Anda di halaman 1dari 67

Update Vaksin Covid-19

dr. Inke Nadia D. Lubis, M.Ked(Ped), SpA, PhD

www.usu.ac.id Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

www.usu.ac.id
Mengapa Vaksinasi Penting
• Individu
– Vaksin dapat mencegah penyakit infeksi

• Komunitas
– Ketika masyarakat telah diimunisasi untuk mencegah suatu penyakit, maka
penyebaran penyakit tersebut akan terhambat. Disebut “herd” = “indirect”
terjadi Kekebalan Komunitas

• Herd Immunity
– Ketika masyarakat telah mempunyai kekebalan maka secara tidak langsung
dapat mencegah sebagian masyarakat yang tidak diimunisasi seperti bayi
muda dan orang yang menderita defisiensi imun

www.usu.ac.id
Herd Immunity

www.usu.ac.id
• Imunitas alami adalah respon kepada infeksi SARS-CoV-2 yang dapat
berbeda bergantung pada gejala pada kasus asimptomatik, ringan dan
berat, dan pada stadium awal atau akhir dari infeksi
– 40 – 75% infeksi ringan atau asimptomatik
• Individu tanpa gejala atau dengan gejala ringan mempunyak antibody-
mediated immunity yang rendah
– Mempunyai implikasi penting pada kekebalan komunitas
Jeyanathan M, Nature 2020

www.usu.ac.id
Tujuan Vaksinasi
Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu
Intermediate Goal

Menurunkan prevalensi penyakit (mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit
Final Goal

www.usu.ac.id
Percepatan Pengembangan Vaksin

www.usu.ac.id
Lessons Learnt

www.usu.ac.id Funk CD, Frontiers in Pharmacology 2020


Target Vaksin COVID-19
• Positive sense, single stranded RNA virus
• Mempunyai 4 protein struktural
- Protein S
- Protein E (envelope)
- Protein M (membrane)
- Protein N (nucleocapside)
• Vaksin mengandung protein S memperoleh respon
imun selular dan humoral yang poten
• Protein S, terutama RBD, mampu merangsang neutralizing antibody dan respons
imun sel T
• Titer NAb berkaitan dengan tingkat IgG anti-RBD dan IgG spesifik-RBD yang
menetralisasi SARS-CoV-2
www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
Platform Vaksin
Sinovac
Sinopharm
AstraZeneca
CanSino
Gamaleya
Janssen

Moderna
Pfizer-BioNTech

www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
Fase pada Uji Klinik
Fase 1
– Menentukan keamanan dan dosis pada kelompok kecil individu
Fase 2
– Uji pada ratusan individu dalam beberapa kelompok (anak, lansia) untuk
menilai peran vaksin pada kelompok yang berbeda
Fase 3
– Uji pada ribuan individu, dibandingkan dengan plasebo. Memberi informasi
mengenai efikasi dan keamanan
Fase 4
– Mencatat efek samping serius
– Mengidentifikasi apakah paparan berulang SARS-CoV-2 pada individu akan
menyebabkan terinfeksi, dan derajat berat penyakit
www.usu.ac.id
Slide
Prof. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)

www.usu.ac.id
BioNTech/Pfizer Vaccine
Phase 3 Interim Results
• Vaksin mRNA, 2 dosis, interval 3 minggu
• 43.000 partisipan
• Tujuan Primer: Kejadian infeksi SARS-CoV-2 7 hari setelah dosis ke-2 pada
kelompok yang belum pernah terinfeksi COVID-19
– 170 kasus di masing-masing kelompok
– 8 vs 162 kasus COVID-19 di kelompok vaksin vs plasebo (P<0.0001)
– Efikasi 95%, efikasi pada usia > 65 tahun 94%
– 1 vs 9 kasus berat pada kelompok vaksin vs plasebo
• Tujuan Sekunder: Kejadian infeksi SARS-CoV-2 pada individu yang belum
dan sudah pernah terinfeksi COVID-19

www.usu.ac.id
Moderna
Phase 3 Interim Results
• Vaksin mRNA, 2 dosis, interval 4 minggu
• 30,000 partisipan di Amerika Serikat
• Tujuan primer: Kejadian infeksi SARS-CoV-2 2 minggu setelah dosis ke-2
– 95 individu pada masing-masing kelompok
– Efikasi 94.5%
– 5 vs 90 kasus pada kelompok vaksin vs plasebo (P<0.0001)
• Tujuan sekunder: Kasus berat COVID-19
– 11 individu pada masing-masing kelompok
– 0 vs 11 kasus berat pada kelompo vaksin vs plasebo

www.usu.ac.id
ChAdOx1 nCoV-19
Phase 3 Interim Results
• Adenovirus-based vaccine
• 2 dosis
• 11.636 individu (7548 di Inggris, 4088 di Brazil)
• 1:1 randomisasi
• Efikasi 62,1-90,0%

www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
Sinopharm
Phase 3 Interim Results

• Dua dosis, interval 3 minggu


• Efikasi 79,3%
• Data belum dipublikasi.

www.usu.ac.id
Sinovac (CoronaVac)
Fase 1
• Berbagai dosis dengan adjuvant aluminium pada hari 0 dan 7
• Respon antibodi spesifik-S, spesifik-RBD, dan spesifik-N dinilai
dengan ELISA pada minggu 1 dan minggu 6 setelah imunisasi awal

www.usu.ac.id
Sinovac (CoronaVac)
Fase 2
• 600 individu sehat usia 18 – 59 tahun
• Dosis: 3 μg/0,5 mL atau 6 μg/0,5 mL atau plasebo pada hari 0, 14
atau hari 0, 28

www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
A Phase III, Observer-blind, Randomised, Placebo-
Controlled Study of the Efficacy, Safety and
Immunogenicity of SARS-CoV-2 Inactivated Vaccine
in Healthy Adults Aged 18 – 59 Years in Indonesia
(CoV2-0320)

www.usu.ac.id
Tujuan Primer
Untuk mengevaluasi efikasi vaksin SARS-CoV-2 dalam mencegah penyakit
yang disebabkan oleh SARS-CoV-2

Tujuan Sekunder
– Mengevaluasi efikasi vaksin SARS-CoV-2 dalam mencegah kasus suspek
– Mengevaluasi keamanan vaksin SARS-CoV-2
– Mengevaluasi imunogenisitas vaksin SARS-CoV-2
– Mengevaluasi konsistensi antar batch dengan menggunakan analisa 3 batch
vaksin SARS-CoV-2 melalui analisa serum untuk mengetahui respon sistem
imun

www.usu.ac.id
Intervensi

• SARS-CoV-2 inactivated vaccine:


– SARS-CoV-2 antigen (3 μg/0,5 mL)
– Auminium hydroxyde, disodium hydrogen phosphate, sodium
dihydrogen phosphate, sodium chloride, dll

• Placebo:
– Water for injection dalam kemasan ampul (0,5 mL/dosis)

www.usu.ac.id
Desain Penelitian - Sinovac

www.usu.ac.id
Desain Penelitian - Sinovac

www.usu.ac.id
Sinovac
Fase 3

www.usu.ac.id
Analisa
Analisa
Keterangan Awal Efek
Negara Dosis Interval Partisipan Awal Efikasi
Partisipan Efek Samping
Efikasi
Samping
Turki 2 0, 28 7.371 1.200 nakes 1.322 91,25% 2.964 Lelah
(16,2%) Tidak ada Covid-19 Sakit kepala
berat Reaksi alergi
(1)
Brazil 2 0, 14 13.000 12.000 nakes 218 78,0% Tidak tersedia Nyeri area
(92,3%) Tidak ada Covid-19 suntikan
Termasuk lansia berat.
50,4% jika termasuk
asimptomatik Covid-
19
Indonesia 2 0, 14 1620 18-59 tahun Tidak 65,3% Tidak Nyeri area
- 514 data tersedia tersedia suntikan,
imunogenisitas lelah, sakit
kepala
Chile 2 0, 14 10,2 juta Usia > 16 tahun Tidak 65,9% Tidak
tersedia 87,5% mencegah tersedia
rawat inap
90,3% mencegah
rawat intensif
86,3% mencegah
www.usu.ac.id kematian
VAKSIN COVID-19 PADA ANAK

www.usu.ac.id
• 2260 anak usia 12 – 15 tahun dengan 1:1 30 µg BNT162b2 atau plasebo
• Interval 21 hari
• 1131 dengan 2 dosis BNT162b2
• 1129 dengan plasebo

www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
• 3732 anak usia 12 – 18 tahun, 2:1 dosis 100 µg mRNA-1273 vs placebo

• Efikasi 93% pada 1 dosis, dan efikasi 100% pada 2 dosis

• Tidak ada efek samping serius

www.usu.ac.id
• 479 anak usia 3 – 17 tahun di Provinsi Hebei, Cina

• 0,5 mL CoronaVac vs aluminium hydroxide pada hari 0 dan 28

• Dosis 1,5 µg atau 3,0 µg atau aluminium (2:2:1)

www.usu.ac.id
Titer Neutralizing Antibodi

www.usu.ac.id
Efek Samping

www.usu.ac.id
Efek Samping

www.usu.ac.id
VAKSIN COVID-19 PADA IBU HAMIL

www.usu.ac.id
• 3958 ibu hamil usia 16 hingga 54 tahun
- Pfizer-BioNTech vs Moderna
- Trimester 1 28,8% vs 28,4%
- Trimester 2 43,6% vs 42,9%
- Trimester 3 25,0% vs 26,7%
• 827 kehamilan sempurna

www.usu.ac.id
VAKSIN CAMPURAN

www.usu.ac.id
• Kombinasi vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca
• Interval 4 minggu
• Respon imun berbeda tergantung urutan pemberian
vaksin
• Dosis 1 AstraZeneca dan dosis 2 Pfizer-BioNtech
• Efek samping lebih sering dilaporkan

www.usu.ac.id
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI

www.usu.ac.id
Efek Samping Sinovac

www.usu.ac.id
Pfizer BioNTech Moderna
Efek Samping N (%) Efek Samping N (%)
Sakit kepala 1550 (21,2) Sakit kepala 430 (24,1)
Lelah 1192 (16,3) Demam 333 (18,6)
Pusing 1113 (15,2) Menggigil 315 (17,6)
Mual 1014 (13,9) Nyeri 290 (16,2)
Menggigil 983 (13,5) Pusing 289 (16,2)
Demam 962 (13,2) Lelah 287 (16,1)
Nyeri 958 (13,1) Mual 281 (15,7)
Nyeri area suntikan 716 (9,8) Nyeri area suntikan 208 (11,6)
Nyeri pada ekstremitas 610 (8,4) Nyeri pada ekstremitas 189 (10,6)
Dispnea 536 (7,3) Dispnea 172 (9,6)
www.usu.ac.id
CDC. COVID-19 vaccine update
Efek Samping Berat
• Reaksi alergi berat
Anafilaksis terjadi pada 5,0 kasus per 1 juta dosis setelah menerima vaksin
Pfizer/BioNTech, dan 2,8 kasus per 1 juta dosis setelah Moderna.
Umumnya terjadi 10 menit setelah suntikan (74-86% terjadi <15 menit, 90% terjadi
<30 menit)

• Miokarditis dan perikarditis


40,6 kasus miokarditis per 1 juta dosis kedua vaksin mRNA pada laki-laki usia < 30
tahun

www.usu.ac.id
• Sindroma trombotik trombositopenia (STT)
1 kasus per 100.000 setelah dosis AstraZeneca, tergantung usia
3,1 kasus untuk usia <50 tahun, 2,7 kasus usia 50-59 tahun, 1,4 kasus usia 60-69
tahun, 1,8 kasus usia 70-79 tahun per 100.000 dosis AZ

• Kematian
23 kematian pada lansia di Norwegia setelah menerima vaksin COVID-19 masih
belum mendapatkan penjelasan.

www.usu.ac.id
DURASI PROTEKSI

www.usu.ac.id
Durasi Proteksi Vaksin Moderna selama pemantauan 119 hari

www.usu.ac.id
Mutasi SARS-CoV-2
Apa yang terjadi jika SARS-CoV-2 bermutasi?
• Virus bermutasi setiap saat à menandai bahwa virus berkembang
• Mutasi pada SARS-CoV-2 lebih lambat dibandingkan virus lainnya
• Terjadinya mutasi sulit di prediksi

• Mengerti mengenai karakteristik molekular SARS-CoV-2 akan memberi


bukti untuk mengetahui asal, sirkulasi, dan evolusi genetik dari SARS-CoV-2
di Indonesia
• Informasi tersebut dapat digunakan untuk kebijakan kesehatan masyarakat,
perawatan, penemuan terapi dan vaksin

www.usu.ac.id
www.usu.ac.id
Data Sebaran WGS complete per--provinsi di Indonesia
2
BandaAceh

52 7
SumateraUtara
Kalimantan
Utara
3 1
16 Gorontalo 8 MalukuUtara
9 Sulawesi Utara
Riau 17 Kalimantan
100 Kalimantan Timur 4
Sumatera Barat Sulawesi Tengah
Barat 1
Kepulauan 1 24
PapuaBarat
3 Jambi Kalimantan
BangkaBelitung 23
Tengah Sulawesi
23 32
Sumatera Barat
5 Kalimantan 3 Maluku 11
Bengkulu Selatan Selatan 22 Sulawesi Tenggara 3 Papua
3 Sulawesi Selatan
Lampung
577
DKI Jakarta
168
131 143 JawaTimur
Banten JawaTengah
488 11
352 NusaTenggara 9
JawaBarat
D.I Yogyakarta Bali Barat NusaTenggara
1--49 virus 52 Timur
200--249 virus 400--449 virus

50--99 virus
250--299 virus 450--499 virus

100--149 virus
www.usu.ac.id
300--349 virus 500--549 virus

150--199 virus 350--399 virus 550--599 virus


Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 2021
Sebaran Variant of Concern (VOC) SARS--CoV--2
di Indonesia per--bulan

Sebaran Variant of Concern (VOC) B.1.1.7 (Alpha), B.1.351 (Beta),


dan B.1.617.2 (Delta)

B.1.1.7 (Alpha) 117

B.1.351 (Beta)
103
B.1.617.2 (Delta)

21
18
12
8
3 5 4 3
1 1 1 2 1 1
https://blog.biorender.com/post/infographic--variants--of--concern--rasmussen

Januari 2021 Februari 2021 Maret 2021 April 2021 Mei 2021 Juni 2021

www.usu.ac.id
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 2021
Ikhtisar singkat Variant Of Concern (VOC) B.1.1.7, B.1.351, dan B.1.167.2 di Indonesia

Variant of Concern (VoC)


B.1.1.7 (Alpha) B.1.351 (Beta) B.1.617.2 (Delta)
Pertama kali ditemukan Sumatera Selatan Jakarta Jakarta
11 Maret 2021 3 April 2021
5 Januari 2021

Rangkuman singkat Variant B.1.1.7 dari Inggris diketahui menyebabkan Variant B.1.351 dari Afrika Selatan diketahui Variant B.1.617 menunjukkan 30--40% lebih menular
peningkatan kemampuan binding virus ke reseptor
di sel manusia sehingga 40--70% lebih menular meningkatkan resiko infeksi ulang, dapat daripada B.1.1.7, serta memperlihatkan adanya penurunan
dibandingkan varian lain. Delesi 69--70 dapat menghindari antibodi monoklonal pada terapi dan kemampuan pengikatan antibodi netralisasi dibandingkan
mengganggu deteksi virus SARS--CoV--2 dengan mengurangi kemampuan antibodi netralisasi pada dengan varian lain pada orang yang telah di vaksinasi
menggunakan test tertentu.
vaksin lengkap.
Mutasi pada key spike L452R, D614G, P681R, ±E484Q
Delesi H69/V70; Delesi Y144; N501Y; A570D; dan Delesi L242/A243/L244; K417N, E484K, dan
N501Y E484Q mirip dengan E484K pada variant Afrika Selatan
P681H
dan Brazil, P681R mirip dengan P681H pada variant B.
1.1.7
Jumlah yang terdapat 49 virus (2,10 %) 6 virus (0,26 %) 246 virus (10,52 %)
di Indonesia pada
GISAID
Jumlah per--provinsi Jakarta (33), Jabar/Karawang (6), Sumut (2), Jatim/ Jakarta (4), Jatim (1), Bali (1) Jakarta (96), Jabar/Karawang (47), Jateng/Salatiga (34),
Surabaya (2), Kep.Riau/Batam (2), Bali (1), Sumsel Jateng (33), Jateng/Cilacap (13), Jatim/Surabaya (10),
(1), Kalsel (1), Jateng/Brebes (1) Sumsel (3), Kalteng (3), Kaltim/Samarinda (3), Banten (1),
Banten/Tangsel (1), Gorontalo (1), Jabar/Depok (1)

www.usu.ac.id
Cell. Published online March 30, 2021. doi: 10.1016/j.cell.2021.03.052.
https://www.publichealthontario.ca/--/media/documents/ncov/covid--wwksf/2021/02/wwksf--covid--19--b1351501yv2--variant--of--concern.pdf
bioRxiv preprint doi: https://doi.org/10.1101/2021.04.22.440932
medRxiv preprint doi: https://doi.org/10.1101/2021.01.28.214250666;
Source : https://www.gisaid.org Source : COVID--19WeeklyEpidemiologicalUpdate
Data analyzed from GISAID database Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 2021 Data as received by WHO from national authorities, as of 28 March 2021, 10 am CET
Sebaran varian dominan Indonesia
per--bulan per--provinsi
200

180
Sebaran varian dominan B.1.466.2, B.1.470, B.1.1.398, dan B.1.459 per--bulan
160
B.1.466.2
140
B.1.470
B.1.1.398
120
B.1.459
100

80

60

40

20

0
April 2020 M ei 2020 Juni 2020 Juli 2020 Agustus 2020 Septem ber 2020 Oktober 2020 November 2020 Desem ber 2020 Januari 2021 Februari 2021 M aret 2021 April 2021 M ei 2021 Juni 2021
400

350

300 Sebaran varian dominan B.1.1.398, B.1.466.2, B.1.470, dan B.1.459 B.1.466.2
per--provinsi
250 B.1.470
200 B.1.1.398
B.1.459
150

100

50

Riau
DKI Jakarta

Sulawesi Selatan

Maluku
Kalimantan Timur
Sulawesi Tengah
Kalimantan Barat

Papua Barat
Jawa Tengah
Banten

Kalimantan Utara
Sumatera Selatan

NTT
Jawa Timur

Sulawesi Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Utara
DI Yogyakarta
Jawa Barat

Sumatera Barat

NTB
Kalimantan Selatan
Bali

Papua
Kalimantan Tengah

www.usu.ac.id
13
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 2021
Efikasi Sinovac terhadap Varian
• 93 tenaga kesehatan yang telah di vaksin dengan Sinovac 2 dosis
• Interval 14 hari
– 82% mempunyai kapabilitasi netralisasi virus Wuhan (wild-type) dengan GMT
51,3
– Efikasi yang sama juga terhadap varian D614G, B1.1.7, B.1.429
– Efikasi vaksin menurun terhadap:
• B.1.526 26% dengan GMT 29,0; efisiensi menurun 4,03 (95% CI 3,26-4,80)
• P.1 34% dengan GMT 26,1; efisiensi menurun 3,92 (95% CI 3,18-4,65)
• B.1.351 5% dengan GMT 69,2; efisiensi menurun 5,27 (95% CI 4,19-6,34)
• E484K
www.usu.ac.id Chen Y. Lancet 2021
www.usu.ac.id
Chen Y. Lancet 2021
Prosedur
Vaksinasi
COVID-19
Persiapan
Menyapa pasien dan mempersilahkan
pasien duduk

Pasien
Memeriksa kembali identitas
pasien

Menjelaskan tindakan yang akan


dilakukan

Melakukan anamnesis vaksinasi sesuai


daftar tilik
Mengecek nama, dosis, cara pemberian,
tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik vaksin

Memilih jarum dan spuit yang digunakan untuk Persiapan


injeksi dengan tepat.
Vaksin

Ukuran 23G1. Biasa untuk pasien Ukuran 25G5/8. Ukuran 25G1


dewasa dan remaja Biasa untuk pasien anak Biasa untuk pasien anak

Menyiapkan obat dan peralatan injeksi


dalam satu tray
Mencuci tangan dan mengenakan
sarung tangan

Menggunakan spuit oneject


Persiapan
Vaksin
Melakukan aspirasi vaksin dari dalam
vial/ ampul

Menghilangkan gelembung udara di dalam


spuit di dalam vial vaksin dan mengecek
kembali dosis
Memilih lokasi injeksi dengan benar yaitu di pertengahan regio
deltoid 3 jari dibawah sendi bahu
Melakukan injeksi
IM dengan benar Desinfeksi lokasi injeksi secara sirkuler dari dalam ke luar dengan
kapas alkohol

Meregangkan kulit dengan tangan nondominan


Memegang spuit dengan tangan yang dominan

Menginsersikan jarum (sudut insersi jarum terhadap permukaan


kulit 90°)

Melakukan aspirasi, perhatikan apakah ada darah didalam tabung


spuit atau tidak
Melakukan injeksi jika tidak ada darah dalam tabung spuit

Melakukan masase area injeksi dengan kapas alkohol, dan pasang


plaster di atas luka tusuk
Buang spuit tanpa menutup yang telah dipakai ke dalam safety box

Melakukan
observasi pasca
Setelah vaksinasi, mintalah pasien untuk menunggu 30 menit untuk
injeksi melihat adanya reaksi cepat yang terjadi setelah vaksinasi.

Bila tidak ada reaksi yng cepat, bisa pulang, biasanya petugas akan
memberikan nomor kontak yang bisa dihubungi, dan bisa
beraktivitas seperti biasa, jangan lupa untuk mencatat nomor
telpon yang bisa dihubungi bila ada keluhan pasca vaksinasi

Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan Kejadian


Ikutan pasca imunisasi yang dijumpai saat observasi
Menggunakan coolpack beku

Hal-hal yang tidak


Membuka karet penutup vial
boleh dilakukan
Meninggalkan jarum diatas karet penutup

Mencampur vaksin dari vial satu ke vial lain dalam satu kali suntik

Menyimpan vaksin di luar vaksin carrier

Melakukan penutupan vaksin kembali ke alat suntik (recapping)


danmeyentuh jarum dari tutup botol
Kesimpulan
• Pengembangan vaksin COVID-19 dari fase 1 hingga fase 3 dalam 1 tahun
merupakan pencapaian yang luar biasa
• Pengembangan vaksin ini diperlukan untuk menurunkan angka kematian,
mengurangi penularan, dan mempercepat tercapainya kekebalan
komunitas untuk melindungi masyarakat
• Namun diperlukan keterlibatan pemerintah untuk memastikan pemberian
vaksinasi di masyarakat mencapai cakupan yang diinginkan
• Percepatan pengembangan vaksin Merah Putih diperlukan pengawasan
yang ketat sesuai pedoman internasional dan regulasi BPOM

www.usu.ac.id
INGAT VAKSIN + 5M + 3T!

www.usu.ac.id
TERIMA KASIH

www.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai