Anda di halaman 1dari 10

LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.

1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

PENERAPAN METODE ENAM TOPI BERPIKIR DE BONO


DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 13 Bandung
Tahun Ajaran 2009/2010)
Ratna Rizky Wulandari
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: ratnarizkyw@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampua siswa dalam; (1) berdiskusi sebelum diberi
metode enam topi berpikir De Bono di kelas eksperimen dan sebelum diberi metode diskusi
kelompok di kelas kontrol, (2) berdiskusi setelah diberi metode enam topi berpikir di kelas
eksperimen dan setelah diberi metode diskusi kelompok di kelas kontrol, dan (3) untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam berdiskusi
yang diberi metode enam topi berpikir De Bono di kelas eksperimen dengan yang diberi metode
diskusi kelompok di kelas kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan
metode kuasi eksperimen. Dengan populasi seluruh siswa XI SMK Negeri 13 Bandung tahun
ajaran 2009/2010, dengan sampel kelas eksperimen siswa kelas IX AK 5 dan sampel kelas kontrol
siswa kelas IX AK 3. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara kelas yang diberi metode Enam topi berpikir (kelas eksperimen) dengan kelas yang diberi
metode diskusi kelompok (kelas kontrol). Hal ini dapat dilihat dari uji t yang dilakukan pada data
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengambil taraf signifikansi (α) sebesar 0,05
diperoleh bahwa nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 disebabkan 0,000 < 0,05, maka H0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas ekperimen
yang menggunakan metode enam topi berpikir De Bono dengan kelas kontrol yang memakai
metode diskusi kelompok. Dari perolehan angka tersebut dapat disimpulkan metode enam topi
berpikir mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam berdiskusi.

Kata Kunci: Enam topi berpikir, topi berpikir, De Bono, dan berdiskusi

Abstract

This study aims to determine the student ability; (1) consulted before the given method of six hats
thinking De Bono in the experimental class and the prior given group discussion method in the
control class, (2) a discussion after the given method of six hats thinking in the experimental class
and after being given a group discussion method in the control class, and ( 3) to determine
whether there is a significant difference between the ability of students in a discussion by the six
hats method of thinking De Bono in the experimental class by group discussion method in the
control class. This research is using a quasi-experimental methods. With the entire student
population XI SMK Negeri 13 Bandung 2009/2010 academic year, with samples of the
experimental class students of class IX AK 5 and grade control sample class IX students AK 3. The
results of this study prove that there is a significant difference between the classes by the method
Six hats think (experimental class) with classes by group discussion method (control group). It can
be seen from the t test performed on the data posttest experimental class and control class by
taking a significance level (α) of 0.05 was obtained that the value of significance (2-tailed) of
0.000 because 0.000 <0.05, then H0 is rejected. This shows that there are significant differences
between the experimental class using the six thinking hats De Bono with control class that uses

61
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

group discussion method. From these figures we can conclude the acquisition of the six hats
method of thinking can improve students' speaking skills in discussions.

Keywords: Six thinking hats, caps thinking, De Bono, and discussion

I. PENDAHULUAN kan kata-kata tersebut dan akhirnya


Komunikasi erat kaitannya dapat berbahasa. Hal ini menandakan
dengan keterampilan berbicara karena bahwa berbicara merupakan keteram-
setiap individu yang melakukan ujaran pilan yang mudah dilakukan dan kete-
mempunyai maksud tertentu untuk rampilan yang penting untuk dikuasai.
dipahami oleh lawan bicara sehingga Albert dalam Tarigan (2008:28-29)
pesan yang dimaksud dapat tersam- menyatakan “Kemampuan berbicara
paikan. Dalam sistem ini, individu saling secara aktif merupakan suatu unaur
bertukar pendapat, gagasan, perasaan, penting terhadap keberhasilan kita
dan keinginan dengan bantuan lambang dalam semua bidang kehidupan.”
yang disebut dengan “Kata”. Kata inilah Faktanya, berbicara merupakan
yang menjadi kekuatan sebuah kalimat hal yang sulit untuk dilakukan terutama
efektif dalam berbicara. Hal tersebut ketika mengemukakan gagasan dan ber-
dapat memudahkan komunikasi yang bicara di depan umum. Kesulitan ber-
terjadi antarindividu sehingga pesan bicara tersebut dapat dilihat dari siswa
yang dimaksud dapat tersampaikan. yang tidak berani mengemukakan gaga-
Oleh karena itu, untuk menuangkan sannya dalam pembelajaran berbicara di
gagasan dalam berkomunikasi diper- sekolah. Contohnya pada saat pembe-
lukan keterampilan berbicara yang baik. lajaran berdiskusi di sekolah, masih
Di samping keterampilan me- banyak siswa yang memilih untuk men-
nyimak, membaca, dan menulis, kete- dengarkan daripada mengemukakan ga-
rampilan berbicara merupakan salah satu gasannya. Padahal, pembelajaran berdis-
aspek keterampilan berbahasa. Keteram- kusi merupakan sarana untuk belajar
pilan berbahasa tersebut tidak bisa mengeluarkan gagasan, menanggapi ga-
dipisahkan antara satu dengan yang gasan secara kritis dan mempertahankan
lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat gagasan sendiri dengan argumentasi
Tarigan (2008:1) bahwa “Setiap kete- secara logis dan dapat dipertang-
rampilan itu erat sekali kaitannya deng- gungjawabkan. Terdapat beberapa faktor
an tiga keterampilan lainnya de-ngan yang menjadikan siswa sulit menge-
cara yang beraneka ragam”. Contoh mukakan gagasan pada saat berdiskusi.
keterkaitan tersebut dapat dilihat dari Pertama, karena belum adanya kebe-
keterampilan berbicara yang didahului ranian dan rasa percaya diri yang
oleh keterampilan menyimak. Tarigan tumbuh pada diri setiap siswa, kedua
(2008:3) menyatakan “Berbicara ada- karena siswa merasa takut salah ketika
lah suatu keterampilan berbahasa yang mengemukakan pendapat di depan
berkembang pada kehidupan anak yang umum, dan ketiga karena siswa merasa
hanya didahului oleh keterampilan me- bingung ketika mengemukakan penda-
nyimak dan pada masa tersebutlah ke- patnya.
mampuan berbicara atau berujar dipela- Untuk menanggulangi masalah
jari.” Pada awalnya, manusia belajar ini, dibutuhkan metode yang dapat
berbicara berdasarkan lambang bunyi membantu siswa untuk mengemukakan
yang disimaknya, kemudian mengucap- pendapatnya dengan baik. Salah satu

62
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

metode pembelajaran yang dapat me- atau kelompok orang dengan tujuan
rangsang siswa untuk mengemukakan tertentu.
pendapatnya dari berbagai sudut pan-
dang, yaitu metode enam topi berpikir B. Diskusi Kelompok Sebagai Sarana
De Bono. Latihan Berbicara
Berdasarkan latar belakang di Diskusi berasal dari bahasa latin
atas, tulisan ini menguraikan bagaimana distcutere, yang berarti “Membeberkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran masalah”. Dalam Kamus Besar Bahasa
berdiskusi sebelum dan sesudah diberi Indonesia (KBBI) pengertian diskusi
metode enam topi berpikir De Bono di adalah “Pertemuan ilmiah untuk bertu-
kelas eksperimen, sebelum dan sesudah kar pikiran mengenai suatu masalah”.
diberi metode diskusi kelompok di kelas Kosasih (2009:78) mengartikan diskusi
kontrol. Bagaimana perbedaan signi- sebagai “Bentuk bertukar pikiran untuk
fikan antara kemampuan siswa tersebut. membicarakan suatu masalah.” Hendri-
kus (1991:96) mengartikan diskusi
II. KAJIAN TEORETIS berarti “Memberikan jawaban atas perta-
A. Hakikat Berbicara nyaan atau pembicaraan serius tentang
Berbicara merupakan hal yang suatu masalah objektif.” Tarigan
tidak bisa ditinggalkan oleh manusia (2008:40) mengartikan diskusi adalah
karena tujuan utama dari berbicara ada- “Suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas
lah untuk berkomunikasi. Berbicara me- koordinatif yang mengandung langkah-
rupakan keterampilan yang langsung langkah da-sar tertentu yang harus
berhubungan dengan objek yang dituju dipatuhi oleh seluruh kelompok.” Menu-
untuk menyampaikan pesan yang di- rut Widyamartaya (1980:20) diskusi
maksud. Berbicara menurut Tarigan ada-lah “Bercakap-cakap membicarakan
(2008:16) adalah “Suatu kemampuan suatu hal, suatu masalah, dan mencari
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi jalan keluar atau pemecahannya.”
atau kata-kata untuk mengekspresikan, sedangkan diskusi menurut Suhendar
mengatakan, serta menyampaikan piki- dan Supinah (1992-:107) adalah “Proses
ran, gagasan, dan perasaan.” Lebih pelibatan dua atau lebih individu yang
lanjut lagi Tarigan mengatakan bahwa berinteraksi secara verbal dan saling
berbicara merupakan suatu bentuk peri- berhadapan muka, mengenai tujuan atau
laku manusia yang memanfaatkan faktor saran tertentu melalui cara tukar menu-
fisik, psikologis, neorologis, semantik, kar informasi, pengelolaan sendiri, atau
dan linguistik sedemikian ekstesif secara pemecahan masalah”. Dari pengertian
luas sehingga dapat di-anggap sebagai tersebut dapat disimpulkan bahwa disku-
alat manusia yang paling penting bagi si merupakan sebuah metode untuk me-
kontrol sosial”. mecahkan masalah secara lisan dengan
Dari beberapa pendapat tersebut cara bertukar pikiran dalam sebuah
dapat disimpulkan bahwa pada haki- kelompok.
katnya berbicara adalah suatu keteram- Diskusi ini merupakan salah
pilan dalam berbahasa yang meng- satu sarana untuk meningkatkan kemam-
gunakan lisan dan membutuhkan keca- puan berbicara karena orang-orang yang
kapan dalam mengekspresikan pikiran, terlibat dalam sebuah diskusi akan
gagasan yang ada pada otaknya untuk mengungkapkan pendapatnya masing-
menyampaikan pesan kepada seseorang masing. Dalam situasi ini, perbedaan
pendapat akan terjadi karena masing-

63
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

masing mempunyai keinginan untuk me- dari satu ‘jalur’ atau ‘sudut’ yang tetap
nyelesaikan masalah yang sedang diba- untuk menghindari kerancuan. Apabila
has. Pada saat itulah kemampuan berbi- seseorang berpikir pada jurusan yang
cara akan tergali. Selain itu juga, wawa- sama maka hasil pemikirannya pun akan
san yang dimiliki oleh orang yang menjadi lebih optimal.
sedang berdiskusi akan terlihat. Hal ini Dalam metode ini terdapat
sependapat dengan John Stuart dalam berbagai warna yang dijadikan topi un-
Tarigan (2008:40) mengatakan bahwa: tuk berpikir. Setiap warna mewakili satu
“Satu-satunya cara, tempat dimana ma- jenis kegiatan berpikir. Warna-Warna
nusia dapat mengemukakan beberapa tersebut antara lain putih, merah, hitam,
pendekatan untuk mengetahui kese- kuning, hijau, dan biru. Untuk menge-
luruhan pokok pembicaraan adalah de- tahui bagaimana cara kerja dari setiap
ngan jalan mengetahui segala hal yang topi itu, akan dipaparkan di bawah ini.
dikatakan oleh orang-orang yang mem- 1) Topi Putih
punyai pendapat-pendapat yang berbe- Topi putih melambangkan ber-
da.” pikir secara netral dan objektif, bukan
Pernyataan di atas dapat disi- argumen atau usul. Fokus topi putih
mpulkan bahwa berdiskusi meru-pakan adalah informasi yang ada. Hal-hal yang
cara yang tepat untuk mengetahui sebe- mencakup topi putih antara lain a) Infor-
rapa besar kemampuan berbicara yang masi apa yang dimiliki? b) Informasi
dimiliki seseorang karena dengan perbe- apa yang tidak ada? c) Bagaimana cara
daan pendapat tersebut dapat terlihat memperoleh informasi yang dibutuh-
kemampuan dalam menguasai topik kan?
yang sedang dibahas. 2) Topi Merah
Topi merah melambangkan pe-
C. Metode Enam Topi Berikir De rasaan, intuisi, dan emosi. Topi merah
Bono dapat dikatakan sebagai lawan dari topi
Edward De Bono seorang pakar putih. Tujuan topi merah adalah mem-
terkemuka dalam mengajarkan ketera- beri kesempatan kepada peserta untuk
mpilan berpikir dan penggagas konsep mengeluarkan perasaan sehingga pera-
berpikir lateral kemudian mengem- saan tersebut dapat menjadi bagian dari
bangkan teknik-teknik formal tersebut keputusan yang akan diambil. Hal-hal
menjadi teknik kreatif. Dalam bukunya yang berkaitan dengan perasaan bia-
yang berjudul “Revolusi Berpikir” sanya merupakan perasaan pembenaran,
(2007) pada tahun 1993 meng- situasi saat ini, dan keragu-raguan.
gambarkan metode berpikir kreatif yaitu 3) Topi Hitam
metode Enam Topi Berpikir. Dalam Topi hitam adalah dasar dalam
buku ini, De Bono memusatkan pemikir berpikir kritis. Berpikir kritis adalah
untuk berpikir dalam satu jalur atau berpikir dengan menilai baik dan buruk..
dapat disebut berpikir paralel. Dalam Beberapa contoh pertanyaan yang dapat
artikelnya Hidayat (2008) mengatakan digunakan pada saat menggunakan topi
bahwa berpikir paralel berarti “Mengon- hitam adalah sebagai berikut: a) Apakah
disikan agar orang-orang yang bekerja ini benar? b) Apakah ini cocok? c) Apa-
dalam tim bisa berpikir ke arah yang kah ini akan berhasil? d) Apa resikonya
sama, dengan ‘jalur’ berpikir yang dan apa masalahnya?
sama”. Berpikir paralel merupakan 4) Topi Kuning
berpikir yang mengaharuskan berpikir

64
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

Warna kuning melambangkan artikel Hidayat (2008) yang berjudul


sinar matahari dan optimisme. Dengan “Six Thinking Hats, Enam Topi Pemikir
menggunakan topi kuning, peserta dis- “ adalah sebagai berikut.
kusi dapat mencari mencari nilai, 1) Menciptakan kesamaan kondisi pe-
manfaat, dan alasan suatu fungsi. mikiran, sehingga tercipta ‘bahasa
Dengan kata lain, menggunakan topi pemikiran’ yang sama, mengopti-
kuning berarti berpikir positif tentang malkan kerja otak, dan fokus.
sesuatu. Contoh pertanyaan yang diung- 2) Diversity, keragaman pemikiran ba-
kapkan pada saat memakai topi kuning nyak orang akan menghasilkan pe-
antara lain: a) Apa manfaatnya? b) Me- mikiran lebih baik.
ngapa ini pasti berhasil? 3) Membantu anggota tim untuk ber-
pikir tanpa dipengaruhi karak-
ternya. Dengan menggunakan meto-
5) Topi Hijau de ini seseorang yang berpikir akan
Topi Hijau mencerminkan per- sulit untuk menghadirkan karakter-
tumbuhan, energi dan kehidupan. To-pi nya karena setiap orang yang meng-
hijau adalah topi produktif, generatif, gunakan metode ini sudah mem-
kreatif, dan inovatif. Manfaat untuk topi punyai jalur berpikir yang sudah
hijau antara lain eksplorasi, usul dan ditentukan oleh warna topi.
saran, alternatf, ide-de baru, provokasi, 4) Menghilangkan “Ego” masing-ma-
aksi dan energi sing orang. Setiap orang yang ber-
pikir, akan memikirkan suatu ma-
6) Topi Biru salah secara objektif. “Ego” yang
Topi biru adalah pandangan me- ada akan terhapus karena setiap
nyeluruh yang mengontrol proses. Topi orang akan berpikir dengan jalur
biru mencakup hal-hal sebagai berikut. berpikir metode ini.
a) Di mana posisi kita sekarang? b) Apa 5) Mengurangi perdebatan. Metode ini
langkah selanjutnya? c) Simpulan d) merupakan metode yang mempu-
Pengamatan dan komentar (De Bono, nyai aturan main yang jelas. Ketua
2007:95-117). kelompok mempunyai wewenang
untuk mengatur waktu dalam ber-
D. Keuntungan Memakai Metode pikir untuk mengungkapkan penda-
Enam Topi Berpikir De Bono patnya, sehingga setiap orang fokus
Metode enam topi beripikr De terhadap pendapatnya masing-ma-
Bono ini memiliki banyak keuntungan sing.
karena metode ini diciptakan untuk ber- 6) Memaksa kita mengoptimalkan ma-
pikir dalam satu jalur pemikiran yang sing-masing otak karena setiap
bermanfaat untuk metode memecahkan orang menggunakan topi yang ber-
masalah. Metode ini bukan metode yang beda-beda.
memaksa seseorang untuk berpikir de-
ngan berbagai warna, tetapi metode ini E. Langkah-langkah Menggunakan
menawarkan pemikiran dengan satu je- Metode Enam Topi Beripikr De Bono
nis berpikir pada satu saat agar panda- Dalam memakai metode enam
ngan seseorang tersebut terhadap suatu topi beripikr De Bono terdapat dua cara
masalah dapat disikapi dalam frame untuk menggunakannya, antara lain
berpikir yang sama. Keuntungan meto- penggunaan sesuai dengan kebutuhan
de enam topi beripikr De Bono dalam sesaat dan penggunaan yang sistematis.

65
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

1. Penggunaan sesuai dengan kebu- Yang kedua adalah penggunaan topi


tuhan sesaat. hitam untuk melakukan penilaian.
Penggunaan sesuai kebutuhan d. Topi hitam selalu digunakan untuk
sesaat ini merupakan hal yang paling penilaian terakhir terhadap suatu
umum terjadi. Suatu saat salah satu topi ide. Penilaian terakhir ini selalu
dapat digunakan untuk mengganti topi harus diikuti oleh topi merah. Tu-
lainnya. Di sini orang dapat menya- juannya adalah agar pemikir dan
rankan penggantian topi sesuai dengan peserta lain mengetahui bagaimana
kebutuhan pemecahan masalah yang perasaannya tentang ide itu setelah
ada. Topi yang disarankan mungkin menilainya.
hanya akan dipakai selama dua atau tiga e. Jika ada perasaan tertentu yang kuat
menit saja, selanjutnya pemikir dapat tentang sesuatu subjek, pakailah topi
menggantinya sesuai dengan kebutuhan. merah untuk mengeluarkan pera-
Topi itu memberi jalan untuk mengganti saan-perasaan itu.
alur pemikiran. f. Jika tidak ada perasaan-perasaan
2. Penggunaan yang sistematis yang mengganggu, segera gunakan
Dalam situasi ini, urutan peng- topi putih untuk mengumpulkan
gunaan topi berpikir sudah diatur sebe- informasi. Setelah topi putih, guna-
lumnya dan pemikir menjalaninya sesuai kan topi hijau untuk memunculkan
dengan urutan. Hal ini dilakukan apa- berbagai alternatif. Kemudian, tim-
bila ada kebutuhan untuk membahas bang alternatif itu dengan menggu-
suatu subjek secara cepat dan efektif. nakan topi kuning, diikuti oleh topi
Urutan itu ditentukan dengan meng- hitam. Lalu, pilih satu alternatif dan
gunakan topi biru yang merancang pertimbangkan alternatif itu dengan
program tentang masalah yang menjadi topi hitam, kemudian topi merah
subjek. Metode ini juga bermanfaat apa- (De Bono, 2007:121).
bila ada pertengkaran atau ketidak- De Bono (2007:122) mengata-
sepahaman antara individu terhadap satu kan “Perbedaan utama urutan-urutan di
hal dan individu-individu itu tidak atas adalah perbedaan antar dua situasi
menggunakan cara berpikir yang benar. yaitu mencari ide dan bereaksi terhadap
Penggunaan yang berurutan ini dapat satu ide”.
ditentukan sendiri dengan aturan sebagai
berikut. III. METODE PENELITIAN
a. Setiap topi dapat digunakan lebih Metode penelitian yang diguna-
dari satu kali. kan dalam penelitian ini adalah metode
b. Umumnya yang terbaik adalah eksperimen. “Metode eksperimen me-
menggunakan topi kuning sebelum rupakan metode penelitian yang menguji
menggunakan topi hitam karena hipotesis berbentuk hubungan sebab aki-
sulit bersikap poitif setelah bersikap bat melalui pemanipulasian variabel in-
penuh kritik. dependen (misal treatment, stimulus,
c. Topi hitam digunakan dengan dua kondisi) dan menguji perubahan yang
cara. Yang pertama adalah untuk diakibatkan oleh pemanipulasian tadi”
menunjukkan kelemahan suatu ide. (Subana, 2001:95). Eksperimen yang
Dengan demikian, topi ini harus akan digunakan dalam penelitian ini
diikuti oleh topi hijau, yang bertugas adalah eksperimen semu atau biasa dise-
mencari cara mengatasi kelemahan. but dengan eksperimen kuasi. Eksperi-
men kuasi ini muncul karena penelitian

66
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

terhadap ilmu sosial secara umum dan sebelum perlakuan atau biasa disebut
bidang bahasa secara khusus tidak rea- pretest (O1). Pretest ini dilakukan di
listis apabila hanya dibatasi pada ranca- kelas eksperimen maupun kelas kontrol
ngan kebenaran eksperimental. Pene- untuk mengukur kemampuan awal sis-
litian bahasa dihadapkan berbagai per- wa. Kedua tes yang dilakukan setelah
soalan yang sangat rumit, seperti sikap perlakuan atau biasa disebut posttest
manusia, pembelajaran bahasa, dan (O2). Posttest ini dilakukan setelah
sikap bahasa yang sewaktu-waktu dapat perlakuan (X) dengan metode enam topi
berubah. Penggunaan metode ekspermen beripikr De Bono yang diterapkan di
kuasi dalam penelitian ini disesuaikan kelas eksperimen sedangkan perlakuan
dengan tujuan penelitian, yaitu menguji di kelas kontrol dilakukan dengan me-
penerapan metode enam topi beripikr De makai metode diskusi kelompok.
Bono dalam pembelajaran berdiskusi.
Metode eksperimen yang penulis guna- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
kan adalah nonequivalent control group Untuk menerapkan metode
design. Metode ini hampir sama dengan enam topi berpikir ini guru menyediakan
pretest posttest control group design, replika topi yang terbuat dari kertas lipat
hanya saja pada metode ini kelas berwarna hitam, merah, kuning, hijau,
eksperimen dan kelas kontrol tidak di- biru, dan putih. Siswa dibagi dalam tiga
pilih secara random melainkan dengan kelompok diskusi untuk membahas
kriteria tertentu. Model ini membutukan tema-tema yang berbeda. Setiap kelom-
dua kelas dalam penelitiannya, satu ke- pok memiliki satu orang ketua yang
las eksperimen dan satu kelas kontrol akan memandu anggotanya menentukan
sebagai pembanding penelitian. Tabel urutan topi mana saja yang akan dipakai
desainya adalah sebagai berikut: dalam berdiskusi. Setelah itu setiap ke-
Tabel 1 lompok memaparkan hasil diskusi di
Pola Penelitian dalam kelompoknya di depan kelas.
Siswa lain menyimak dan menanggapi
E O1 X O2 hasil diskusi tersebut.
Penilaian dilakukan dengan cara
O4 merekam semua aktivitas diskusi yang
K 03
selanjutnya ditranskrip ke dalam bentuk
tulisan. Penilaian tersebut didasarkan pa-
(Sugiyono, 2008:116) da aspek kualitas gagasan, kuantitas isi
E = Kelompok Eksperimen gagsan, kuantitas berpendapat, santun
K = Kelompok kontrol dalam berbahasa, hubungan isi dengan
O1 = Pretest, tes yang dilakukan topik, toleransi dalam berpendapat, dan
sebelum eksperimen kelancaran berbicara.
O2 = Posttest, tes yang dilakukan Berdasarkan hasil penghitungan
setelah eksperimen yang diperoleh, dapat diketahui rata-rata
X = Perlakuan nilai pretest siswa di kelas eksperimen
sebesar 55,8 dan rata-rata nilai pretest
Desain di atas menggambarkan siswa di kelas kontrol sebesar 55,29.
bahwa tes yang digunakan dalam pene- Data tersebut menunjukkan bahwa tidak
litian ini dilakukan sebanyak dua kali ada perbedaan yang berarti pada
pada kelas eksperimen (E) maupun kelas kemampuan awal siswa di kelas
kontrol (K). Pertama tes yang dilakukan eksperimen maupun kelas kontrol atau

67
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

dalam kata lain, kemampuan awal siswa eksperimen berasal dari populasi yang
di kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, sedangkan
sama. pada kelas kontrol sampel berasal dari
Untuk mengetahui kemampuan populasi yang berdistribusi normal. Hal
akhir siswa setelah diberi metode enam ini dapat terlihat dari nilai signifikansi >
topi berpikir De Bono pada kelas 0,05, karena 0,062 > 0,05 dapat
eksperimen dan metode diskusi kelom- disimpulkan bahwa sampel di kelas kon-
pok pada kelas kontrol, selanjutnya trol pada nilai pretest ini berasal dari
siswa tersebut mengikuti posttest. Ber- populasi yang berdistribusi normal.
dasarkan perhitungan tersebut didapat- Selanjutnya, karena data kedua
kan rata-rata kedua kelas mengalami kelas tidak sama, ada yang berdistribusi
peningkatan dibandingkan pretest. Rata- normal dan ada data yang tidak berdis-
rata kelas eksperimen berubah menjadi tribusi normal, maka langkah selan-
78,4 dan kelas kontrol berubah menjadi jutnya adalah menguji kesamaan dua
65,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata memakai uji Kolmogorov-
rata-rata kelas yang diberi metode enam Smirnov dengan mengambil taraf
topi berpikir De Bono lebih besar dari signifikansi (α) sebesar 0,05. Dari hasil
nilai rata-rata kelas yang diberi metode penghitungan tersebut didapatkan nilai
diskusi kelompok. 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
Setelah mengetahui rata-rata terdapat perbedaan rata-rata skor pretest
baik pretest maupun posttest di kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol
eksperimen dan kelas kontrol, kemudian karena 0,854 > 0,05.
diadakan uji antar penimbang (ANA- Untuk mengetahui normalitas
VA). Hal ini dilakukan untuk meng- data posttest, dilakukan hal yang sama
hindari subjektifitas yang tinggi antar seperti uji normalitas pada data pretest.
penilai satu dan penilai lainnya. Dari Hasil penghitungan uji normalitas data
hasil penghitungan tersebut didapatkan posttest di kelas eksperimen kelas
nilai reliabilitas antar penimbang untuk kontrol menunjukkan sampel berasal
data nilai pretest dan posttest di kelas dari populasi yang berdistribusi normal.
eksperimen secara berturut-turut adalah Hal ini dapat dilihat dari nilai signi-
0,94 dan 0,81. Berdasarkan tabel Guil- fikansi kelas eksperimen dan kontrol
ford, koefisien reliabilitas antar-penim- berturut-turut sebesar 0,2 dan 0,104.
bang untuk nilai seperti itu termasuk Nilai 0,2 > 0,05 dan 0,104 > 0,05.
dalam korelasi sangat tinggi. Untuk uji Hal yang dilakukan selanjutnya
reliabilitas antarpenimbang di kelas adalah uji homogenitas nilai posttest. Uji
kontrol didapatkan nilai pretest dan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
posttest 0,93 dan 0,79. Berdasarkan masing-masing data yang diperoleh dari
tabel Guilford, koefisien reliabilitas an- kedua kelas sampel memiliki varians po-
tarpenimbang untuk nilai seperti itu pulasi yang sama atau berbeda, dengan
termasuk dalam korelasi sangat tinggi mengambil taraf signifikansi 0,05. Dari
dan tinggi. penghitungan dengan menggunakan uji
Hasil perhitungan normalitas One Way Anova didapat nilai signifi-
menunjukkan bahwa data pretest pada kansi 0,000, karena 0,000 < 0.05 maka
kelas eksperimen pada nilai pretest tidak dapat disimpulkan bahwa ketiga varian
berdistribusi normal karena nilai signi- berbeda.
fikansi < 0.05, karena 0,04 < 0,05 dapat Setelah mengetahui nilai signifi-
disimpulkan bahwa sampel pada kelas kansi pada uji homogenitas, hal yang

68
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

selanjutnya dilakukan adalah uji t. Uji t ini pun sekaligus menjawab bahwa
ini merupakan pembuktian dari hipotesis metode enam topi berpikir De Bono
yang ada pada penelitian ini, apakah dapat meningkatkan keterampilan berbi-
terdapat perbedaan yang signifikan an- cara siswa pada saat berdiskusi.
tara kelas yang diberi metode enam topi
berpikir De Bono dengan kelas yang
tidak diberi metode enam topi berpikir
De Bono. Dari hasil penghitungan uji t DAFTAR PUSTAKA
ini didapatkan nilai signifikansi 0,000,
karena 0,000 < 0,005 maka H0 ditolak. Akdon. (2007). Modul aplikasi statistika
Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan. Bandung:
terdapat perbedaan yang signifikan an- Program Megister Pendidikan
tara kelas yang diberi metode enam topi Dasar Universitas Pendidikan
berpikir De Bono dengan kelas yang Indonesia.
tidak diberi metode enam topi berpikir Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian
De Bono. suatu pendekatan praktik. Jakar-
ta: Rineka Cipta.
V. SIMPULAN De Dono, Edward. (2007). Revolusi
Berdasarkan keseluruhan anali- berpikir. Bandung: KAIFA.
sis yang telah dibahas baik data kuan- Depotter, Bobbi. 2007. Quantum lear-
titatif maupun data kualitatif maka ning. Bandung: Kaifa.
diperoleh simpulan akhir, yaitu Kemam- Direktorat akademik UPI. 2010.
puan awal siswa dalam berdiskusi baik Panduan program latihan profe-
di kelas eksperimen yang menggunakan si (plp). Bandung; direktorat
metode enam topi berpikir maupun kelas akademik UPI.
kontrol yang menggunakan metode Haryonosuyono.blogspot.com/2007/03/.l
diskusi kelompok mempunyai kesama- aporan-mengikuti-festival-of-
an. Kemampuan akhir siswa setelah thinker-kedua-di-abu-dhabi-21-
diberi perlakuan di kelas eksperimen 24oktober.
maupun kontrol meningkat dibanding- Hendrikus, Dori. (1991). Retorika
kan pada saat pretest. Hal ini mem- Terampil berpidato, berdiskusi,
buktikan bahwa terdapat peningkatan berargumentasi, dan bernegoi-
kemampuan keterampilan berbicara sasi. Yogyakarta: KANISIUS.
siswa di kelas eksperimen maupun kelas http/luqmanbaehaqi.blogspot.com/2008/
kontrol. Akan tetapi, rata-rata nilai kelas 03/.topi-ajaib.html.topi-ajaib.
eksperimen yang memakai metode enam Senin, 10 Maret.
topi berpikir De Bono lebih besar Iskandarwassid & Suhendar. (2008).
dibandingkan dengan kelas kontrol yang Strategi pembelajaran bahasa.
hanya diberi metode diskusi kelompok. Bandung: ROSDA.
Setelah dilakukan perhitungan uji nor- Kosasih, E. (2008). Terampil berbicara
malitas dan uji homegenitas bahwa di depan umum. Jakarta: Nobel
terdapat perbedaan yang signifikan an- Machfoedz. Mahmud. (2005). Rapat dan
tara kemampuan berdiskusi siswa yang persentasi lisan yang efektif.
diberi metode enam topi berpikir De Yogyakarta: ANDI.
Bono di kelas eksperimen dengan ke- Margono,S. 2004. Metodologi penelitian
mampuan siswa yang diberi metode pendidikan. Jakarta: Rineka Cip-
diskusi kelompok di kelas kontrol. Hal ta

69
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.1, Januari 2017 e-ISSN 2549-2594

Nurgyantoro, Burhan. (2001). Penilaian karya ilmiah. Bandung: Tidak


dalam pengajaran bahasa dan diterbitkan.
sastra. Yogyakarta: BPFE Yog- Widyamartaya. (1980). Kreatif
yakarta. berwicara.Yogyakarta:
Syamsudin dan Damaianti, Vismaia. KANISIUS.
2007. Metodologi pendidikan
bahasa. Bandung: Rosda.
Pratama, Reza. 2006. Penerapan model
futsal dalam pembelajaran ber-
bicara pada siswa kelas 1 sma
kartika 2 bandung.Skripsi UPI.
Tidak diterbitkan.
Priyatno, D. (2008). Mandiri belajar
spps untuk analisis data dan uji
statistik. Yogyakarta: Media
com
Rakhmat, Jalaludin. (2001). Retorika
modern pendekatan praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosda-
karya.
Saptiah, Siti. 2008. Penerapan metode
de bono dalam pembelajaran
bahasa di taman kanak-kanak
(studi kasus di tk ummul
mukminin soreang).Skripsi Upi.
Tidak Diterbitkan.
Nurfatia, Elis. (2009). Pembelajaran
berbicara dengan menggunakan
teknik “hembusan angin ken-
cang” (studi kuasi eksperimen
pada siswa x sma kartika sili-
wangi 3 bandung tahun ajaran
2008/2009). Skripsi Upi, Tidak
diterbitkan.
Subana dan Sudrajat.(2001). Dasar-
dasar penelitian ilimiah. Ban-
dung: Pustaka Setia
Sudjana, (1992). Metoda statistika.
Bandung: TARSITO.
Suhendar & Supinah. (1992).
Pengajaran dan ujian
keterampilan menyimak dan
keterampilan berbicara.
Bandung: Pionir Jaya
Universitas Pendidikan Indonesia.
(2009). Pedoman penulisan

70

Anda mungkin juga menyukai