Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

Tatalaksana Intensive Care Unit Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh
Pneumonia Komunitas
Agung Ari Budy Siswanto,1 Sobaryati,2 Nurita Dian Kestriani,3 Ardi Zulfariansyah,3
Erwin Pradian,3 Suwarman,3 Tinni T. Maskoen3
1
Rumah Sakit Orthopedi Dr. R Soeharso Surakarta,
2
SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
3
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak
Krisis miastenia adalah suatu eksaserbasi akut dari miastenia gravis, dimana kelemahan yang terjadi sampai
melibatkan otot-otot pernafasan sehingga mengakibatkan kegagalan napas akut dan memerlukan dukungan ventilasi
mekanik. Krisis miastenia merupakan komplikasi miastenia gravis yang paling berbahaya dan mengancam jiwa bila
tidak segera ditangani. Timbulnya krisis miastenia dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah infeksi
paru yang didapat di masyarakat (pneumonia komunitas). Tatalaksana Intensive Care Unit (ICU) pasien krisis
miastenia meliputi tatalaksana terhadap kegawatan respirasi, tatalaksana terhadap miastenia gravis, tatalaksana
terhadap faktor pencetusnya dan dukungan nutrisi yang adekuat. Intubasi endotrakeal dan dukungan ventilasi
mekanis merupakan pilihan utama tatalaksana kegawatan respirasi. Plasmaferesis adalah salah satu metoda terapi
yang terbukti efektif dan efisien dalam menanggulangi krisis miastenia. Terapi lainnya adalah pemberian agen
anticholinesterase, agen imunosupresif kronis, terapi imunomodulator cepat, dan timektomi. Terapi standar untuk
menanggulangi pneumonia komunitas mengikuti panduan Infectious Diseases Society of America (IDSA) terkini.
Dukungan nutrisi yang adekuat juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi. Diagnosis dini dan terapi
yang adekuat diharapkan bisa memperbaiki prognosis pasien krisis miastenia. Pada laporan kasus ini kami sajikan
tatalaksana ICU pasien krisis miastenia yang dipicu oleh pneumonia komunitas, yang dirawat di ICU RS. Hasan
Sadikin Bandung pada bulan Oktober 2019.

Kata Kunci: Krisis miastenia, plasmaferesis, pneumonia komunitas

ICU Management of Patient with Myasthenia Crisis Induced by Community


Acquired Pneumonia
Abstract
Myasthenia crisis is an acute exacerbation of myasthenia gravis, where weakness occurs to involve respiratory
muscles resulting in acute respiratory failure and requires mechanical ventilation support. Myasthenia crisis is
miastenia gravis’s most dangerous and life-threatening complication if it is not treated immediately. The emergence
of myasthenia crisis can be triggered by various factors, one of which is a lung infection obtained in the community
(community acquired pneumonia). Management of myasthenia crisis patients in the ICU include respiration
management, management of myasthenia gravis, management of the triggering factors, and nutritional support.
Endotracheal intubation and mechanical ventilation support are the main therapy in the management of respiratory
emergencies. Plasmapheresis is one of the methods of therapy that has proven to be effective and efficient in
dealing with the Myasthenic Crisis. Other therapies include administration of anticholinesterase agents, chronic
immunosuppressive agents, rapid immunomodulatory therapy, and thymectomy. Standard therapy for community
acquired pneumonia follows the current Infectious Diseases Society of America (IDSA) guidelines. Adequate
nutritional support is also needed to support the success of therapy. Early assessment and adequate therapy is
expected to improve the prognosis of myasthenia crisis. In this case report we present the ICU management
of myasthenia crisis triggered by community acquired pneumonia, who was treated at ICU RS. Hasan Sadikin
Bandung in October 2019.

Key words: Community acquired pneumonia,myasthenic crisis, plasmapharesis


Korespondensi: Agung Ari Budi Siswanto.,dr.,SpAn, Rumah Sakit Orthopedi Dr. R Soeharso Surakarta, Jl. Semangka no 2
Surakarta, Email: agungari362@gmail.com

24
25

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

Pendahuluan Mangunkusumo, Jakarta, terdapat 94 kasus


dengan diagnosis miastenia gravis pada periode
Miastenia gravis adalah suatu penyakit kelainan tahun 2010 sampai tahun 2011.3
auto imun saraf perifer berupa terbentuknya Krisis miastenia didefinisikan sebagai suatu
antibodi terhadap reseptor pascasinaptik eksaserbasi akut dari miastenia gravis, dimana
asetilkolin (AChR) nikotinik pada myoneural kelemahan yang terjadi sampai melibatkan
junction. Penurunan jumlah reseptor ACh ini otot-otot pernapasan sehingga mengakibatkan
menyebabkan penurunan kekuatan otot yang kegagalan napas akut dan memerlukan bantuan
progresif, ditandai dengan kelemahan yang ventilasi mekanik. Krisis miastenia merupakan
berfluktuasi dan melibatkan kombinasi yang komplikasi miastenia gravis yang paling
bervariasi dari otot okular, bulbar, ekstremitas, berbahaya dan mengancam jiwa bila tidak
dan otot pernapasan. Penurunan kekuatan otot segera ditangani. Krisis miastenia biasanya
ini bisa terjadi pemulihan setelah beristirahat. terjadi dalam 2 tahun pertama setelah onset
Miastenia Gravis adalah kelainan primer paling terkenanya miastenia gravis (pada sekitar 74%
umum dari transmisi neuromuskular dan salah kasus). Antara 15% sampai 20% pasien miastenia
satu kelainan neurologis yang paling dapat gravis akan mengalami setidaknya satu episode
diobati.1,2 krisis miastenia ini. Pada beberapa pasien, krisis
Prevalansi miastenia gravis adalah 14 per miastenia bisa jadi merupakan presentasi awal
100.000 populasi (kira-kira 17.000 kasus) di dari miastenia gravis.4
Amerika. Sebelum usia 40 tahun, penyakit ini Krisis miastenia dapat terjadi secara
terjadi 3 kali lipat lebih banyak pada wanita spontan sebagai bagian dari perjalanan alami
dibanding dengan pria, namun pada usia yang miastenia gravis itu sendiri. Krisis miastenia
lebih tua persentasenya sama. Berdasarkan juga dapat dipicu oleh berbagai masalah lain
laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang menjadi penyebab umumnya. Diantaranya
2010, insiden miastenia gravis di Indonesia adalah infeksi (terutama pneumonia), kelainan
diperkirakan 1 kasus dari 100.000 penduduk. elektrolit (termasuk kalsium, fosfat, magnesium),
Data yang didapatkan di Rumah Sakit Cipto penyakit tiroid (baik hipotiroid atau hipertiroid),

Gambar 1 Flowchart ICU monitoring


(sumber:dokumentasi pribadi)

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


26

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

Gambar 2 Evaluasi Rontgen Dada


Sumber: Dokumentasi pribadi

pembedahan / trauma, kehamilan dan persalinan, Plasmaferesis yang berarti penarikan atau
serta obat-obatan (obat-obatan yang memperburuk removal plasma, adalah prosedur di mana plasma
Myastenia Gravis dan bisa juga akibat tapering dipisahkan dari sel-sel darah dan diganti dengan
obat imunosupresif).4 fresh frozen plasma (FFP), produk darah atau
Pneumonia komunitas atau community pengganti plasma. Istilah lainnya adalah plasma
acquired pneumonia (CAP) adalah penyakit exchange (PLEX). Keduanya bersinonim meski
peradangan akut pada parenkim paru yang sebenarnya prosedurnya berbeda. Dasarnya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, adalah fakta bahwa zat-zat yang bersirkulasi
atau parasit), yang didapat di luar rumah sakit dalam darah (seperti toksin ataupun auto-
(masyarakat). Hanya 20% dari kasus ini yang antibodi) terakumulasi dalam plasma darah
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dari dan dapat merusak atau mengganggu reseptor
keseluruhan kasus CAP yang dirawat di rumah tertentu. Akibatnya akan menimbulkan berbagai
sakit, hanya 10 sampai 20% yang memerlukan penyakit autoimun, termasuk di dalamnya adalah
perawatan di ruang rawat intensif / ICU. Infeksi miastenia gravis.6
terutama pneumonia merupakan penyebab Pemahaman tentang patofisiologi krisis
paling umum yang bisa memicu terjadinya krisis miastenia dan faktor pencetusnya sangat
miastenia.5 diperlukan untuk tatalaksana krisis ini.

Tabel 1 Setting ventilasi mekanik harian


Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 21/10
10/10 11/10 12/10 13/10 14/10 15/10 16/10 17/10 18/10 19/10 20/10
Mode SIMV- P- P- P- P- Spon Spon Spon Spon Spon NRM Binasal
PC SIMV SIMV SIMV SIMV tan tan tan tan tan 8lpm 3lpm
RR 12 12 12 12 14 14 14 14 14 14
VT 370 370 360 360 343 343 345 350 345 350
PS 14 14 14 14 4 4 4 4 4 4
PEEP 6 5 6 6 5 5 5 5 5 5
FiO2 80% 50% 50% 50% 45% 45% 45% 45% 45% 45%
PP 20 20 20 20
Driving 15 15 14 14
Pressure
SpO2 99% 98% 99% 99% 99% 100% 99% 99% 99% 99% 99% 98%
sumber: dokumentasi pribadi

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


27

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium di ICU


Hari Hb AT AL Hct Cr GDS Alb Na K Cl Ca tCO2 pH pCO2 PO2 HCO2 BE SaO2

7,354
1 3,1 39,3 66,3 129,6 37,3 10,1 97,7

7 28,3 7,457 38,0 193,2 27,1 3,8 99,3

8 10,2 213 14,14 35,4 100 2,06 133 3,9 110 4,46
7,39
9 9,7 267 15,02 33,7 83 139 2,8 109 4,53 55,7 142,5 29,5 3,4 97,8
2
7,47
10 3,3 112 4,25 46,4 173,7 34,9 11,0 99,6
7
11 0,48 136 2,7 109 4,63

Tatalaksana ICU pasien krisis miastenia meliputi tablet metilprednisolon 4mg diminum 2x sehari,
tatalaksana terhadap kegawatan respirasi, serta obat pengencer dahak N-acetilsistein. Dosis
tatalaksana terhadap miastenia gravis, tatalaksana obat juga sudah dinaikkan sampai 2x lipatnya,
terhadap faktor pencetus, dan dukungan nutrisi. namun belum ada perbaikan. Kelemahan otot, dan
kesulitan menelan bertambah. Pasien dirujuk ke
Deskripsi Kasus RS. Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan
Pada laporan kasus ini kami sajikan tatalaksana tatalaksana selanjutnya.
ICU pasien wanita usia 42 tahun dengan gagal Riwayat penyakit dahulu pasien ini pernah
nafas akut akibat krisis miastenia yang dipicu oleh terdiagnosis sebagai pasien miastenia gravis
pneumonia komunitas. Pasien ini mempunyai dan pernah dirawat di RSHS Bandung untuk
riwayat penyakit miastenia gravis dan sudah menjalani plasmaferesis sebanyak 2 siklus
menjalani operasi timektomi 5 bulan yang lalu di masing masing 6 seri. Pasien juga pernah
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. menjalani operasi timektomi 5 bulan yang lalu
Pada pasien ini dilakukan prosedur plasmaferesis di rumah sakit ini. Pasien mempunyai riwayat
sebanyak 6 seri selama 12 hari perawatan asma sejak usia 17 tahun, tidak rutin minum obat
dengan hasil remisi lengkap terhadap kelemahan asma. Riwayat alergi semua disangkal. Riwayat
otot okular, bulbar, otot-otot ekstremitas dan penyakit keluarga semua disangkal.
pernapasannya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kondisi
umum tampak sakit berat, kesadaran somnolen,
Perawatan di IRD glassgow coma scale (GCS) E3V4M5. Tanda
Pasien rujukan dari RS. Al Islam Bandung dengan vital tekanan darah 150/90 mmHg, denyut
keluhan utama badan lemah dan sesak napas. jantung 113x/menit dengan laju pernapasan 29x/
Keluhan badan lemah disertai dengan kelopak menit, suhu badan 38,5°C. Berat badan pasien ini
mata sebelah kanan berat untuk membuka, 70kg, tinggi badan 160cm termasuk overweight
pandangan mata ganda, sulit untuk menelan dengan body mass index (BMI) 27,3kg/m2.
ludah, serta napas terasa berat. Keluhan membaik Survei primer didapatkan jalan napas bersih,
bila pasien beristirahat. tulang leher stabil, auskultasi dada didapatkan
Seminggu sebelum merasakan badan suara tambahan ronki di paru kanan bawah, tanpa
lemah, pasien menderita batuk berdahak dan ada wheezing. Pada dinding dada juga didapatkan
demam. Diobati sendiri dengan obat pengencer bekas luka operasi di tengah. Penilaian saraf
dahak sambil tetap rutin minum obat miastenia tampak gangguan saraf okulomotorius berupa
gravis dari dokter syaraf. Karena keluhan tidak kelopak mata kanan jatuh, pandangan mata terasa
membaik dan makin lemah, pasien berobat dan ganda, pupil isokor. Keluhan lainnya adalah
dirawat inap RS. Al Islam Bandung. Pasien sulit menelan, tangan dan kaki melemah. Survei
mendapat terapi standar miastenia gravis tablet sekunder didapatkan jugular venous pressure
oral pyridostigmine 60mg diminum 2x sehari,

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


28

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

Myathenic Crisis

Bulbar weakness Ventilatory muscle


weakness

Accumulation of secretions oro-


Alteration sign mechanism
faringeal "lake"
and cough and swallowing
reflexes
Tidal volumen functional residual
capacity

Atelectasis, microaspirations increase upper air-


ways resistance and WOB

Hypoventilation dead space V/Q


Pneumonia alterations

Hypoxemia-Hipercapnia

Respiratory failure

Gambar 3 Patofisiologi gagal napas pada krisis miastenia


Sumber: Godoy 2013

(JVP) tidak meningkat. salbutamol dan ipratropium bromide. Profilaksi


Pemeriksaan penunjang laboratorium tukak lambung diberikan injeksi omeprazole
didapatkan hasil HB 9,2g/dL, Lekosit 13.180/µl, 40mg/12jam IV. Selanjutnya pasien dirawat di
Trombosit 508.000/µl, Hematokrit 33,1%, Ureum bangsal.
27,7 mg/dL, Creatinin 0,76 U/L, GDS 139mg/
dL, elektrolit Natrium 139 mmol/L, Kalium Perawatan di bangsal
4,6mmol/L, Kalsium 5,2mmol/L, Magnesium 2,5 Di bangsal keluhan subjektif sesak napas dan
mmol/L. lemah masih berlanjut. Pemeriksaan objektif
Diagnosis kerja impending krisis miastenia didapatkan kesadaran somnolen dengan GCS
dengan gagal napas hiperkapnia dan pneumonia E3.V4.M5. Respirasi spontan 28x permenit
komunitas. Pada 1 jam pertama dilakukan dengan non rebreathing mask (NRM) 10
pengambilan sampel sputum dan darah, kemudian liter tercapai saturasi oksigen 92%. Dari
diberikan terapi antibiotik empirik injeksi pemeriksaan klinis dan laboratoris kondisi pasien
Ceftriaxon 1g/12jam IV. Terapi lainnya adalah cenderung menurun selama dua hari perawatan
injeksi neostigmine methylsulfate 25mg IV/hari dibangsal. Pemerikasaan laboratorium analisa
yang dikombinasikan dengan sulfas atropine gas darah (AGD) pH 7,35, pCO2 66.3mmHg,
1,25mg IV/hari, injeksi methylprednisolone pO2 126,9mmHg, HCO3 37.3mEq/L, tCO2 39.3,
62,5mg/8jam IV, tablet oral salbutamol 2x2mg standart BE 10,1, saturasi O2 97,7%. Pasien
per oral, sirup ambroxol 3x1cth per oral, dan mengalami gagal napas hiperkapnik.
diberikan nebulisasi setiap 6 jam dengan Diagnosis pasien impending krisis miastenia
dengan insufisiensi respiratori, dan pneumonia

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


29

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

komunitas. Terapi melanjutkan program terapi nutrisi enteral dengan target 70% dari kebutuhan
dari IGD, dengan penggantian antibiotik kalorinya sekitar 1500 kkal, diberikan dalam 6x
empirik menjadi injeksi meropenem 1g/8jam pemberian @250 kkal.
IV, dikombinasikan dengan injeksi levofloxacin Hari ke-4 sampai hari ke-9 (tanggal 12
750mg IV. Keseimbangan cairan selama Oktober 2019 sampai 17 Oktober 2019) keluhan
perawatan 2 hari di bangsal positif 42mL. subjektif badan lemah berkurang, sesak berkurang
Selama perawatan di bangsal pasien mengeluh semakin baik.. Hari ke-5 mulai mode spontan dan
tidak bisa tidur, stres karena sakitnya dan stres mulai weaning ventilasi. Hemodinamik stabil
karena terganggu pasien sebelahnya. Sesak napas tanpa dukungan obat vasopressor, ECG sinus
bertambah, terjadi desaturasi dengan saturasi ritme, denyut jantung antara 60 sampai 100x/
oksigen 88%. Pasien diintubasi dan diberikan menit. Laboratorium terlampir di tabel dibawah.
oksigen, selanjutnya dirawat di ICU. Hari ke-7 pemberian nutrisi sudah 100%
Perawatan di ICU kebutuhan kalori perhari yaitu 30 kkal/kgBB
Hari ke-1 sampai hari ke-3 (tanggal 10 oktober ideal (1.500kkal) dengan pemberian 350kkal
sampai 12 oktober 2019) keluhan subjektif masih tiap 4jam, protein 2g/kgBB perhari (total kalori
dirasakan badan terasa lemah, sesak napas. perhari 2100 kkal/ hari dengan protein 100g/hari).
Objektif kesadaran sulit dinilai, pasien tersedasi Prokinetik diberikan injeksi Metoclopramid Hcl
dengan injeksi midazolam 3mg/jam dan injeksi 10mg/8jam IV dari hari ke-3. Antibiotik terus
morphin 10mcg/kg/jam, dengan penilaian diberikan sampai hari ke-7 perawatan.
Richmond Agitation-Sedation Scale (RASS) (-)2, Hari ke 7 keluhan Subjektif tidak ada. Hasil
dan nilai Acute Physiologi And Chronic Health laborat kultur dari darah dan sputum hasil tidak
Evaluation (APACHE) 7. Pemeriksaan fisik ada pertumbuhan kuman. Hasil Rontgen tanggal
masih didapatkan suara dasar vesicular dan suara 16 Oktober 2019 perbaikan (perselubungan di
tambahan ronki di paru kanan. paru kanan berkurang). Pemeriksaan laborat
Terpasang endotracheal tube (ETT) nomer procalsitonin di awal dan di akhir terapi antibiotik
7,0 kedalaman 21cm. Pernapasan dengan sebagai panduan pemberian terapi antibiotik
ventilator mode SIMV PC, RR 12x/menit, TV belum rutin dilakukan.
312mL, PS 14, PEEP 5mmHg, FiO2 awal 80% Hari ke-10 dan ke-11 (tanggal 19 Oktober
diturunkan bertahap sampai 50%, PP antara 2019dan 20 Oktober 2019) keluhan subjektif
18mmHg samapai 21mmHg, tercapai SpO2 tidak ada. Pemeriksaan objektif kondisi umum
antara 94% sampai 99%. Tekanan darah 140/90 baik, ptosis sudah tidak ada, GCS E4M6Vx,
mmHg stabil tanpa dukungan obat vasopressor. respirasi spontan TV 234mL, PEEP 5mmHg,
Irama jantung sinus takikardi dengan denyut FiO2 45%, PP 9mmHg, dilakukan weaning
awal 110x/menit, membaik jadi 60x/menit. ventilasi dengan oksigenasi T-Piece 6 lpm
Suhu masih demam dengan temperatur 38,5°C sampai 2jam kemudian pasien diekstubasi dan
–37,8°C. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diberikan oksigenasi dengan NRM 8 lpm. Hasil
keseimbangan cairan tertera pada tabel laborat pemeriksaan laboratorium terlampir di tabel hasil
dan keseimbangan cairan. laboratorium.
Terapi dilakukan plasmaferesis ke-1 dan ke-2 Hari ke-12, tanggal 21 Oktober 2019, pasien
dengan penggantian plasma 3000mL (plasmanat dipindahkan ke ruang perawatan di HCU.
1000mL, koloid 1000mL, dan NaCl 0,9% Plasmaferesis sudah lengkap 1 siklus (6 seri)
1000mL). Selama plasmaferesis, hemodinamik dengan respons klinis yang sangat baik dengan
stabil dan oksigenasi pasien juga baik. Terapi remisi total okular, bulbar dan kelemahan anggota
lainnya melanjutkan terapi dari bangsal dengan badan.
tambahan terapi infus paracetamol 1g/6jam
IV bila demam saja, injeksi N-Acetylcistein Pembahasan
20mg/8jam sebagai mukolitik. Anemia (HB
9,2mg/dL) diberikan tranfusi packed red cell Prinsip utama dari setiap tatalaksana penyakit
(PRC) 2 labu. Hari ke dua pasien mulai diberikan adalah penegakan diagnosis sedini mungkin dan

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


30

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

segera diikuti dengan terapi adekuat. Evaluasi dan Untuk membedakan tipe gagal napas pada
penilaian ulang dilakukan secara simultan untuk pasien ini bisa kita ukur dari gradien PO2 alveolar
menilai perkembangan terapi sekaligus panduan arteri. Efisiensi paru-paru dalam melakukan
untuk langkah terapi selanjutnya. Panduan yang respirasi dapat dievaluasi lebih lanjut dengan
ada akan selalu diperbarui dan disempurnakan mengukur gradien O2 alveolar-arteri. Perbedaan
sesuai evidence base terkini. Tujuannya adalah ini dihitung dengan persamaan PAO2 = FiO2 × (PB
untuk hasil luaran pasien yang lebih baik. - PH2O) - PACO2/ R. PAO2 adalah PO2 alveolar,
Dalam pembahasan ini akan kami uraikan FiO2 adalah konsentrasi fraksional oksigen dalam
tentang tatalaksana ICU pasien krisis miastenia gas inspirasi, PB adalah tekanan barometrik,
yang dipicu oleh pneumonia komunitas, dengan PH2O adalah tekanan uap air pada 37 °C, PACO2
panduan terkini yang kami aplikasikan pada adalah PCO2 alveolar (diasumsikan sama dengan
pasien yang menjadi subjek laporan kasus ini. PaCO2), dan R adalah perbandingan pertukaran
Tatalaksana krisis miastenia meliputi tatalaksana pernapasan. R tergantung pada konsumsi oksigen
terhadap kegawatan respirasi/gagal napas, dan produksi karbon dioksida. Saat diam, rasio
tatalaksana miastenia gravis, tatalaksana terhadap VCO2 ke ventilasi oksigen (VO2) adalah sekitar
faktor pencetusnya yaitu pneumonia komunitas 0,8. Persamaan di atas bisa digunakan untuk
dan terapi pendukung lainnya yaitu pemberian membedakan 2 tipe gagal napas. Pada pasien ini
nutrisi yang adekuat. utamanya adalah gagal napas tipe 2 hiperkapnik
karena terjadi hipoventilasi dengan PaCO2 lebih
Tatalaksana gagal napas pada krisis miastenia: dari 50%, PaO2 kurang dari 60%, dan gradien
Kegagalan pernapasan adalah kondisi klinis alveolar-arterial PO2 normal sekitar 0,8.7,10
yang terjadi ketika sistem pernapasan gagal Manajemen respirasi pada kasus ini lebih
mempertahankan fungsi utamanya yaitu diutamakan untuk mengatasi hiperkapnia karena
pertukaran gas, di mana PaO2 lebih rendah dari 60 krisis miastenia. Utamanya dengan intubasi
mmHg dan atau PaCO2 lebih tinggi dari 50 mmHg. dan dukungan ventilasi mekanik. Pasien ini
Gagal napas pada krisis miastenia adalah akibat kemungkinan memerlukan dukungan ventilasi
terganggunya ventilasi yang berupa melemahnya mekanik lebih dari 3 hari sehingga non invasive
otot-otot jalan napas atas, otot pernapasan, atau nentilation (NIV) tidak dipilih. Dari data yang
kombinasi dari kedua grup otot tadi. Baik otot ada, sekitar 66% sampai 90% pasien krisis
inspirasi maupun ekspirasi bisa terpengaruh miastenia memerlukan intubasi dan ventilasi
sehingga terjadi gagal napas. Disfungsi respirasi mekanik bila terjadi obstruksi jalan napas atas
juga bisa terjadi karena obstruksi jalan napas atas atau disfagia berat dengan risiko aspirasi.11
oleh karena kolapsnya orofaring atau obstruksi Setting ventilator awal dengan mode assisted
karena lidah yang jatuh dan oleh lemahnya otot- (assisted control / volume control) tidal volume
otot pernapasan untuk melawan tersumbatnya antara 8 sampai 10mL/kg PBW dan pressure
jalan napas sehingga PaCO2 akan meningkat di support 8–15 cm H O. Hal ini untuk mencegah
atas 45 mmHg (hiperkapnia). Tipe gagal napas atelektasis dan meminimalkan work of breathing
pada krisis miastenia adalah gagal napas tipe (WOB) pasien. Besarnya support yang dibutuhkan
2 (hiperkapnia) akibat terganggunya sistem sangat tergantung kondisi pasien. Prinsip lung
ventilasi karena gangguan pada sistem saraf tepi, protective strategy yang diterapkan pada pasien ini
otot pernapasan, dan kelemahan dinding dada. adalah dengan mengoptimalkan bantuan ventilasi
Patofisiologi krisis miastenia sampai terjadi gagal mekanik dan menghindari terjadinya volutrauma,
napas adalah sebagai berikut.7,8 atelektrauma, hiperoksia, dan pneumonia aspirasi
Di samping gangguan pada sistem saraf pada pasien. Setting ventilasi volume tidal kurang
perifer akibat miastenia gravis, pasien ini juga dari 6,5 mL / kg, PEEP antara 5 sampai 24
terdiagnosis sebagai pneumonia komunitas. cmH2O, plateau pressure kurang dari 30 cmH2O,
Artinya pada pasien ini juga terjadi peradangan FiO2sekecil mungkin sebagaimana diizinkan
akut pada alveolar paru yang biasanya akan untuk mencapai saturasi antara 88% sampai
terjadi gagal napas tipe 1 (hipoksia). 95%. Pasien diposisikan elevasi kepala sekitar

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


31

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

30°sampai 45° dari tempat tidur. Hiperkapnia yang diderita sejak satu tahun yang lalu. Pasien
dengan pH lebih dari 7,25 diizinkan. Bila perlu juga sudah menjalani perawatan di rumah sakit
menggunakan laju aliran udara yang lebih tinggi sebanyak dua kali. Selama dirawat, pasien
untuk penyakit saluran napas obstruktif, untuk mendapatkan serial plasmaferesis sebanyak
mencapai rasio I: E yang memuaskan.8,12 6x. Pasien juga sudah pernah menjalani operasi
Obat pelumpuh otot memang sebaiknya pengangkatan kelenjar timus 5 bulan yang lalu,
digunakan awal untuk dukungan penuh ventilasi dan pernah mengalami perburukan kondisi yang
mekanik. Obat pelumpuh otot non depolarisasi menyebabkan gagal napas dan memerlukan
seperti vecuronium lebih disarankan daripada bantuan ventilator.
obat pelumpuh otot depolarisasi seperti Dari klinis pasien didapatkan peningkatan
suksinilkolin terkait dengan jumlah reseptor kelemahan umum atau gejala bulbar dan
AChR paska sinaps fungsional untuk transmisi gejala neurologis yang diikuti kelemahan otot
neuromuskular.8 pernapasan sebagai penanda awal. Pasien sejak
Pengukuran forced vital capacity (FVC) di rumah sudah mengeluhkan badannya lemah,
merupakan pengukuran yang paling bermanfaat pandangan mata dobel, kelopak mata kanan terasa
untuk saat ini. Jika FVC normal dan pasien sesak berat untuk membuka dan mulai sulit menelan.
napas, ini menunjukkan bahwa ada hal lain yang Berangsur pasien juga mulai mengeluhkan
sedang terjadi (misalnya emboli paru dan gagal napasnya sesak dan berat.11,13
jantung). Hal ini juga menunjukkan bahwa pasien Selain anamnesis dan pemeriksaan klinis,
mungkin tidak memerlukan perawatan ICU diagnosis miastenia gravis dapat ditegakkan
untuk miastenia gravis. Jika FVC sangat rendah dengan uji klinis dan serologis. Pemeriksaan
(misalnya kurang dari 30mL/kg), ini mendukung itu diantaranya adalah : pemeriksaan fisik dan
diagnosis krisis miastenia dan perlu ICU untuk neurologis, test edrophonium atau piridostigmin,
pemantauan intensif. Fungsi lainnya pengukuran test darah, electrodiagnosis single fiber
FVC adalah untuk menentukan respons terapi. electromyography (EMG), pencitraan diagnostik
Penentuan respons terapi dilakukan dengan computed tomography (CT) atau magnetic
mengukur FVC dua atau tiga kali sehari. Pada resonance imaging (MRI) dan test pengujian
pasien ini awalnya FVC memang rendah sehingga fungsi paru.11
memerlukan ICU, namun bisa respon dengan Sebagian besar individu dengan miastenia
terapi. Akhir perawatan ICU, FVC normal dan gravis memiliki kadar antibodi reseptor asetilkolin
pasien tidak sesak napas lagi. (serum AChR Ab) yang meningkat secara tidak
Weaning ventilasi seharusnya segera dimulai normal. Sensitivitas test ini lebih dari 80% di
begitu ada perbaikan klinis dari pasien yang antara pasien dengan miastenia gravis parah
dicirikan dengan naiknya vital capacity pasien yang membutuhkan perawatan ICU. Sebagian
yang bisa mencapai lebih dari 15 mL/kgPBW. pasien memiliki antibodi terhadap tirosin kinase
Setting ventilasi pasien segera diubah ke mode spesifik otot (MuSK), yang diperlukan untuk
spontan dengan pressure support dan triger pengelompokan AchR. Pasien miastenia gravis
dari pasien sendiri. Setting ventilasi mekanik dengan antibodi positif anti-MuSK biasanya
diturunkan secara bertahap sampai ke setting hadir dengan kelemahan okulobulbar. Idealnya
minimal, Dari literatur yang ada, rata-rata pasien uji serologi darah ini dilakukan sebelum dan
bisa diekstubasi setelah 13 hari atau kurang dari sesudah terapi, disamping untuk diagnostik juga
2 minggu (tergantung kondisi pasien). Reintubasi untuk melihat kemajuan terapi. Pada pasien ini
bisa terjadi pada sekitar 25% pasien krisis tidak dilakukan uji serologi ini karena belum
miastenia yang diekstubasi.8 menjadi prosedur rutin di rumah sakit ini.11
Pada sekitar 85% pasien auto-antibodi,
Tatalaksana miastenia gravis: pemeriksaan serologi ditujukan untuk memeriksa
Tatalaksana miastenia gravis diawali dengan reseptor nikotinik nikotinat pascasinaps dalam
penegakan diagnosis. Dari anamnesis, pasien serum dan mengkonfirmasi diagnosis, tetapi
mempunyai riwayat penyakit miastenia gravis secara umum, tidak secara tepat memprediksi

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


32

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

tingkat kelemahan atau respon terhadap terapi. antara 12% hingga 34%. Pasien ini adalah
Antibodi terhadap tirosin kinase spesifik otot wanita umur 42 tahun dan sudah menjalani
terdeteksi pada sekitar 50% pasien mastenia operasi timektomi 5 bulan sebelum terkena krisis
gravis generalisata yang seronegatif untuk miastenia.8
antibodi reseptor asetilkolin. Kadar antibodi Obat antikolinesterase (pyridostigmine)
tirosin kinase spesifik otot tampaknya berkorelasi bekerja dengan memperlambat pemecahan
dengan keparahan penyakit dan respons asetilkolin pada sambungan neuromuskular
pengobatan. Antibodi terhadap antigen otot yang sehingga akan meningkatkan transmisi
lain dapat juga ditemukan pada beberapa pasien neuromuskular dan meningkatkan kekuatan
miastenia gravis yang berpotensi memberikan otot. Respons respirasi spontan dan peningkatan
informasi diagnostik yang berguna secara klinis. volume tidal diharapkan terjadi pada pemberian
Kegunaannya sebagai biomarker yang relevan injeksi pyridostigmine ini dan seharusnya
(ukuran keadaan penyakit atau respons terhadap dipantau dengan pengukuran kadar serum AChR
pengobatan) saat ini tidak jelas.14 Ab level sebelum dan sesudah terapi. Dosis awal
Kelemahan adalah gejala umum dari banyak diberikan 60 mg per oral tiap 6 jam. Dosis dapat
gangguan lain, diagnosis miastenia gravis sering dititrasi ke dosis maksimum 120 mg per oral tiap
terlewatkan atau tertunda (kadang-kadang 4 jam. Pyridostigmine dapat diberikan secara
hingga dua tahun) pada orang yang mengalami intravena, tetapi pada 1/30 dosis obat oral. Selalu
kelemahan ringan atau pada orang-orang yang berhati-hati untuk munculnya efek samping
kelemahannya dibatasi hanya untuk beberapa antikolinergik yaitu peningkatan sekresi dan
otot. Pada pasien ini kami hanya menggunakan bradikardia. Pada pasien ini digunakan neostigmin
anamnesis dan pemeriksaan klinis untuk metylsulfate 50mg/hari dikombinasikan dengan
penegakan diagnosisnya.13˒15 atropin sulfat 1,25mg/hari untuk mengatasi efek
Setelah diagnosis miastenia gravis ditegakkan, sampingnya.
maka langkah selanjutnya adalah melakukan Obat imunosupresif bekerja meningkatkan
terapi dan evaluasi terapi. Saat ini, miastenia kekuatan otot dengan menekan produksi antibodi
gravis secara umum sudah dapat dikontrol. Ada abnormal. Obat ini diantaranya adalah prednisone,
beberapa terapi yang tersedia untuk membantu azathioprine, mycophenolate mofetil, tacrolimus,
mengurangi kelemahan otot yang terjadi, dan rituximab. Pada pasien ini digunakan injeksi
diantaranya adalah timektomi, obat kolinesterase, methylprednisolon 62,5 mg IV tiap 12 jam dan
obat imunosupresif dan plasmeferesis. tablet oral azathioprine.4
Timektomi adalah tindakan operasi ini Plasmaferesis dan imunoglobulin intravena
untuk menghilangkan kelenjar timus. Meskipun bertujuan untuk menghilangkan antibodi yang
mekanisme pasti kepekaan otomatis terhadap merusak, walaupun efektivitasnya biasanya
AChR tidak jelas, kelainan kelenjar timus hanya berlangsung selama beberapa minggu
(hiperplasia dan neoplasia) hampir pasti hingga bulan. Plasmaferesis adalah prosedur
memainkan peran dalam sebagian besar pasien dimana plasma dipisahkan dari sel-sel darah
miastenia gravis. Hiperplasia Timus sering dan diganti dengan FFP, produk darah atau
terjadi pada pasien miastenia gravis muda plasma subtitute. Subtitusi ini bisa FFP, albumin,
dengan antibodi AChR positif, terutama wanita. koloid, ataupun cairan lain. Konsepnya adalah
Hiperplasia timus ditemukan pada sekitar 15% fakta bahwa zat-zat yang beredar seperti racun
pasien dengan miastenia gravis dan pada sekitar atau autoantibodi terakumulasi dalam plasma,
32% pasien dengan krisis miastenia. Pasien sehingga penghilangan faktor-faktor itu bisa
miastenia gravis dengan hiperplasia timus menjadi terapi. Volume plasma yang disubtitusi
harus diobati dengan timektomi. Satu penelitian adalah 1–1,5x estimated plasma volume. Darah
retrospektif menemukan bahwa pasien miastenia dipompa melalui fiter secara kontinyu 50mL–
gravis yang telah menjalani timektomi memiliki 200mL/menit. Diameter filternya sebesar 0,2µm
insiden lebih sedikit terjadi krisis miastenia dan – 0,6µm. Proses filtrasi memakan waktu sekitar 3
episode yang tidak terlalu parah. Insiden berkisar jam untuk tiap serinya.4,16

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


33

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

Setting filtrasi blood flow rate: 100 – 150 mL/ dengan akses vaskular, hipokalsemia, hipotensi,
menit. Inlet replacement fluid heater temperatur koagulopati, maupun alergi terhadap produk
37°C. Priming 1L NaCl 0,9% ditambah 5.000 darah atau filter. Pada pasien ini tidak terjadi
u Heparin. Volume subtitusi 1/3 volume dengan komplikasi tersebut di atas.16
NaCl dan 2/3 volumenya dengan Human Albumin Perawatan pasien krisis miastenia bersifat
5%. Calsium replacement dengan kalsium individual dan tergantung pada usia pasien.
glukonas 20 mL diencerkan NaCl 0,9% sampai Keparahan penyakit terutama ditentukan oleh
50mL dan diberikan selama plasmaferesis. keterlibatan otot pernapasan atau keterlibatan
Antikoagulan diberikan loading dose Heparin bulbar, serta laju perkembangannya. Kemajuan
1.000 u dilanjutkan dengan 500 u/jam. Menurut dalam ventilasi mekanik dan perawatan ICU yang
pedoman yang ada, plasmaferesis dilakukan 5 lebih baik sangat berperan dalam menurunan
sampai 7 kali untuk setiap siklus terapi standar. angka mortalitas yang terkait dengan krisis
Dapat dilakukan setiap hari atau selang satu miastenia.8,11
hari.16 Nilai-nilai laboratorium abnormal yang
Kadar titer serum antibodi AChR bisa dapat mempengaruhi kekuatan otot juga harus
dijadikan indikator kemajuan terapi. Seharusnya diperbaiki. Deplesi kalium, magnesium, dan
AChR Antibodi ini diukur sebelum dan sesudah fosfat semuanya dapat memperburuk krisis
terapi plasmaferesis. Pada pasien ini kami miastenia dan harus dikoreksi. Hematokrit kurang
gunakan plasmaferesis serial sebanyak 6 kali dari 30% dapat memengaruhi kelemahan dengan
dengan teknik membran filtrasi dengan hasil menurunkan kapasitas pengangkutan oksigen.
luaran yang bagus. Indikatornya adalah kemajuan Gizi yang cukup, penting untuk menghindari
klinis saja. Pemeriksaan serologi sebelum keseimbangan energi negatif dan memburuknya
dan sesudah terapi tidak kami lakukan karena kekuatan otot.8
memang belum tersedia.16
Terapi farmakologis lainnya pada krisis Tatalaksana pnemonia komunitas
miastenia adalah intravenous Imunoglobulin Pasien kami diagnosis dengan pneumonia
(IVIg). Keduanya memiliki kelebihan dan komunitas sebagai pemicu timbulnya krisis
kekurangan. Tidak ada bukti bermakna mengenai miastenia. Kecurigaan ke arah pneumonia
keunggulan pemilihan PLEX dibanding dengan komunitas karena klinis didapatkan gejala batuk,
IVIG. Sebagian besar pakar dan panduan, percaya perubahan karakteristik sputum, suhu tubuh lebih
bahwa PLEX bekerja lebih cepat dan efektif. 38°C, sesak, dan nyeri dada. Pada pemeriksaan
Metode PLEX sering menjadi lini pertama untuk fisik ditemukan tanda konsolidasi dan ronki, dan
eksaserbasi akut. Pertukaran plasma biasanya dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
menyebabkan perbaikan dalam beberapa hari. Ini leukosit lebih dari 10,000/µL atau kurang dari
secara langsung menghilangkan antibodi reseptor 4,500/µL. Pemeriksaan foto toraks didapatkan
anti-asetilkolin dari tubuh. Keuntungan utama infiltrate / air bronchogram di paru kanan. Pasien
dari pertukaran plasma adalah respons yang ini termasuk pneumonia berat berdasarkan
lebih cepat dibandingkan dengan IVIG (yang klasifikasi IDSA/ATS karena memenuhi tiga
mungkin memerlukan beberapa minggu untuk kriteria minor (batuk, demam, sesak napas,
melihat perbaikan). Untuk eksaserbasi yang tidak sputum kental) atau satu kriteria mayor yaitu
terlalu parah, IVIG mungkin bermanfaat namun penggunaan ventilasi mekanik.5
membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja Tatalaksana pneumonia komunitas dilakukan
(sekitar 2 sampai 3 minggu). Kemanjuran IVIG sesuai pedoman antibiotik empirik di Unit
mungkin lebih berkelanjutan dan dapat digunakan Rawat Intensif. Pada 1 jam pertama dilakukan
dalam situasi di mana pertukaran plasma tidak pengambilan sampel dari sputum dan darah untuk
tersedia atau kontraindikasi. Dosis IVIG adalah kultur. Selanjutnya diberikan injeksi Ceftriaxon
2 gram/kg, biasanya dibagi lebih dari 2 atau 5 1g/12jam IV sebagai antibiotik empirik.
hari.4,8 Penggunaan Antibiotik Empirik pada pasien ini
Komplikasi plasmaferesis berhubungan mengikuti algoritme dari IDSA untuk antibiotik

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


34

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

empirik pada pneumonia komunitas.5 Pada pasien ini juga belum diberikan obat anti
Rekomendasi antibiotik untuk pneumonia jamur. Sesuai panduan terapi jamur seharusnya
komunitas mengikuti pedoman ini. Bila tidak isolasi mikrobiologis Candida sp dilakukan
ada faktor risiko infeksi pseudomonas, antibiotik setelah mengambil sampel dari berbagai lokasi
empirik CAP adalah beta laktam (sefotaksim, tubuh seperti darah, pernapasan, urin, nanah
seftriakson atau ampisilin-sulbaktam) dan lain lain. Skrining untuk kolonisasi candida
dikombinasi dengan salah satu macrolid atau dilakukan dua kali seminggu dengan pengambilan
fluorokuinolon respiratorik (moksifloksasin, sampel rutin dari aspirasi trakea dan urin. Hasil
levofloksasin). Bila pasien alergi terhadap evaluasi Candida Score didapatkan hasil 2. Nilai
penisilin, sebagai pengganti direkomendasikan lebih dari 2,5 dianggap signifikan. Sampel dari
fluorokuinolon dan aztreonam.5 aspirasi trakea atau urin diperoleh saat masuk.
Bila dicurigai bakteri pseudomonas sebagai Candida score akhir hanya ditentukan ketika
penyebab CAP maka pilihan antibiotik golongan hasil kultur tersedia. Pada pasien ini hanya secara
antipneumokokus, antipseudomonal beta laktam klinis terdapat sepsis, namun tidak diberikan
(piperasilin-tazobaktam, sefepime, imipenem total parenteral nutrition (TPN), tidak dilakukan
atau meropenem) dikombinasi dengan salah satu pembedahan, dan tidak terdapat bukti multifikal
siprofloksasin atau levofloksasin 750 mg, atau beta kolonisasi (nilai 2). Kami memutuskan untuk
laktam tersebut dikombinasi dengan azitromisin tidak memberi antijamur.17
dan aminoglikosida atau beta laktam dikombinasi
aminoglikosida dan fluoroquinolon. Vancomycin Tatalaksana pendukung pemberian nutrisi
atau linezolid direkomendasikan untuk infeksi Tujuan terapi nutrisi adalah membantu
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus menurunkan respons metabolik terhadap stres,
(MRSA).5 mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif,
Selanjutnya dari klinis dan hasil pemeriksaan dan memodulasi respons imun. Hal ini dapat
laboratorium pasien dievaluasi. Pada pasien ini dicapai dengan pemberian nutrisi enteral dini,
infeksinya berasal dari komunitas bersamaan pemberian makro dan mikronutrien yang sesuai
dengan pelemahan otot pernafasan akibat dan kontrol gula darah yang baik.18
miastenia gravis. Pasien tidak syok septik, namun Penilaian kebutuhan nutrisi dimulai dari
ada riwayat penggunaan antibiotik lama dan mengetahui status nutrisi melalui anamnesis,
perawatan di rumah sakit sebelumnya sehingga pemeriksaan fisik dan pengukuran antropometri.
berisiko terpapar kuman pseudomonas. Pasien ini Riwayat penurunan berat badan, anoreksia,
juga mendapat terapi imunosupresan (azathiopirin keluhan gastrointestinal (muntah, diare) dan
dan kortikosteroid) sehingga diperlukan antibiotik pemeriksaan fisik tanda dari malnutrisi perlu
spektrum luas termasuk anti jamur. diperhatikan.18
Setelah di ruang perawatan, antibiotik diganti Pada pasien ini BB 70kg, TB 160cm, Basal
dengan injeksi meropenen 1gram/8jam IV dengan Metabolic (BMI) 27,3 kg/m2 (overweight) tidak
infus lambat 3–4 jam, dikombinasi dengan didapatkan riwayat undernutrisi sebelumnya
injeksi Levofloxacin 750mg IV. Fungsi ginjal dan hemodinamik stabil sehingga tidak ada
dan hepar pasien baik sehingga bisa kami berikan kontraindikasi pemberian nutrisi dini untuk
dosis penuh. Lama pemberian antara 7 sampai 10 enteral maupun parenteral. Kebutuhan energi
hari (short course therapy) sesuai rekomendasi bisa ditentukan menggunakan rumus prediktif
pemberian antibiotik de-Eskalasi. Klinis membaik (Harris Benedict Equation, Schofield equations,
meski hasil laboratorium menunjukkan hitung FAO/WHO/UNU equations) atau berdasarkan
leukosit masih 15.200/µl dan hasil kultur tidak pengukuran kalorimetri indirek. Berdasar
didapatkan pertumbuhan kuman. Sesuai panduan, rumus Harris Benedict Equation, pasien ini
pemberian antibiotik sudah bisa dihentikan. Pada basal metabolic rate (BMR) nya adalah sekitar
pasien ini, pemeriksaan procalsitonin belum 1434 kkal/hari. Pasien ini pekerja swasta yang
kami periksa sehingga injeksi meropenem dan jarang olahraga maka hitungan total energi
levofloxacin masih dilanjutkan sampai hari ke 7.5 ekspenditurnya adalah BMR x 1,53 jadi sekitar

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


35

Tatalaksana ICU Pasien Krisis Miastenia yang dipicu oleh Pneumonia Komunitas

1,329 x 1,53 = 1972 kkal/hari.19 kelemahan maksimal biasanya dicapai dalam


Perhitungan lain berdasarkan panduan 3 tahun pertama penyakit. Akibatnya, setengah
American Society for Parenteral and Enteral dari kematian terkait penyakit juga terjadi selama
Nutrition (ASPEN) dan European Society for periode ini. Mereka yang selamat dari 3 tahun
Parenteral and Enetral Nutrition (ESPEN), pertama penyakit biasanya mencapai kondisi
kebutuhan kalori diberikan berdasarkan hasil stabil atau membaik. Memburuknya penyakit
pengukuran kalorimeter indirek. Pada pasien jarang terjadi setelah 3 tahun.20
ini kami gunakan penghitungan kebutuhan Morbiditas yang terjadi adalah akibat dari
energi berdasar berat badan (20−25kkal/kg/ gangguan kekuatan otot intermiten yang dapat
hari kalori dan 1,5g/kg protein pada fase akut, menyebabkan aspirasi, peningkatan kejadian
25kkal−30 kkal/kg/hari kalori dan 1,5g/kg− Pnemonia, jatuh, dan kegagalan pernapasan jika
2,5g/kg protein pada fase anabolik. Pasien ini tidak diobati. Obat-obatan yang digunakan untuk
fase akutnya membutuhkan antara 1.400kkal mengendalikan penyakit juga dapat menghasilkan
sampai 1.750kkal/hari dengan protein 105g. efek samping.
Pada fase akut dari pasien sepsis, disarankan Timektomi menghasilkan remisi total pada
untuk pemberian trophic feeding (10−20 mL/ sejumlah pasien, namun prognosisnya juga sangat
jam dinaikkan bertahap hingga 500 kkal/hari atau bervariasi, mulai dari remisi hingga kematian.
50%−70% total kebutuhan). Angka mortalitas miastenia gravis dalam 4
Setelahnya pasien kami berikan nutrisi dekade terakhir terjadi penurunan dramatis dari
1.750kkal sampai 2.100kkal/hari dengan protein 75% menjadi 4,5% dengan faktor risiko utama
105–175g/hari. Nutrisi diberikan secara enteral adalah usia lebih tua dari 40 tahun, riwayat
terbagi dalam 4-6 x pemberian per hari. Saluran episode penyakit miastenia gravis yang progresif,
cerna baik, tidak ada residu, peristaltik baik.18 dan timoma.21
Pada pasien ini sempat kami berikan
prokinetik metoclopramid Hcl pada hari ke- Simpulan
3, karena ada tanda intoleransi nutrisi dengan
Deteksi dini krisis miastenia dan penyebabnya
bertambahnya residu. Pemberian nutrisi enteral
adalah penting. Pada pasien krisis miastenia,
tetap kami lanjutkan. Imunonutrisi (selenium,
kondisi yang mengancam jiwa adalah gagal
arginin, glutamin, karnitin, asam lemak Omega3)
napas karena melemahnya otot pernapasan.
tidak kami berikan karena tidak terbukti
Tatalaksana jalan napas yang adekuat, berupa
bermanfaat bagi perbaikan pasien.
intubasi endotrakea dan bantuan ventilasi
Komplikasi dari krisis miastenia yang paling
mekanik harus segera diberikan pada pasien ini.
sering adalah demam karena infeksi. Infeksi yang
Terapi yang agresif untuk faktor pencetusnya
terjadi bisa dari pnemonia, bronchitis, maupun
(pneumonia komunitas), dukungan nutrisi
dari traktus urinarius. Komplikasi yang lain yaitu
yang adekuat dan upaya rehabilitasi dini
sepsis, deep vein thrombosis (DVT), komplikasi
turut menunjang kesembuhan pasien. Terapi
kardiak, malnutrisi selama perawatan, dan
dilakukan sesuai panduan terkini krisis miastenia
lainnya. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda
dan pneumonia komunitas. Saat ini plasmaferesis
komplikasi lainnya.8
masih merupakan standar terapi yang efektif,
Perubahan dalam pengobatan menyebabkan
dan efisien untuk krisis miastenia. Dengan
prognosis dan angka mortalitas pasien miastenia
kemajuan terapi saat ini, pasien krisis miastenia
gravis juga ikut berubah lebih baik. Kemajuan
mempunyai harapan hidup yang lebih baik
pengobatan saat ini yang menggabungkan agen
dengan menurunnya angka mortalitas pasien.
inhibitor kolinesterase, obat imunosupresif,
plasmaferesis, imunoterapi, dan perawatan Daftar Pustaka
suportif di unit perawatan intensif membuat
sebagian besar pasien dengan miastenia gravis 1. Dewanto G, Suwono W, Riyanto B, Turana
memiliki rentang hidup yang hampir normal. Y. Panduan praktis diagnosis & tata laksana
Pada pasien dengan kelemahan umum, nadir penyakit saraf. 1st ed. Jakarta: EGC; 2009.

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020


36

Agung Ari Budy Siswanto, Sobaryati, Nurita Dian Kestriani, Ardi Zulfariansyah, Erwin Pradian, Suwarman, Tinni T. Maskoen

2. Sathasivam S. Diagnosis and management Anesthesiology. 2019;130(4):620–33.


of myasthenia gravis. Progress in Neurology 13. Koroshetz W. National Institute of
and Psychiatry. 2014;18(1):6-14. Neurological Disorders and Stroke. [Internet].
3. Vernino S. Autoantibody Profiles and National Institutes of Health. 2019 [cited 13
Neurological Correlations of Thymoma. August 2019]. Available from: http://www.
Clinical Cancer Research. 2004;10(21):7270– myasthenia.org
5. 14. Meriggioli M, Sanders D. Muscle
4. Farkas J. Myasthenia gravis & myasthenic autoantibodies in myasthenia gravis: beyond
crisis [Internet]. 2019 [cited 6 March 2019]. diagnosis?. Expert Review of Clinical
Available from: https://emcrit.org/ibcc/ Immunology. 2012;8(5):427–38.
myasthenia/ 15. Sanders D, Wolfe G, Benatar M, Evoli A,
5. Pangalila F, Soepandi P, Albandjar C, Sukesih Gilhus N, Illa I et al. International consensus
L. Pedoman Antibiotik Empirik di Unit guidance for management of myasthenia
Rawat Intensif. 1st ed. Jakarta: Perdici; 2019. gravis. Neurology. 2016;87(4):419–25.
6. Pradian E, Maskoen T, A M, A S. Continous 16. Pradian E, Mansjoer A, Maskoen T, Sugiarto
Renal Replacement Theraphy (CRRT) & A. Continuous Renal Replacement Theraphy
Plasmapheresis. Jakarta: PERDICI; 2018. (CRRT) and Plasmapheresis. 1st ed. Jakarta:
7. Shebi E, Burns B. Respiratory Failure. NCBI PERDICI; 2018.
[Internet]. 2019 [cited 6 November 2019];. 17. Dash C, Pal A, Sinha S. Evaluation of
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih. Candida Score: a bedside scoring system for
gov/books/NBK526127/ early antifungal therapy in non-neutropenic
8. Wendell L, Levine J. Myasthenic Crisis. The critically ill patients. International Journal of
Neurohospitalist. 2011;1(1):16–22. Advances in Medicine. 2019;6(2):521.
9. Godoy D, Mello L, Masotti L, Napoli M. 18. Trilaksmi A, Semedi B, Pangalila F,
The myasthenic patient in crisis: an update Wisudarti C. Penatalaksanaan Sepsis dan
of the management in Neurointensive Syok Septik (Optimalisasi FASTHUGBID).
Care Unit. Arquivos de Neuro-Psiquiatria. 1st ed. Jakarta: Perdici; 2017.
2013;71(9A):627–39. 19. Auley D. Medical calculators, clinical
10. Kaynar A, Pinsky M. How is the alveolar- resources, clinicians ultimate guide to drug
arterial PO2 gradient measured in the theraphy. USA: Global RPH; 2018.
pathophysiology of respiratory failure?. 20. Jowkar A, Lorenzo N. What is the prognosis
Medscape Anesthesiology. 2018;. of myasthenia gravis (MG)?. Medscape
11. Bird S. Overview of the treatment of Anesthesiology. 2018;:1–3.
myasthenia gravis. UpToDate. 2019;. 21. Goldenberg W, Chang A. Emergent
12. Schepens T, Goligher E. Lung- and Management of Myasthenia Gravis.
Diaphragm-protective Ventilation in Medscape Anesthesiology. 2018.
Acute Respiratory Distress Syndrome.

●Anesthesia & Critical Care● Vol. 38 No. 1 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai