Anda di halaman 1dari 19

1

Masuknya Liberty Media Sebagai Perubahan Industri Media Formula One

I Nyoman Raditya 210610190044

Athallah Farhan Thalib Rabbani 210610190065

Nazhara Azmi 210610190071

Sulthan Ariq Sulaiman Aden 210610190072

Haninda Hasyafa Utama 210610190079


2

Tahun 1950 merupakan tahun resmi di mana balap Formula One atau yang biasa kita ketahui

sebagai F1 digelar. Balap tersebut dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 1950 di sirkuit Silverstone,

Inggris. Balapan pertama itu diikuti dengan 105 peserta. Hingga saat ini F1 sudah mendunia,

berbagai tayangan televisi hingga platform media sosial akan dipenuhi oleh F1 jika ajang balap

tersebut dijadwalkan bertanding.

Formula One merupakan kelas tertinggi dari pelaksanaan balap mobil kursi tunggal yang diatur

oleh Federation Internationale de I’Automobile (FIA) yang dibentuk pada tahun 1946. Formula

One sendiri merujuk pada aturan yang harus dipatuhi oleh para peserta, di mana sebelumnya

Formula One dikenal sebagai Formula A. Jika melihat kilas balik sebelum tahun 1950 an, balap

mobil F1 pada tahun 1895 dilakukan pulang-pergi sejauh 1.200 km dari Paris ke Bordeaux yang

menyulap jalan umum menjadi arena balapan. Memasuki era di tahun 1901, muncul istilah

“Grand Prix” yang pertama kalinya digunakan untuk balap mobil.

Tim mobil balap seperti Alfa Romeo, Ferrari, Mercedes, Maserati berlomba-lomba mendapatkan

tempat terbaik untuk Formula One. Tidak sedikit perkembangan yang terjadi, sampai bahan

bakar mobil balap pun yang semulanya metanol berganti menjadi avtur. Tidak hanya itu, jarak

tempuh perlombaan pun menjadi lebih pendek yang awalnya 500 km berubah menjadi 200 km

saja.

Pada era 1970 an ini, terdapat istilah mobil “bersayap” yang bisa membelah angin yaitu Ferrari.

Di tahun ini, bahan bakar serta mesin mobil Ferrari semakin maju. Pada tahun ini pula, terdapat

tiga inovasi yang muncul yakni revolusi aerodinamika, peranti turbo, dan siluet sasis. Ketika itu

mobil balap yang pada awalnya berbentuk seperti cerutu, berkat revolusi aerodinamika ini,
3

meskipun daya tekan mobil ke aspal bertambah, mobil tetap bergerak pada kecepatan tinggi

ketika berada di tikungan. Bagian bawah sasis yang dibentuk sedemikian rupa menambah

kecepatan untuk mengalirkan udara lebih cepat. Jackie Stewart dan Niki Lauda muncul sebagai

pembalap terbaik pada dekade ini dan mereka berhasil menjadikan balapan F1 sebagai ajang

balapan yang digemari masyarakat dunia. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya pihak sponsor

dan ikut berkontribusi serta promosi di ajang perlombaan tersebut.

Beralih ke tahun 1980 an, mobil balap mulai dilengkapi dengan sistem keamanan dikarenakan

terdapat pembalap mobil bernama Gilles Villeneuve tewas karena kecelakaan di sirkuit. Selain

itu, teknologi turbo semakin berkembang. Pada tahun 1985, mesin satria 4 silinder dapat

menghasilkan 5000 dk padahal pada tahun-tahun sebelumnya Renault pada tahun 1977 hanya

mampu mencapai tenaga sebesar 500 dk. Ayrton Senna merupakan legenda baru yang muncul

pada era 1980 an.

Pembalap asal negara samba atau Brasil ini kemudian menjadi simbol kebangkitan pembalap F1

modern. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepadanya karena ia mengalami kecelakaan fatal

hingga merenggut nyawanya di tikungan Tamburello, Imola pada tahun 1994. Nasib baik

berpihak kepada pembalap asal Jerman, Michael Schumacher yang bersama tim Benetton sukses

meraih dua kali gelar dunia yaitu pada 1994 dan 1995. Schumacher semakin berjaya hingga

tahun 2004 dan ia memutuskan untuk pensiun pada 2006 yang menyebabkan karirnya sedikit

redup walaupun pada tahun 2010 Michael Schumacher dapat kembali menjadi pembalap.
4

Kejayaan F1 direbut oleh pembalap asal Inggris, Lewis Hamilton menjadi juara dunia pada tahun

2008, 2014, 2015, 2017, 2018, dan 2019. McLaren menemani Hamilton pada saat menerima

gelar pertama yang ia raih. Selanjutnya, Hamilton beralih ke tim Mercedes dan sampai saat ini

masih menjadi pembalap yang tangguh di lintasan F1.

Seiring berjalannya waktu, balapan F1 semakin populer di dunia hingga kejuaraan balap jet darat

ini menjadi simbol balap mobil dunia. (Silverstone, 2021)

Perubahan terkait Formula One terus terjadi, entah itu dari pergantian mesin mobil, pergantian

tim balap, hingga pergantian pemain. Formula One terus berkembang, hingga saat ini begitu

banyak penggemar maupun penonton dari acara balap tersebut. Saat itu, perolehan kesuksesan

Formula One sendiri didapatkan dari penyiaran maupun sponsorship yang diperoleh.

Pada tahun 2020, Formula One berhasil menghasilkan keuntungan digital yang signifikan. Hal

tersebut dilihat dari keterlibatan Formula One dengan media sosial. Dari tahun ke tahun,

keuntungan digital yang diperoleh oleh Formula One melonjak 99 persen menjadi 810 juta (Corp

Formula 1, 2021).

Pada tahun 2020 juga, siaran televisi dan pemirsa televisi yang menyaksikan Formula One cukup

kuat dengan rata-rata per Grand Prix di 87,4 juta (Corp Formula 1, 2021). Secara kumulatif

penonton televisi pertandingan Formula One adalah 1,5 miliar, meskipun angka ini cukup rendah

dengan tahun sebelumnya yaitu 1,9 miliar. Hal tersebut terjadi dengan penurunan jumlah balapan

pada tahun 2020, di mana pada tahun 2019 jumlah balap lebih banyak dibandingkan tahun 2020.
5

Formula One juga turut melakukan berbagai survei kepada para penggemar dan masyarakat. Hal

tersebut terlihat dari banyaknya 6.000 penggemar yang disurvei oleh Formula One guna

peningkatan kepuasan para penggemar. Data yang diambil ialah mengenai kepuasaan penggemar

dan masyarakat terhadap kinerja Liberty Media. Jumlah data kepuasan berada pada 68% dengan

kepercayaan penggemar bahwa Liberty Media dapat membawa Formula One ke arah yang lebih

baik.

Liberty Media sendiri telah mengakuisisi Formula One pada tahun 2017. Liberty Media

merupakan perusahaan asal Amerika Serikat (AS). Liberty Media sendiri memiliki beberapa

media televisi, online, hingga studio film. Chase Carey pada saat itu menjadi direktur baru,

sedangkan Bernie Ecclestone tetap menjadi pemimpin eksekutif.

Apa yang dilakukan oleh Liberty Media juga turut menarik perhatian penulis. Cara kerja Liberty

Media terhadap Formula One untuk mempengaruhi khalayak serta penggemar tentu merupakan

hal yang besar. Di mana dengan begitu, Liberty Media dapat menarik seluruh lapisan masyarakat

di dunia untuk menonton serta menikmati seluruh konten Formula One maupun pertandingan

balapan yang dilaksanakan.

Formula One saat ini menjadi Liga Olahraga dengan peningkatan data tertinggi di media sosial.

Bernie Ecclestone berfokus pada old-media, di mana ia tidak menggunakan media sosial sebagai

ruang untuk mempromosikan Formula One. Hal tersebut berbeda dengan Liberty Media, di mana

Liberty Media mulai menggaet para kaum muda (millennial) dan memanfaatkan media sosial

untuk mempromosikan Formula One.


6

Dengan pemanfaatan tersebut, muncullah wajah baru dari Formula One, di mana Liberty Media

‘bermain’ dengan data untuk melihat apa yang diinginkan oleh para penggemar serta masyarakat.

Hal ini tentu menjadi hal yang menarik, sebab industri budaya dalam pengelolaan Formula One

tidak hanya berpaku pada balapan mobil serta sekadar tayangan televisi semata.

Dengan memadukan yang baru, Liberty Media menciptakan Formula One yang ‘besar’. Di mana

Formula One sendiri mulai digunakan tidak hanya persoalan pembalap dan mobil saja, namun

konten-konten yang dihasilkan lebih dari itu. Satu kelompok penggemar menjadi pembeli biasa,

di mana media sosial menjadi peluang yang luar biasa (Global Motorsport).

Konten-konten tersebut disajikan dengan sedemikian rupa agar para penggemar terasa lebih

dekat dengan olahraga ini. Dalam platform YouTube, Formula One membuat playlist pada setiap

“Grand Prix”-nya, mulai dari highlights pada babak latihan bebas, kualifikasi, dan saat balapan.

Playlist tersebut terus diwarnai dengan percakapan radio tim, cuplikan kamera dalam mobil,

hingga cuplikan paling dramatis saat balapan berlangsung. Baru-baru ini Formula One

bereksperimen dengan kamera di dalam helm pembalap yang tentunya membuat para penggemar

senang, karena mereka bisa merasakan bagaimana “point of view” pembalap saat balapan

berlangsung.

Formula One memiliki konten orisinil mereka sendiri di platform YouTube yaitu Grill the Grid.

Dalam konten ini, para pembalap maupun tim dipertanyakan dengan beberapa pertanyaan

seputar Formula One, mulai dari sejarahnya hingga hal-hal lucu. Grill the Grid menjadi salah

satu kesempatan bagi penggemar untuk mengetahui bagaimana personalitas pembalap


7

favoritnya. Grill the Grid juga memakai poin layaknya balapan Formula One, hal ini membuat

adanya kompetisi di luar balapan sebenarnya.

Pada Instagram, Formula One biasanya hanya memberikan cuplikan-cuplikan yang sudah

tersedia di YouTube atau menjadi live report saat balapan berlangsung. Selain itu, Instagram

Formula One juga menyajikan beberapa foto para pembalap, tim, hingga keadaan paddock.

Instagram mereka juga memiliki templat sendiri untuk memberitakan siapa yang mendapatkan

posisi pertama saat kualifikasi, siapa yang menjadi “Driver of the Day”, dan siapa yang menjadi

pemenang balapan. Saat sebelum balapan dimulai, Instagram Formula One memanfaatkan fitur

live Instagram untuk memperlihatkan penggemar bagaimana situasi di trek.

Hampir sama dengan Instagram, Twitter Formula One juga menyajikan beberapa cuplikan yang

memang sudah tersedia di YouTube. Tetapi, saat balapan berlangsung, Twitter Formula One

menyajikan live report yang sangat cepat. Mungkin berbeda dengan platform lainnya, Twitter

Formula One lebih responsif, hal tersebut juga dibantu dengan akun resmi tim-tim yang

berpartisipasi dalam Formula One seperti Mercedes AMG-Petronas, Alfa Romeo Racing, dan

lain-lain. Sering terlihat para admin-admin tersebut saling berbalas pesan satu sama lain di akun

Twitter resmi Formula One.

Pemanfaatan Industri Budaya

Industri budaya dan Formula One merupakan hal yang berkaitan satu sama lain hingga saat ini.

Liberty Media membawa Formula One ke arah yang baru. Formula One saat ini sudah

berkecimpung di media sosial. Pemanfaatan berbagai platform seperti Twitter, Youtube, hingga
8

Instagram. Bahkan, Formula One saat ini memiliki media centre sendiri dengan situs resmi

(corp.formula1.com).

Industri budaya ialah memadukan yang lama dengan hal yang baru menjadi kualitas baru

(Adorno, 1977). Di mana F1 saat ini memadukan apa yang sudah ada dan apa yang telah mereka

jalani sebelum diakuisisi Liberty Media menjadi hal yang baru. Konten-konten yang dihasilkan

ialah untuk konsumsi massal dan penentuan sifat yang diproduksi mengikuti apa yang diinginkan

oleh masyarakat. Di mana Liberty Media menganalisa dengan survei para penggemar terkait ‘apa

yang diinginkan oleh penggemar?’ hingga ‘konten seperti apa yang dapat menarik perhatian para

penggemar?’

Begitu banyak mode pemasaran dalam Industri Budaya yang nantinya diberikan untuk para calon

konsumen. Dalam hal ini calon konsumen ialah penggemar Formula One sendiri. Berbagai

platform yang disediakan untuk para calon konsumen menawarkan referensial diri yang

sepenuhnya artifisial.

Dalam industri budaya, proyeksi budaya melalui alat reproduksi mekanis memiliki tujuan untuk

memelihara dominasi atas massa yang ada. Liberty Media dan Formula One telah mendominasi

liga olahraga dengan konten digital mereka.

Hal ini tentu menarik perhatian masyarakat serta penulis untuk meneliti lebih lanjut

kesinambungan antara industri budaya dan Formula One satu ini. Bagi orang awam, Formula

One hanya sekadar balap mobil tunggal dengan pelaksanaan Grandprix setiap tahunnya. Industri
9

budaya telah turut ‘mengakuisisi’ Formula One dan penggemarnya. Tidak hanya pelaksanaannya

saja, Formula One lebih dari itu. Formula One telah mendominasi konten digital dalam media

sosial liga olahraga.

Teori tentang media dan budaya dipercayai sebagai perkembangan yang terbaik untuk

menjelaskan secara spesifik sebuah fenomena konkret yang berada dalam konteks sejarah dan

masyarakat kontemporer. Maka, untuk menginterogasi budaya media kontemporer secara kritis,

kita harus melibatkan studi tentang bagaimana industri budaya memproduksi artifak-artifak

secara spesifik yang kemudian akan memproduksi wacana sosial yang menjadi kunci konflik dan

perjuangan pada saat itu. Hal ini melibatkan bagaimana teks-teks populer seperti film Rocky atau

Rambo, musik rap atau Madonna, serial polisi di televisi, atau iklan, berita dan diskusi di media,

semua hal yang mengartikulasikan ideologi dengan spesifik membantu reproduksi kekuatan

sosial yang dominan dan melayani kepentingannya. Atau malah sebagai resistensi dari kekuatan

yang dominan dalam masyarakat dan kebudayaan yang nantinya akan menghasilkan efek

sebaliknya (Kellner 1995 dalam Siregar 2009)

Perubahan sikap atau perilaku masyarakat saat ini membuat muncul budaya populer dan atas

kehendak media. Strinarti (2007) mendefinisikan bahwa budaya populer dihasilkan secara

massal dengan bantuan teknologi industri. Formula Satu adalah salah satu olahraga paling

populer di dunia. Hampir setengah satu miliar masyarakat di dunia menonton balapan. ditonton

banyak orang berarti mendapat banyak uang pula dari penyiaran dan kesepakatan sponsor. Grup

Formula Satu adalah perusahaan bernilai miliaran dolar. Ini adalah olahraga yang paling cepat

berkembang di media sosial.


10

Budaya populer seperti Penyiaran olahraga Formula 1 yang saat ini dipasarkan secara profesional

terhadap publik untuk mendatangkan keuntungan. Formula 1 saat ini sangat menarik dalam

industri periklanan atau hiburan saat ini.

Di seluruh dunia, teknologi sedang berkembang hingga terkadang memanfaatkannya berlebihan.

Teknologi yang dimaksud adalah internet dengan berbagai konten di dalamnya. Konten-konten

mengenai Formula 1 sudah tidak asing lagi di mata masyarakat. Lantas, apakah media massa

sudah menayangkan informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat?

Formula satu yang bekerja sama dengan perusahaan agensi Liberty Media melakukan penelitian

mendalam tentang basis penggemar mereka. Mereka mencari pemahaman menyeluruh tentang

apa yang diinginkan para penggemar: untuk lebih dekat dengan olahraga. Dengan menganalisis

hasil mereka juga dapat memperoleh informasi penting tentang kelompok konsumen mana yang

menjadi target.

Maka Liberty Media mulai memanfaatkan potensi pemasaran internet. Mereka telah secara

signifikan meningkatkan kehadiran media sosial mereka untuk berinteraksi lebih tepat kelompok

konsumen seperti ini: millennial dan penggemar, yang terhubung melalui saluran ini.

Dengan memanfaatkan Platform YouTube kita bisa dengan mudah mengakses dan menonton

Highlight F1 selama tahun ketiga berturut-turut F1 menjadi olahraga besar yang paling cepat

berkembang di media sosial. Lihat saluran YouTube Formula 1, mereka meningkatkan lebih dari

dua kali lipat pelanggan mereka pada tahun 2020 dari yang awalnya dibawah 2 juta menjadi

lebih dari empat setengah. Dan lebih dari separuh penggemar baru ini berusia di bawah 35 tahun.

Di internet, Formula 1 bisa “dimanfaatkan” dari segala macam sisinya. Mulai dari highlight

balapan, percakapan radio, hingga sejarah mengenai balapan yang pernah dilaksanakan.
11

Semisal pada Akun YouTube Formula 1. Disana mereka menyajikan beberapa konten yang

berhubungan dengan olahraga ini. Dari satu kali seri, akun ini bisa memberitakan beberapa

konten berbeda bisa menghasilkan kurang lebih 12 konten dalam 1 minggu. .mulai dari

Highlight yang berisikan tentang rangkuman balapan mulai dari training, kualifikasi, hingga

balapannya. Selain Highlight, mereka juga menayangkan konten seputar react dan wawancara

terhadap para pembalapnya mengenai balapan di tiap seri. Dan masih banyak lagi.

Selama beberapa dekade Formula Satu telah memimpin dunia penyiaran olahraga dengan

menjadi perintis teknologi seperti Camera on-board, grafik langsung, kamera helikopter dan

Kamera Ultra-High Definition. Di setiap perlombaan mereka mengerahkan 90 kamera, 147

mikrofon, dan kabel sepanjang 50 mil, menangkap lebih dari 430 jam siaran langsung TV per

musim. Hasilnya, F1 memberikan aksi langsung kepada hampir setengah miliar pemirsa di

seluruh dunia pada tahun 2019. Ketika Liberty Media masuk, mereka mulai memikirkan kembali

semua posisi kamera untuk direfleksikan kecepatan olahraga. Mereka juga mengubah posisi

mikrofon di mobil, untuk memastikan pengalaman pemirsa TV. Perusahaan juga memikirkan

kembali cara menangkap olahraga di kamera juga mengatur dasar untuk cara-cara baru dalam

memanfaatkan konten.

Jurnalisme dalam Memberitakan Formula One

Media berperan penting dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas. Khususnya

dengan adanya pemberitaan olahraga, masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang

perkembangan dalam segala cabang olahraga termasuk Formula 1. Secara umum, pagelaran

olahraga tak akan menarik tanpa awak media yang bertugas untuk mencatat, hingga mengambil
12

audio-visual agar bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Sebab secara khusus media

massa dan olahraga memiliki hubungan yang keduanya saling berpengaruh dan saling

bergantung atas kesuksesan secara komersial serta popularitas masing-masing.

Media massa berkembang kemudian, di mana perkembangan olahraga seperti Formula 1 ini

sudah mulai menemukan komunitas dan penggemarnya pada setiap wilayah didunia untuk

mengembangkan menjadi digemari. Seiring perkembangan peradaban dan teknologi, informasi

mulai dapat menembus ruang dan waktu. Kepopularitasan olahraga dan penggemarnya terbentuk

dari paparan media yang menyoroti keberlangsungan olahraga, sehingga masyarakat mulai

terbiasa serta menikmatinya. Kedua hubungan tersebut mulai tidak dapat dipisahkan, ketika

keduanya mulai mendapatkan keuntungan dari masing-masing sajian olahraga yang digemari

masyarakat sebagai hiburan.

Formula One saat ini

Formula One merupakan salah satu olahraga yang paling terkenal di seluruh dunia, dengan mobil

cepatnya, balapan yang spektakuler, hingga kota-kota energik yang disinggahinya setiap balapan.

Hampir setengah miliar penduduk di dunia menonton balapannya, dengan jumlah sebesar itu,

kita berbicara uang yang sangat banyak. Mulai dari penyiaran, kesepakatan sponsor, dan lain-

lain, hal tersebut membuat Formula One menjadi perusahaan multi miliar dollar. Namun hal

yang perlu kita lihat adalah siapa figur di balik kesuksesan Formula One di abad 21?

Figur tersebut adalah media sosial. Formula One menjadi olahraga yang paling cepat

berkembang di media sosial, mengalahkan olahraga-olahraga lainnya seperti UFC, NBA, bahkan

Premier League sekalipun. Hal ini sangat mengejutkan karena beberapa tahun lalu, bos Formula
13

One Bernie Ecclestone sempat berkata “saya tidak tertarik dengan “tweeting”, Facebook, dan

apapun omong kosong ini. Saya lebih tertarik kepada orang yang berumur 70 tahun yang

mempunyai uang banyak.” (Autosport, 2014). Lalu bagaimana Formula One dapat membangun

sebuah branding digital yang kuat meskipun bos mereka memiliki ketidaktahuan atas generasi

digital?

Kontrol Bernie Ecclestone terhadap olahraga ini sudah lama sejak akhir tahun 70’an, mulai dari

hak siar televisi, administrasi, persiapan, serta logistik di setiap balapannya. Hal tersebut

membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di Britania Raya. Walaupun Bernie Ecclestone

mengetahui seberapa menguntungkannya hak siar bagi Formula One, dia gagal untuk mengerti

bagaimana media digital dapat lebih menguntungkan untuk olahraga ini. Kengganan Bernie

Ecclestone terhadap media digital ini berdasarkan bagaimana ia melihat konsumennya yang ia

sebutkan adalah “orang berumur 70 tahun yang mempunyai uang banyak” (Autosport, 2014).

Bernie Ecclestone tidak mengerti mengapa olahraga-olahraga lain menargetkan konsumennya

kepada generasi muda yang ia katakan “kebanyakan dari anak-anak ini tidak punya uang sama

sekali” (Reuters, 2014). Pemikiran tersebut membuat reputasi Formula One menjadi olahraga

yang ditonton oleh orang-orang yang sudah tua. Hal tersebut menyebabkan Formula One

menderita, mulai dari menurunnya ketertarikan khalayak atas Formula One hingga hilangnya

kesepakatan sponsor. selama beberapa dekade, pendapatan Formula One hanya berdasarkan hak

siar televisi dan biaya tuan rumah untuk balapan. Formula One juga memiliki kekurangan dalam

departemen pemasarannya. Mereka seperti tidak siap untuk memasuki abad ke 21.

Semua itu berubah setelah Liberty Media membeli Formula One Group senilai US$4,4 miliar

(sekitar Rp 57 miliar) di tahun 2017 (BBC Indonesia, 2016). Liberty Media meluncurkan
14

branding baru terhadap Formula One yang mereka lakukan kurang dari satu tahun setelah

mengambil alih kepemilikan. Branding baru tersebut adalah dengan mengganti logo Formula

One (tidak pernah diganti sejak tahun 1994). Terdapat juga kampanye pemasaran yang belum

pernah terjadi sebelumnya seperti kompetisi resmi E-sport F1, Gim Fantasi, kesepakatan judi

olahraga, dan kolaborasi dengan Amazon.

Bagaimana Liberty Media Menciptakan kembali “brand” Formula One?

Liberty Media memulai semuanya dengan “data”, tiga bulan pertama dihabiskan secara eksklusif

untuk penelitian mendalam atas basis penggemar mereka. Dengan penelitian tersebut, Liberty

Media mendapatkan pemahaman tentang apa yang penggemar Formula One inginkan, yaitu

untuk lebih dekat dengan olahraga ini. Dengan menganalisa hasilnya, Liberty Media

mendapatkan informasi yang signifikan atas kelompok konsumen mana yang menjadi target

mereka. Oleh karena itu, Liberty Media mulai memanfaatkan potensi pemasaran di internet.

Mereka mulai meningkatkan kehadiran mereka di media sosial untuk berinteraksi dengan

penggemar Formula One, khususnya para millennial yang sering menggunakan platform-

platform media sosial. Kuantitas dari konten di berbagai media sosial Formula One mulai

meningkat, seperti highlights dari balapan-balapan yang mereka unggah di YouTube, merekam

fenomena yang ikonik, dan lain-lain. Hal tersebut terbayarkan, dapat dibuktikan dengan

subscriber YouTube mereka yang meroket dari tahun 2020, sebelumnya mereka hanya memiliki

3,75 juta subscribers (Mei, 2020), hingga saat ini mereka memiliki 6,28 juta subscribers

(Oktober, 2021), dan setengah dari penggemar-penggemar ini berumur dibawah 35 tahun. Para
15

penggemar ini memiliki potensi untuk memberikan kontribusinya terhadap olahraga ini untuk

beberapa dekade kedepan.

Visi Liberty Media adalah untuk mengubah Formula One dari sebuah perusahaan motorsport

menjadi entertainment brand. Mereka ingin membuat setiap balapan menjadi spektakuler seperti

Super Bowl dan pertandingan tinju di Las Vegas, dimana dalam beberapa hari terdapat selebrasi

yang menjadi sorotan di sebuah kota yang mereka singgahi. Mereka juga membuat setiap

pembalapnya spesial dengan menyajikan konten tentang pembalapnya.

Konten-konten yang disajikan oleh Formula One tidak hanya tentang “Formula One”, namun

dapat dilihat di berbagai platform media sosialnya, Formula One juga sering mengunggah konten

tentang Formula 2 dan Formula 3. Mengapa demikian? Formula 2 dan Formula 3 seperti pijakan

tangga bagi para pembalap Formula 1 sekarang, banyak pembalap Formula 1 saat ini pernah

berlaga di ajang Formula 2 dan Formula 3. Tentu saja ini juga merupakan cara Formula One

untuk menarik perhatian khalayak untuk menonton generasi muda yang akan berlaga di Formula

1 beberapa tahun kedepan. Konten yang disajikan cukup beragam dan menarik perhatian

khalayak seperti highlights balapan, perjalanan pembalap dari kecil, hingga pesan radio antara

pembalap dan mekanik.

Industri budaya memadukan yang lama dan akrab menjadi kualitas baru. Di semua cabangnya,

produk yang disesuaikan untuk konsumsi secara massal, dan yang sebagian besar menentukan

sifat yang diproduksi kurang lebih untuk konsumsi, sesuai rencana (Adorno, 1977). Produk yang

disajikan menyesuaikan dengan apa yang terjadi sekarang. Dimana Liberty Media merubah

target konsumen Formula One yang tadinya untuk orang tua, sekarang lebih ke generasi muda.
16

Produksi yang diberikan juga disesuaikan dengan para penggemar, melalui data algoritma para

penggemar.

Jika dikaitkan dengan post-fordism, Liberty media sukses untuk memaksimalkan pelayanannya

kepada penggemar/pengguna. Pelayanan yang dihadirkan bertujuan untuk membuat sebuah

kenyamanan bagi para penggemar. Kemudian Liberty Media juga berhasil untuk menghasilkan

produk-produk yang beragam untuk penggemar Formula One, baik produk untuk media

sosialnya dan media pemberitaannya. Konsumen bukan raja, melainkan objek (Adorno, 1977),

Hal ini berkaitan dengan sasaran konsumen dari produk-produk Formula One. Kebutuhan dan

keinginan penggemar atau pengguna adalah yang utama.

Industri Budaya membentuk selera dan kecenderungan massa (Adorno, 1977). Hal ini juga

dapat kita lihat dengan bagaimana Formula One mengembangkan produk-produknya. Pada

tanggal 26 September 2021, Formula One menyelenggarakan balapannya di Rusia. Balapan

tersebut memiliki drama menjelang lap berakhir, yang membuat publik sangat ramai di media

sosial untuk membahas balapan tersebut. Lalu Formula One mengambil kesempatan tersebut

dengan cara menampilkan beberapa konten terkait balapan tersebut seperti pesan radio setiap

pembalap saat menjelang lap terakhir, cuplikan pada lap yang spesifik, hingga raut kekecewaan

tim yang kalah pada balapan tersebut. Semua itu dikonsumsi oleh publik dan tetap menjadi

obrolan di media sosial. Lalu pada 10 Oktober 2021, Formula One pada Turkish GP juga

melakukan hal yang sama dengan terus menyajikan cuplikan yang dramatis.

Perkembangan Formula 1 yang pesat dari tahun ke tahun memang memiliki dampak yang

signifikan terutama karena pagelaran Formula 1 memberikan keuntungan digital yang besar.

Setelah penayangan Formula 1 diakuisisi oleh Liberty Media, olahraga Formula 1 menjadi lebih
17

dapat menarik berbagai lapisan masyarakat karena Liberty Media mampu mempengaruhi

khalayak yang baru ingin menonton Formula 1 dan mempengaruhi penggemar. Cara yang

diambil oleh Liberty Media berubah dari cara yang sebelumnya digunakan yaitu berfokus pada

old-media yang berarti tidak mempergunakan media sosial dalam mempromosikan Formula 1.

Liberty Media melihat kesempatan yang cukup tinggi jika mengambil arah promosi ke media

sosial.

Kesempatan tinggi tersebut didukung oleh masyarakat berusia muda (millennial) yang banyak

menghabiskan waktu di media sosial. Dengan tingginya engagement di media sosial, Liberty

Media berhasil mendapat data-data terbaru tentang apa yang diinginkan oleh penggemar dan

masyarakat luas. Perubahan cara mengelola media untuk mempromosikan Formula 1 memberi

pandangan baru didalam masyarakat terkait Formula 1. Kini obrolan perihal Formula 1 tidak

hanya persoalan pembalap dan mobil yang digunakannya saja, tetapi banyak konten dari

pagelaran Formula 1 tersebut yang sudah dibuat menjadi playlist pada setiap pertandingan

Grand Prix nya.

Konten yang bisa diulik adalah seperti highlights yang menampilkan babak latihan bebas,

gabungan percakapan radio tim yang bertanding, hingga cuplikan kejadian-kejadian dramatis

yang terjadi selama pertandingan. Banyak konten baru yang sudah dihasilkan tidak membuat

Liberty Media berhenti untuk mencari konten baru yang bisa menarik perhatian masyarakat.

Baru-baru ini mereka menyajikan konten yang menampilkan point of view dari helm pembalap

yang sedang bertanding. Konten tersebut mendapat tanggapan yang baik dari para penggemar

dan berhasil mendatangkan penggemar baru.


18

Industri budaya yang mencampur hal-hal lama dan akrab menjadi suatu hal dengan kualitas baru

bukanlah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketika Liberty Media mengubah

target pasar untuk Formula 1 yang sebelumnya menargetkan orang tua dan kini lebih berfokus ke

anak muda dengan menambahkan hal-hal yang disukai oleh khalayak muda. Liberty Media yang

sukses memaksimalkan apa yang mereka suguhi kepada penggemarnya cocok dengan teori post

fordism yang mana produksi industri modern harus berubah dari fordism, yang merupakan

metode produksi massal berskala besar yang dipelopori oleh Henry Ford, ke arah penggunaan

unit manufaktur kecil yang fleksibel. Liberty Media dengan sukses telah membawa Formula One

semakin mendunia.
19

DAFTAR PUSTAKA

Adorno, Theodore W. and Anson G. Rabinbach. (1977). Culture Industry Reconsidered. New
German Critique.

Athletic Interest. (2021, March 25). How Youtube Changed Formula 1 [Video]. Youtube,
https://www.youtube.com/watch?v=P9BLOZJ7YgM.

Baldwin, Alan. (2014, November 14). F1 not interested in young fans, says Ecclestone.
https://www.reuters.com/article/us-motor-racing-ecclestone-idUSKCN0IY19S20141114

BBC News Indonesia F1 dibeli oleh Liberty Media dari Amerika Serikat. (2016, September 8).
bbc.com
https://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2016/09/160908_olahraga_formulaone_liberty.

Coackley & Dunning, (2006). Handbook of Sport Studies. London. Sage Publication.

Noble, Jonathan. (2014, November 14). Bernie Ecclestone: Formula 1 doesn't need young fans.
https://www.autosport.com/f1/news/bernie-ecclestone-formula-1-doesnt-need-young-fans-
5045828/5045828/

Setiawan, Rudy. (2013). Kekuatan New Media dalam Membentuk Budaya Populer di Indonesia
(Studi Tentang Menjadi Artis Dadakan dalam Mengunggah Video Musik di Youtube). Jurnal
Ilmu Komunikasi. 1(2). 362-364.

Thursfield, D. (2017). Post-Fordism and Skill: theories and perceptions. Routledge.

Anda mungkin juga menyukai