Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMERIKSAAN URINE

Disusun Oleh:

Mulyanthie Putri 1830067

Diagnosis Klinik Kelas A

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah AWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun samai dengan selesai.

Makalah ini berisikan tentang pemeriksaan urine, pemeriksaan urine atau analisis urine
(urinalisis) telah dilakukan sejak abad pertengahan sebelum ada permeriksaan canggih seperti
saat ini. Perkembangan teknik pemeriksaan modern tetap menjadikan pemeriksaan urine sebagai
bagian dari pemeriksaan rutin pasien. Hal ini karena sampel urine mudah tersedia, mudah
dikumpulkan, dan mengandung informasi yang dapat diperoleh lewat pemeriksaan laboratorium
yang murah, serta mengandung informasi mengenai fungsi metabolik tubuh.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa embaca
raktekan dalam kehiduan sehari-hari.

Bogor, 6 Oktober 2021

Penyusun

Mulyanthie Putri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pemeriksaan Urin.............................................................................................3


B. Perjalanan penyakit dengan pemeriksaan urin...............................................................4
C. Uji laboratorium pada pemeriksaan urin........................................................................5
D. Cara uji pemeriksaan urin...............................................................................................6
E. Nilai normal pemeriksaan urin.......................................................................................7
F. Jenis kelainan pemeriksaan urin.....................................................................................8
G. Tata laksana pemeriksaan urin.......................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
ataucairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
menegakkan berbagai diagnosis. Urinalisis juga merupakan pemeriksaan kimia yang umum
dilakukan pada anak-anak dan remaja2.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Pemeriksaan Urin
2. Perjalanan penyakit dengan pemeriksaan urin
3. Uji laboratorium pada pemeriksaan urin
4. Cara uji pemeriksaan urin
5. Nilai normal pemeriksaan urin
6. Jenis kelainan pemeriksaan urin
7. Tata laksana pemeriksaan urin
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pemeriksaan Urin
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit dengan pemeriksaan urin
3. Untuk mengetahui uji laboratorium pada pemeriksaan urin
4. Untuk mengetahui cara uji pemeriksaan urin
5. Untuk mengetahui nilai normal pemeriksaan urin
6. Untuk mengetahui jenis kelainan pemeriksaan urin
7. Untuk mengetahui tata laksana pemeriksaan urin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pemeriksaan Urin


Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
menegakkan berbagai diagnosis. Urinalisis juga merupakan pemeriksaan kimia yang umum
dilakukan pada anak-anak dan remaja-remaja.
Menurut Clinical and Laboratory Standard Institut (CLSI) menganjurkan pemeriksaan
urine dilakukan paling lambat 2 jam dari waktu urine dikemihkan. Penundaan urine selama 2
jam tanpa disimpan pada suhu 2 – 80C dan penambahan zat pengawet dapat menurunkan
kualitas hasil pemeriksaanurine. Hasil pemeriksaan urine yang berubah akibat penundaan
pemeriksaan tidak dapat menggambarkan keadaan pasien dengan baik, sehingga dapat
menjadi kesalahan dalam diagnose.
Urine yang disimpan kemungkinan terjadi perubahan susunan oleh bakteri yang
berasal dari urine yang ditampung tidak steril. Bakteri mengurai ureum dengan membentuk
amoniak dan karbondioksida. Amoniak menyebabkan pH urine menjadi basa dan terjadilah
pengendapan kalsium dan magnesium fosfat. Selain itu, glukosa akan diurai oleh bakteri
sehingga hilang dari urine . Menurut Rosita (2011) penundaan waktu pemeriksaan urinalisa
mengakibatkan perubahan hasil urinalisa yaitu pH, glukosa, blood, keton dan urobilinogen.
Hasil negative palsu pada glukosa diakibatkan oleh hasil dari glikolisis bakteri. Penelitian
Sutyasih (2012) juga menyatakan penundaan hasil pemeriksaan urine menyebabkan
perubahan hasil pada beberapa parameter yaitu berat jenis, pH, and blood. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemeriksaan urine yang dilakukan penundaan lebih dari 2 jam dengan
tidak menambahkan pengawet urine maka akan terjadi penurunan kualitas hasil pemeriksaan.
Penambahan pengawet urine seperti formalin dan toluena diharapkan dapat menjaga kualitas
hasil pemeriksaan urine selama proses penundaan.
B. Perjalanan penyakit dengan pemeriksaan urin
1. Diabetes Mellitus
Pemeriksaan urine yaitu untuk kepentingan diagnosis, salah satunya yaitu
mengontrol pengobatan pada pasien Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus memiliki
sejumlah efek jangka panjang pada sistem urogenital dan efek ini merupakan resiko
terjadinya Infeksi Saluran Kemih. Resiko terjadinya ISK pada pasien DM di dunia
diperkirakan sebesar 60% dan di Indonesia sebesar 47%3. ISK umumnya ditandai dengan
adanya bakteri golongan Enterobacteriaceae. Bakteri dalam urine penderita Diabetes
Mellitus dapat mengalami peningkatan jika sampel urine tidak langsung diperiksa atau
mengalami penundaan pemeriksaan.
2. Tuberculosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Obat anti-tuberkulosis (OAT), seperti rifampisin dan streptomisin, dapat bersifat
nefrotoksik atau destruktif terhadap sel-sel pada ginjal.
Urin normal sangat sedikit mengandung protein, peningkatan kandungan protein
pada urin yang lebih dari 150 mg/24 jam (10-20 mg/dL) menandakan adanya peningkatan
kerja dari filtrasi glomerulus akibat kerusakan dari glomerular.
Pemeriksaan urin pada penyakit tuberculosis menggunakan metode non-
probability sampling jenis consecutive sampling.
3. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri di
komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta
penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih.
Kerusakan pada saluran kemih dapat diperiksa dengan pemeriksaan laboratorium
khususnya mikroskopik urine merupakan pemeriksaan yang tepat untuk mendapatkan
data
mengenai adanya kelainan dari saluran kemih. Pemeriksaan sedimen urine bertujuan
untuk mencari adanya sel-sel darah, sel-sel yang berasal dari saluran reproduksi, sel-sel
organisme yang berasal dari luar saluran kemih
Metode yang digunakan bersifat eksperimen semu (random) yang bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh lama sentrifugasi sampel urine terhadap hasil pemeriksaan
sedimen leukosit urine pada penderita (ISK).

C. Uji laboratorium pada pemeriksaan urin


1. Diabetes Mellitus
Penelitian ini merupakan penelitian Pra Eksperimen dengan desain penelitian
yang digunakan adalah One Group Pretest Postest Design. Sampel yang digunakan
adalah urine
sebanyak 6 sampel. Sampel urine diperiksa dengan carik celup sebanyak 2 kali.
Pemeriksaan pertama untuk melihat hasil glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan eritrosit
pada urine sebelum ditambahkan larutan garam NaCl konsentrasi 3,5%, 4,0%, 4,5%.
kedua untuk melihat hasil glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan Pra Eksperimen dengan
desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest Postest Design. Sampel yang
digunakan adalah urine sebanyak 6 sampel. Sampel urine diperiksa dengan carik celup
sebanyak 2 kali. Pemeriksaan pertama untuk melihat hasil glukosa, leukosit esterase,
nitrit, dan eritrosit pada urine sebelum ditambahkan larutan garam NaCl konsentrasi
3,5%, 4,0%, 4,5%. Pemeriksaan kedua untuk melihat hasil glukosa, leukosit esterase,
nitrit, dan pertumbuhan bakteri Enterobacteriaceae agar tidak mempengaruhi hasil
pemeriksaan kimia urine.
2. Tuberculosis (TBC)
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dengan dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan sedimen urine.
Pemeriksaan sedimen urine atau disebut juga mikroskopik urine merupakan
pemeriksaan lanjutan setelah kimia urine, yang penting untuk mengetahui adanya
kelainan ginjal atau saluran kemih serta berat ringannya suatu penyakit. Pemeriksaan
sedimen ini biasanya menggunakan urine sewaktu atau urine pagi, setelah
mengumpulkan urine segera dilakukan pemeriksaan karena penundaan pemeriksaan
tanpa diberikan pengawet dapat menyebakan terjadinya perubahan pada komposisi zat
dan hasil yang dikeluarkan seperti
pertumbuhan bakteri, kadar glukosa menurun, PH menjadi alkalis, dekomposisi silinder,
lisisnya eritrosit, perubahan bentuk leukosit (rusak), urine menjadi makin keruh,
perubahan warna dan bau, serta nitrit menjadi positif.

3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Kerusakan pada saluran kemih dapat diperiksa dengan pemeriksaan laboratorium
khususnya mikroskopik urine merupakan pemeriksaan yang tepat untuk mendapatkan
data
mengenai adanya kelainan dari saluran kemih. Pemeriksaan sedimen urine bertujuan
untuk mencari adanya sel-sel darah, sel-sel yang berasal dari saluran reproduksi, sel-sel
organisme yang berasal dari luar saluran kemih.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan
Univeritas Indonesia Timur Makassar Prosedur dalam penelitian inimeliputi Tahap Pra
analitik, analitik,dan pasca analitik

D. Cara Uji Pemeriksaan Urin


1. Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau
semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan.
a. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata di daerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300
mL untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000
mL maka keadaan itu disebut poliuri (Wilmar, 2000).
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 mL maka keadaan ini dikatakan oliguri,
keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, deman edema, nefritis
menahun (Wilmar, 2000).
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 mL.
Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal (Wilmar, 2000).

b. Warna urin

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang


dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna,
kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau,
putih susu, dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang
dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan
kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000).

c. Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita' (Wilmar, 2000).

d. Bau urin

Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau
yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan
seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria (Wilmar, 2000).

e. PH urin

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena


dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5
- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke
arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.

2. Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen
urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta
berat ringannya penyakit (Wilmar, 2000).

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan


cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai
reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.
Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin,
darah, urobilinogen dan nitrit (Wilmar, 2000).

a. Pemeriksaan glukosa

Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro.
Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positif palsu pada urin yang mengandung
bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin,
glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C (Wilmar, 2000).

Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara


enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl (Wilmar, 2000).

b. Benda- benda keton

Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13hidroksi butirat.
Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan
benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--
10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam
beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung
bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8hidroksi-quinoline yang
berlebihan (Wilmar, 2000).

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada
keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes
mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam
jumlah yang tinggi (Wilmar, 2000).
c. Pemeriksaan bilirubin

Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin


dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang
dipakai adalah asam sulfo salisilat (Wilmar, 2000).

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan
keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat
terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang
tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium
atau serenium (Wilmar, 2000).

d. Pemeriksaan urobilinogen

Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi
urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses
hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh (Wilmar, 2000).

Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam
urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang
sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin
per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh
sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin (Wilmar, 2000).

E. Nilai normal pemeriksaan urin


1. Pemeriksaan Makroskopik Urine
a. Volume
Normal: 1200-1800 mL/24 jam (dewasa) Anak 1-6 tahun: ¼ orang dewasa Anak
6-12 tahun: ½ orang dewasa Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake,
aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.
b. Warna
Normal: kuning muda, disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili,
dipengaruhi oleh makanan, obat, penyakit tertentu.

c. Kejernihan/kekeruhan
Normal: jernih Bila keruh, mungkin disebabkan oleh bakteri, kristal, posfat, urat,
eritrosit, epitel.

d. Berat jenis
 Bj urine normal : 1.003 – 1.03

e. Bau
 Normal : aromatis
f. PH
normal: 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7

F. Jenis Kelainan Urin

1. Pemeriksaan Makroskopik Urine


a. Volume
 Poliuria (peningkatan volume urine, >2000 mL/24jam) Ditemukan pada
Diabetes melitus, diabetes insipidus, glomerulo nefritis kronik, saat
keadaan edema menghilang, masa penyembuhan febris akut.
 Oligouria (penurunan volume urine, 300-700 mL/24jam) Ditemukan pada
glomerulo nefritis akut (GNA), eklamsia, diare berat, muntah-muntah
hebat, terlalu banyak Demam, Dekompensasi kordis.
 Anuria (tidak ditemukan urin, <300 mL/24 jam). Ditemukan pada GNA
berat, Keracunan HgCl2.
b. Warna
Faktor yang mempengaruhi warna urine :
 Konsentrasi urin : makin pekat makin gelap warnanya
 Keasaman urin : makin alkalis warna urin makin gelap
 Pigmen-pigmen abnormal dalam urin dan obat-obatan Merah: ada darah,
porfobilin, obat.
Hijau : ada kuman

Coklat : bilirubin (seperti air teh), hematin

Hitam : darah , obat

Seperti air susu : pus, getah prostat, chylus (lemak),bakteri.

c. Kejernihan/kekeruhan
Nubecula: urine jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, karena
ada endapan lendir, urat, fospat, epitel, leukosit, bakteri.

d. Berat jenis
 Bj urine tingggi : Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam.
 Bj urine rendah : stadium terminal nefritis.
Bj urine dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine, fungsi pemekatan
ginjal. Pengukuran Bj urine dengan menggunakan Urinometer dengan skala 1.000–
1.040 dan selalu dikalibrasi pada suhu150C atau 200C, refraktometer.
Arti klinis pemeriksaan BJ urin:
Membantu mendiagnose glukosuri pada penderita koma (koma diabetikum)
urinnya jernih tapi BJ nya tinggi. Untuk mengetahui faal ginjal menurut
percobaan konsentrasi menurut Fishberg

e. Bau
 Bau amoniak : perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter.
 Bunga layu : ketonuria
 Busuk : perombakan protein pada ureter.
 Bau yang berasal dari makanan dan minumam (Normal)

f. PH
Jika pH asam: assidosis, demam, diet protein, pielonefritis. Pengukuran pH urine
dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, pH meter. Jika pH alkalis : retensi urine
pada kandung kemih, sistitis kronis, anemia, muntah yang hebat.

G. Tata Laksana Pemeriksaan Urin

1. Pengambilan sampel urin

Percobaan ini dilakukan dengan diambilnya urin yang pertama kali


dikeluarkan saat bangun tidur lalu diberikan label pada botol sampel tersebut.

2. Pemeriksaan urin

a.Tampilan urin

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya urin ke dalam gelas kimia,


lalu dibandingkan warna urin pada seluruh sampel lalu dicatat warna dan tingkat
kepekatan warna dari setiap sampel tersebut dengan skala + hingga +++ untuk warna
paling jernih hingga paling pekat.

b. Mengukur pH urin

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya urin ke dalam gelas kimia


kemudian diukur pH urin dengan menggunakan indikator universal lalu dicocokkan
warna pada indikator dan dicatat pH yang terukur.

c.Menguji amonia

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 1 mL urin ke dalam tabung


reaksi kemudian dipanaskan dengan pembakar spiritus hingga mendidih lalu dicatat
bau yang ditimbulkan dari urin yang dipanaskan tersebut.
d. Menguji glukosa

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung


reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen benedict lalu dipanaskan. Selanjutnya,
diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi beserta tingkat kepekatan
warnanya dengan skala + hingga +++ untuk warna paling muda hingga paling tua.

e.Menguji protein

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung


reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen biuret lalu dibiarkan selama 5 menit.
Selanjutnya, diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi beserta tingkat
kepekatan warnanya dengan skala + hingga +++ untuk warna paling muda hingga
paling tua.

f. Menguji ion klorida

Percobaan ini dilakukan dengan dimasukkannya 2 mL urin ke dalam tabung reaksi


kemudian ditambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% lalu dibiarkan selama 5 menit.
Selanjutnya, diamati dan dicatat terbentuknya endapan putih dengan skala + hingga
+++ untuk endapan paling sedikit hingga paling banyak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Urinalisis adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menegakkan
berbagai diagnosis. Pemeriksaan bisa digunakan untuk seperti penyakit tuberculosis, diabetes
mellitus, infeksi saluran nafas. Pemeriksaan urine terdiri dari pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, dan kimia urine. Tata laksana urin terdiri dari pengambilan sampel,
pemeriksaan sampel.

B. Saran

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa embaca raktekan dalam
kehiduan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Analis Medika Bio Sains. Pemanfaatan Larutan Garam Natrium Klorida (Nacl) Sebagai
Pengawet Alternatif Pada Urine Untuk Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup. Vol. 6 , No. 1
(2019).

Jurnal Analis Laboratorium Medik. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kimia Urine Dengan Variasi
Jenis Pengawet Urine. Vol. 5 (no.2) Desember 2020.

Jurnal Kesehatan Andalas. Uji Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Sedimen Urine Metode Shih-Yung
pada Volume Urine 10 mL dan 5 mL. 2021; 10(2).

Jurnal Media Laboran. Pengaruh Lama Sentrifugasi Sampel Urine Terhadap Hasil Pemeriksaan
Sedimen Lekosit Urine Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (Isk)Di Laboratorium D-Iii Analis
Kesehatan Universitas Indonesia Timur. Volume 9, Nomor 2, November 2019

Anda mungkin juga menyukai