Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ILMU DAN METODE ILMIAH MENURUT AGAMA


DOSEN PENGAMPU: SISKE TONTONG,SE.SPd.MAP

DISUSUN OLEH :

AKULIN KEIYA : 301302212150030


DIABEL DATU LANGI : 301302212140057
ELISABET LUTA BEDA : 301302212130045
IRMA SRIYANTI SNAE : 301302212150041
KETRIN IVANA :301302212150034
MARIA ANJELINA WUA : 301302212120010
YUNIZAR HERIANTI : 301320221212007

PRODI D-3 MANAJEMEN KEUANGAN


KELAS A
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI JAMBATAM BULAN (STIE JB)
TAHUN AJARAN 2021 / 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dan kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul ILMU DAN METODE ILMIAH MENURUT AGAMA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Siske

Tontong, SE,SPD,MAP pada mata kuliah Pendidikan Agama. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siske Tontong,SE.,SPd.,MAP selaku

dosen matakuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi kami .

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,

makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritikdan saran yang

membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Timika, 02 Desember 2021

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan masalah............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3

A. Pengertian Ilmu.............................................................................................................. 3
B. Agama Dan Kebudayaan................................................................................................ 6
C. Hubugan Agama Dan Kebudayaan................................................................................ 9
D. Peran Ilmu Dalam Pengembangan Agama..................................................................... 10
E. Pengertian Metode Ilmiah Dalam Agama...................................................................... 14
F. Macam-Macam Metode Ilmiah Dalam Agama.............................................................. 16
G. Unsur-Unsur Metode Ilmiah Dalam Agama.................................................................. 18
H. Langkah-Langkah Metode Ilmiah Dalam Agama.......................................................... 19

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 24

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 24
B. Saran............................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut filsafat, untuk memperoleh pengetahuan yang absah,valid,maka didapat

kan melalui metode ilmiah.Melalui metode ilmiah ini kelakakan lahir yangdisebut dengan

ilmu. Tidak semua pengetahuan di sebuti lmu, hanya pengetahuan yang didapat melalu

imetode ilmiah saja yang dapat di sebut dengan ilmu.Karena ilmu yang lahir dari metodei

lmiah memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dewasa ini.Peranan metode

ilmiah ini sangat besar.Melalui metode ilmiah, para ilmuwan turut menyumbangkan sedikit

bagian kecil dari sistem keilmuan secara keseluruhan, namun disebabkan sifatnya yang

kumulatif menyebabkan ilmu berkembang dengans angat pesat.Berangkat dari latar

belakang tersebut, maka perlu adanya suatu pembahasan mengenai apa hakikat metode

ilmiah, unsur-unsur metode ilmiah, macam-macam metode ilmiah, dan langkah-langkah

metode ilmiah.Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan

bertahap. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya

masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir

dilakukan sesuai langkah -langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan. Setiap

metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris.Maksudnya adalah bahwa masalah

yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya yang di

peroleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris

merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah.Apabila sebuah masalah

dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode

1
ilmiah.Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara

terkontrol.Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan

secara sadar dan terjaga. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam

keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ilmu

2. Apa Peran Agama Dalam Pengembangan Ilmu

3. Apa Pengertian Metode Ilmiah Dalam Agama

4. Apa Macam-Macam Metode Ilmiah Dalam Agama

5. Apa Peranan Metode Ilmiah Dalam Agama

6. Apa Unsur-Unsur Metode Ilmiah Dalam Agama

7. Apa Langkah-Langkah Metode Ilmiah Dalam Agama

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu

2. Untuk mengetahui peran agama dalam pengembangan ilmu

3. Untuk Mengetahui Pengertian Metode Ilmiah Dalam Agama

4. Untuk Mengetahui Macam-Macam Metode Ilmiah Dalam Agama

5. Untuk Mengetahui Peranan Metode Ilmiah Dalam Agama

6. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Metode Ilmiah Dalam Agama

7. Untuk Mengetahui Langah-Langkah Metode Ilmiah Dalam Agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ILMU

1. Pengertian ilmu

ilmu adalah suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi

yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan

ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang

didalami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.

Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namum

memiliki kaitan yang sangant kuat. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit

dibedakan oleh sebaigian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat

berhubungan erat.

2. Pengtahuan Agama

Defenisi opengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari

Tuhan yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya.

Ilmu pengetahuan, agama dan filfasat merupakan tiga aspek yang dapat menuntun

manusia mencari kebenaran, meskipun ketiga aspek tersebut tidak dapat dikategorikan

sesuatu hal yang sama. Secara umum, filsafat merupakan salah satu kegiatan atau hasil

kegiatan yang menyangkut aktivitas dan olah budi manusia.

1. Agama merupakan hal yang berkaitan dengan dengan masalah hubungan

manusia dan dunianya dengan Allah.

3
2. Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah

kebenaran yang tidak dapat ditolak. Sedangkan ilmu adalah deskripsi total dan

konsisten dari fakta – fakta empiris yang merumuskan secara bertanggung

jawab dalam istilah – istilah yang sesederhana mungkin.

3. Ketiga aspek memberikan kontribusi kepada manusia dalam proses

penyelesaian masalah. Ilmu

pengetahuan pada saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan

pemikiran manusia. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat memecahkan masalah

dan memudahkan

manusia mencapai tujuan.

Hakikat seorang manusia adalah untuk mencari kebenaran karena dibekali oleh

Allah SWT dengan akal pikiran yang dibimbing oleh nilai – nilai agama. Ketiga aspek

yang digunakan untuk mencari kebenaran di atas memiliki titik persamaan, titik

perbedaan, dan hubungan antara satu dengan lainnya.4 Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut :

a. Titik Persamaan

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama bertujuan untuk kebenaran dan

bertindak atas rumusan mengenai suatu kebenaran. Filsafat berusaha mencari

kebenaran dengan jalan menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan

mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah melalui penelitian, sedangkan

agama berusaha menjelaskan kebenaran melalui wahyu Tuhan.

4
b. Titik Perbedaan

Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber

kepada ra’yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari

kebenaran.Sedangkan agama berusaha mengungkapkan, menjelaskan dan

membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu. Ilmu mencari kebenaran

berdasarkan metode (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen).

Sedangkan manusia dalam mencari kebenaran terhadap agama itu dengan jalan atau

mempertanyakan (dalam upaya mencari kebenaran) terhadap berbagai masalah dari

kitab suci dan firman Illahi .

c. Hubungan

Tidak semua permasalahan dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan

karena ilmu pengetahuan yang terbatas, terbatas subyek dan objeknya (baik objek

materi maupun objek forma), dan terbatas juga oleh metodologinya. Kemudian

permasalahan – permasalah yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan coba untuk

dijawab oleh filsafat. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh

filsafat, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh agama. Agama hanya memberi

jawaban tentang banyak persoalan asasi yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu

pengetahuan, dan filsafat.

5
B. AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Dalam kehidupan bermasyarakat,agama dan kebudayaan adalah dua hal yang

dekat implementasinya meskipun agama dan kebudayaan bukan merupakan kesatuan

yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan

masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai

kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai

hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman masyarakat terhadap

perubahan kehidupan jika dilihat dari aspek agama dan kebudayaan memiliki

hubungan yang terikat satu sama lain. selama masyarakat dapat menempatkan posisi

agama dan posisi budaya dalam kehidupan . Agama dan budaya berjalan beriringan

sehingga memiliki hubungan yang erat dalam dialektikanya. Agama sebagai pedoman

hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya.

Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang

diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang

diberikan oleh Tuhan.

 Agama

Agama diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan sesuatu yang menjadi

anutan. Konsepsi agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip

kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya

dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

6
kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta agama yang

berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang

berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti

“mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada

Tuhan.

Secara teori pengertian agama dapat didekati dengan dua cara, yaitu secara

etimologi dan terminologi. Etimologi mengulas dari sisi bahasa sedangan terminologi

adalah proses mengkaji batasan-batasan dengan definisi atau bahasa ilmiah yang

dibuat oleh para ahli agama dan ilmuwan. Adapun penjelasan agama berdasarkan

etimologi dan terminologi adalah sebagai berikut :

1. Pengertian secara Etimologis

Salah satu teori menjelaskan bahwa agama berasal dari akar kata gam,

mendapat awalan “A” dan akhiran “A” sehingga menjadi A-gam-a. Akar kata agama

ada pula yang mendapat awalan “I” dengan akhiran yang sama (menjadi I-gam-a) dan

ada pula yang mendapat awalan “U” dengan akhiran yang sama (menjadi U-gama).

Bahasa Sansekerta masuk rumpun bahasa Indo-Jerman. Dalam bahasa Belanda dan

Inggris, anggota-anggota rumpun itu, ditemukan kata-kata ga, gaan (Belanda) dan go

(Inggris) yang pengertiannya sama dengan gam yaitu pergi. Setelah mendapat awalan

dan akhiran A pengertiannya berubah menjadi jalan. Orang Barat sendiri menyebut

agama dengan religie atau religion. Kemudian bangsa Arab dan bangsa bangsa selain

Arab yang berbahasa dengan bahasa Arab menyebutnya dengan aldien. Selain para

pemeluk agama Islam yang berbahasa dengan bahasa Arab menyebut agama dengan

7
millah dan mazhab. Kata Ad-dien berasal dari kata kerja dayanya yang berarti

hakama, yaitu hukum atau undang-undang sebagai pemegang tampuk kekuasaan dan

kewibawaan.

2. Pengertian Agama secara Terminologis

Pengertian atau batasan tentang agama merupakan dasar untuk mempelajari

agama sehingga diperlukan kajian terlebih dahulu sebelum melakukan pengkajian

aspek-aspek lainnya. Agama adalah tata aturan Tuhan yang berfungsi dan berperan,

mendorong, memberi arah, bimbingan dan isi serta warna perilaku orang yang berakal

dan mengembangkan potensi-potensi dasar yang dimiliki dan melaksanakan tugas-

tugas hidupnya yang seimbang antara lahiriah dan batiniah dalam usahanya untuk

memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan bekal kebahagiaan hidup di akherat

kelak.

 Kebudayaan

Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E.B Taylor pada tahun 1871,

dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.6 Kebudayaan dikenal karena adanya

hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah

seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan

kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang

berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk

berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau

8
warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil)

kebudayaan. Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan

kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya.10 Di samping

kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya

mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi

biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi

akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut.

Perbedaan antara agama dan budaya tersebut menghasilkan hubungan antara iman-

agama. dan kebudayaan sehingga memunculkan hubungan (bukan hubungan yang

saling mengisi dan membangun) antara agama dan budaya.

C. HUBUNGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Dalam awal perkembangannya, agama – agama di Indonesia telah menerimam

akomodasi budaya, seperti halnya dalam agama Islam dalam perkembangan dulu

dapat dijelaskan dengan konsep Pertama, Islam sebagai konsepsi sosial budaya dan

Islam sebagai realitas budaya. Kedua, Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli

sering disebut dengan great tradition (tradisibesar), sedangkan Islam sebagai realitas

budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local)

atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik” yang dipengaruhi Islam.5 Seperti

halnya kebudayaan, agama sangat menekankan makna dan signifikasi sebuah

tindakan karena terdapat hubungan yang sangat erat antara kebudayaan dan agama

bahkan sulit dipahami kalau perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari

pengaruh agama. Sesungguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya

didasarkan pada agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu

9
pengetahuan, moralitas secular, serta pemikiran kritis. Meskipun tidak dapat

disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengarui. Agama mempengaruhi

sistem kepercayaan serta praktik-praktik kehidupan. Sebaliknya kebudayaan pun dapat

mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana agama di interprestasikan /

bagaimana ritual-ritualnya harus dipraktikkan. Budaya yang digerakkan agama timbul

dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif

pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor

geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut akan

terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam

kondisi objektif dari kehidupan penganutnya. Hubungan kebudayaan dan agama tidak

saling merusak, kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma

yang mengatakan bahwa ” Manusia yang beragama pasti berbudaya tetapi manusia

yang berbudaya belum tentu beragama”. Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak

pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang

terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang

di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia. Kebudayaan menjadi perantara secara

terus menerus yang dipelihara oleh pembentuknya dan generasi selanjutnya yang

diwarisi kebudayaan tersebut. Sedangkan agama yang terdapat di masyarakat.

D. PERAN ILMU DALAM PENGEMBANGAN AGAMA

Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik diri

manusia itu sendiri maupun realitas di luar dirinya, sepanjang sejarah

perkembangannya, sampai saat ini selalu mengalami ketegangan dengan berbagai

aspek lain dari kehidupan manusia. Pada dataran praktis operasional selalu

10
diperbincangkan kembali hubungan timbal balik antara ilmu dan teknologi. Sering

muncul polemik, terutama di Negara berkembang, manakah yang lebih penting antara

mengembangkan ilmu murni dan lmu dasar dengan mengembangkan teknologi

melalui alih teknologi maupun industrialisasi ? Apabila keduanya penting, bagaimana

strategi yang seharusnya dibangun untuk mengembangkan keduanya mengingat

keterbatasan sumber daya yang dimiliki rata-rata Negara berkembang ?

Adapun ciri atau syarat suatu ilmu adalah sebagai berikut:

1. Ada obyek yang diselidiki. Objek itu diselidiki sebagaimana adanya (Objektif).

2. Objek itu diselidiki dengan pendekatan (approach), cara atau metode tertentu,baik

melalui pengamatan, analisa perbandingan, percobaan, metode induktif dan deduktif,

yang keseluruhan mencakup riset (penelitian).

3. Objek yang telah dimengerti, diklarifikasi dengan kriteria tertentu.

4. Penyelidikan ini bertujuan bukan hanya memenuhi hasrat atau dorongan ingin tahu

manusia, melainkan untuk memenuhi potensi dan kodrat kepribadian manusia

bahwa hidupnya senantiasa bertujuan.

Ilmu seringkali dapat digunakan sebagai rujukan tambahan untuk

memecahkan permasalahan pada kajian agama, bukan untuk memberikan masukan

terhadap Agama. Dalam agama Islam, posisi ilmu pengetahuan dalam agama menjadi

tema yang sentral. ini dapat ditemukan dalam beberapa teks, baik Al-Quran maupun

hadist. Dalam AlQur’an, Allah menjanjikan derajat tinggi bagi mereka yang berilmu

11
 Peran Agama dalam pengembangan ilmu

Agama merupakan salah satu entitas yang melekat dalam diri individu dan

masyarakat. Secara defenitif, agama berasal dari bahasa Sanskerta “A Gama” yang

berarti tidak kacau (gamang). Defenisi ini menunjukkan bahwa agama memiliki peran

di dalam masyarakat agar hubungan antar individu di dalam masyarakat menjadi

teratur dan menjaga agar setiap manusia senantiasa menjaga perilaku dan sifatnya dari

hal – hal yang tidak terpuji. Ajaran – ajaran agama inilah yang menjadi dasar

berperilaku manusia pada umumnya dan menjadi sesuatu yang sangat tinggi nilainya

di dalam masyarakat. Disinilah Agama dapat berfungsi sebagai penyeimbang terhadap

segala permasalahan di masyarakat dan perkembangan ilmu. Perkembangan ilmu di

satu sisi berdampak positif karena dapat mempebaiki kualitas hidup manusia jika

ditunjang teknologi, seperti pada bidang komunikasi, transportasi, medis dan sarana

industri. Di sisi lain terkadang ilmu yang ditunjang teknologi dapat berdampak negatif

karena merugikan dan membahayakan martabat manusia. Untuk menjelaskan peran

agama terhadap perkembangan ilmu, maka dapat dilihat terlebih dahulu kemungkinan

hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sebagai berikut :

 Pola hubungan yang negatif

Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu

pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti

ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran

agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan

kebenaran ilmu pengetahuan.

12
 Pola perkembangan dari pola hubungan pertama

Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin

tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati,

jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa

masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda.

 Pola hubungan netral

Kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu

pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak

bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. •

Pola hubungan positif Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak

adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan

masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga

wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak

mendukung ajaran agama, pengembangan iptek. Ilmu pengetahuan tidak dapat

menjawab permasalahan-pemasalahan tertentu dan filsafat memberikan solusinya.

Untuk permasalahan- permasalahan tertentu filsafat tidak dapat memberikan jawaban

yang memuaskan, maka manusia mencari jawaban yang pasti dengan berpaling kepada

agama. Agama merupakan segenap kepercayaan, ajaran kebaktian dan kewajiban yang

bertalian dengan kepercayaan tersebut.

13
E . PENGERTIAN METODE ILMIAH DALAM AGAMA

Secara etimologis, metode berasal dari kata Yunani meta yang berarti sesudah dan

hodos yang berarti jalan. Jadi, metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut

urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar yaitus uatu tata cara, teknik,

atau jalan yang telah di rancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan

jenis apa pun, baik pengetahuan humanistik dan historis, atau pun pengetahuan filsafat

dan ilmiah.Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang

disebut ilmu. Metode, menurut Senn,merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui

sesuatu,yang mempunyai langkah-langkah yang sitematis.

Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan

dalam metode tersebut.Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-

peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi inilah yang di sebut

dengan epistemologi di dalam filsafat.Epistemologi merupakan pembahasan

mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan : Apakah sumber pengetahuan?

Apakah hakikat, jangkauan, dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia

dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan

yang mungkin untuk ditangkap manusia?.Metode ini perlu, agar tujuan keilmuan yang

berupa kebenaran objektif dan dapat di buktikan bisa tercapai.Dengan metode ilmiah,

kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yaitu menjadi lebih

khusus dan terbatas lingkupan studinya.Pada dasarnya, di dalam ilmu pengetahuan

dalam bidang dan disiplin apapun, baik ilmu-ilmu humaniora, sosial maupun ilmu-

ilmu alam, masing-masing menggunakan metode yang sama. Jika ada perbedaan, hal

itu tergantung pada jenis, sifat dan bentuk objek materi dan objek forma (tujuan) yang

14
tercakup di dalamnya pendekatan (approach),sudut pandang ( point of view), tujuan

dan ruang lingkup ( scope) masing-masing disiplin.

Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan

begitu,di harapkan pengetahuan yang dihasilkan memiliki ciri-ciri tertentu yang

memenuhi kriteria pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang

memungkinkan pengetahuan yang dihasilkan benar-benar dapat diandalkan. Dalam hal

ini maka metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif.Berpikir

deduktif memberikan sifat rasional atau bertumpu pada akal. Dengan metode ini maka

pengetahuan yang dihasilkan akan sejalan dengan prinsip-prinsip yang ada pada akal,

yaitu koheren dan konsisten dengan pengetahuan sebelumnya. Ilmu mencoba

memberikan penjelasan rasional kepada objek yang di telaah.Di karenakan ada banyak

premis yang digunakan untuk membangun sebuah bangunan ilmu dari sisi berpikir

deduktif maka di perlukan adanya berpikir induktif.Teori korespondensi mengatakan

bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung

sesuai dengan objek faktual yang dituju.Atau dapat dikatakan bahwa suatu pernyataan

bisa dianggap banar bila di dukung dengan fakta empiris .Penemuan ilmiah akan

sangat berguna di saat kita menemukan sesuatu yang belum diuji asecara empiris.

15
F. MACAM-MACAM METODE ILMIAH

Macam-macam metode ilmiah disini menurut Johnson dalam artikel berjudul

“Educational Research : Quantitative and Qualitative” membedakan metode ilmiah

menjadi dua, yaitu metode deduktif dan metode induktif. Menurutnya, metode

deduktif terdiri dari tiga langkah utama, yaitu 1) state the hypothesis (based on theory

or research literature) menyatakan hipotesis berdasarkan teori atau studi literatur; 2)

collect data to test hypothesis mengumpulkan data untuk mengetes kebenaran

hipotesis; 3) make decision to accept or reject the hypothesis membuat keputusan

untuk menyetujui atau menolak hipotesis.1

Sedangkan untuk metode induktif langkahnya sebagai berikut: 1) Observe the

world mengamati semesta; 2) Search for a pattern in what is observed mencari model

dalam objek yang sedang diamati; 3) make a generalization about what is occuring

membuat generalisasi dari apa yang terjadi.

Oleh Johnson, deduktif dan induktif itu berkebalikan. Jika deduktif memulai

metode ilmiah dengan sebuah konsep yang dimiliki, sedangkan deduktif berangkat

dari kenyataan-kenyataan semesta yang pada akhirnya menuju sebuah kesimpulan atau

generalisasi dari semua kenyataan-kenyataan semesta tersebut.

Metode deduktif merupakan metode ilmiah yang diterapkan dalam penelitian

kuantitatif. Dalam metode ini teori ilmiah yang sudah diterima kebenarannya dijadikan

acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya. Sedangkan metode induktif merupakan

metode yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian dimulai dengan

pengamatan dan diakhiri dengan penemuan sebuah teori.

16
Suriasumantri menegaskan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan

proses logyco-hypothetico-verifikatif (metode deduktif) pada dasarnya terdiri dari

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah,

2. Penyusunan kerangka berpikir ilmiah,

3. Perumusan hipotesis,

4. Pengujian Hipotesis,

5. Penarikan kesimpulan.

Sedangkan metode induktif diterapkan dalam penelitian kualitatif. Metode

induktif memiliki dua macam tahapan, yaitu umum dan siklikal. Secara umum metode

induktif memiliki 3 tahapan, yaitu:

1. pra lapangan,

2. pekerjaan lapangan,

3. analisis data.

Sedangkan untuk siklikal memiliki 7 langkah yaitu:

 Pengamatan deskriptif,

 analisis domain,

 pengamatan terfokus,

 analisis taksonomi,

 pengamatan terpilih,

 analisis komponen,

 analisis tema.

17
G. UNSUR-UNSUR METODE ILMIAH

Metode ilmiah yang merupakan suatu prosedur sebagaimana digambarkan oleh

The Liang Gie, memuat berbagai unsur atau komponen yang saling berhubungan.

Unsur utama metode ilmiah adalah pola prosedural, tata langkah, teknik, dan

instrumen.

Pola prosedural terdiri dari pengamatan, percobaan, pengukuran, survei,

deduksi, induksi, dan analisis. Tata langkah mencakup penentuan masalah, perumusan

hipotesis (bila perlu), pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan pengujian hasil.

Teknik antara lain terdiri dari wawancara, angket, tes, dan perhitungan. Berbagai

macam instrumen yang dipakai dalam metode ilmiah adalah pedoman wawancara,

kuesioner, timbangan, komputer, dsb.2

Semua unsur-unsur metode ilmiah ini saling berhubungan satu sama lain dan

juga saling melengkapi guna menuju tujuan akhir metode ilmiah, yaitu terciptanya

sebuah temuan atau keilmuan tentang hal tertentu secara ilmiah. Selain itu, dalam

metode penelitian akan dijelaskan lebih lanjut bahwasannya antara pola prosedural,

tata langkah, teknik dan instrumen harus benar-benar valid. Maksudnya adalah

semuanya sesuai dengan ilmu apa yang akan dihasilkan. Misalnya adalah ilmu

psikologi. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi siswa. Maka

pola prosedural yang dipilih adalah pengamatan dengan mengamati keseharian dalam

hal belajar, apa saja bentuk motivasi yang membuatnya semangat dalam belajar. Lalu

juga mengamati hasil belajar untuk mengetahui bagaimana perkembangan prestasinya

dari semester sebelumnya. Untuk tata langkah tentunya dimulai dengan menentukan

masalah (apakah ada hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa?),
2

18
lalu hipotesis (Ada hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa),

dilanjutkan dengan mengumpulkan data dari observasi, angket, wawancara. Lalu

disimpulkan. Untuk teknik dapat digunakan wawancara, angket, observasi, dan

dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman

observasi, angket, dokumentasi.

H. LANGKAH- LANGKAH METODE ILMIAH

Berikut akan dijelaskan mengenai prosedur metode ilmiah. Ada beberapa

langkah dalam metode ilmiah:

1. Perumusan Masalah

Disini dirumuskan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-

batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

Problema ini didapatkan dari fenomena-fenomena yang diamati oleh manusia dalam

realita kehidupan. Ada beberapa cara untuk menentukan pertanyaan penelitian yaitu

melalui data sekunder berupa:

a. Melihat suatu proses dari perwujudan teori

b. Melihat hubungan dari proposisi suatu teori, lalu bermaksud memperbaikinya

c. Merisaukan keberlakuan suatu teori, dalil, model di suatu tempat atau waktu tertentu

d. Melihat tingkat kebernilaian informasi sebuah teori lalu bermaksud meningkatkannya

e. Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada, atau belum

dapat dijelaskan secara sempurna.3

Metode ilmiah ini dimulai dengan perumusan masalah karena bila tidak ada

masalah, maka tidak akan ada pengetahuan. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah

19
sebuah pengetahuan hasil dari penyelesaian masalah-masalah ilmiah. Ruhnya ilmu

adalah problem solving (penyelesaian masalah). Berangkat dari hal-hal tersebutlah,

maka metode ilmiah dimulai dengan perumusan masalah.

2. Penyusunan kerangka berpikir

Disini dipaparkan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mugkin

terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi

permasalahan. Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis-premis

ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris

yang relevan dengan permasalahan.

3. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang

diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang

dikembangkan. Merumuskan disini berarti membentuk sebuah proposisi deduksi yang

sesuai dengan kemungkinan dan tingkat kebenarannya. Bentuk proposisi ini menurut

tingkat hubungan (linkage) serta nilai informasi (informative value). Kalimat proposisi

mengandung tiga komponen, yaitu antiseden, konsekuen dan depedensi. Dua istilah

pertama adalah bagian dari kalimat proposisi. Antiseden adalah teori yang dijadiakan

acuan awal untuk membentuk hipotesis, lalu konsekuen adalah sebuah akhir dari

kalimat hipotesis. Sedangkan depedensi adalah hubungan antara antiseden dengan

konsekuen tersebut. Misal hipotesis: Jika air dipanaskan sampai suhu 100% C, maka

air akan mendidih.

20
Ada syarat-syarat logika dalam menentukan hipotesis sebagai berikut:

a. Dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis

b. Mengandung sesuatu yang mungkin

c. Dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi yang tepat

d. Dapat diuji baik kebenaran maupun kesalahannya

Macam-macam hipotesis yang sering ditemui seperti berikut:

a. Hipotesis Deskriptif : menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana benda atau

peristiwa terjadi

b. Hipotesis Argumentasi : menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa benda,

peristiwa, atau variabel terjadi. Konsekuen menjadi sebuah kesimpulan dari antiseden.

c. Hipotesis Kerja : meramalkan atau menjelaskan akibat dari variabel yang menjadi

penyebabnya. Hipotesis ini menunjukkan adanya perubahan akibat disebabkan dengan

perubahan suatu variabel.

d. Hipotesis Nol : Memeriksa ketidakbenaran suatu teori, yang selanjutnya akan ditolak

menjadi bukti-bukti yang sah. Kita membuat dugaan dengan hati-hati bahwa tidak ada

hubungan yang berarti atau perbedaan yang signifikan dan selanjutnya kita

membuktikan ketidakmungkinan hipotesis ini.

4. Pengujian Hipotesis

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan

hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang

mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

21
Pengujian hipotesis ini berarti membandingkan atau menyesuaikan (matching)

segala yang terdapat dalam hipotesis dengan data empirik. John Stuart Mills

mengajukan 3 macam metode, yaitu:

a. Method of Agreement : Jika dalam dua atau lebih peristiwa, pada suatu fenomena

timbul satu (dan hanya satu) kondisi yang terjadi, maka kondisi itu dapat disimpulkan

sebagai penyebab terjadinya fenomena tersebut.

b. Method of Difference : Dalam dua peristiwa terdapat perbedaan dalam rangkaiannya

(unsurnya) dan fenomena yang terjadi. Jika serangkaian peristiwanya sama kecuali

dalam satu faktor dimana peristiwa yang satu tidak memilikinya dan tidak

menimbulkan fenomena, maka fenomena yang terjadi disebabkan faktor yang dimiliki

perstiwa.

c. Method of Concomitant : Jika telah diketahui adanya faktor-faktor tertentu dalam

peristiwa yang menimbulkan bagian-bagian tertentu suatu fenomena, maka bagian-

bagian lain dari fenomena ini dalah akibat dari faktor-faktor selebihnya yang terdapat

dalam peristiwa-peristiwa itu.

Untuk melakukan pengujian hipotesis perlu diketahui operasionalisasi variabel

yang terkandung dalam hipotesis. Operasionalisasi variabel berarti menentukan

indikator dari variabel yang ada. Misalnya hipotesis : Jika motivasi belajar anak

meningkat, maka hasil belajar anak meningkat. Maka perlu dijabarkan terlebih dahulu

apa saja indikator dari motivasi dan juga hasil belajar agar lebih jelas dapat diketahui

hubungan antara keduanya. Keabsahan dan ketepatan penentuan indikator ini tentunya

akan mempengaruhi hasil penelitian.

22
5. Penarikan Kesimpulan

Selanjutnya, dilakukan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan

ditolak atau diterima. Bila dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup

mendukung hipotesis maka hipotesis diterima. Namun, bila sekiranya dalam proses

pengujian tidak ada fakta yang cukup untuk membuktikan hipotesis, maka hipotesis

ditolak. Hipotesis yang diterima akan dianggap sebagai pengetahuan ilmiah sebab

telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang

konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Kebenaran disini ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum

terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik.

Konsisten, dan berkesinambungan satu sama lain yang berasal dari pengalaman dan

pengamatan sedangkan, Metode ilmiah (scientific method ) adalah metode atau cara

tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan pengetahuan mengenai realitas dari

dari sesuatu melalui jalan percobaan ( eksperimen ) atas sesuatu itu . adapun berdasarkan

pengelompokan ilmu pengetahuan, maka ilmu sosiaal budaya dasar di satu sisi ttermasuk

kelompok ilmu sosial dan disisi lain termasuk kelompok pengetahuan budaya.

Sedangkan, hubungan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya

metode lmiah maka dapat mempermudah dqlqm melakukan konstruksi atau

pembentukan llmu pengetahuan yang baik dan benar.

B. SARAN

Tentu dalam makalah ini banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Setelah kita mengetahui tentang ilmu dan metode ilmiah menurut agama di atas ,

kita semakin bertambah pengetahuan,maka dari itu agar pengetahuan kita bermanfaat

mari kita sama-sama mengamalkan pengetahuan yang kita peroleh agar bermanfaat bagi

orang lain dan khususnya untuk diri kita sendiri

24
DAFTAR PUSTAKA

Lorens, 1996 kamus filsafat. Gramedia : Jakarta

Bauto, laode Monto. 2014 perspektif Agama dan kebudayaan dalam kehidupan

masyarakat .Syam, Mohhamad Noor .2006 filsafat Ilmu. Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Malang https: // jurnal ugm . ac. id

25

Anda mungkin juga menyukai