Anda di halaman 1dari 16

FISIKA ELEKTRO

GAS IDEAL

Dosen Pengampu
Ir. I Gusti Ngurah Janardana,M.Erg.

Kelompok 7 Kelas D
1. Mahatop Anugerah Siregar 2105541091
2. Kadek Arie Anggara Putra 2105541092
3. I Made Padma Widiyatmika 2105541093

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Gas Ideal

A. Pengertian dan Sifat-Sifat Gas Ideal


Gas ideal merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang jaraknya cukup jauh
dibandingkan dengan ukuran partikelnya. Partikel-partikel itu selalu bergerak secara acak ke
segala arah. Pada saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel atau dengan
dinding akan terjadi tumbukan lenting sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan energi.
Gas Ideal memiliki Sifat-Sifat sebagai berikut:
- Tidak ada interaksi antar molekul-molekul gas Antar molekul gas tidak ada gaya
tarik-menarik atau tolak-menolak meskipun jarak antar molekul sangat dekat.
Interaksi yang terjadi antar molekul gas hanyalah tumbukan antar molekul
yang sifatnya elastik sempurna. Setelah tumbukan tidak terjadi perubahan energi
kinetik total molekul. Sebaliknya pada gas nyata ada tarikan antar molekul-
molekulnya jika jarak antar molekul sangat dekat. Gaya tarik menarik inilah yang
menyebabkan gas dapat mencair. Sedangkan gas ideal tidak dapat mencair.
Gas nyata mendekati sifat gas ideal jika jarak rata-rata antar molekul
sangat jauh sehingga gaya tarik antar molekul dapat dianggap nol. Jarak antar
molekul yang besar dapat dicapai dengan memperkecil tekanan gas dan
meperbesar suhunya (jauh di atas titik didih).
- Molekul-molekul gas dapat dipandang sebagai partikel-partikel yang ukurannya
dapat diabaikan (dapat dianggap nol).
Dengan anggapan ini ruang yang ditempati gas ideal dapat dianggap
semuanya ruang kosong karena volume total semua partikel gas dapat dianggap
nol. Kondisi ini juga dapat didekati oleh gas nyata pada tekanan rendah dan suhu
tinggi di mana jarak rata-rata antar molekul jauh lebih besar daripada diameter
molekul gas.
- Dalam satu wadah partikel gas bergerak secara acak ke segala arah. Tumbukan
antar molekul gas maupun tumbukan antar molekul gas dengan dinding wadah
bersifat elastik sempurna sehingga energi kinetik total molekul-molekul gas selalu
tetap.
B. Syarat-Syarat Gas Ideal
1. Terdiri dari partikel-partikel (atom-atom maupun molekul-molekul ).
2. Ukuran partikel-partikel gas sangat kecil dibanding dengan wadah/ruangannya
sehingga dapatdiabaikan.
3. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan acak.
4. Partikel gas didistribusi merata pada seluruh ruangan dalam bejana.
5. Gaya tarik-menarik antar molekulnya kecil.
6. Setiap tumbukan antar partikel dengan dinding terjadi tumbukan lenting sempurna.
C. Hukum Pada Gas Ideal
1. Hukum Boyle
Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad
17 oleh Torricellidan filsuf /saintis Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamati
bahwa dengan mengenakan tekanan dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas,
yang terjebak dalam tabung gelas yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang.
Dalam percobaan ini, volume gas diukur pada tekananlebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu,
dan ia mengamatibahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia
melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan untuk menggambarkan hubungan antara
volume V dan tekanan Pgas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
Robert Boyle menyatakan bahwa pada suhu yang konstan, volume gas berkurang
seiring dengan naiknyatekanan. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang,
volume gas semakin bertambah. Daripernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa volume
gas berbanding terbalik terhadap suhu gas.Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Hukum Boyle dapat disimpulkan:
“Apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah,
volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas
berkurang, volume gas semakin bertambah.”
PV C1
Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa pada kondisi tertentu tekanan dan
suhu gas adalah P1 dan V1, sedangkan pada kondisi lain mereka adalah P2 dan T2

Keterangan:
p1: tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2: tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1: volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2: volume gas pada keadaan 2 (m3)

Karena pada hokum Boyle tidak terjadi perubahan suhu (konstan), maka disebut
isotherm.Berikut adalah kurva hubungan antara volum dan tekanan:
Penggambaran Hukum Boyle

2. Hukum Gay Lussac


Pada Abad ke- 18 Gay-Lussac melakukan percobaan dengan cara mencampurkan gas
hidrogen dan gas oksigen ke dalam suatu wadah tertentu, kemudian terhadap campuran
dilewatkan bunga api listrik agar terjadi reaksi. Hasil reaksi dan gas hasil reaksi dipisahkan
berdasarkan perbedaan titik cair komponen campuran dengan cara mengubah fasa uap
menjadi cair. Dengan demikian, volume gas-gas sisa reaksi dan hasil reaksi dapat dipisahkan
dan diukur. Percobaan tersebut dilakukan berulangkali pada suhu dan tekanan tetap.
Dengan demikian, volume gas-gas sisa reaksi dan hasil reaksi dapat dipisahkan dan
diukur. Percobaan tersebut dilakukan berulangkali pada suhu dan tekanan tetap. Hasil
pengukuran menunjukan bahwa perbandingan volume gas hidrogen dan oksigen yang
bereaksi dan uap air produk reaksi selalu 2:1:2, atau 2 volume gas hidrogen + 1 volum gas
oksigen –> 2 volume uap air.
Sejalan dengan percobaan di atas, gas-gas yang lain dapat diukur perbandingan
volumenya. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada tabel di bawah:

Gay-Lussac mengamati perubahan tekanan gas jika suhunya diubah-ubah dengan


mempertahankan volume gas agar tetap. Gay-Lussac mendapatkan kesimpulan: “Pada volume
tetap, tekanan gas berbanding lurus dengan suhunya.”
Pernyataan di atas dapat ditulis P  T, dengan T adalah suhu. Hubungan ini dapat
ditulis sebagai P = C2T
Jika digambarkan pada diagram P dan T (T adalah sumbu datar dan P adalah sumbu
vertical) maka jika suhu atau tekanan gas diubah-ubah pada volum tetap, maka nilai tekanan
dan suhu pada berbagai keadaaan berada pada garis lurus.
Berdasarkan data perbandingan volume, Gay-Lussac sampai pada kesimpulan bahwa
“pada suhu dan tekanan tetap, volume gas-gas yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.” Pernyataan ini dikenal dengan
nama Hukum Gay Lussac atau juga dikenal Hukum Perbandingan Volume atau hukum
kesetaraan volume.
Sehingga di Rumuskan:

Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

Penggambaran Hukum Gay Lussac


3. Hukum Charles
Hukum Charles juga dikenal sebagai hukum volume, menjelaskan bagaimana gas
cenderung mengembang saat dipanaskan, yang pertama kali diterbitkan oleh filsuf alam
Joseph Louis Lussac pada tahun 1802, tetapi hal tersebut tidak dipublikasikan oleh Jacques
Charles.
Sekitar 1787 Charles melakukan percobaan dengan mengisi 5 balon untuk volume
yang sama dengan gas yang berbeda. Dia kemudian menaikkan suhu balon sampai 80 ° C,
semua volume balon meningkat dengan jumlah yang sama. Penelitian ini direferensikan oleh
Gay-Lussac pada tahun 1802 ketika ia menerbitkan sebuah makalah tentang hubungan yang
tepat antara volume dan temperatur gas.
Charles mengamati sifat gas yang mendekati sifat gas ideal pada tekanan tetap. Ia
mengamati perubahan volum gas pada berbgai suhu. Charles sampai pada kesimpulan bahwa:
“Jika tekanan gas dipertahankan konstant maka volum gas berbanding terbalik dengan
suhunya”
Pernyataan di atas dapat ditulis V ∝ T. Hubungan ini dapat ditulis sebagai V = C 3 T,
P
atau =C3, dengan C 3 adalah konstanta.
T
Jika digambarkan pada diagram V dan T (T adalah sumbu datar dan V adalah sumbu
vertical) maka jika suhu atau volum gas diubah-ubah pada tekanan tetap, maka nilai volum
dan suhu pada berbagai keadaaan berada pada garis lurus.

Berdasarkan Percobaanya Charles menyatakan bahwa: “Di bawah tekanan konstan,


sebuah gas dengan volume ideal sebanding dengan suhu mutlak. Volume gas pada tekanan
konstan meningkat secara linear dengan suhu gas mutlak.”
Dan dirumuskan:
V1 V2
=
T 1 T2
Keterangan:
V1: volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2: volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1: suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2: suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Penggambaran Hukum Charles
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Boyle-Gay Lussac adalah yang menyatakan hubungan antara suhu, tekanan
dan volume gas. Bunyi Hukum Boyle-Gay Lussac:
“pada gas di ruang tertutup, hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan
temperatur mutlaknya adalah konstan.”

Keterangan:
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Hukum Boyle dan hukum Charles atau hukum Gay-Lussac dapat di gabungkan
bersama, yaitu untuk sejumlah massa tertentu dari gas, yaitu kondisi temperatur dan tekanan
yang sama, gas-gas dengan volume sama akan mengandung jumlah molekul yang sama.
5. Hukum Avogrado
Hukum Avogadro (Prinsip Avogadro, atau Hipotes Avogadro) ialah hukum gas
sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang pada tahun 1811 mengajukan hipotesis
bahwasanya “Gas-gas yang memiliki volume yang sama,tekanan yang sama dan pada
temperatur yang sama , memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
Rumus Hukum Avogadro
V
=k
n
Keterangan:
V = volume gas
n = jumlah mol pada gas tersebut
K = tetapan kesebandingan
Penggambaran Hukum Avogrado

D. Hukum Gas Umum


P
Hukum Gas Umum dari rumus PV C1 sampai rumus =C3 merupakan hasil
T
pengamatan pada gas yang mendekati sifat gas ideal. Tiap persamaan mengubungkan dua
besaran gas, yaitu P dan V, P dan T, dan V dan T. Adakah suatu persamaan yang
menghubungkan ke tiga besaran tersebut sekaligus?
Jawabannya ada. Ternyata, tiga buah hukum gas yang tertera pada persamaan PV K1
P PV
sampai =C3 dapat dilebur menjadi satu persamaan =C 4 dengan C4 adalah konstanta.
T T
- Pada persamaan PV C1, nilai C1 bergantung pada suhu. Pada suhu yang
berbeda, nilai C1 juga berbeda.
- Pada persamaan P = C2T, nilai C2 bergantung pada volum gas. Pada volum
berbeda, nilai C2 juga berbeda.
P
- Pada persamaan =C3 nilai C3 bergantung pada tekanan gas. Pada tekanan
T
berbeda, nilai C3 juga berbeda.
PV
- Tetapi pada persamaan =C 4 ,nilai C4 tidak bergantung pada suhu, tekanan,
T
maupun volume gas. Pasa suhu, tekanan, dan volum berapa pun, nilai C4 selalau
sama.
Oleh karena kekhasan tersebut, para ahli tertarik menentukan nilai C4 tersebut. Dan
ternyata dari hasil pengukuran diperoleh C4 = nR dengan n jumlah mol gas dan R disebut
PV
konstanta gas umum yang memiliki nilai 8,315 J/(mol K). Dari persamaan =C 4 dan C4 =
T
nR diperoleh satu persamaan yang berlaku untuk semua gas ideal atau gas nyata yang
PV
mendekati sifat gas ideal, yaitu =nR
T
E. Persamaan Gas Ideal
Hukum Avogadro menyatakan bahwa 1 mol gas ideal mempunyai volume yang sama
apabila suhu dan tekanannya sama. Dengan menggabungkan persamaan Boyle,Charles dan
persamaan Avogadro akan didapat sebuah persamaan umum yang dikenal sebagai persamaan
gas ideal.

Keterangan:
p: tekanan (N/m2)
v: volume Gas (m3)
n: jumlah mol gas (mol)
R: tetapan umum gas (𝑑𝑚^3 𝐾^(−1) 〖𝑚𝑜𝑙〗^(−1))
T: suhu (Kelvin)
K = tetapan Boltzman = 1,38 x 10-23 J/K
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini
dapat digabungkan menjadi satu persamaan

Berikut adalah persamaan Hukum Gas Ideal dalam bentuk jumlah molekul

Untuk menentukan jumlah mol gas (n) sobat dapat menggunakan 2 alternatif rumus
berikut:
M N
n= atau n=
Mr N0

F. Contoh Soal
1. Gas ideal berada di dalam suatu ruang pada mulanya mempunyai volume V dan suhu
T. Jika gas dipanaskan sehingga suhunya berubah menjadi 5/4 T dan tekanan berubah
menjadi 2P maka volume gas berubah menjadi…
Diketahui:
Volume awal (V1) = V
Suhu awal (T1) = T
Suhu akhir (T2) = 5/4 T
Tekanan awal (P1) = P
Tekanan akhir (P2) = 2P
Ditanya: Volume akhir (V2)
Jawab:
P 1. V 1 P 2.V 2
=
T1 T2
P.V (2 P) V 2
=¿
T 5 /4
5/ 4 = 2. V 2
5V 2 5V 1 5 V
V2 = ÷ = × =
4 1 4 2 8
2. Volume 2 mol gas pada suhu dan tekanan standar (STP) adalah…
Diketahui:
Jumlah mol gas (n) = 2 mol
Suhu standar (T) = 0 oC = 0 + 273 = 273 Kelvin
Tekanan standar (P) = 1 atm = 1,013 x 105 Pascal
Konstanta gas umum (R) = 8,315 Joule/mol.Kelvin

Ditanya: Volume gas (V)


Jawab:
Hukum Gas Ideal (dalam jumlah mol, n)
PV =nRT
nRT ( 2 ) . ( 8,315 ) .(273) 4539,99
V= = = =0,0448m 3=44,8 dm 3=44,8 liter
P 1,013 x 10
5
101300
Volume 2 mol gas adalah 44,8 liter.
Volume 1 mol gas adalah 45,4 liter / 2 = 22,4 liter.
Jadi volume 1 mol gas, baik gas oksigen atau helium atau argon atau gas lainnya,
adalah 22,4 liter.
3. Bila volume di ukur dalam dm3, tekanan dalam atmosfer dan temperatur dalam
derajat Kelvin, apakah satuan untuk R dan hitung harganya. Persamaan gas ideal
adalah…
pV=nRT atau R = 𝑝𝑉/𝑛𝑇
satuan dari R adalah atmd m 3 K −1 mol−1. Sekarang
menurut hipotesis avogadro, 1 mol dari setiap gas pada
0oC dan tekanan 760 mm Hg mempunyai volume 22,4
dm3. Subsitusikan angka-angka ini ke persamaan.
Po vo
Jawab: R=
nTo
(1 atm )(22,414 dm)
¿
( 1 mol ) (273,15 K )
¿ 0,08205 dm3 atmmol−1 K −1
G. Teorema Ekuipartisi Energi
Molekul-molekul gas ideal dalam suatu wadah bergerak dalam arah sembarang. Namun,
arah semabarang tersebut selalu dapat diuraikan atas tiga arah yang saling tegak lurus, yaitu:
sejajar sumbu x, sejajar sumbu y, dan sejajar sumbu z. Makin besar suhu gas maka makin
besar kecepatan gerak molekulnya, yang berarti makin besar energi kinetiknya. Pertanyaan
berikutnya adalah, adakah persamaan yang mengubungkan energi kinetik molekul gas ideal
dengan suhu gas tersebut? Jawabannya diberikan oleh teorema partisi energi. Teori ini
menyatakan bahwa
Energi rata-rata untuk tiap derajat kebebasan yang dimiliki molekul sama dengan kT/2
Dengan:
k adalah tetapan Boltzmann = 1,38 × 10-23 J/K;
T adalah suhu gas (K).
Apa yang dimaksud dengan energi untuk tiap derajat kebebasan di sini? Mari kita bahas.
Molekul dalam ruang tiga dimensi (misalnya dalam wadah) dapat bergerak dengan bebas
dalam tiga arah sembarang, yaitu arah sumbu x, arah sumbu y, dan arah sumbu z. Dalam
keadaan demikian, molekul gas dikatakan memiliki tiga derajat kebebasan gerak. Energi rata-
rata yang berkaitan dengan gerak molekul gas, yaitu energi kinetik gas tersebut pada suhu T
menjadi
3 x kT x 1/2× 3/2 kT
Misalkan wadah dibuat sangat tipis sehingga dapat dianggap molekul hanya mungkin
bergerak secara bebas dalam dua arah saja, yaitu arah x dan arah y maka dikatakan molekul
memiliki dua derajat kebebasan gerak. Dengan demikian, energi rata-rata yang berkaitan
dengan gerak molekul, yaitu energi kinetiknya, adalah
2 × ½ kT = kT

Terakhir, misalnya wadah berbentuk pipa dengan diameter sangat kecil sehingga molekul
hanya bisa bergerak dengan bebas sepanjang pipa, maka dikatakan molekul memiliki satu
derajat kekebabasan gerak. Energi rata-rata yang berkaitan dengan gerak molekul, energi
kinetiknya, menjadi
1 × ½ kT= ½ kT

H. Gas Monoatomik
Monoatomik yaitu ion yang terbentuk dari atom tunggal. Ion dengan muatan positif,
menyerupai natrium (Na+) yang kation. Dan ion dengan muatan negatif, menyerupai klorin
(Cl–) yang anion. Ion monoatomik juga dikenal sebagai ion sederhana.
Contoh gas monoatomik, antara lain He, Ne, dan Ar. Gas monoatomik memiliki tiga
derajat kebebasan yang meliputi derajat kebebasan translasional, yang masing-masing
memiliki energi sebesar ½ kBT sehingga energi translasional total untuk satu molekul
monoatomik sebesar 3/2 kBkT. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa hanya energi
translasional yang dimiliki oleh partikel gas monoatomik. Dalam sistem koordinat Cartesian,
tiga derajat kebebasan ini dinyatakan sebagai gerak translasi sepanjang sumbu X, Y, dan Z,
yang masing-masing memiliki energi sebesar ½ kBT.
Ketika atom tunggal ada dengan sendirinya (yang jarang terjadi), kita menyebutnya
monoatomik. Ini berarti unsur-unsur dalam bentuk murni mereka. Satu-satunya contoh praktis
kategori monoatomik adalah gas mulia yang ada sebagai atom tunggal karena mereka
memiliki kulit luar mereka lengkap dengan oktet elektron.

I. Gas Diatomik
Diatomik yaitu molekul yang hanya terdiri dari dua atom. Kedua atom tersebut sanggup
berupa unsur yang sama maupun berbeda. Awalan di- pada kata diatomik berasal dari bahasa
Yunani yang artinya dua. Unsur-unsur yang ditemukan dalam bentuk molekul diatomik
mencakup hidrogen (H2), nitrogen (N2), oksigen (O2), dan halogen: fluorin (F2), klorin (Cl2),
bromin (Br2), yodium (I2), dan astatin (At2).
Contoh gas diatomik, antara lain H2, Cl2, dan O2. Gas diatomik memiliki enam deraja
kebebasan yang meliputi 3 derajat kebebasan translasional, masing-masing memiliki energi
sebesar 3(½ kBT), 2(½ kBT), dan kBT. Gas diatomik dapat melakukan gerak translasi, rotasi,
maupun vibrasi. Gas diatomik umumnya berbentuk linear sehingga memiliki 2 derajat
kebebasan rotasional 2 derajat kebebasan rotasional, dan 1u derajat kebebasan vibrasional
yang

Gerak Rotasi Partikel Gas Diatomik


(a) Derajat Kebebasan Rotasional Pertama,
(b) Derajat Kebebasan Rotasional Kedua
(c) Derajat Kebebasan Elektronik

Untuk gas diatomik (missal O2, H2), selain bergerak translasi, juga bergerak rotasi dan
vibrasi. Gerak translasi mempunyai 3 derajat kebebasan. Gerak rotasi mempunyai 2 derajat
kebebasan. Gerak vibrasi mempunyai 2 derajat kebebasan. Jadi, untuk gas diatomik, energi
kinetik tiap partikelnya berbeda-beda.
Untuk gas diatomik suhu rendah, memiliki gerak translasi. Energi kinetiknya adalah:
Ek = 3/2 kT
Untuk gas diatomik suhu sedang, memiliki gerak translasi dan rotasi. Energi kinetiknya
adalah :
Ek = 5/2 kT
Sedangkan untuk gas diatomik suhu tinggi, memiliki gerak translasi, gerak rotasi, dan
gerak vibrasi. Energi kinetiknya adalah :
Ek = 7/2 kT

J. Gas Poliatomik
Poliatomik yaitu ion yang terdiri dari satu molekul dengan atom-atom berikatan kovalen
atau dari suatu kompleks logam yang sanggup dianggap bertindak sebagai suatu unit tunggal
dalam konteks kimia asam basa atau dalam pembentukan garam.
Pada Gas Poliatomik terdapat tiga buah atom yang dihubungkan dengan tongkat tegar,
sehingga atom tersebut mampu berotasi terhadap salah satu dari sumbu energi dan cukup
besar. Gas Poliatomik atom atomnya mempunyai gerak translasi dan gerak rotasi, sehingga
energi dalamnya adalah
1 1
( ) (
U =3 nRT +3 nRT =3 nRT
2 2 )
dU C
Sehingga c v = =3 nR dan c p=4 nR , γ= p =1,33
dT CV

K. Gas Nyata
Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan dan hukum gas lainya di semua
kondisi suhu dan tekanan.
Sifat-Sifat Gas Nyata:
- Sifat – Sifat Gas Nyata :
- Volume gas nyata tidak dapat di abaikan.
- Terdapat gaya tarik menarik antara molekul- molekul gas, terutama jika tekanan
volume di perbesar atau di perkecil.
- Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antara molekul gas nyata yang sangat
kuat yang menyebabkan molekulnya tidak lurus dan tekanan dinding menjadi
lebih kecil dari pada gas ideal.
Penyebab Penyimpangan:
- Van der Waals menunjukkan asumsi kesalahan yang dibuat dalam merumuskan
model kinetik molekular gas.
- Kekuatan tarik antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku
pada tekanan rendah dan suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan.
Tetapi pada tekanan tinggi dan suhu rendah volume gas kecil dan sehingga
kekuatan menarik meskipun sangat kecil.
Persamaan Gas Nyata
- Molekul bergerak padaVolume V-nb.
nb = volum yang ditempati gas
nRT
P=
V −nb
- Jika pengurangan tekanan = -a (n/V)2
nRT n 2
P=
V −nb
−a ()v

- Persamaan Van der Waals


an2
( )
P+ 2 V −nb=nRT
V
Pada gas nyata (gas non ideal)
a. volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
b. Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
diperbesar atau volume diperkecil
c. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat
kuat, menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding
menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal memenuhi persamaan
d. P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT
e. P = tekanan absolut gas (atm)V =volume spesifik gas (liter)R = konstanta gas
(0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)T =suhu /temperatur absolut gas (K)
f. n =jumlah mol gasa,b =konstanta Van der WaalsGas nyata dapat disebut sebagai
gas ideal pada tekanan rendah dan suhu tinggi.
L. Perbedaan Gas Nyata dan Gas Ideal
- Gas Ideal patuhi semua hukum dalam semua gas keadaan suhu dan tekanan.
- Gas nyata mematuhi hukum gas hanya pada tekanan suhu rendah dan tinggi.
- Volume yang ditempati oleh molekul diabaikan dibandingkan dengan total volume
ditempati oleh gas.
- Volume yang ditempati oleh molekul tidak dapat diabaikan dibandingkan dengan total  
volume ditempati oleh gas.
- Kekuatan tarik antara molekul diabaikan.
- Kekuatan tarik yang tidak dapat diabaikan sama   sekali suhu dan tekanan.
- Mematuhi persamaan gas ideal pV = nRT
- Mematuhi persamaan Van Der Waals

M. Kecepatan Efektif  atau Root-mean-Square of Velocity (Vrms)


Kecepatan efektif molekul gas adalah hasil dari penarikan akar terhadap nilai rata-rata
kuadrat percepatan molekul gas tersebut. Dengan demikian, kecepatan efektif gas tersebut
disebut juga akar rata-rata kuadrat kecepatan atau Root-mean-Square of Velocity (Vrms)
= √v2
Telah diketahui bahwa EK = 3/2 kT. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa:
1/2 mvrms 2 = 3/2 kT
vrms2 = 3kT / m
Berdasarkan persamaan gas ideal, Anda pun telah mengetahui bahwa pV = NkT. Jika
hanya terdapat satu mol gas, persamaan gas ideal tersebut dapat dinyatakan pV = kT. Dengan
demikian, Persamaan tersebut dapat dituliskan menjadi

Massa jenis ( ρ ) adalah perbandingan antara massa terhadap volume zat tersebut ( ρ =
m / v) ). Oleh karena itu, Persamaan disamping  dapat dituliskan menjadi :

Berdasarkan Persamaan tersebut, kita dapat menyatakan bahwa massa jenis gas
berbanding terbalik dengan kelajuan partikelnya. Jadi, jika massa jenis ( ρ ) gas di dalam
ruangan tertutup besar, kelajuan partikel gas tersebut akan semakin kecil.

N. Energi Dalam
Gas Ideal yang terkurung dalam sebuah wadah tertutup mengandung banyak sekali
molekul. Tiap molekul gas memiliki energi kinetik rata- rata Ek =f (½kT). Energi dalam
suatu gas ideal didefinisikan sebagai jumlah energi kinetik seluruh molekul gas yang terdapat
di dalam wadah tertutup. Jika ada sejumlah N Molekul gas dalam wadah, maka energi dalam
gas U merupakan hasil kali N dengan energi kinetik tiap molekul.

O. Fenomena yang Terkait Dalam Gas Ideal


1. Masuknya telur kedalam botol
dimana mulut botol lebih kecil dari pada telur setelah dimasukkan korek api yang
menyala kedalam botol.Saat mulut botol ditutup dengan telur maka jumlah mol (n)
gas oksigen (o2) didalam botol akan semakin berkurang (pembakaran memerlukan
oksigen). Sesuai dengan persamaan gas ideal yaitu pV = n RT, dimana jumlah mol
gas (n) berbanding lurus dengan tekanan gas, sehingga saat jumlah mol oksigen (o2)
berkurang didalam botol, maka tekanan (p) didalam botol juga berkurang. Hal
tersebut menyebabkan tekanan di dalam botol lebih kecil dibandingkandiluar botol
(pdalam < pluar) sehingga seolah-olah telur terdorong kedalam botol.
2. Terserap nya air setelah lilin ditutup dengan gelas
Karena lilin yang menyala ditutup dengan gelas maka jumlah mol (n) gas oksigen
(O2) Didalam gelas akan semakin berkurang (pembakaran memerlukan oksigen).
Sesuai dengan persamaan gas ideal yaitu Pv = n RT, dimana jumlah mol gas (n)
berbanding lurus dengan tekanan gas sehingga saat jumlah mol oksigen (O2) )
berkurang didalam botol, maka tekanan (p) didalam botol juga berkurang. Hal
tersebut menyebabkan tekanan di dalam botol lebih kecil dibandingkandiluar botol
(pdalam < pluar) sehingga seolah-olah telur terdorong kedalam botol.

Referensi:
1. M. Putuhena. 2011. “PENENTUAN JUMLAH MOL UDARA DALAM
SELINDER DAN BOLA MENGGUNAKAN HUKUM BOYLE-MARIOTTE”,
https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=430, diakses pada 13
November 2021
2. Rully Afis Hardiani. 2014. “GAS IDEAL dan GAS NYATA”,
https://id.scribd.com/embeds/144372268/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf,
diakses pada 13 November 2021
3. Rizqiya Khairunnisa, Yayat Ruhiat, Dina Rahmi Darman. 2020. “Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Ruang Belajar Fisika (RUBELFI) Pada Materi Teori
Kinetik Gas”,
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/sendikfi/article/download/9718/6797,
diakses pada 13 November 2021
4. Isana Syl. 2016. “Sifat Gas secara Teori dan Distribusi Kecepatan Molekul”,
http://repository.ut.ac.id/4541/1/PAKI4437-M1.pdf, diakses pada 13 November
2021
5. Mikrajuddin Abdullah. 2016. “Fisika Dasar I”, https://fmipa.itb.ac.id/wp-
content/uploads/sites/7/2017/12/Diktat-Fisika-Dasar-I.pdf, diakses pada 13
November 2021
6. Asraf, Ahmedi, Kurniawan, Budhy. 2021. Fisika Dasar untuk Sains dan Teknik:
Jilid 2 Mekanika Fluida dan Termodinamika. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai