Anda di halaman 1dari 13

Asuhan keperawatan

Di susun oleh :
Aldi Herbawan 20.200.0013
Muhammad Khairuzin 20.20.3140
Rahmat Rian Saputra 20.200.0007

Dosen pengampu :
Agustina Lestari. S.kep,. Ners,. M.kep

Universitas Cahaya Bangsa


ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS

BAB I
TINJAUAN TEORITIS RHINITIS
A. DEFINISI
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokan baik
sebagai rinitis alergik atau non-alergik.
(Keperawatan Medikal-Bedah: Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002)
Rinitis di definisikan sebagai penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx. Sama halnya dengan sinusitis, rinitis bisa berupa penyakit kronis dan akut yang
kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi
( Keperawatan Medikal-Bedah:…)
Rhinitis adalah reaksi yang terjadi di mata, hidung dan tenggorokan ketika udara irritants
(allergens) memicu rilis histamine. Histamine menyebabkan peradangan dan produksi cairan
di
mubut linings of nasal passages, sinuses, dan eyelids.
Rhinitis ada dua macam
· Alergi rhinitis
Yang paling umum yang menyebabkan alergi rhinitis adalah: menyerbukkan, debu mites,
cetakan, hewan kemarahan. Gejala-gejala yang timbul yaitu, kongesti nasal, rabas nasal
(purulent
dengan rhinitis bakterialis), gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala. Alergi merupakan
penyebab umum rhinitis.Rhinitis alergi atau hay fever disebabkan oleh allergen musiman atau
acak Rinitis Alergik dapat dibagi menjadi spesifik yang penyebabnya debu rumah atau di
tempat lainya; bulu binatang, asap rokok, kabut, tepung sari, makanan, mainan,dsb. Dan
nonspesifik yang disebabkan oleh gangguan metabolic, gangguan saraf otonom yang berpusat
di
thalamus, hipotalamus, dan nucleus basalis.
Nonalergi rhinitis
Penyebab nonallergic rhinitis termasuk: uap, odors, suhu, atmospheric perubahan, asap,
lainnya
irritants. Gejala dari nonallergic rhinitis termasuk: bersin, kongesti, pilek, gatal hidung,
tenggorokan, mata, telinga.
Renitis non-alergik biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk rinitis viral
(common cold) dan ranitis nasal dan bakterial. Juga terjadi akibat sebagai masuknya benda
asing
ke dalam hidung; deformitas structural, neoplasma , dan massa; penggunaan kronik
dekongestan
nasal; penggunaan kontrasepsi oral, kokain, dan antihipertensif. Penyebab lain adalah zat
yang
mengiritasi mukosa hidung sehingga bisa menyebabkan rhingitis non-alergik atau rhinitis
lingkungan yaitu seperti asap rokok, perubahan suhu dan kelembapan
Rhinitis paling sering akan menyertai infeksi virus akut pada saluran pernafasan atas,yang
sering
dikenal dengan influenza (common cold). Virus disebarkan melalui droplet (titik-titik) yang
berasal dari bersin. Pencegahan utama penyebaran virus pernapasan adalah dengan mencuci
tangan, karena droplet berpindah ke sistem pernapasan melalui tangan..
B. ETIOLOGI
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh
kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae,kemudian stafilokok,
sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik,
kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi
radiasi.
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala lokal berupa kongesti nasal, rabas nasal (purulen dengan rinitis
bakterialis),bersinbersin, batuk, hidung tersumbat, beringus, gatal pada hidung, hidung berair,
sakit tenggorokan,
dan tidak enak badan, tinnitus (rasa ada dengung di telinga) , rasa penuh di telingan dan
postnasal drip. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. Gejala
umum
dapat berupa kelainan pada gastrointestinal seperti muntah, mual, obstipasi, kembung, atau
kadang diare. Juga dapat terjadi gelisah, mudah tersinggung, nyeri otot (mialgia) dan nyeri
pada
sendi-sendi dan sebagainya. Pada pemeriksaan ditemukan membrane mukosa berwarna
merah,
membengkak dan lembab. Pasien mengeluh adanya rasa gatal dan mata berair/ menangis.
Infeksi
bakteri atau infeksi kronis mengakibatkan keluarnya ingus yang kehijau-hijauan atau purulen,
mukoid, dan kental. Infeksi sekunder seperti otitis media, bronchitis atau pneumoni
seharusnya
disingkirkan
D. PATOLOGI
Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada
mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir.
Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel
jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit,
monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak sehingga permeabilitasnya
meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003)
Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung,
sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap)
mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang
mengeluarkan
lendir atau ingus..
(Keperawatan Medikal-Bedah: ,)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
tindakan
medis
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
F.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan rinitis tergantung pada penyebab,yang mungkin diidentifikasi dengan
riwayat kesehatan komplit dan menanyakan pasien dengan kemungkinan pemajanan terhadap
allergen di rumah, lingkunan, atau di tempat kerja. Jika gejala menunjukkan ringitis alergik,
mungkin dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi kemungkinan allergen. Terapi
obatobatan termasuk antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topical, dan natrium kromolin.
Obat
obatan yang resepkan biasanya digunakan dalam beberapa kombinasi, tergantung pada gejala
pasien.
Pasien dengan rinitis alergik diinstruksikan untuk menghindari alergen atau iritan, seperti
debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau . Sprei nasl salin mungkin dapat
membantu
dalam menyembuhkan membrane mukosa, melunakan sekresi yang kering, dan
menghilangkan
iritan. Untuk mencapai kesembuhan maksimal, pasien diinstruksikan untuk menghembuskan
hidung sebelum memberikan obat apapun ke dalam rongga hidung.
Pengobatan bersifat individual karena reaksi alergis tidak selalu sama pada tiap individu.
Obat yang biasa diberikan adalah :
1. Antihistamin, kortikosteroid, dan obat tetes hidung vasokontriktor.
2. Pengobatan spesifik tehadap alergen tertentu setelah uji kerentanan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
Identitas
Ø Nama
Ø jenis kelamin
Ø umur
Ø bangsa
Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan penunjang :
Ø Pemeriksaan nasoendoskopi
Ø Pemeriksaan sitologi hidung
Ø Hitung eosinofil pada darah tepi
Ø Uji kulit allergen penyebab
3.2 Diagnosa
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang
mengental
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
3.3 Intervensi
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
tindakan
medis
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
a. Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
b. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan 1. Menentukan tindakan


klien selanjutnya
2. Berikan kenyamanan dan 2. Memudahkan penerimaan klien
ketentaman terhadap
pada klien : informasi yang diberikan
- Temani klien 3. Meningkatkan pemahaman klien
- Perlihatkan rasa empati( datang tentang
dengan penyakit dan terapi untuk penyakit
menyentuh klien ) tersebut
3. Berikan penjelasan pada klien sehingga klien lebih kooperatif
tentang 4. Dengan menghilangkan stimulus
penyakit yang dideritanya perlahan, yang
tenang mencemaskan akan meningkatkan
seta gunakan kalimat yang jelas, ketenangan klien.
singkat 5. Mengetahui perkembangan klien
mudah dimengerti secara
4. Singkirkan stimulasi yang dini.
berlebihan 6. Obat dapat menurunkan tingkat
misalnya : kecemasan klien
- Tempatkan klien diruangan yang
lebih
tenang
- Batasi kontak dengan orang
lain /klien lain
yang kemungkinan mengalami
kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu , kolaborasi dengan
tim medis

Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria :
a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi Rasional
a. Kaji penumpukan secret a. Mengetahui tingkat
yang ada keparahan dan tindakan
b. Observasi tanda-tanda vital. selanjutnya
c. Kolaborasi dengan team b. Mengetahui perkembangan
medis klien sebelum
dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk
menghilangkan obat yang
dikonsumsi

3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung


Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
- Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan tidur a. Mengetahui permasalahan
klien. klien dalam
b. ciptakan suasana yang pemenuhan kebutuhan
nyaman. istirahat tidur
c. Anjurkan klien bernafas b. Agar klien dapat tidur
lewat mulut dengan tenang
d. Kolaborasi dengan tim c. Pernafasan tidak
medis terganggu.
pemberian obat d. Pernafasan dapat efektif
kembali lewat
hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi Rasional
a. Dorong individu untuk a. memberikan minat dan
bertanya mengenai perhatian,
masalah, penanganan, memberikan kesempatan
perkembangan dan untuk
prognosis kesehatan memperbaiakikesalahan
b. ajarkan individu konsep
menegenai sumber b. pendekatan secara
komunitas yang tersedia, komperhensif dapat
jika dibutuhkan membantu memenuhi
(misalnya : pusat kesehatan kebutuhan pasienuntuk
mental) memelihara tingkah laku
c. dorong individu untuk koping
mengekspresikan c. dapat membantu
perasaannya, khususnya meningkatkan tingkat
bagaimana individu kepercayaan diri,
merasakan, memikirkan, memperbaiki harga diri,
atau memandang mrnurunkan pikiran terus
dirinya menerus terhadap
perubahan dan
meningkatkan perasaan
terhadap pengendalian diri

3.4 Implementasi
1. Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan
dan prognosis kesehatan
2. Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3. Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi
terutama oleh pecinta binatang
4. Membersihkan kasur secara rutin
Perawatan
a) If there is inflammation in the nose, the treatment of choice for this form of nonallergic
rhinitis is nasal corticosteroid sprays.Jika ada peradangan di hidung, perlakuan
pilihan formulir ini untuk non-alergi rhinitis adalah sengau corticosteroid sprays.
b) If there is a lot of runny nose, ipratropium nasal spray can provide relief against this
symptom in non-allergic rhinitis. Jika ada banyak pilek, ipratropium sengau
semprot dapat menyediakan bantuan terhadap gejala ini di non-alergi rhinitis.
c) If nasal congestion is a major problem, decongestant pills or sprayscan be used, but
the sprays should not be used for long periods of time,Jika hidung tersumbat adalah
masalah besar, decongestant tablet atau sprays dapat digunakan, tetapi sprays tidak boleh
digunakan untuk waktu lama,
d) Recently, an antihistamine nasal spray has been found helpful in relieving the
symptoms of non-allergic rhinitis.Baru-baru ini, sebuahantihistamine sengau
semprot telah bermanfaat dalam melegakan gejala non-alergi rhinitis.
e) By learning about the causes and symptoms of various forms of rhinitis, you will be
better able to identify your symptoms and triggers. Dengan belajar tentang penyebab dan
gejala dari berbagai bentuk rhinitis, Anda akan dapat lebih baik untuk mengidentifikasi
gejala dan memicu. Your allergist/immunologist can assist by making an accurate
diagnosis and developing an effective treatment plan for you. Anda allergist /
immunologist dapat membantu dengan membuat diagnosa yang akurat dan
mengembangkan rencana perawatan yang efektif untuk Anda.
3.5 Evaluasi
1. Mengetahui tentang penyakitnya
2. Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
3. Bisa tidur dengan nyenyak
4. Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro,
2005 )
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang
 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
4.2 Saran
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan mutu makalah
yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat memberikan informasi yang lebih
berguna untuk penyusun khususnya dan pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
-Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Edisi 15. Jakarta: EGC
-Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2 Edisi 18. Jakarta: EGC
-Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
-Hassan, rusepno dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika
-Junadi, purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
-Long, barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran
-Mansjoer, arif dkk. 1993. Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 3. jakarta : Media
Aesculapius
- Price, silvya A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta : EGC
-Smeltzer, suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
- Soepardi, efiaty arsyad. 1997. Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta : fakultas kedokteran
universitas indonesia

Anda mungkin juga menyukai