Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN AUTOPSI.

Autopsy berasal dari kata Auto = sendiri dan Opsis =


melihat. Yang dimaksudkan dengan autopsy adalah
pemeriksaan terhadap tubuh mayat,meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian
dalam,dengan tujuan menemukan proses penyakit
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas
temuan-temuan tersebut, menerangkan penyebabnya
serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan- kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.

Autopsy dibagi dua, autopsy klinik dan autopsy


forensik

Tujuan Autopsi Kinik.


Dilakukan terhadapap mayat sesorang yang
menderita penyakit,dirawat di Rumah Sakit tetapi
kemudian meninggal

a. menentukan sebab kematian yang pasti


b. menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat
selama perawatan sesuai diagnosis postmortem
c. mengetahui korelasi proses penyakit yang
ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala-
gejala klinis
d. menentukan efektifitas pengobatan
e. mempelajari perjalanan lazim suatu penyakit
f. pendidikan para mahasiswa kedokteran dan
para dokter

autopsy forensic
dilakukan terhadap mayat seseorang
berdasarkan peraturan undang-undang dengan
tujuan.

a. membantu dalam hal penentuan identitas


mayat
b. menentukan sebab kematian,cara kematian
c. mengidentifikasi benda-benda untuk
menentukan identitas benda penyebab serta
identitas pelaku kejahatan
d. membuat laporan tertulis berupa visu et
repertum
e. melindungi orang yang tidak bersalah dan
membantu dalam penentuan identitas dan
penuntutan terhadap orang yang bersalah

PERSIAPAN SEBELUM AUTOPSI.


a. memastikan surat- surat yang berkaitan
dengan autopsy telah lengkap
b. memastikan mayat yang akan di autopsy
benar-benar mayat bersangkutan
c. mengumpulkan keterangan yang
berhubungan dengan terjadinya kematian
selengkap mungkin.
d. Memastikan alat-alat telah tersedia

2. AUTOPSI PADA KASUS


2. AUTOPSI PADA KASUS KEMATIAN MENDADAK
tahapan dalam menentukan sebab kematian
mendadak:

a. Melakukan anamnesis terhadap riwayat dan tempat


kejadian
b Melakukan autopsy

Autopsi terdiri dari Pemeriksaan Luar dan Pemeriksaan


Dalam:

1. Pemeriksaan Luar
a. Label Mayat
b. Tutup Mayat
c. Bungkus Mayat
d. Pakaian
e. Perhiasan
f. Benda Disamping Mayat
g. Tanda Kematian: Lebam mayat, kaku mayat, suhu
tubuh mayat, pembusukan dan
lain-lain
h. Identifikasi umum
i. Identifikasi kusus
j. Pemeriksaan rambut
k. Pemeriksaan Mata
l. Pemeriksaan Daun Telinga dan Hidung
m. Pemeriksaan Terhadap mulut dan rongga mulut
n. Pemeriksaan alat kelamin dan Lubang Pelepasan
o. Pemeriksaan tanda-tanda Kekerasan dan Luka
p. Pemeriksaan terhadap patah tulang

2. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ/ alat tubuh biasanya dimulai dari
lidah oesofagus, trachea  dan
seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak
biasanya diperiksa terakhir.

1. Lidah
Pada lidah, perhatikan permukaan lidah,  adakah
kelainan bekas gigitan,  baik yang baru maupun yang
lama. Bekas gigitan yang berulang dapat ditemukan pada
penderita epilepsy. Bekas gigitan ini dapat pula terlihat
pada penampang lidah.  Pengirisan lidah sebaiknya tidak
sampai teriris putus, agar setelah selesai autopsy, mayat
masih tampak berlidah utuh.

2. Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil,
adakah selaput, gambaran infeksi,
nanah dan sebagainya.

3. Kelenjar gondok
Untuk  melihat  kelenjar  gondok  dengan  baik, otot-otot 
leher  terlebih  dahulu dilepaskan dari  perlekatannya di 
sebelah belakang.Dengan pinset  bergigi  pada tangan
kiri,  ujung bawah otot  otot  leher  dijepit  dan sedikit 
diangkat,dengan gunting pada
tangan  kanan,  otot  leher  dibebaskan  dari  bagian 
posterior.Setelah  otot  leher  ini
terangkat, maka  kelenjar  gondok  akan  tampak  jelas 
dan  dapat  dilepaskan  dari
perlekatannya pada rawan gondok dan trachea.
Perhatikan ukuran dan beratnya, periksa apakah
permukaannya rata, catat warnanya,
adakah perdarahan berbintik atau resapan darah .lakukan
pengirisan di  bagian lateral
pada kedua baga kelenjar gondok dan catat perangai
penampang kelenjar ini.

4. Kerongkongan (oesophagus)
Oesophagus  dibuka  dengan  jalan  menggunting 
sepanjang  dinding  belakang.
Perhatikan  adanya  benda benda  asing,  keadaan 
selaput  lender  serta  kelainan  yang mungkin
ditemukan    ( misalnya striktura, varices).

5. Batang tenggorok( trachea)


Pemeriksaan  dimulai  pada  mulut  atas  batang 
tenggorok,  dimulai  pada epiglotis. Perhatikan  adakah 
edema,  benda  asing,  perdarahan  dan  kelainan 
lain,perhatikan pula pita suara dan dan kotak suara. 
Pembukaan trachea dilakukan dengan melakukan
pengguntingan dinding belakang (bagian jaringan ikat
pada cincin trachea) sampai mencapai cabang bronchus
kanan dan kiri. Perhatikan adanya benda asing, busa,
darah serta keadaan selaput lainnya.

6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilage


thyroidea) dan rawan cincin (cartilage
cricoidea).
Tulang  lidah  kadang-kadang  ditemukan  patah 
unilateral  pada  kasus  pencekikan.
Tulang lidah terlebih dahulu dilepaskan dari jaringan
sekitarnya  dengan menggunakan
pinset dan gunting. Perhatikan adanya patah tulang,
resapan darah. Rawan gondok dan
rawan cincin seringkali juga menunjukkan resapan darah
pada kasus dengan kekerasan
pada daerah leher (pencekikan, penjeratan, gantung).
7. Arteria carotis interna
Arteria carotis communis dan interna biasanya tertinggal
melekat pada permukaan
depan ruas tulang leher.  Perhatikan adanya  tanda
kekerasan pada sekitar  arteria ini.
Buka pula arteria ini  dengan menggunting dinding
depannya dan perhatikan keadaan
intima.  Bila kekerasan pada daerah leher  mengenai 
arteria ini.  Kadang kadang dapat
ditemukan kerusakan pada  intima  di  samping
terdapatnyaresapan darah.Pada  sekitar
arteria  pada  dinding  depannya  dan perhatikan keadaan
intima.  Bila  kekerasan pada
daerah leher mengenai arteria ini kadang kadang dapat
ditemukan kerusakan pada intima
di samping terdapatnya resapan darah.

8. Kelenjar Kacangan (Thymus)


Kelenjar  kacangan biasanya  telah berganti  menjadi 
thymic  fat  body pada  orang
dewasa,  namun  kadang  kadang  masih  dapat 
ditemukan  (pada  status
thymicolymphaticus).  Kelenjar  kacangan  terdapat 
melekat  di  sebelah  atas  kandung
jantung.  Pada permukaannya adanya perdarahan 
berbintik serta kemungkinan adanya
kelainan lain.

9. Paru –paru
Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri.Tentukan
permukaan paru-paru.Pada
paru yang mengalami  emphysema,  dapat  ditentukan
cekungan bekas  penekanan iga.
Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak
perdarahan akibat aspirasi darah ke
dalam alveoli  (tampak  pada  permukaan  paru sebagai 
bercak  berwarna  merah-hitam
dengan batas tegas) resapan darah, luka, bula dan
sebagainya.
Perabaan  paru  yang  normal  terasa  seperti  meraba 
spons/karet  busa.  Pada  paru
dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat
atau keras
Penampang paru diperiksa  setelah melakukan pengirisan
paru yang dimulai  dari
apex sampai  ke basal,  dengan  tangan kiri  memegang
paru pada daerah hilus.  Pada
penampang paru ditentukan warnanya serta dicatat
kelainan yang mungkin ditemukan.

10. Jantung
Jantung  dilepaskan  dari  pembuluh  darah  besar  yang 
keluar  /  masuk  ke  jantung
dengan memegang apex jantung dan mengangkatnya
serta menggunting pembuluh tadi
sejauh mungkin dari jantung. Perhatikan besarnya
jantung, bandingkan dengan kepalan
tinju  kanan  mayat.  Perhatikan  akan  adanya  resapan 
darah,  luka  atau  bintik-bintik
perdarahan.  Pada autopsi  jantung,  ikuti  sistematika
pemotongan dinding jantung yang
dilakukan dengan ‘mengikuti’ aliran darah di dalam
jantung. Pertama-tama  jantung  diletakkan  dengan 
permukaan  ventral  menghadap  ke
atas.Posisi ini dipertahankan terus sampai autopsi
jantung selesai.Vena kava superior dan
inferior dibuka dengan jalan menggunting dinding
belakang vena-vena tersebut.Dengan
gunting buka pula aurikel  kanan.  Perhatikan akan
adanya kelainan baik pada aurikel
kanan maupun atrium kanan.
Dengan pisau panjang,  masuki bilik jantung kanan
sampai  ujung pisau menembus
apeks  di  sisi  kanan  septum dengan  mata  pisau
mengarah ke  lateral,  lakukan irisan
menembus  tebal  otot  dinding sebelah kanan.Dengan
demikian,  rongga  bilik jantung
sebelah  kanan  dapat  terlihat.  Lakukan  pengukuran 
lingkaran  katup  trikuspidal  serta
memeriksa keadaan katup, apakah terdapat penebalan,
benjolan atau kelaman lain. Tebal
dinding bilik kanan diukur  dengan terlebih dahulu
membuat  irisan tegak lurus  pada
dinding belakang bilik kanan ini, 1 sentimeter di bawah
katup.
Irisan pada dinding depan bilik kanan dilakukan
menggunakan gunting, mulai dari
apeks,  menyusuri  septum pada  jarak setengah
sentimeter,  ke  arah atas  menggunting
dinding depan arteria pulmonalis  dan memotong katup
semilunaris  pulmonal.  Katup
diukur lingkarannya dan keadaan daun katupnya dinilai.
Pembukaan serambi dan bilik kiri dimulai dengan
pengguntingan dinding belakang
vv.  pulmonales,  yang disusul  dengan pembukaan
aurikel  kiri.  Dengan pisau panjang,
apeks jantung sebelah kiri dari  septum ditusuk, lalu
diiris ke arah lateral sehingga bilik
kiri  terbuka.  Lakukan  pengukuran  lingkaran  katup 
mitral  serta  perulaian  terhadap
keadaan katup.Tebal  otot  jantung sebelah kiri  diukur
pada irisan tegak yang dibuat  1
sentimeter  di  sebelah bawah katup pada dinding
belakang.  Dengan gunting,  dinding
depan bilik kiri dipotong menyusun septum pada jarak
1⁄2 sentimeter, terus ke arah atas,
membuka juga dinding depan aorta dan memotong katup
semilunaris aorta. Lingkaran
katup diukur dan daun katup dinilai.
Pada daerah katup semilunaris aorta dapat ditemukan dua
muara a.  koronaria,  kiri
dan  kanan.  Untuk  memeriksa  keadaan  a.  koronaria 
sama  sekali  tidak  boleh
menggunakan sonde, karena ini akan dapat mendorong
trombus yang mungkin terdapat.
Pemeriksaan nadi jantung ini dilakukan dengan membuat
irisan melintang sepanjang
jalannya  pembuluh  darah.  A.  koronaria  kiri  berjalan 
di  sisi  depan  septum,  dan
a.koronaria kanan ke luar dari dinding pangkal aorta ke
arah belakang. Pada penampang
irisan diperhatikan tebal dinding arteri,  keadaan lumen
serta kemungkinan terdapatnya
trombus.  Septum jantung dibelah untuk melihat kelainan
otot, baik merupakan kelainan
yaug bersifat degeneratif maupun kelainan bawaan.
Nilai pengukuran pada jantung normal orang dewasa
adalah sebagai berikut: ukuran
jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat, berat
sebesar 300 gram, ukuran lingkaran
katup serambi  bilik kanan sekitar  11 cm,  yang kiri 
sekitar  9,5 cm,  lingkaran katup
pulmonal  sekitar  7  cm dan  aorta  sekitar  6,5  cm. 
Tebal  otot  bilik  kanan  3-5  mm sedangkan yang kiri
sekitar 14 mm.

11. Aorta Torakalis


Pengguntingan  pada  dinding  belakang  aorta  torakalis 
dapat  memperlihatkan permukaan dalam
aorta.Perhatikan  kemungkinan  terdapatnya  deposit 
kapur,  atheroma atau  pembentukan  aneurisma.
Kadang-kadang  pada  aorta  dapat  ditemukan  tanda
kekerasan merupakan resapan darah atau luka.Pada kasus
kematian bunuh diri dengan
jalan menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi, bila
korban mendarat dengan kedua kaki
terlebih dahulu, seringkali ditemukan robekan melintang
pada aorta torakalis.

12. Aorta Abdominalis


Bloc organ perut  dan panggul  diletakkan di  atas meja
potong dengan permukaan
belakang menghadap ke atas.Aorta abdominalis
digunting dinding belakangnya mulai
dari  tempat  percabangan  a.  iliaka  komunis  kanan  dan
kiri.Perhatikan  dinding  aorta
terhadap adanya penimbunan perkapuran atau ateroma.
Perhatikan pula muara dari pembuluh nadi yang keluar
dari aorta abdominalis ini,
terutama muara a. renalis kanan dan kiri.Mulai pada
muaranya, a. renalis kanan dan kiri
dibuka  sampai  memasuki  ginjal.Perhatikan  apakah 
terdapat  kelainan  penyempitan
dinding pembuluh darah yang mungkin merupakan
dasar  dideritanya hipertensi  renal
oleh yang bersangkutan.

13. Anak Ginjal (Kelenjar Suprarenalis)


Kedua anak ginjal harus dicari terlebih dahulu sebelum
dilakukan pemeriksaan lanjut
pada bloc alat rongga perut dan panggul.Hal ini perlu
mendapat perhatian, karena bila
telah  dilakukan  pemeriksaan  atau  telah  dilakukan 
pemisahan  alat  rongga  perut  dan
panggul, anak ginjal sukar ditemukan. Anak ginjal kanan
terletak di bagian mediokranial
dari  kutub atas  ginjal  kanan,  tertutup oleh jaringan
lemak,  berada antara permukaan
belakang hati dan permukaan bawah diafragma. Untuk
menemukan anak ginjal sebelah
kanan ini,  pertama-tama  digunting otot  diafragma 
sebelah kanan.  Pada  tempat  yang
disebutkan di atas, lepaskan dengan pinset dan gunting
jaringan lemak yang terdapat dan
akan tampak anak ginjal yang berwarna kuning kecoklat-
coklatan, berbentuk trapesium
dan  tipis.  Anak  ginjal  kemudian  dibebaskan  dari 
jaringan  sekitamya  dan  diperiksa
terhadap kemungkinan terdapatnya kelainan ukuran,
resapan darah dan sebagainya.
Anak ginjal  kiri  terletak di  bagian mediokranial  kiri 
kutub atas  ginjal  kiri,  juga
tertutup dalam jaringan lemak,  terletak antara ekor
kelenjar liur perut  (pankreas) dan
diafragma.  Dengan cara yang sama seperti  pada
pengeluaran anak ginjal  kanan,  anak
ginjal  kiri  yang  berbentuk  bulan  sabit  tipis  dapat 
dilepaskan  untuk  dilakuka
pemeriksaan dengan seksama. Pada anak ginjal yang
normal, pengguntingan anak ginjal
akan memberikan penampang dengan bagian korteks dan
medula yang tampak jelas.

14. Ginjal, Ureter, dan Kandung Kencing


Kedua  ginjal  masing  diliputi  olehjaringan  lemak 
yang  dikenal  sebagai  kapsula
adiposa  renal.Adanya  trauma  yang  mengenai  daerah 
ginjal  seringkali  menyebabkan
resapan darah pada kapsul ini.Dengan melakukan
pengirisan di bagian lateral kapsula,
ginjal dapat dibebaskan.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut,  ginjal  digenggam pada
tangan kiri  dengan pelvis
ginjal dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah.
Irisan pada ginjal dibuat dari
arah lateral  ke medial,  diusahakan tepat  di  bidang
tengah sehingga penampang akan
melewati  pelvis  ginjal.  Pada tepi  insan,  dengan
menggunakan pinset  bergigi,  simpai
ginjal dapat di”cubit” dan kemudian dikupas secara
tumpul.  Pada ginjal yang normal,
hal ini dapat dilakukan dengan mudah. Pada ginjal yang
mengalami peradangan, simpai
ginjal mungkin akan melekat erat dan sulit dilepaskan.
Setelah simpai ginjal dilepaskan,
lakukan  terlebih  dahulu  pemeriksaan  terhadap 
permukaan  ginjal.  Adakah  kelainan
berupa resapan darah, luka-luka ataupun kista-kista
retensi.
Pada  penampang  ginjal,  perhatikan  gambaran  korteks 
dan  medula  ginjal.  Juga
perhatikan pelvis ginjal  akan kemungkinan terdapatnya
batu ginjal,  tanda peradangan,
nanah dan sebagainya. Ureter dibuka dengan meneruskan
pembukaan pada pelvis ginjal,
terus  mencapai  vesika  urinaria.  Perhatikan 
kemungkinan  terdapatnya  batu,  ukuran
penampang,  isi  saluran serta keadaan mukosa. 
Kandung kencing dibuka dengan jalan
menggunting dinding depannya mengikuti bentuk huruf
T. Perhatikan isi serta selaput
lendirnya.

15. Hati dan Kandung Empedu


Pemeriksaan  dilakukan  terhadap  permukaan  hati, 
yang  pada  keadan  biasa
menunjukkan permukaan yang rata dan licin, berwarna
merah-coklat. Kadangkala pada
permukaan hati dapat ditemukan kelainan berupa
jaringan ikat,  kista kecil, permukaan
yang berbenjolbenjol, bahkan abses.
Pada perabaan,  hati normal memberikan perabaan yang
kenyal.  Tepi hati biasanya
tajam.  Untuk  memeriksa  penampang,  buatlah  2  atau 
3  irisan  yang  melintang  pada
punggung hati  sehingga dapat  terlihat  sekaligus baik
bagian kanan maupun kiri.  Hati
yang normal  menunjukkan penampang yang jelas 
gambaran hatinya.  Pada hati  yang
telah lama mengalami perbendungan dapat ditemukan
gambaran hati pala.
Pada  kandung  empedu  diperiksa  ukurannya  serta 
diraba  akan  kemungkinan
terdapatnya  batu  empedu.  Untuk  mengetahui  ada 
tidaknya  sumbatan  pada  saluran
empedu,  dapat  dilakukan  pemeriksaan  dengan  jalan 
menekan  kandung  empedu  ini
sambil memperhatikan muaranya pada duodenum
(papilla Vateri).  Bila tampak cairan
coklat hijau keluar dari muara tersebut, ini menandakan
saluran empedu tidak tersumbat.
Kandung  empedu  kemudian  dibuka  dengan  gunting 
untuk  memperlihatkan  selaput
lendirnya yang seperti beludru berwarna hijau-kuning.

16. Limpa dan Kelenjar Getah Bening


Limpa  dilepaskan dari  sekitarnya.  Limpa  yang normal 
menunjukkan permukaan
yang  berkeriput,  berwama  ungu  dengan  perabaan 
lunak  kenyal.  Buatlah  irisan
penampang  limpa,  limpa  normal  mempunyai 
gambaran  limpa  yang  jelas,  berwama
coklat-merah dan bila dikikis dengan punggung pisau,
akan ikut jaringan limpa. Jangan
lupa mencatat ukuran dan berat limpa. Catat pula bila
ditemukan kelenjar getah bening
regional yang membesar.

17. Lambung, Usus Halus, dan Usus Besar


Lambung dibuka dengan gunting pada kurvatura mayor.
Perhatikan isi lambung dan
simpan dalam botol  atau kantong plastik bersih bila isi 
lambung ini diperlukan untuk
pemeriksaan toksikologi atau pemeriksaan laboratorium
lainnya. Selaput lendir lambung
disiram dan diperiksa terhadap kemungkinan adanya
erosi, ulserasi, perdarahan/resapan
darah.  Usus  diperiksa  akan  kemungkinan  terdapat 
darah  dalam  lumen  serta
kemungkinan terdapatnya kelainan bersifat ulseratif,
polip dan lain-lain.

18. Kelenjar Liur Perut (Pancreas)


Pertama-tama lepaskan lebih dahulu kelenjar liur perut
ini dari sekitarnya. Kelenjar
liur perut yang normal mempunyai warna kelabu agak
kekuningan dengan permukaan
yang berbelah-belah dan perabaan yang kenyal.
Perhatikan ukuran serta beratnya.Catat
bila ada kelainan.

19. Otak Besar, Otak Kecil, dan Batang Otak


Perhatikan  permukaan  luar  otak  dan  catat  kelainan 
yang  ditemukan.  Adakah
perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, kontusio
jaringan otak atau laserasi.
Pada  edema  serebri,  girus  otak  akan  tampak 
mendatar  dan  sulkus  tampak
menyempit.  Perhatikan  pula  akan  kemungkinan 
terdapatnya  tanda  penekanan  yang
menyebabkan sebagian permukaan otak menjadi datar.
Pada  daerah  ventral  otak,  perhatikan  keadaan 
sirkulus  Willisi.  Nilai  keadaan
pembuluh  darah  pada  sirkulus,  adakah  penebalan 
dinding  akibat  kelainan  ateroma,
adakah penipisan dinding akibat aneurisma, adakah
perdarahan.Bila terdapat perdarahan
hebat,  usahakan  agar  dapat  ditemukan  sumber 
perdarahan  tersebut.Perhatikan  pula
bentuk serebelum.Pada keadaan peningkatan tekanan
intrakranial akibat edema serebri
misalnya,  dapat terjadi  herniasi serebelum ke arah
foramen magnum,  sehingga bagian
bawah serebelum tampak menonjol.
Otak  besar  diletakkan  dengan  bagian  ventral 
menghadap  pemeriksa.Lakukan
pemotongan otak besar secara koronal/melintang,
perhatikan penampang irisan.Tempat
pemotongan haruslah sedemikian rupa agar  struktur 
penting dalam otak besar  dapat
diperiksa dengan teliti.  Kelainan yang dapat  ditemukan
pada penampang otak besar
antara lain adalah: perdarahan pada korteks akibat
kontusio serebri, perdarahan berbintik
pada  substansi  putih  akibat  emboli,  keracunan 
barbiturat  serta  keadaan  lain  yang
menimbulkan hipoksia jaringan otak, infark jaringan
otak,  baik yang bilateral maupun
unilateral akibat gangguan pendarahan oleh arteri,  abses
otak, perdarahan intraserebral
akibat pecahnya a. lenticulostriata dan sebagainya. Otak
kecil diperiksa penampangnya
dengan  membuat  suatu  irisan  melintang,  catat 
kelainan  perdarahan,  perlunakan  dan
sebagainya yang mungkin ditemukan. Batang otak diiris
melintang mulai daerah pons,
medula oblongata sampai ke bagian proksimal medula
spinalis.Perhatikan kemungkinan terdapatnya
perdarahan. Adanya perdarahan di daerah batang otak
biasanya mematikan.

20. Alat kelamin dalam


pada mayat laki-laki testis dapat dikeluarkan dari
skrotum melalui rongga perut. Perhatikan ukuran
konsistensi dan kemungkinan terdapatnya resapan darah.
Pada mayat wanita perhatikan bentuk ukuran indung
telur,dan uterus. Pada uterus perhatikan apakah terdapat
perdarahan

Aspek Medikolegal
ASPEK MEDIKOLEGAL NATURAL SUDDEN
DEATH
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan
melakukan suatu tindakan/usaha
agar  tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui
baik oleh keluarga, masyarakat dan yang
pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus
operandus yang bisa dilakukan adalah
dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit
dengan alasan kecelakaan atau meninggal
di perjalanan  ketika menuju kerumah sakit (Death On
Arrival) dimana sebelumnya almarhum
mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden
death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional
yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap
sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani  surat  kematian  pada  kasus  kematian 
mendadak  (sudden  death)  karena
dikhawatirkan kematian tersebut  setelah diselidiki  oleh
pihak penyidik merupakan kematian
yang  terjadi  akibat  suatu  tindak  pidana.  Kesalahan 
prosedur  atau  kecerobohan  yang  dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan
menandatangani surat kematian tersebut
dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa
prinsip secara garis besar  harus diketahui
oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak 
akibat penyakit yaitu:

1. Apakah pada  pemeriksaan luar  jenazah  terdapat 


adanya  tanda-tanda  kekerasan yang
signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan
kematian ?

2.Apakah  pada  pemeriksaan  luar  terdapat  adanya 


tanda-tanda  yang  mengarah  pada
keracunan ?
3. Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: 
Penyakit  jantung koroner)  yang rutin
datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di
rumah sakit ?

4.Apakah  almarhum  mempunyai  penyakit  kronis 


tetapi  bukan  merupakan  penyakit
tersering  penyebab  natural sudden death ?
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian
yang tidak wajar berdasarkan kriteria
tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus
melaporkan kematian tersebut kepada penyidik
(polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematia

Anda mungkin juga menyukai