Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM

MEMUTUS RANTAI INFEKSI DI RUMAH SAKIT


Novi Pratiwi
novipratiwi211@gmail.com

Abstrak
Rumah sakit adalah pemberi layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar yang
sudah ditentukan salah satunya dengan melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) dengan cara memutus rantai penularan infeksi. Upaya dalam memutus rantai infeksi di
rumah sakit ini bisa dilakukan dengan menerapkan cuci tangan 6 langkah menggunakan sabun
dan air bersih dengan benar dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar dan
sesuai. Perawat termasuk dalam komponen rantai penularan infeksi. Seorang perawat yang
dalam keadaan daya tahan tubuh menurun akan berpotensi terkena infeksi saat bekerja,
sehingga perawat perlu melakukan cuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri saat
melakukan tindakan kepada pasien. Saran bagi perawat diharapkan lebih memperhatikan dan
meningkatkan upaya dalam memutus rantai infeksi di rumah sakit untuk menjaga keselamatan
pasien.

Kata kunci : Alat pelindung diri, upaya memutus rantai infeksi, perawat.

Latar Belakang tidak terbatas infeksi pada pasien saja,


Rumah sakit adalah pemberi layanan tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan yang didapat pada saat melakukan tindakan
standar yang sudah ditentukan salah perawatan pasien. Saat ini diperkirakan
satunya dengan melakukan upaya setiap harinya 1 dari 25 pasien rumah sakit
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). menderita minimal 1 jenis HAIs (CDC,
Salah satu tantangan besar terhadap rumah 2016).
sakit saat ini yaitu risiko terjadinya infeksi Di rumah sakit banyak sekali jenis
nosokomial (Hospital acquired infection) dan macam penyakit yang begitu kompleks.
yang saat ini diganti dengan istilah baru Dalam penanganannya banyak
yaitu “Healthcare Associated Infections” membutuhkan berbagai macam peralatan
(HAIs) dengan pengertian yang lebih luas dan sejumlah orang petugas kesehatan yang
tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di berinteraksi secara langsung maupun tidak
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga langsung dengan pasien yang dirawat di
rumah sakit. Dengan begitu, risiko bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
terjadinya infeksi nosokomial sangat besar. untuk menjaga keselamatan pekerja itu
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang sendiri dan orang di sekelilingnya. Dalam
didapat dari pekerjaan yang merupakan kasus wabah penyakit menular, alat
masalah penting di seluruh dunia yang terus pelindung diri adalah kesiapan logistik
semakin meningkat. yang krusial, layaknya obat-obat suportif
Upaya pencegahan dan pengendalian (lifesaving), alat-alat kesehatan dan
infeksi dengan cara memutus rantai penunjang kesehatan lainnya.
penularan infeksi merupakan cara yang Alat pelindung diri wajib tersedia
paling mudah untuk mencegah penularan untuk petugas kesehatan dalam
penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung menjalankan perawatan pasien. Bagi
pada ketaatan petugas dalam melaksanakan petugas kesehatan, penggunaan alat
prosedur yang telah ditetapkan. Upaya pelindung diri dibutuhkan untuk proteksi
dalam memutus rantai infeksi di rumah diri agar tenaga kesehatan tidak terjangkit
sakit ini bisa dilakukan dengan menerapkan penyakit. Hal ini patut diperhatikan karena
cuci tangan 6 langkah menggunakan sabun selain kewajiban terhadap pasien, tenaga
dan air bersih dengan benar dan kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menjaga kesehatan diri sendiri. Selain
dengan benar dan sesuai. untuk proteksi diri, penggunaan APD yang
Komponen rantai penularan infeksi sesuai untuk mencegah transmisi agen
yaitu mulai dari agen infeksi, reservoir, infeksius dari pasien ke orang lain.
pintu keluar, cara penularan, pintu masuk
dan penjamu. Perawat termasuk dalam Metode
komponen rantai penularan infeksi dan Metode yang dilakukan dalam
dapat dimasukkan dalam pejamu rentan dan penulisan ini adalah metode kepustakaan
tempat tumbuhnya agen penyebab infeksi. yaitu dengan melakukan peninjauan dan
Seorang perawat yang dalam keadaan daya mengumpulkan data-data yang diperoleh
tahan tubuh menurun akan berpotensi dari buku dan jurnal-jurnal terkini
terkena infeksi saat bekerja, sehingga kemudian menganalisis data-data tersebut,
perawat perlu melakukan cuci tangan dan mereview dan menentukan bahwa
menggunakan alat pelindung diri saat penggunaan Alat Pelindung Diri yang benar
melakukan tindakan kepada pasien. merupakan salah satu upaya dalam
Alat Pelindung Diri (APD) adalah memutus rantai infeksi di rumah sakit.
kelengkapan yang wajib digunakan saat Pengolahan data dilakukan mulai dari
menganalisis isi buku dan jurnal hingga menunjukkan tingkat infeksi di Rumah
kesimpulan dari penulis. Sakit yang tinggi (5-19%) dan rata-rata di
atas 10%.
Hasil Hasil penelitian di Polandia menurut
Infeksi nosokomial atau infeksi yang (Deptula, 2015) diketahui bahwa infeksi
berhubungan dengan pelayanan kesehatan kateterisasi vena sentral 30,2%, intubasi
atau Health Care Associated Infections 41,6% dan kateterisasi urin 17,5%.
(HCAIs) adalah penyakit infeksi yang Prevalensi tertinggi HAIs diamati antara
pertama muncul dalam waktu antara 48 jam pasien di unit perawatan intensif 39,8%
dan empat hari setelah pasien masuk rumah orang dewasa, pediatri 30,8%. Di Indonesia
sakit atau tempat pelayanan kesehatan sendiri, berdasakan hasil survey point
lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI
pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya
ini termasuk infeksi yang didapat dari dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
rumah sakit tetapi muncul setelah pulang Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
dan infeksi akibat kerja pada petugas di didapatkan angka infeksi nosokomial untuk
fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi Luka Operasi (ILO) 18,9%, Infeksi
Rumah Sakit dituntut untuk Saluran Kemih (ISK) 15,1%, Infeksi Aliran
memberikan pelayanan yang bermutu, Darah Primer (IADP) 26,4%, Pneumonia
efektif dan efisien untuk menjamin Patient 24,5% dan Infeksi Saluran Napas lain
safety yang telah menjadi program 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%. (Depkes,
pemerintah. Kementerian Kesehatan 2013).
melakukan revitalisasi Program Untuk mengatasi berbagai
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi permasalahan infeksi tersebut, maka
(Program PPI) di Rumah Sakit yang perawat dan tenaga kesehatan lainnya perlu
merupakan salah satu pilar menuju Patient untuk melakukan upaya dalam memutus
safety dengan harapan kejadian infeksi di rantai infeksi di rumah sakit. Salah satu
Rumah Sakit dapat diminimalkan serendah upaya dalam memutus rantai infeksi
mungkin. Studi dari tahun 1995-2008 tersebut adalah dengan menggunakan alat
menunjukkan prevalensi HCAIs di negara pelindung diri yang benar dan sesuai.
maju berkisar antara 5.1% dan 11.6%. Di Berdasarkan data dari sebuah jurnal
negara-negara Eropa dilaporkan rata-rata didapatkan data bahwa Alat Pelindung Diri
prevalensi HCAIs 7.1%. Penelitian yang (APD) yang biasa dipakai perawat yaitu
dilakukan di negara sedang berkembang jenis handscon/sarung tangan dan masker.
Perawat memakai sarung tangan yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
disesuaikan dengan tindakan yang akan seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
dilakukan. Perawat memakai sarung tangan kerja.
steril digunakan pada saat melakukan Alat pelindung diri merupakan salah
tindakan seperti perawatan luka, sedangan satu peralatan yang digunakan oleh tenaga
perawat memakai sarung tangan non steril kesehatan untuk mencegah terjadinya
dipakai apabila melakukan tindakan seperti infeksi nosokomial, melindungi penderita
injeksi dan tindakan pengukuran TTV. dari kemungkinan terjadinya infeksi
WHO dan kementerian kesehatan dimulai dari pasien masuk, mendapatkan
sudah mengeluarkan pedoman mengenai asuhan keperawatan dan tindakan medis
penggunaan alat pelindung diri yang benar sampai pasien pulang dari rumah sakit.
sesuai dengan faktor risiko, baik bagi para Pemakaian alat pelindung diri dalam
profesional kesehatan dan juga bagi kegiatan sehari-hari lebih banyak berfungsi
khalayak awam. APD yang untuk pelindung pasien dibanding untuk
direkomendasikan oleh WHO dan pelindung perawat.
Kementerian Kesehatan Republik Tujuan penggunaan alat pelindung
Indonesia bagi petugas kesehatan diri adalah untuk melindungi kulit dan
contohnya saat menangani pasien COVID- selaput lendir perawat dari pajanan semua
19 harus menggunakan APD level 3 antara cairan tubuh dari kontak langsung dengan
lain pelindung mata atau pelindung wajah, pasien. Alat pelindung diri meliputi sarung
penutup kepala, masker N95 atau yang tangan, masker dan pelindung mata, topi,
setingkat, sarung tangan, gown all-cover gaun dan apron. Salah satu alat pelindung
atau apron, sarung tangan double sterile, diri yang digunakan untuk mencegah
dan sepatu boot. kontaminasi antara perawat dengan pasien
saat melakukan tindakan adalah pemakaian
Pembahasan sarung tangan dan masker.
Perawat perlu memakai Alat Ada beberapa masalah yang sering
Pelindung Diri (APD) disaat melakukan dihadapi perawat dalam menggunakan alat
tindakan keperawatan sebagai salah satu pelindung diri (APD), yaitu:
upaya dalam memutus rantai infeksi guna 1. Sering kali perawat tidak mengerti/sadar
menjaga keamanan perawat dan juga resiko yang akan terjadi jika tidak
keselamatan pasien. Alat Pelindung Diri menggunakan alat pelindung diri
(APD) adalah suatu alat yang mempunyai 2. Perawat merasa panas jika
kemampuan untuk melindungi seseorang menggunakan alat pelindung diri
3. Perawat menggunakan alat pelindung lingkungan diluar isolasi, para pasien
diri yang tidak sesuai dengan ukurannya atau pekerja lain, dan diri sendiri
sehingga merasa sesak menjadikan tidak 4) Membuang semua perlengkapan APD
memakainya yang tidak dapat digunakan lagi dengan
4. Merasa merasa tidak nyaman atau tidak hati-hati dan segera melakukan cuci
enak dipandang apabila memakai baju tangan.
APD dengan ukuran yang besar yang Adapun faktor-faktor penting yang
tidak sesuai dengan ukuran baju harus diperhatikan dalam penggunaan alat
5. Bahan APD yang dipakai terlalu berat pelindung diri (APD) yaitu:
sehingga perawat tidak memakainya 1. Menggunakan APD sebelum kontak
6. Ketidakbiasaan pemakaian APD seperti dengan pasien
sarung tangan, masker dapat 2. Menggunakan APD dengan hati-hati,
mengganggu pekerjaan jangan menyebarkan kontaminasi
7. Perawat yang tidak menggunakan alat 3. Melepas dan membuang APD yang
pelindung diri tidak ada sanksi dari tidak dapat digunakan lagi secara hati-
pimpinan yang berpengaruh pada hati ke tempat limbah infeksius yang
ketidakpatuhan perawat dalam telah tersedia
menggunakan alat pelindung diri 4. Segera membersihkan tangan sesuai
8. Tidak adanya contoh dari atasan untuk dengan langkah-langkah pada pedoman
menggunakan alat pelindung diri yang membersihkan tangan.
membuat perawat mengikuti untuk tidak Jenis alat pelindung diri yang sering
menggunakan alat pelindung diri. digunakan dalam tindakan keperawatan
Adapun pedoman umum penggunaan yaitu:
alat pelindung diri (APD) yaitu: a) Sarung tangan
1) Selalu menjaga kebersihan tangan Sarung tangan merupakan
meskipun menggunakan APD penghalang (barrier) fisik paling penting
2) Segera melepas dan mengganti APD untuk mencegah penyebaran infeksi,
yang tidak dapat digunakan kembali melindungi tangan dari bahan yang
setelah mengetahui APD tersebut tidak dapat menularkan penyakit dan
berfungsi secara optimal seperti sobek melindungi pasien dari mikroorganisme
atau rusak yang berada ditangan petugas kesehatan.
3) Segera mungkin melepaskan APD Sarung tangan harus diganti antara
setelah selesai memberikan pelayanan setiap kontak dengan satu pasien ke
kepada pasien dan hindari kontaminasi
pasien lainnya, untuk menghindari  Menghindari penggunaan atau
kontaminasi silang. mendaur ulang kembali sarung
Pemakaian sarung tangan sangat tangan sekali dipakai.
efektif untuk mencegah kontaminasi, Pemakaian sarung tangan
tetapi pemakaian sarung tangan tidak dilakukan saat ada kemungkinan kontak
menggantikan kebutuhan untuk mencuci dengan darah atau cairan tubuh, sekresi,
tangan. Sebab sarung tangan bedah ekresi, membran mukosa atau kulit yang
lateks dengan kualitas terbaikpun, terlepas, saat akan melakukan prosedur
mungkin mengalami kerusakan kecil medis yang bersifat invasive (misalnya
yang tidak terlihat, sarung tangan pemasangan infuse, kateter), saat
mungkin robek pada saat digunakan atau menangani bahan-bahan bekas pakai
tangan terkontaminasi pada saat melepas yang telah terkontaminasi atau
sarung tangan. menyentuh permukaan yang tercemar,
Dalam penggunaan sarung tangan serta memakai sarung tangan bersih atau
perawat atau tenaga kesehatan lainnya tidak steril saat akan memasuki ruangan
perlu memperhatikan hal-hal sebagai pasien yang telah dicurigai mengidap
berikut: penyakit menular. Melepas sarung
 Mencuci tangan dengan sabun tangan sebelum meninggalkan ruangan
sebelum dan sesudah menggunakan dan segera melakukan cuci tangan untuk
sarung tangan mencegah transfer mikroorganisme.
 Mengganti sarung tangan jika Pemakaian sarung tangan yang
berganti pasien atau jika sarung sama atau mencuci tangan yang masih
tangan sobek bersarung tangan, ketika berpindah dari
 Segera mengganti sarung tangan satu pasien ke pasien lain atau ketika
setelah kontak dengan pasien atau melakukan perawatan dibagian tubuh
setelah melakukan tindakan dan yang kotor kemudian berpindah
dibuang ditempat sampah dibagian tubuh yang bersih, bukan
 Menggunakan sarung tangan hanya merupakan praktik yang aman. Bakteri
untuk satu tindakan saja dalam jumlah bermakna pada tangan

 Menghindari kontak dengan benda petugas yang hanya mencuci tangan

disekitar selain dalam tindakan dalam keadaan masih memakai sarung


tangan dan tidak mengganti sarung
tangan ketika berpindah dari satu pasien
ke pasien lain.
b) Masker setelah dipakai. Bila masker tersebut
Masker harus cukup besar untuk basah atau kotor terkena sekret, masker
menutupi hidung, mulut, dan bagian tersebut harus segera diganti.
bawah dagu. Penggunaan masker Dalam penggunaan masker
bertujuan untuk menghindari cipratan perawat atau tenaga kesehatan lainnya
sewaktu berbicara, batuk, atau bersin perlu memperhatikan hal-hal sebagai
serta mencegah cairan atau percikan berikut:
darah dan mikroorganisme memasuki  Memasang masker sebelum
hidung atau mulut petugas kesehatan. memasang sarung tangan
Perawat dianjurkan untuk menggunakan  Tidak diperbolehkan/dianjurkan
masker saat melakukan tindakan menyentuh masker ketika
kesemua pasien terutama pada pasien menggunakannya
dengan TB. Perawat yang menggunaan  Melepas masker dilakukan setelah
masker diharapkan mampu memberikan melepas sarung tangan dan cuci
perlindungan terhadap transmisi infeksi tangan
melalui udara.  Tidak membiarkan masker
Masker terbuat dari berbagai menggantung pada leher
bahan seperti katun ringan, kain kasa,  Segera melepas masker jika sudah
kertas dan bahan sintetik lainnya yang tidak digunakan kembali
tahan cairan. Masker yang terbuat dari  Penggunaan masker sekali pakai
katun atau kertas sangat nyaman tetapi sehingga tidak dianjurkan kembali
tidak dapat menahan cairan atau efektif menggunakan masker yang sudah
sebagai filter. Masker yang terbuat dari dipakai.
bahan sintetik dapat memberikan
perlindungan dari tetesan partikel Penutup
berukuran besar yang tersebar melalui Kesimpulan dan Saran
batuk atau bersin ke orang yang berada Upaya dalam memutus rantai infeksi
di dekat pasien (kurang dari 1 meter). di rumah sakit bisa dilakukan dengan
Fungsi masker akan menerapkan cuci tangan 6 langkah
terganggu/tidak efektif apabila tidak menggunakan sabun dan air bersih dengan
dapat melekat pada wajah secara benar dan menggunakan Alat Pelindung
sempurna. Masker harus terpasang erat Diri (APD) dengan benar dan sesuai guna
di wajah menutupi hidung dan mulut menjaga keamanan perawat dan juga
pemakai dan harus segera dibuang
keselamatan pasien. Alat pelindung diri Hutahaean, S. & Handiyani, H. (2018).
merupakan salah satu peralatan yang Pengembangan fungsi dan peran
digunakan oleh tenaga kesehatan untuk kepala ruangan dalam pencegahan dan
mencegah terjadinya infeksi nosokomial, pengendalian infeksi di RS X. Jurnal
melindungi penderita dari kemungkinan Akademi Keperawatan Husada Karya
terjadinya infeksi dimulai dari pasien Jaya, 4(1), 53-64.
masuk, mendapatkan asuhan keperawatan Kemenkes RI. (2015). Pedoman nasional
dan tindakan medis sampai pasien pulang keselamatan pasien rumah sakit (Edisi
dari rumah sakit. Alat pelindung diri III). Jakarta.
meliputi sarung tangan, masker dan Molina, V. F. (2012). Analisis pelaksanaan
pelindung mata, topi, gaun dan apron. Saran program pencegahan dan
bagi perawat diharapkan lebih pengendalian infeksi nosokomial di
memperhatikan dan meningkatkan upaya Rumkital Dr. Mintohardjo. Jakarta:
dalam memutus rantai infeksi di rumah FKM UI.
sakit untuk menjaga keselamatan pasien. Nugraheni, R., dkk. (2012). Media
kesehatan masyarakat indonesia.
Daftar Pustaka
Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, F., Handiyani, H., & Kuntarti. Permenkes RI. (2017). Pedoman
(2016). Memutus rantai infeksi melalui pencegahan dan pengendalian infeksi
fungsi pengorganisasian kepala ruang di fasilitas pelayanan kesehatan no 27.
rawat. Jurnal Keperawatan Indonesia, Jakarta: Permenkes RI.
19(2), 107-115. Rotti, G. & Sjattar, E. (2014). Hubungan
Herman, M. J. & Handayani, R. S. (2016). fungsi manajemen kepala ruangan
Sarana dan prasarana Rumah Sakit dengan pelaksanaan pencegahan dan
Pemerintah dalam upaya pencegahan pengendalian infeksi di ruang rawat
dan pengendalian infeksi di Indonesia. inap Rumah Sakit Umum Pusat Prof R.
Jurnal Kefarmasian Indonesia, 6(2), D Kandou Manado, 4 (1), 69–77.
137-146. Septiari, B. B. (2012). Infeksi nosokomial.
Husein, B., Sidipratomo, P., Meilia, P. D. I., Yogyakarta: Nuha Medika.
& Christianto, G. M. (2020). Tinjauan Simamora, R. H. (2020). Learning of
etik prioritas Alat Pelindung Diri Patient Identification in Patient Safety
(APD) untuk Profesional Pemberi Programs Through Clinical Preceptor
Asuhan (PPA) kedokteran dan Models. Medico Legal Update, 20(3),
kesehatan. JEKI, 4(2), 47-51. 553-556.
Simamora, R. H. (2019). Pengaruh
Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Menggunakan Media Audiovisual
terhadap Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(1), 342-351.
Sofia, S., Saragih, G. N., Rahayu, B. M. S.,
& Alvionia, D. W. (2014). Ruangan
dengan kepatuhan perawat dalam
penerapan pengendalian infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Santo
Yusup Bandung. Jurnal Keperawatan
Indonesia, , 69–78.

Anda mungkin juga menyukai