Anda di halaman 1dari 16

REKONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN DALAM NOVEL CANTIK ITU

LUKA KARYA EKA KURNIAWAN : SEBUAH ANALISIS WACANA KRITIS.

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Nur Alif Prasetyo
3401417049

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah.

Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan informasi dari satu individu ke


individu yang lain. Dengan memakai Bahasa, sebuah masyarakat dapat terbentuk dengan
fungsi dan peran masing-masing antar individunya. Bahasa menjadi salah satu indikator
tingkat kemajuan suatu masyarakat, semakin kompleks tingkat bahasa yang digunakan,
maka semakin kompleks pula bagaimana masyarakat itu memakai simbol-simbol
kebahasaan. Untuk berkomunikasi dalam memproduksi dan mewariskan Pengetahuan
yang dimiliki. Bentuk-bentuk simbol-simbol kebahasaan yang mewakili cerminan suatu
kehidupan sosial masyarakat terkadang muncul dalam suatu narasi kisah yang dituturkan
maupun dituliskan sebagai kisah hikmah. Ini melahirkan sesuatu yang kemudian disebut
dengan Wacana. Bentuk dari wacana beragam macam, ada teks maupun non-teks. Ia bisa
berupa gambar, berita atau karya sastra seperti cerpen dan novel.

Novel merupakan karangan rekaan yang menceritakan model kehidupan yang


diidealkan dalam bentuk cerita yang dibangun memenuhi unsur-unsur intrinsik dari suatu
karya tulisan seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain
yang bersifat imajinatif. Dunia dalam novel sengaja dikreasikan oleh pengarang dengan
mengimitasi dan menganalogi dengan kehidupan nyata atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi disekitar pengarangnya sehingga tampak seperti nyata, terlihat berjalan dengan
sistem koherensinya sendiri. Meskipun kebenaran di dalam novel itu tidak benar-benar
ada bahkan cenderung menyimpang dari keadaan faktual, akan tetapi ia memiliki dasar-
dasar eksintrik yang membuat pengarang memutuskan untuk menulis novel tersebut.

Dasar-dasar eksentrik itulah yang kemudian membuat sasatra memiliki hubungan


dengan kondisi sosial masyarakat. Novel sering menceritakan mengenai suatu gejala
sosial yang terjadi pada kurun masa, kurun waktu maupun dalam bentuk sindiran
terhadap suatu keadaan masyarakat pada era atau masa dimana penulis pernah hidup,
maupun mengikuti alur keadaan yang diproyeksikan pada kondisi masa depan sesuai
gambaran mereka atau juga berdasarkan pada kondisi sejarah di masa lalu.
Karenanya, novel dapat dijadikan objek dalam suatu penelitian. Novel dapat
memuat isi-isi mengenai Realitas, nilai-nilai, serta norma di masyarakat. Ia bisa diteliti
sebagai suatu media massa, karena Novel sendiri menangkap suatu realitas pada
masyarakat dengan sudut pandang tertentu. Representasi akan nilai-nilai itu akan
dipahami oleh pembaca, dan keterkaitan mereka terhadap nilai-nilai yang
direpresentasikan akan mengubah atau menambah pola pemikiran pembaca.

Perempuan di dalam novel fiksi Indonesia sering digambarkan dalam keadaan


yang kurang diuntungkan, seperti represi karena budaya patriarkal. Penggambaran
perempuan di dalam novel-novel indonesia dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan
pandangan akan gender pada masa itu. Menurut Asmawati ( 2017 ) Permasalahan akan
gender pada novel-novel yang terbit pada tahun 1920-an lebih merujuk pada romansa
antara hubungan laki-laki dan perempuan dalam menentukan pilihan. Wacana mengenai
protes terhadap ketidakadilan gender baru muncul pada tahun 1930-an dan kemudian
dilanjut pada masa 1970-1980-an baru menunjukkan adanya represi terhadap perempuan
karena kebudayaan yang melekat pada masyarakat. Pada masa reformasi, Novel
mengandung unsur gender yang berfokus pada ketidakadilan perempuan dalam
pendidikan. Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan merupakan Novel bertema
sejarah fiksi yang mengambil tema sebuah ketidakadilan seorang perempuan, mengambil
setting pada masa penjajahan jepang pada era 1920-an. Novel ini menggambarkan
bagaimana seorang tokoh bernama Dewi Ayu dipaksa menjadi Pelacur untuk
membesarkan ketiga anaknya yang dibesarkan tanpa seorang suami. Statusnya yang
menjadi keturunan Belanda pada masa penjajahan Jepang membuatnya terjebak dan
terpaksa menjadi Pelacur atau budak seksual para tentara Jepang pada waktu itu.
Karenanya, ia mendapatkan cacian karena pada masa itu, pekerjaan sebagai pekerja seks
adalah hal yang hina dan tercela. Penulis menulis novel tersebut pada tahun 2002, yang
mana ia menggambarkan kisahnya dalam rentang sejarah yang berbeda dari masa dimana
penulis menuliskan novelnya. Kisah dalam novel ini lebih merujuk pada satire mengenai
sejarah Indonesia, serta bagaimana perjuangan perempuan mencapai hak-haknya.
Pengambilan latar Penjajahan Jepang memang sengaja dipilih oleh penulis karena dalam
sejarahnya, pada masa pendudukan Jepang perempuan sering dijadikan pelampiasan
nafsu dan menunjukkan ketidakberdayaan dalam melawan sistem patriarki. Penulis
memperlihatkan bagaimana tokoh-tokoh perempuannya hidup dalam sebuah ketersiksaan
dan perlawanan terhadap kecantikan. Perempuan sering dilihat sebagai manusia kelas
kedua, dalam novel ini Eka Kurniawan menunjukkan hal tersebut, akan tetapi juga
menujukkan bagaimana mereka sebenarnya tidak menyukai perilaku-perilaku yang
diakibatkan oleh hal tersebut.

Tokoh utama yaitu Dewi Ayu, memiliki keuninkan sendiri yang digambarkan
dalam novel tersebut. Ia memiliki dua sifat yang saling beroposisi, dimana di satu sisi dia
menunjukkan suatu sikap yang begitu feminis namun disisi lain ia memiliki sifat yang
sangat berlawanan. Apalagi perempuan dalam novel cantik itu luka juga memiliki
beberapa keunikan dalam alur ceritanya, menunjukkan suatu piihan yang terpaksa
dilakukan oleh perempuan-perempuan tersebut di dalam cerita dan latar sejarah yang ada.
Bentuk perlawanan tersebut seakan menunjukkan bagaimana perempuan harus bersikap
di dalam kehidupannya. Serta bagaimana perempuan dapat didefinisi ulang terhadap
pemaknaan mereka sesuai zaman

Dipilihnya novel Cantik Itu Luka sebagai objek penelitian oleh penulis, karena
disana Perempuan dihadapkan pada konsekuensi dari kecantikan yang mereka miliki
yang dimanfaatkan oleh para Laki-laki seperti tokoh shodanco Jepang untuk memenuhi
hasrat seksualnya. Ketidakinginan para tokoh untuk bepasrah pada kekerasan dan
perlawanan terhadap sistem yang merendahkan perempuan dirasa oleh penulis mampu
membangun pandangan ulang atau rekonstruksi terhadap makna apa itu perempuan lewat
kejadian-kejadian yang dialami oleh para tokoh di dalam cerita, yang juga
menggambarkan bagaimana masyarakat hidup di kota fiksi Halimundia yang sejalan
dengan kondisi sosial masyarakat pada masa tersebut. Perempuan yang melawan
tindakan-tindakan kekerasan dan stereotipe di dalam novel ini relevan dengan kondisi
masayrakat sekarang yang masih belum memberi hak-hak terhadap kaum perempuan
terutama dalam pengambilan keputusan besar dan anggapan yang menganggap
perempuan sebagai masyarakat kelas dua yang perlu dominasi laki-laki.

Penelitian-penelitian sebelumnya berfokus pada bentuk dan tindakan represi


perempuan di dalam cerita beserta bagaimana mereka berjuang untuk melawan
penindasan. Penulis melihat bahwa perempuan tidak lagi menerima stereotipe dalam
masyarakat dan membangun sebuah pandangan tersendiri terhadap diri mereka sendiri, di
dalam novel sendiri ini terlihat dari Tokoh Dewi Ayu dan kawan-kawannya yang
berusaha untuk melawan penunjukkan terhadap diri mereka sendiri.
Berdasarkan atas hal-hal yang sudah diuangkapkan sebelumnya, pemilihan novel
Cantik Itu Luka karya Eka Kuniawan ini sebagai objek kajian karena mengingat narasi-
narasi yang disampaikan oleh penulis yang menggambarkan bagaimana keadaan sosial
dan juga anggapan diri dari si tokoh sendiri terhadap dirinya serta perjuangan atas hak-
haknya tersebut, sehingga dapat dilihat ada pemaknaan sendiri bagaimana seorang
Perempuan di definisikan ulang dalam sebuah karya tulis. Hal tersebut peneliti temukan
dalam pra-riset yang telah dilakukan dengan melakukan pembacaan novel secara
keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini yatu

1. Bagaimana wacana tentang perempuan ditampilan di dalam teks-teks novel


Cantik Itu Luka ?

2. Bagaimana Rekonstruksi makna perempuan yang ditampilkan di dalam novel


Cantik Itu Luka ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan


dilaksanakannya penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana wacana perempuan digambarkan dalam teks-teks novel


Cantik Itu Luka..

2. Untuk Mengetahui bagaimana Rekonstruksi makna Perempuan yang


ditampilkan di dalam Novel Cantik Itu Luka

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian nanti diharapkan bisa bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.

Secara Teoritis, manfaat yang dapat dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Hasil pembahasan ini dapat memperkaya khasanah kajian dalam ilmu
Antropologi maupun Sosiologi, terutama terhadap realitas gender di dalam media
massa dan sastra.

2. Menambah pustaka pengetahuan sosial humaniora terutama tentang


pemaknaan kembali Perempuan dalam Media Sastra.

3. Sebagai acuan dasar , bahan pengembang dan referens jika ingin melakukan
penelitian lanjutan.

Secara Praktis, manfaat yang dapat dicapai setelah penelitian ini adalah :

1. Menambah khasanah Ilmu pengetahuan, memberi informasi dan wawasan


mengenai Kaitan Novel dengan realitas sosial masayrakat.
2. Masyarakat akan memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap hak-hak
perempuan dan tidak lagi memberi stereotipe terhadap perempuan melalui ucapan
maupun tindakan.

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, perlu diberikan batasan-batasan istilah mengenai hal


yang diteliti agar mencegah terjadi kesalahpahaman dan membatasi permasalahan
yang ada.

1. Wacana

Wacana. Fairclough ( dalam Noverino,2015 ) menyatakan wacana sebagai


teks, praktik wacana dan praktik sosial. Sedangkan menurut Sobur (2012),wacana
merupakan cara atau bagaimana ide dapat di diskusikan secara terbuka kepada
khayalak sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dapat
disimpulan, bahwa Wacana merupakan cara untuk memberikan suatu ide dan
informasi untuk memberikan pemahaman tertentu kepada masyarakat secara jelas
dan bertahap. Wacana menjadi cara bagi masyarakat untuk menyebarkan segala
hal terkait dengan hubungan kemasyarakatan, nilai-nilai sosial budaya, serta suatu
kejadian yang terjadi pada suatu wilayah tertentu. Salah satu dari bentuk wacana
tersebut adalah karya-karya sastra semacam Novel, cerpen dan naskah drama yang
juga memuat wacana-wacana baik dari dimensi sosial, politik maupun budaya.

Wacana memiliki kedudukan untuk mendasari pola pikir masyarakat akan


suatu kejadian dan suatu tindakan dalam kehidupan sosial. Wacana yang terus
direproduksi secara terus menerus menjadikan wacana sebagai dasar untuk
bertindak dan berperilaku. Wacana menjadi arahan utama bagi masyarakat untuk
mendeskripsikan identitas diri. Oleh karena itu, didalam wacana sendiri, baik
secara tertulis maupun tidak, ia memiliki keruntutan antarbagian, keterpaduan,
dan memiliki makna tertentu serta digunakan dalam berkomunikasi dalam
kehidupan sosial. Maka dari itu, didalam teks maupun narasi dan praktek wacana,
menyiratkan akan suatu dasar pemikiran tertentu.

Wacana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara bagaimana ide
dan informasi dapat tersampaikan dan didiskusikan secara jelas ke masyarakat
atau khayalak umum.

2. Novel

Merupakan salah satu bentuk sastra tulis. Merupakan hasil dari konstruksi
pemikiran, khayalan, imajinasi dari seseorang yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dan bahasa sebagai medianya. Novel memiliki struktur kebahasaan
meliputi struktur Instrinsik dan Ekstrinsik. Struktur Intrinsik Novel berupa
peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang. Sedangkan, Unsur Ekstrinsik
Novel bisa berupa Latar belakang sosial, budaya, ekonomi maupun politik dari
penulisnya. Novel merupakan jalinan struktur bermakna yang tediri dari ide
pikiran yang terstruktur dalam unsur-unsur yang padu. Untuk bsia mengetahuinya
maka diperlukan analisis mendalam untuk bisa mengambil makna dan realitas
sosial yang digambarkan dalam novel tersebut. Novel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan.
3. Definisi Perempuan

Menurut Zaitunah Subhan ( 2004 : 19 ) Kata Perempuan berasal dari kata


empu yang berarti dihargai. Penghargaan terhadap perempuan bisa dilihat dari
fungsi biologis mereka yang melahirkan kehiupan. Menurut Abdullah ( 2003 : 3)
Perempuan melambangkan sifat dari alam ( Nature ) , yang mana harus
ditundukkan agar mereka jadi lebih berbudaya. Usaha membudayakan ini telah
menciptakan dikotomi yang menyebabkan reporduksi ketimpanga hubungan
antara laki-laki dan perempuan, yang mana kemudian membentuk peran berdasar
jenis kelamin, yaitu Domestik dimana peran-peran yang berhubungan dengan
Urusan pengasuhan, rumah tangga dan repoduksi, sedangkan Publik yang
berhubungan dengan tindakan sosial, relasi dan pekrjaan.

Perempuan sebagai manusia yang sering dianggap selalu berada


dibelakang laki-laki, dicirikan feminim dan tidak bisa melakukan hal-hal yang ada
di sektor publik, sehingga sering dicirikan hanya mampu bersaing di sektor
domestik. Perempuan dan laki-laki sering dipisahkan menurut bagaimana mereka
berperan dalam kehidupan sosial, terutama ekonomi. Perempuan sering
digambarkan hanya mengurusi kebutuhan rumah tangga, sedangkan laki-laki
hanya berfungsi untuk menjaga kestabilan dan keutuhan keluarga untuk tetap
mampu bertahan hidup.

Definisi Perempuan dalam penelitian ini adalah sebagai masyarakat kelas


dua, yang hak-hak nya sering tidak dipenuhi dalam dunia publik karena
pandangan yang melihat perempuan hanya pantas berada di ranah domestik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2. 1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian sebelumnya Mengenai Perempuan dalan Novel Cantik


Itu Luka sudah dilakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa pendahuluan
sebelumnya mengenai Perempuan dalam Novel Cantik Itu Luka :

Penelitian pertama adalah skripsi dari Mutmainah ( 2018 ) dengan judul


“Penangguhan Kebenaran Absolut Tokoh Utama dalam Novel Cantik Itu Luka
Karya Eka Kurniawan ( Suatu Pendekatan Dekonstruksi Jacques Derrida ).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hierarki oposisi, penangguhan
kebenaran absolut dan makna paradoks penokohan tokoh utama berdasarkan teori
dekonstruksi Jaques Derrida dalam novesl Cantik itu Luka Karya Eka Kurniawan.
Metode yang digunakan adalah Deskripsi Kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara struktural menghadirkan makna paradoks dalam novel
cantik itu Luka melalui tokoh Dewi Ayu, Tokoh utama digambarkan memiliki
sikap tenang, tidak setia, keras kepala dan sopan, seorang pelacur, beragama, dan
memiliki sikap mendidik yang buruk. Akan tetapi pada sisi lain memiliki sikap
Agresif, setia, berani dan kasar, seorang relawan, tidak beragama dan memiliki
sikap mendidik yang buruk. Dimana menurut penulis kedua sifat tersebut saling
mendominasi sehingga tercipta makna paradoks. Penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dimana objek
kajiannya lebih berfokus pada penggambaran sifat, sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan peneliti lebih berfokus pada bagaimana si tokoh digambarkan
sebagai seorang perempuan. Persamaan yang sama antara penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama berfokus pada
penggambaran unsur tokoh, yaitu Dewi Ayu sebagai tokoh utama. Peneliti
menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk memperkaya kajian dalam
bagaimana penggambaran tokoh utama.
Penelitian kedua adalah dari Dian Islamiyah N.H.S ( 2019 ) dengan judul
“ Perlawanan Perempuan dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan :
Tinjauan Feminisme Sosialis. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui bentuk penindasan kelas yang dijadikan sumber penindasan
perempuan, kedudukan dan peran perempuan serta bagaimana keududukan
perempuan terhadap laki-laki serta perlawanan perempuan dalam
memperjuangkan hak-haknya di dalam Novel Cantik itu Luka Karya Eka
Kurniawan. Metode penelitian yang dilakukan adalah Studi Deskriptif Kualitatif.
Hasil dari Penelitian tersebut bahwa Novel tersebut menggambarkan mengenai
ketertindasan dan ketidakadilan, serta adanya kekerasan seksual dan perbedaan
gender. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yaitu objek penelitiannya merupakan naskah secara keseluruhan
sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tokoh utama yang
ada di dalam novel. Selain itu, novel ini bertujuan untuk mencari bagaimana
narasi mengenai bagaimana bentuk perlawanan perempuan digambarkan disana,
sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana
perempuan yang direpresentasikan dan konstruksikan kembali oleh tokoh utama
yaitu Dewi Ayu. Sedangkan dalam penelitian ini, persamaan yang ada adalah
fokus kajian pada masalah perempuan di dalam novel. Penulis merujuk penelitian
ini untuk memperkaya gambaran marginalisasi perempuan di dalam novel ini.

Penelitian ketiga adalah Skripsi dari Tyas Umi Ningrum ( 2016 ) dengan
judul “ Inferioritas Perempuan dalam Novel Cantk itu Luka karya Eka
Kurniawan”. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Citra diri dan
sosial perempuan, kekerasan domestik dan publik terhadap perepuan serta
bagaimana peran tradisional perempuan dan perempuan sebagai kaum yang lemah
dalan novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan. Metode yang digunakan
adalah Studi Deskriptif pendekatan Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Dewi Ayu sebagai seorang perempuan dalam novel ini digambarkan
sebagai seorang perempuan yang sangat cantik, keras kepala, keras hati, baik hati,
berani, dan kepemimpinan; Alamanda sebagai seorang perempuan yang cantik,
kasar dan tidak sopan santun serta baik hati, Adinda sebagai seorang perempuan
yang cantik, baik hati dan sopan santun, Maya Dewi sebagai seorang yang cantik,
Cantik sebagai seorang perempuan wajahnya buruk rupa, keras kepala, pandai,
dan cerdas. Citra sosial Dewi Ayu sebagai seorang pelacur yang terkenal dan
sangat dipuja, Alamanda adalah anak seorang pelacur yang suka mempermainkan
hati laki-laki, Maya Dewi adalah seorang yang pandai membuat kue dan disegani
warga karena sikapnya yang tenang, sopan dan saleh. Cantik adalah seseorang
yang memiliki wajah buruk rupa seperti mosnter. Kekerasan domestik Dewi Ayu
adalah kekerasan nonfisik, Alamanda mengalami kekerasan seksual, dan Cantik
mengalami kekerasan nonfisik. Kekerasan publik Dewi Ayu adalah kekerasan
fisik, Alamanda mengalami kekerasan seksual, dan Cantik mengalami kekerasan
nonfisik. Peran tradisional Dewi Ayu dan Alamanda adalah perannya sebagai ibu,
Adinda sebagai ibu tiri dan istri, dan Maya Dewi adalah sebagai ibu, istri, serta
ibu rumah tangga. Dewi Ayu sebagai perempuan yang lemah terlihat ketika dia
terpaksa menjadi pelacur dan Alamanda terlihat sebagai perempuan yang lemah
ketika dia terpaksa menikah dengan Sang Shodancho dan terpaksa memberikan
cintanya kepada suaminya untuk menyelamatkan kekasihnya. Penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu fokus
penelitian pada bagaimana narasi inferioritas ditulis di dalam novel, berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yang berfokus pada
bagaimana perempuan di gambarkan di dalam novel. Persamaan yang ada dari
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah bagaimana
narasi mengenai perempuan dikaji sebagai objek penelitian. Peneliti menggunakan
penelitian ini sebagai model inferioritas yang ditulis di dalam novel berikut.

Selain itu, ada 11 penelitian lain yang juga melihat bagaimana


penggambaran perempuan dalam novel, penelitian tersebut antara lain :

Jaka Ahmad Zulkarnain, dkk ( 2018 ) dengan judul “ Dekonstruksi


Feminitas dalam Novel-novel karya Eka Kurniawan : Dari Pekerjaan sampai
Kecantikan.” Berisi tentang bagaimana konsep feminitas di dekonstruksi dalam
novel-novel karya eka Kurniawan, hasil penelitian menunjukkan jika konsep
feministas tidak hanya dipunyai dan dipraktikkan oleh tokoh perempuan, bahkan
laki-laki juga menjalankan.

Ayu Khaerudin N, ( 2019 ) dengan Judul “ Representasi Ketidakadilan


Gender dalam Novel Sphismata Karya Landa Kariza ( Kajian Sosiologi Sastra )”
Berisi tentang bagaimana struktur novel dan representasi dari ketidaadilan gender
di dalamnya, hasil penelitian menunjukkan ada empat faktor, yaitu marginalisasi
perempuan, subordinasi, stereotip, dan kekerasan terhadap peremppuan.

Farah dina, dkk ( 2013 ) dengan judul “ Representasi Ideologi Patriarki


dalam Novel Tanah Tabu Kajian Feminisme Radikal” Berisi tentang representasi
ideologi patriarki yang merupakan tindakan yang cenderung mesuordinasi
terhadap kaum perempuan, bentuk perlawanan tokoh tersebut adalah
meninggalkan rumah dan tidak menikah lagi.

Latifah ( 2016 ) dengan judul “ Analisis Wacana Kritis Ideologi Gender


dalam Cerpen Suami Ibu, Suami saya karya Djenar Maesa Ayu “ Berisi tentang
fenomena yang terjadi pada perempuan yang tersiratkan di dalam cerpen tersebut,
peneliti telah menemukan bahwa perempuan sering dijadikan objek kekerasan.

Andrian Risqi Hidayat, dkk ( 2013 ) dengan judul “ Representasi


Perempuan dalam Novel Superova-Petir Karya Dewi Lestari : Kajian Feminisme
Eksistensialis” Berisi tentang bagaimana kekuasaan laki-laki tehradap perempuan
dan representasi mereka di dalam novel supernova-petir, hasil penelitian
menunjukkan adanya opresi yang terjadi pada perempuan, dan juga
pemutarbalikan relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan.

Muhammad Junaidi ( 2018 ) dengan judul “ Stereotypes as the Ideology of


Feminism in Novels Authorized by Indonesian Female Authors ( Ideologicala
Gynocritical Feminist Literary Criticsm ) berisi tentang aspek ideologi dan
ginekritik dari karakter-karakter perempuan yang ada di dalam novel-novel
indonesia kebanyakan membahas mengenai stereotipe yang ada di dalam novel.
Monika Arnez, dkk ( 2010 ) dengan judul “ Sexuality and The Female
Role : Observation on Recent Indonesian Women’s Literature” berisi tentang
menjelaskan mengenai Seksualitas dan Peran perempuan dalam dua sudut jenis
novel di Indonesia, yaitu Sastra wangi dan Sastra Islami dan bagaimana kedua
novel memberikan pandangan yang berbeda dalam melihat tentang peran
perempuan.

Asmawati ( 2017 ) dengan judul “ Emblems Of Gender Case Study to


Indonesian Novel “ berisi tentang bagaimana representasi permasalahan gender
yang merefleksikan masyarakat Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan
adanya perubahan disetiap zaman dan menyesuaikan dengan kejadian yang ada di
sana.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan


mengungkapkan rekonstruksi makna perempuan dalam novel Cantik Itu Luka
karya Eka Gunawan. Penelitian ini akan menggunakan model analisis wacana
kritis untuk melihat bagaimana perempuan digambarkan di dalam novel, lalu hasil
deskripi tersebut nanti akan dianalisis kembali menggunakan pendekatan konsep
gender untuk bisa menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan peneliti.
Berikut ini merupakan deskripsi dari kedua teori yang digunakan dalam penelitian
ini.

2.2.1 Analisis Wacana Kritis Sarah Mills

Model Analisis Wacana Kritis Sarah Mills lebih menekankan pada


bagaimana wanita ditampilkan dalam sebuah teks.. Analisisnya lebih pada struktur
pada kalimat, seperti gramatikal hingga level yang lebih luas daripada teks.
( Sobur, 2012 ). Ia lebih menitik beratkan teori wacananya pada feminisme, yaitu
representasi perempuan yang ia tunjukkan di dalam teks. Ia melihat bagaimana
suatu teks menampilkan wanita yang sering menyasar pada ketidakadilan dan
penggambaran buruk mengenai wanita. Menurut Erianto ( 2001) Dalam model
analisisnya, untuk bisa melihat bagaimana narasi mengenai perempuan Sarah
Mills melihat bagaimana posisi aktor ditampilkan dalam sebuah teks, yang lebih
merujuk pada siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang jadi
objeknya, serta bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks.
Bagaimana pembaca ditempakan di dalam sebuah teks. Oleh karena itu, secara
umum bisa dilihat bahwa analisis wacana milik Sara Mills membagi ke dalam dua
konsep inti, yaitu posisi subjek-objek dan posisi pembaca. Konsep mengenai
posisi pembaca di dalam cerita terjadi dalam dua proses, yaitu yang pertama
kebenaran yang disampaikan secara tersirat di dalam cerita membuat pembaca
mengidentifikasikan dirinya dengan karakter atau apa yang terjadi di dalam teks.
Suasana yang terbangun disana memancing pembaca untuk ikut membayangkan
bagaimana semuanya terjadi di dalam cerita atau bagaimana karakter yang ada
dalam cerita, sedangkan yang kedua adalah bagaimana nilai budaya yang berlaku
di benak pembaca ketika menafsirkan teks yang ada di dalam novel tersebut.

2.2.2 Feminisme Radikal Libertarian

Dalam perkembangan mengenai perjuangan hak perempuan, gerakan-


gerakan pembebasan telah melahirkan aliran-aliran baru. Feminisme Radikal
merupakan gerakan separatiss perempuan yang betumpu pada pandangan bahwa
penindasan terhdap perempuan terjdi karena sistem patriariki, tubuh perempan
menjadi objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu aliran
ini lebih mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi,
seksualitas, seksisme relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat
publik. Para penganut feminisme radikal tidak melihat adanya perbedaan antara
tujuan personal dan politik, unsur-unsur seksual atau biologis, Analisis tentang
penindasan mereka berfokus pada penyebab yang disebabkan karena jenis
kelamin laki-laki sendiri beserta ideologi patriarkinya. ( Faqih 1998 : 84-85 )
Oleh karena itu, terlihat bahwa dalam ideologi ini laki-laki dianggap sebagai
sumber permasalahan, baik secara biologis maupun kultural. Oleh karena itu,
paham ini sangat menentang penindasan tersebut secara radikal. Feminisme
Radikal Libertarian memberikan opsi untuk bisa keluar dari penindasan kaum
laki-laki dengan mengusung konsep yang bertransendesi batasan sistem
seks/gender yang disebut Androgini, merupakan konsep gabungan antara sifat-
sifat maskulin dan feminim, yang membentuk konstruksi masyarakat baru diluar
dua dikotomi tersebut, yang mampu bersaing dengan kekuatan pria serta
kelembutan wanita. Kaum Radikal-Libertarian ingin mengarahkan pada bentuk
konstruksi baru perempuan dengan sifat dan perilaku yang mampu menjembatani
diantara keduanya dan mengakhiri opresi terhadap perempuan.
2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

Teks novel “cantik itu luka”


karya eka kurniawan

Posisi Subjek-Objek Posisi Penulis-Pembaca

Konteks sosial yang


Penggambaran Wacana Perempuan dibangun

Teori Feminisme Radikal

Rekonstruksi Makna Perempuan di dalam Novel Cantik itu Luka


karya Eka Kurniawan

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk biisa


memahami teks Dalam novel cantik itu luka, maka digunakan anaisis awal yaitu
menggunakan pendekatan analisis wacana kritis untuk melihat bagaimanastruktur subjek-
objek dan posisi pembaca penulis untuk bisa menentukan bagaimana penggambaran
wacana mengenai perempuan dan konteks sosial yang dibangun. Oleh karena itu, agar
bisa mengetahui bagaimana Rekonstruksi Makna Perempuan didalam teks novel tersebut,
maka Perlu analisis kedua yaitu melalui teori feminisme radikal sehingga nanti bisa
diambil kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai