan integritasnya. Ketika larangan
menyembah ilah lain dikeluarkan, Daniel justru datang pada TUHAN
dan berdoa.
Keputusan Daniel adalah keputusan yang benar. Integritasnya
teruji lewat tantangan ini, dan hal ini juga yang membuat raja
menyadari bahwa Allah Israel adalah Allah yang besar dan layak
disembah. Integritas yang teruji tidak hanya meningkatkan
kehormatan diri tetapi lebih dari itu, yaitu membuka cara pandang
lama yang salah dengan pemahaman yang benar. Kisah Daniel
memberikan gambaran yang patut ditiru oleh orang percaya di setiap
jaman yaitu orang percaya perlu mempertahankan integritasnya
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 55
meskipun tantangan dan realitas mengguncang. Integritas iman tidak
boleh dipandang sebagai suatu hal yang sepele dan murahan sehingga
dengan mudahnya dibuang seperti yang dilakukan oleh banyak orang
Kristen, meninggalkan imannya hanya karena pasangan, karena uang,
bisnis, dan lain-lain. Integritas iman harus menjadi standar mutlak
yang dipegang oleh orang Kristen karena jika hal ini dipraktikkan
maka TUHAN akan mempercayakan banyak perkara yang lebih besar
(ayat 28). Mempertahankan integritas juga dapat dipandang dalam
bentuk yang lain, yaitu memperkatakan hal yang benar dan melakukan
apa yang diperkatakan. Ketika seluruh orang di tempat kita bekerja
melakukan kecurangan maka kita harus tetap mengatakan bahwa hal
tersebut adalah tindakan kecurangan dan juga berani melawan arus
kecurangan tersebut serta tidak terseret di dalamnya.
Mempertahankan integritas sudah pasti menuai resiko besar, tetapi
janganlah langsung melihat kepada resikonya. [MPM]

Ayat emas hari ini :


“Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut
singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena
ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku,
ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.” (Daniel 6:22)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Orang yang berintegritas adalah seperti batu karang yang tak


dapat diguncang ombak, kapal besar pun tak mampu
menghancurkannya.”

56 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


29
KEHIDUPAN YANG BERIMBANG
Teks : Amos 5:7-13
“Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu
berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang
menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu
gerbang“ (ayat 12).

H
ari-hari ini tidak sedikit orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai orang Kristen tidak mencerminkan dirinya sebagai
orang Kristen. Ibadah dan kegiatan gereja diikuti dengan taat
namun sering ia lupa untuk melakukan setiap pesan Firman Tuhan.
Perbuatan yang demikian juga dapat ditemukan pada zaman Amos.
Nabi Amos menyampaikan pesan ilahinya kepada Israel karena bangsa
itu telah melakukan apa yang TUHAN tidak sukai. Pada zaman itu
orang-orang Israel sedang berada pada masa yang baik secara
finansial. Pertumbuhan ekonomi ini menjadi dasar bagi penduduk
Israel untuk melihat bahwa keadaan positif dan tidak ada yang salah.
Hal tersebut tidak lepas dari praktek persembahan korban bakaran
yang mereka lakukan tetap dijalankan dengan rutin, hanya saja
perbuatan dan perilaku mereka bertolak belakang dengan
persembahan yang memiliki nilai positif. Orang-orang kaya menindas
orang miskin sehingga orang yang tergolong miskin tidak dianggap
sama sekali. Pemberitaan ini yang ditekankan oleh nabi Amos kepada
pembacanya.
Perbuatan yang bertolakbelakang dengan sikap keagamaan patut
dipertanyakan. Kehidupan keagamaan yang sehati sudah tentu linear
dengan perbuatan sehari-hari tetapi perbuatan Israel justru
berbanding terbalik dengan sikap keagamaannya sehingga
dipertanyakan oleh Amos. Amos menyingkapkan tabir yaitu sikap
keagamaan yang tidak tulus atau tidak tertuju kepada Allah, dan sikap
mereka ini tentu saja tidak disenangkan oleh Allah sama sekali. Amos
menekankan bahwa kehidupan keagamaan harus diarahkan kepada
Allah dengan hati yang tulus dan juga sikap kehidupan yang harus
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 57
semakin positif. Dengan demikian terlihat bahwa Amos sedang
mengajarkan keselarasan hidup antara perbuatan sehari-hari dengan
keagamaan. Nasihat Amos berlaku juga bagi orang Kristen di era ini.
Tidak sedikit orang Kristen yang aktif melayani gereja namun
kecurangan dan kebohongan masih dipraktikkan, begitu pula banyak
pula orang Kristen yang lebih memilih bersikap baik dan tidak perlu
aktif melayani. Keselarasan antara kerohanian dengan sikap
keseharian perlu dipupuk. Orang Kristen yang mengaku mencintai
Tuhan perlu melibatkan diri dalam pelayanan sebagai bentuk
perwujudan cintanya.
Tuhan mau supaya setiap umat-Nya memiliki hati yang benar di
hadapan Tuhan dan terwujud dalam keagamaannya dan
kesehariannya. Para pelayan Tuhan di gereja perlu merenungkan apa
yang Amos ajarkan, yaitu bahwa apabila kehidupan keseharian belum
dibereskan, ia perlu membereskannya terlebih dahulu supaya
pelayanannya berkenan di hadapan Tuhan karena hatinya dapat
sepenuhnya terarah kepada Allah. [MPM]

Ayat emas hari ini :


“Bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, aku tidak akan
mendengarkannya sebab tanganmu penuh dengan darah“
(Yesaya 1:15b)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Kunci disenangi oleh Tuhan dan sesama adalah mempraktikkan


kehidupan yang berimbang”

58 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


30
KEBODOHAN MENGHAMBAT BERKAT ALLAH
Teks : Kejadian 25:19-34
“Sebentar lagi aku akan mati, apakah gunanya bagiku hak kesulungan
itu?” (ayat 32)

S
uatu kisah yang menarik dimana dikisahkan mengenai dua
saudara yaitu Esau dan Yakub yang memperebutkan hak
kesulungan. Dalam kisah yang panjang tentang cerita ini, Yakub
adalah penerima berkat keturunan itu. Asal mula mengapa Yakub
memperoleh berkat itu dimulai dari perikop ini. Hal yang menariknya
adalah berkat kesulungan justru tidak jatuh kepada anak sulung
melainkan anak bungsu. Penyebab dari semua ini adalah kebodohan.
Hak kesulungan adalah hak yang diberikan secara khusus kepada
anak sulung dimana berkat besar telah disediakan oleh sang ayah
untuk anak sulungnya. Hak kesulungan juga mengikuti tanggung jawab
anak sulung terhadap keluarga itu. Esau adalah anak yang sulung
sehingga ekspektasi ayahnya ialah berkat itu jatuh padanya, namun
catatan Kejadian menceritakan hal yang berbeda. Setelah kembali dari
berburu, Esau sangat lapar sehingga meminta masakan kacang merah
yang dibuat oleh Yakub, adikknya. Yang menarik adalah bahwa Yakub
meminta hak tersebut dari kakaknya. Sampai di sini kesan yang
muncul adalah Yakub tidak sopan karena meminta hak tersebut, tetapi
jawaban Esau justru lebih mengherankan yaitu ternyata ia tidak
mengindahkan hak kesulungan yang disediakan bagi dirinya.
Nampaknya, Yakub sudah mengetahui hal tersebut sehingga ia tidak
ragu memintanya. Esau memberikan hak tersebut kepada Yakub.
Perbuatan Esau merupakan tindakan yang bodoh dan baru ia sadari
pada waktu yang kemudian dimana dampak yang diperoleh bukan
hanya warisan dari Ishak saja tetapi juga berkat-berkat lainnya.
Kebodohan Esau yang pertama adalah menolak berkat. Dengan
Esau memberikan hak ini kepada Yakub maka berkat Tuhan
dilimpahkan kepada Yakub dan tidak lagi kepada Esau. Bahkan
penyertaan dan janji ilahi ditujukan kepada Yakub. Kebodohan Esau
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 59
yang kedua adalah menukarkan hal yang paling berharga dengan
benda murahan. Esau menukar hak kesulungan yang begitu mahal
dengan semangkuk emas. Dua kebodohan yang dilakukan oleh Esau ini
memberi cerminan bagi kita. Banyak manusia yang menolak
kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan berbagai alasan yang
berbeda-beda. Ia tidak mau mengemban tanggung jawab yang lebih
besar karena tidak mau repot. Orang yang demikian sebenarnya
sedang menolak berkat Allah. Selain itu, kebodohan kedua Esau juga
tidak jarang dilakukan oleh manusia pada umumnya yaitu dengan
mengorbankan hal yang paling berharga hanya untuk kedagingan
sesaat. Misalnya, mengorbankan waktu persekutuan dengan Tuhan
hanya untuk menonton jadwal acara televisi yang menarik. Kita sering
menghadapi hal-hal yang seperti ini, tetapi perlu diingat jangan
bertindak bodoh. Kebodohan Esau didasarkan pada satu hal yaitu
sikap tidak menghargai kepercayaan dari Allah. Kita pun dapat
terhindar dari tindakan bodoh hanya dengan memelihara sikap yang
menghargai kepercayaan dari Allah. [MPM]

Ayat emas hari ini


“Buanglah kebodohan maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan
pengertian” (Amsal 9:6)
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

“Kebodohan membuang jauh berkat Allah, tetapi hikmat menarik


berkat Allah”

60 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi


31
SENJATA RAHASIA
Teks : 2 Raj 19:32-37
“Maka pada malam itu keluarlah malaikat TUHAN, lalu dibunuhNyalah
185 ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-
pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka” (Ayat 35)

D
alam bagian ini kita akan melihat 2 raja yang memiliki
kekuatan yaitu Sanherib dari Asyur dengan kekuatan “tangan
yang terlihat” dan Hizkia dari Yehuda dengan kekuatan “tangan
yang tak terlihat”. Raja Sanherib mau menyerang raja Hizkia dengan
dilatar belakangi karena Hizkia memutuskan untuk melepaskan
kebergantungan bangsanya dengan kerajaan Asyur (ayahnya Hizkia,
raja Ahas yang memulai hubungan tersebut). Menolak untuk
membayarkan upeti ayahnya untuk dibayarkan ke Asyur (2 Raj 16:8).
Inilah yang menjadi faktor penyebab Sanherib datang untuk berperang
dengan Hizkia.
Sanherib melakukan beberapa hal untuk membuat Hizkia
menyerah yaitu :
1. Menyerang segala kota berkubu di Yerusalem dan pada akhirnya
menguasai kota Lakhis (lokasinya di Barat Daya Yerusalem, 2 Raj
18:13; 2 Taw 32:1,9). Kota Lakhis dijadikan sebagai pangkalan
pasukan Asyur.
2. Menggunakan strategi propoganda yaitu usaha sistematis untuk
menyebar luaskan pendapat atau keyakinan (semacam intimidasi).
Propoganda yang cerdik menjerumuskan musuh untuk
berkeyakinan bahwa mereka tidak dapat memenangkan perang.
Caranya bagaimana? Sanherib yang sudah berada di Lakhis dengan
pasukannya, mengirimkan 3 utusan yaitu panglima, kepala istana
dan juru minuman agung dan sejumlah pasukan menyertai (2 Raj
18:17). Para utusan itu datang dengan membawa pesan dari raja
Sanherib, menggunakan “senjata psikologis” untuk mengintimidasi
Hizkia dan bangsa Yehuda. Pesan itu “mengecilkan” Tuhan Hizkia,
menyetarakanNya dengan ilah bangsa lain yang tidak mampu
MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi| 61
memberikan kebebasan dari tangan musuh (2 Raj 18:30-35). Hal
ini dilakukan supaya Hizkia dan bangsa Yehuda kalah sebelum
berperang alias mau menundukan diri.
Usaha apakah yang dilakukan Hizkia dalam menghadapi situasi
genting itu ? Hizkia sadar dengan senjata manusia akan kalah, ia
mengeluarkan senjata rahasianya yaitu tangan Tuhan. Ini yang
menjadi kunci kemenangannya (2 Raj 18:3-7 bnd 2 Taw 32:6-7). Ia
menaruh percaya hanya kepada Tuhan artinya ia bergantung
sepenuhnya kepadaNya sebagai “ his exlusive hope in every situation”.
Hizkia menempatkan Tuhan di posisi yang paling tinggi (2 Raj 19:14-
19). Iman yang demikian membawa Hizkia untuk berpaut dengan
Tuhan, artinya melekat atau mendekati Tuhan dalam kesetiaan. Tidak
heran Hizkia taat kepada firman Tuhan, hasilnya Tuhan menyertai
kemana pun ia pergi berperang (2 Raj 18;7) dan kemenangan
diraihnya tanpa melalui peperangan (2 Raj 19:35-37). Senjata rahasia
Hizkia tidak terlihat oleh musuh, musuh dibuat tidak berdaya dan
dipaksa untuk menyerah.
Kekuatan tangan yang terlihat dapat diukur dan memiliki
keterbatasan, namun kekuatan tangan yang tidak terlihat tidak
terukur dan sangat berkuasa. Tuhan sebagai senjata rahasia bagi orang
percaya yang mengandalkanNya. [MY]

Ayat emas hari ini :


“Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-
Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah
dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup” (2 Raj 19:16).
Respon : ............................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
“Tangan Allah yang tak nampak akan ‘terlihat’ pada saat situasi
impossible secara manusia”

62 | MATHEO – Renungan Harian Prodi Teologi

Anda mungkin juga menyukai