autopsy forensic
dilakukan terhadap mayat seseorang
berdasarkan peraturan undang-undang dengan
tujuan.
1. Pemeriksaan Luar
a. Label Mayat
b. Tutup Mayat
c. Bungkus Mayat
d. Pakaian
e. Perhiasan
f. Benda Disamping Mayat
g. Tanda Kematian: Lebam mayat, kaku mayat, suhu
tubuh mayat, pembusukan dan
lain-lain
h. Identifikasi umum
i. Identifikasi kusus
j. Pemeriksaan rambut
k. Pemeriksaan Mata
l. Pemeriksaan Daun Telinga dan Hidung
m. Pemeriksaan Terhadap mulut dan rongga mulut
n. Pemeriksaan alat kelamin dan Lubang Pelepasan
o. Pemeriksaan tanda-tanda Kekerasan dan Luka
p. Pemeriksaan terhadap patah tulang
2. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ/ alat tubuh biasanya dimulai dari
lidah oesofagus, trachea dan
seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak
biasanya diperiksa terakhir.
1. Lidah
Pada lidah, perhatikan permukaan lidah, adakah
kelainan bekas gigitan, baik yang baru maupun yang
lama. Bekas gigitan yang berulang dapat ditemukan pada
penderita epilepsy. Bekas gigitan ini dapat pula terlihat
pada penampang lidah. Pengirisan lidah sebaiknya tidak
sampai teriris putus, agar setelah selesai autopsy, mayat
masih tampak berlidah utuh.
2. Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil,
adakah selaput, gambaran infeksi,
nanah dan sebagainya.
3. Kelenjar gondok
Untuk melihat kelenjar gondok dengan baik, otot-otot
leher terlebih dahulu dilepaskan dari perlekatannya di
sebelah belakang.Dengan pinset bergigi pada tangan
kiri, ujung bawah otot otot leher dijepit dan sedikit
diangkat,dengan gunting pada
tangan kanan, otot leher dibebaskan dari bagian
posterior.Setelah otot leher ini
terangkat, maka kelenjar gondok akan tampak jelas
dan dapat dilepaskan dari
perlekatannya pada rawan gondok dan trachea.
Perhatikan ukuran dan beratnya, periksa apakah
permukaannya rata, catat warnanya,
adakah perdarahan berbintik atau resapan darah .lakukan
pengirisan di bagian lateral
pada kedua baga kelenjar gondok dan catat perangai
penampang kelenjar ini.
4. Kerongkongan (oesophagus)
Oesophagus dibuka dengan jalan menggunting
sepanjang dinding belakang.
Perhatikan adanya benda benda asing, keadaan
selaput lender serta kelainan yang mungkin
ditemukan ( misalnya striktura, varices).
9. Paru –paru
Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri.Tentukan
permukaan paru-paru.Pada
paru yang mengalami emphysema, dapat ditentukan
cekungan bekas penekanan iga.
Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak
perdarahan akibat aspirasi darah ke
dalam alveoli (tampak pada permukaan paru sebagai
bercak berwarna merah-hitam
dengan batas tegas) resapan darah, luka, bula dan
sebagainya.
Perabaan paru yang normal terasa seperti meraba
spons/karet busa. Pada paru
dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat
atau keras
Penampang paru diperiksa setelah melakukan pengirisan
paru yang dimulai dari
apex sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang
paru pada daerah hilus. Pada
penampang paru ditentukan warnanya serta dicatat
kelainan yang mungkin ditemukan.
10. Jantung
Jantung dilepaskan dari pembuluh darah besar yang
keluar / masuk ke jantung
dengan memegang apex jantung dan mengangkatnya
serta menggunting pembuluh tadi
sejauh mungkin dari jantung. Perhatikan besarnya
jantung, bandingkan dengan kepalan
tinju kanan mayat. Perhatikan akan adanya resapan
darah, luka atau bintik-bintik
perdarahan. Pada autopsi jantung, ikuti sistematika
pemotongan dinding jantung yang
dilakukan dengan ‘mengikuti’ aliran darah di dalam
jantung. Pertama-tama jantung diletakkan dengan
permukaan ventral menghadap ke
atas.Posisi ini dipertahankan terus sampai autopsi
jantung selesai.Vena kava superior dan
inferior dibuka dengan jalan menggunting dinding
belakang vena-vena tersebut.Dengan
gunting buka pula aurikel kanan. Perhatikan akan
adanya kelainan baik pada aurikel
kanan maupun atrium kanan.
Dengan pisau panjang, masuki bilik jantung kanan
sampai ujung pisau menembus
apeks di sisi kanan septum dengan mata pisau
mengarah ke lateral, lakukan irisan
menembus tebal otot dinding sebelah kanan.Dengan
demikian, rongga bilik jantung
sebelah kanan dapat terlihat. Lakukan pengukuran
lingkaran katup trikuspidal serta
memeriksa keadaan katup, apakah terdapat penebalan,
benjolan atau kelaman lain. Tebal
dinding bilik kanan diukur dengan terlebih dahulu
membuat irisan tegak lurus pada
dinding belakang bilik kanan ini, 1 sentimeter di bawah
katup.
Irisan pada dinding depan bilik kanan dilakukan
menggunakan gunting, mulai dari
apeks, menyusuri septum pada jarak setengah
sentimeter, ke arah atas menggunting
dinding depan arteria pulmonalis dan memotong katup
semilunaris pulmonal. Katup
diukur lingkarannya dan keadaan daun katupnya dinilai.
Pembukaan serambi dan bilik kiri dimulai dengan
pengguntingan dinding belakang
vv. pulmonales, yang disusul dengan pembukaan
aurikel kiri. Dengan pisau panjang,
apeks jantung sebelah kiri dari septum ditusuk, lalu
diiris ke arah lateral sehingga bilik
kiri terbuka. Lakukan pengukuran lingkaran katup
mitral serta perulaian terhadap
keadaan katup.Tebal otot jantung sebelah kiri diukur
pada irisan tegak yang dibuat 1
sentimeter di sebelah bawah katup pada dinding
belakang. Dengan gunting, dinding
depan bilik kiri dipotong menyusun septum pada jarak
1⁄2 sentimeter, terus ke arah atas,
membuka juga dinding depan aorta dan memotong katup
semilunaris aorta. Lingkaran
katup diukur dan daun katup dinilai.
Pada daerah katup semilunaris aorta dapat ditemukan dua
muara a. koronaria, kiri
dan kanan. Untuk memeriksa keadaan a. koronaria
sama sekali tidak boleh
menggunakan sonde, karena ini akan dapat mendorong
trombus yang mungkin terdapat.
Pemeriksaan nadi jantung ini dilakukan dengan membuat
irisan melintang sepanjang
jalannya pembuluh darah. A. koronaria kiri berjalan
di sisi depan septum, dan
a.koronaria kanan ke luar dari dinding pangkal aorta ke
arah belakang. Pada penampang
irisan diperhatikan tebal dinding arteri, keadaan lumen
serta kemungkinan terdapatnya
trombus. Septum jantung dibelah untuk melihat kelainan
otot, baik merupakan kelainan
yaug bersifat degeneratif maupun kelainan bawaan.
Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa
adalah sebagai berikut: ukuran
jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat, berat
sebesar 300 gram, ukuran lingkaran
katup serambi bilik kanan sekitar 11 cm, yang kiri
sekitar 9,5 cm, lingkaran katup
pulmonal sekitar 7 cm dan aorta sekitar 6,5 cm.
Tebal otot bilik kanan 3-5 mm sedangkan yang kiri
sekitar 14 mm.
Aspek Medikolegal
ASPEK MEDIKOLEGAL NATURAL SUDDEN
DEATH
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan
melakukan suatu tindakan/usaha
agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui
baik oleh keluarga, masyarakat dan yang
pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus
operandus yang bisa dilakukan adalah
dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit
dengan alasan kecelakaan atau meninggal
di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On
Arrival) dimana sebelumnya almarhum
mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden
death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional
yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap
sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian
mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh
pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan
prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan
menandatangani surat kematian tersebut
dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa
prinsip secara garis besar harus diketahui
oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak
akibat penyakit yaitu: