Anda di halaman 1dari 3

Menuju Ekonomi Pancasila

Direktur Mubyarto Institute yaitu Pak Awan Santosa mengatakan bahwa berbicara
mengenai sosio culture ekonomi bangsa Indonesia ini maka yang kemudian membuka adalah
kebersamaan, mutualismenya dan itu salah satu tujuan dari ekonomi pancasila yang bicara
soal bagaimana cara untuk mencapai tujuan sistem tersebut adalah demokrasi ekonomi atau
ekonomi kerakyatan atau musyawarah itu sudah berkembang luar biasa sampai hari ini.
Dalam konteks perdagangan maka manifest dari ekonomi pancasila diperdagangan adalah
tetap eksis, bertahan dan berkembangnya pasar – pasar rakyat.
Pagi di Jakarta sebelum matahari terbit, sebagian para pekerja mulai meninggalkan
rumah, kos, maupun rumah petak yang dikontraknya. Semua moda transportasi sesak di pagi
hari. Tidur berdiri adalah hal yang lazim terjadi. Jalanan penuh dengan kendaraan dan kaki –
kaki seperti irama silih berganti menyangga sebuah sepeda motor yang tidak bisa melaju
lebih dari 20 km/jam. Dari pinggiran Jakarta, mereka menuju ke kawasan gedung – gedung
yang menjulang tinggi. Gedung – gedung yang dilengkapi helipet untuk beberapa segelintir
orang yang tidak harus melewati kemacetan jalanan. Gedung – gedung ini menjadi remot
kontrol bagi perekonomian di seluruh Indonesia. Di ruas jalan ini, dikendalikan segala
kekayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.
Prof. Dr. M. Dawam Rahardjo mengatakan bahwa sekarang itu, kekayaan didaerah
mengalir keatas kecuali dengan sistem imperialis itulah yang menciptakan mekanisme
menggali kekayaan unsur tanah pertanian yang surplus valuenya kemudian diangkat
ketingkat nasional maupun internasional.
70 persen perekonomian Indonesia berputar di Kota Jakarta. Tidak mengherankan
mengapa orang – orang tetap berbondong – bondong ke Jakarta walaupun tingkat
kenyamanannya dipertanyakan. Tak heran jika mereka setiap hari harus berebut jalanan dan
rela berdesak – desakan meninggalkan rumah sebelum matahari terbit dan kembali lagi
setelah matahari tenggelam. Keadaan memaksa mereka untuk menerima ini sebagai sebuah
kelaziman.
Kalau ekonomi di Pedesaan itu bisa dibangun maka tidak perlu pergi ke kota untuk
mencari pekerjaan sebagai buruh. Dia bisa mengembangkan ekonominya sendiri di
daerahnya.
Meninggalkan pekerjaan di Jakarta lalu kembali kedesa bukanlah pilihan yang bijak
sepertinya. Sebagian dari kita sudah tidak paham lagi bagaimana cara menggarap sawah.
Karena belasan tahun, waktu kita telah dihabiskan di bangku sekolah. Bahkan, tidak sedikit
sawah – sawah itu telah terjual sebagai modal mendapatkan pekerjaan di kota – kota besar
ataupun di luar negeri dan lahan itu, kini berganti menjadi lahan bisnis properti serta kawasan
industri.
Prof. Dr. Sri Edi Swasono, Ketua Majelis Luhur Taman Siswa mengatakan bahwa
sekarang itu kekuatan ekonomi dipegang bagi siapa saja yang memiliki modal. Dengan
prinsip yang bertentangan dengan musyawarah mufakat. Globalisasi yang mengacaukan hal
ini.
Pasal 33 UUD 45 telah jelas menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Cabang – cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara. Bumi dan air dan juga
kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar - besar
kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. M. Dawam Rahrdjo mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan
pemerintah itu makin menjauh yaitu makin mengarah ke ekonomi neoliberal. Indonesia itu
negara out sourcing. Jadi, Indonesia itu tidak melakukan industrialisasi. Karena Indonesia
hanya memiliki pabrik saja. Menyelenggarakan pendirian pabrik di Indonesia tetapi itu pun
milik asing. Negara itu berfungsi sebagai tukang pembersih WC yang diberakin oleh
ekonomi kapitalis.
Melihat di sekitar kita banyak sekali produk asing yang kita gunakan dan itu tanpa
kita sadari. Kita tidak menyadari penjajahan baru di negeri ini dan menganggap pancasila
sudah basi.
Menurut Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM mengatakn bahwa phobia
pancasila itu masyaraka merasa ada yang tidak sesungguhnya mengenai tafsir yang diajarkan
atau yang dipaparkan lewat penataran/P-4. Sebenarnya orang ingin kembali ke pancasila
dalam tafsir yang awalnya.
Menurut Dr. Revrisond Baswir mengatakan bahwa secara yuridis, penafsiran
pancasila itu merupakan batang tubuh. Pancasila sebagai ideologi dalam bidang ekonomi
terkandung dalam pasal 33.
Pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa susunan atau sistem ekonomi Indonesia itu
dibangun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Asask kekeluargaan itu
merupakan sebuah istilah yang digali dari Taman Siswa yang menjelaskan hubungan antara
murid – murid yang belajar bersama guru dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Proklamasi. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya. Itulah pidato proklamasi yang
dibacakan oleh Ir. Soekarno. 70 tahun sudah Indonesia merdeka, para pendiri negeri ini
paham betul apa yang telah mereka impikan didalam sebuah negara yang merdeka dan makna
mewujudkan negara Indonesia seutuhnya. Namun, jembatan emas ekonomi Indonesia itu
belum mampu mewujudkan cita cita yang telah diamanatkan dalam UUD 45 dan terjadilah
agresi militer 1 tahun 47 dan ke 2 tahun 48. Ternyata pengakuan kedaulatan yang kita terima
tahun 1949, disertai 3 syarat ekonomi. Pertama, bahwa kita harus mempertahankan
perusahaan – perusahaan asing yang ada di Indonesia. Kedua, kita harus mematuhi IMF
dalam ekonomi Indonesia. Ketiga, bersedia menerima hutang dari hindia – belanda. UUD no
16 tahun 1965 tanggal 23 Agustus 1965 berisi mengakhiri segala bentuk keterlibatan
perusahaan asing. Yang menjadi common economy pihak kolonial adalah pasal 33 UUD 1945
maka tahun 2002 terjadilah upaya amandemen terhadap pasal 33. Jika konsisten dengan cita –
cita proklamasi sampai kepada pasal 33 maka hampir bisa dikatakan sangat terbatas tempat
bagi ekspansi kapitalisme di negara Indonesia.
Tarli Nugroho mengatakan bahwa kritik relevansi ekonomi barat di Indonesia itu
sudah dimulai bahkan sarjana belanda sendiri yang kemudian dilanjutkan sarjana-sarjana
Indonesia.
Dunia akademi tidak lagi membumi, ajarannya semakin jauh dari amanat konstitusi.
UUD 1945 dan Pancasila hanya ada di upacara bendera. Menurut Prof. Dr. Sri Edi Swasono
terjadi penjajahan akademis dan menurut Prof. Dr. M. Dawam Rahardjo mengatakan ada
yang namanya teori ekonomi perlawanan yaitu teori ekonomi yang membebaskan negara –
negara miskin negara – negara berkembang dari ketergantungan posisinya sebagai negara
outsourcing.
Jalan kebenaran oleh Tuhan akan selalu diberi dan didukung. Saatnya kita memahami
buah pikir para pendiri negeri ini. Ikut mengantarkan cita – cita yang diamanatkan UUD 1945
dan Pancasila.

*Sumber referensi : https://youtu.be/YB8Fazf4y10

Anda mungkin juga menyukai