Anda di halaman 1dari 15

Sri Marwanti, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, Rara Sugiarti : Penguatan Partisipasi …

PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI MENUJU EKONOMI


KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS SUMBER
DAYA PERTANIAN

Sri Marwanti, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, Rara Sugiarti


Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Budaya, LPPM Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi potensi sumber daya pertanian di


Kabupaten Karanganyar yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata; 2)
mengetahui hal-hal yang mendukung dan hal-hal yang menghambat pengembangan sumber
daya pertanian menjadi daya tarik wisata; 3) menganalisis kontribusi sumber daya manusia
(SDM) di daerah pedesaan dalam mendukung pengembangan sumber daya pertanian
sebagai daya tarik wisata; 4) menganalisis partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
sumber daya pertanian menjadi daya tarik wisata menuju ekonomi kreatif; 5) mengetahui
kebutuhan masyarakat petani terhadap pembangunan pariwisata berbasis sumber daya
pertanian; 6) mengeksplorasi kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Karanganyar
yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi masyarakat untuk memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya pertanian menjadi daya tarik wisata; 7) merumuskan model
dan strategi penguatan partisipasi masyarakat petani menuju ekonomi kreatif melalui
pengembangan pariwisata berbasis sumber daya pertanian di Kabupaten Karanganyar. Data
penelitian dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, yang meliputi pengamatan
(observasi) lapangan, wawancara, diskusi kelompok terarah (FGD/Focus Group Discussion),
dan metode simak dokumen (content analysis). Data dianalisis dengan menggunakan
analisis interaktif (Miles & Huberman, 1984) dan analisis partisipasi (Martinus Nanang &
Devung, 2004). Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa: 1) Kabupaten
Karanganyar memiliki banyak sumber daya pertanian yang dapat dikembangkan menjadi
daya tarik wisata; 2) memiliki banyak faktor pendukung pengembangan sumber daya
pertanian menjadi daya tarik wisata, meskipun juga terdapat banyak faktor penghambat
pengembangan sumber daya pertanian menjadi daya tarik wisata; 3) masyarakat petani
telah memiliki kontribusi terhadap upaya pengembangan sumber daya pertanian sebagai
daya tarik wisata; 4) partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pertanian
menjadi daya tarik wisata menuju ekonomi kreatif menurut teori Simon & Devung (2004)
berada pada kisaran level atau tingkat partisipasi 2 (dua) sampai 5 (lima); 5) untuk
mengembangkan sumber daya pertanian menjadi daya tarik wisata masyarakat petani
membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari stakeholders; 6) Kebijakan dan program
Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat petani
dalam mengembangkan sumber daya pertanian menjadi daya tarik wisata masih terbatas; 7)
model penguatan partisipasi masyarakat petani menuju ekonomi kreatif melalui
pengembangan pariwisata berbasis sumber daya pertanian yang dirumuskan berdasarkan
potensi dan permasalahan yang telah dianalisis dalam penelitian ini disebut model CEDA
(Community Empowerment in Developing Agritourism), yakni sebuah model yang
menggarisbawahi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan agrowisata (pariwisata
berbasis sumber daya pertanian).

Kata Kunci: Agrowisata, Partisipasi, Masyarakat Petani, Sumber Daya Pertanian.

20
Sri Marwanti, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, Rara Sugiarti : Penguatan Partisipasi …

yang lokasinya berdekatan dengan daerah


PENDAHULUAN
perkotaan; (3) pembangunan prasarana dan
1. Latar Belakang sarana pemukiman, kawasan industri, dan
sebagainya cenderung berlangsung cepat di
Pada beberapa dekade yang lalu
wilayah bertopografi datar, dimana pada
hasil pertanian merupakan andalan sumber
wilayah dengan topografi seperti itu
pendapatan negara maupun perekonomian
(terutama di Pulau Jawa) ekosistem
masyarakat. Namun demikian dalam
pertaniannya dominan areal persawahan
beberapa tahun terakhir jumlah produksi
(Asisten Deputi Bidang Perekonomian
pertanian mengalami penurunan. Hal ini
Sekretariat Negara, 2012).
antara lain dikarenakan lahan pertanian
Data dari Direktorat Penatagunaan
dari hari ke hari semakin menyempit. Di
Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN)
satu sisi banyaknya kegiatan pembangunan
menggambarkan bahwa jika arahan
berbagai sarana fisik menunjukkan adanya
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
peningkatan kesejahteraan masyarakat dari
yang ada pada saat ini tidak ditinjau
segi ekonomi. Namun, di sisi lain hal
kembali, maka dari total lahan sawah
tersebut menimbulkan konsekuensi berupa
beririgasi (7,3 juta hektar), hanya sekitar
berkurangnya lahan pertanian produktif.
4,2 juta hektar (57,6%) yang dapat
Beralihnya fungsi lahan pertanian tidak
dipertahankan fungsinya. Sisanya, yakni
sekedar berdampak terhadap penyempitan
sekitar 3,01 juta hektar (42,4%) terancam
lahan namun juga berdampak pada
beralih fungsi ke penggunaan lain (Dinas
berkurangnya akses kepemilikian lahan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
serta akses terhadap mata pencaharian.
Riau, 2011).
Banyak lahan pertanian yang beralih
Dalam konteks wilayah Kabupaten
fungsi menjadi kawasan non pertanian
Karanganyar data menunjukkan bahwa
termasuk menjadi kawasan industri dan
jumlah produksi sayuran pada tahun 2007
kawasan permukiman.
adalah sebanyak 340.393 ton. Namun
Data Badan Pusat Statistik
demikian pada tahun 2008 produksi ini
menunjukkan bahwa secara nasional
mengalami penurunan hingga menjadi
konversi lahan pertanian ke lahan non
268.327 ton. Menurut data dari Dinas
pertanian mencapai 100.000-110.000
Pertanian Kabupaten Karanganyar hal ini
hektar per tahun. Khusus di Pulau Jawa
antara lain terjadi karena adanya
terjadi alih fungsi lahan pertanian seluas
penyusutan lahan pertanian sebesar 5% per
27.000 hektar per tahun (Dinas Tanaman
tahun (Taufiq Yuhri, 2011).
Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau,
Penyempitan lahan pertanian
2011). Secara empiris lahan pertanian yang
merupakan permasalahan strategis nasional
paling rentan terhadap alih fungsi adalah
yang perlu segera diatasi. Hal ini
sawah. Hal tersebut disebabkan oleh: (1)
dikarenakan sebagian besar masyarakat
kepadatan penduduk di pedesaan yang
Indonesia hidup di daerah pedesaan dan
mempunyai agroekosistem dominan sawah
bergantung pada sektor pertanian. Dengan
pada umumnya jauh lebih tinggi
demikian semakin terbatasnya lahan
dibandingkan agroekosistem lahan kering,
pertanian menuntut adanya upaya kreatif
sehingga tekanan penduduk atas lahan juga
dan inovatif agar lahan yang ada tetap
lebih tinggi; (2) daerah pesawahan banyak
mampu memberikan hasil yang optimal.
21
Untuk itu diperlukan solusi guna Gunung Lawu membuat daerah tersebut
mengembangkan fungsi lahan pertanian kaya akan sumber daya alam yang dapat
agar tidak saja berguna untuk digunakan untuk mengembangkan
menghasilkan produk pertanian namun kegiatan pertanian (padi, sayur-sayuran
juga menghasilkan sesuatu yang lain, dan buah-buahan, perkebunan (teh, kopi),
termasuk menjadi daya tarik wisata. peternakan (sapi perah dan sapi kereman),
Pengembangan sumber daya serta perikanan. Namun demikian,
pertanian menjadi daya tarik wisata selaras berbagai sumber daya pertanian yang
dengan tren wisata akhir-akhir ini dimana dimiliki oleh kawasan pedesaan di
semakin banyak wisatawan berkeinginan Kabupaten Karanganyar tersebut belum
untuk dekat dengan lingkungan alam (back diberdayakan secara optimal untuk
to nature). Substansi penggabungan meningkatkan perekonomian masyarakat
kegiatan pertanian (agronomic activities) melalui pengembangan pariwisata.
dengan pariwisata (tourism) adalah Untuk merealisasikan
menciptakan harmoni antara manusia pengembangan sumber daya potensial
dengan alam lingkungannya sehingga tersebut diperlukan sebuah penelitian yang
pertanian dan pariwisata memiliki dapat memberikan terobosan pemikiran
hubungan simbiotis (symbiotic kepada upaya pemecahan masalah
relationship). Di satu sisi dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat petani
melakukan kegiatan wisata berbasis di daerah pedesaan melalui penemuan
sumber daya pertanian di alam terbuka, model pengembangan pariwisata berbasis
wisatawan akan memperoleh pengalaman sumber daya pertanian (agritourism).
bersentuhan langsung dengan hal-hal yang Permasalahan yang dihadapi oleh petani
bersifat alamiah, keautentikan suasana, dan merupakan masalah strategis karena
keharmonisan hubungan sosial antar menyangkut permasalahan sebagian besar
anggota masyarakat yang jarang didapati rakyat Indonesia yang hidup dari sektor
di lingkungan perkotaan (urban pertanian. Dengan demikian penelitian
environment). Dengan kata lain sumber yang mengangkat pemberdayaan petani
daya pertanian dapat dimanfaatkan untuk merupakan penelitian strategis dan oleh
mendiversifikasi produk wisata dan karena itulah penelitian tentang
memberikan pengalaman baru kepada “Penguatan Partisipasi Masyarakat Petani
wisatawan. Di sisi lain kedatangan dan Menuju Ekonomi Kreatif Melalui
kegiatan wisatawan akan berdampak pada Pengembangan Pariwisata Berbasis
aktivitas usaha masyarakat setempat, Sumber Daya Pertanian” memiliki tingkat
membantu menciptakan lapangan strategis serta signifikansi dan urgensi
pekerjaan, mendiversifikasi kegiatan yang tinggi untuk segera dilakukan.
ekonomi masyarakat pedesaan sehingga
memberikan manfaat ekonomi maupun 2. Permasalahan
sosial budaya bagi masyarakat tersebut.
Kabupaten Karanganyar sudah 1) Apa saja potensi sumber daya
dikenal sebagai daerah yang memiliki pertanian di Kabupaten Karanganyar
potensi sumber daya pertanian yang sangat yang dapat dikembangkan sebagai daya
besar untuk pengembangan pariwisata. tarik wisata untuk memberdayakan dan
Letak Kabupaten Karanganyar di lereng
22
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

mendiversifikasi perekonomian 1) Mengekplorasi potensi sumber daya


masyarakat petani di daerah pedesaan? pertanian di Kabupaten Karanganyar
2) Apa saja hambatan/kendala dan yang dapat dikembangkan sebagai daya
permasalahan pengembangan sumber tarik wisata untuk memberdayakan dan
daya pertanian menjadi daya tarik mendiversifikasi perekonomian
wisata di Kabupaten Karanganyar? masyarakat petani di daerah pedesaan.
3) Bagaimana kontribusi sumber daya 2) Mengetahui hambatan/kendala dan
manusia (SDM) di daerah pedesaan, permasalahan pengembangan sumber
khususnya masyarakat petani, di daya pertanian menjadi daya tarik
Kabupaten Karanganyar dalam wisata di Kabupaten Karanganyar.
mendukung pengembangan sumber 3) Mengidentifikasi kontribusi sumber
daya pertanian sebagai daya tarik daya manusia (SDM) di daerah
wisata? pedesaan, khususnya masyarakat
4) Bagaimana partisipasi masyarakat petani, di Kabupaten Karanganyar
dalam pemanfaatan sumber daya dalam mendukung pengembangan
pertanian menjadi daya tarik wisata sumber daya pertanian sebagai daya
untuk mendukung pembangunan tarik wisata.
ekonomi kreatif? 4) Menganalisis partisipasi masyarakat
5) Apa saja kebutuhan dan ekspektasi dalam pemanfaatan sumber daya
masyarakat petani di Kabupaten pertanian menjadi daya tarik wisata
Karanganyar terhadap pembangunan untuk mendukung pembangunan
pariwisata berbasis sumber daya ekonomi kreatif.
pertanian? 5) Mengkaji kebutuhan dan ekspektasi
6) Bagaimana kebijakan dan program masyarakat petani di Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Karanganyar Karanganyar terhadap pembangunan
dalam pengembangan sumber daya pariwisata berbasis sumber daya
pertanian menjadi daya tarik wisata? pertanian.
7) Bagaimana model penguatan 6) Mengetahui kebijakan dan program
partisipasi masyarakat petani menuju Pemerintah Kabupaten Karanganyar
ekonomi kreatif melalui dalam pengembangan sumber daya
pengembangan pariwisata berbasis pertanian menjadi daya tarik wisata.
sumber daya pertanian di Kabupaten 7) Menyusun model penguatan partisipasi
Karanganyar? masyarakat petani menuju ekonomi
8) Bagaimana strategi implementasi kreatif melalui pengembangan
model penguatan partisipasi pariwisata berbasis sumber daya
masyarakat petani menuju ekonomi pertanian di Kabupaten Karanganyar.
kreatif melalui pengembangan 8) Merumuskan strategi implementasi
pariwisata berbasis sumber daya model penguatan partisipasi
pertanian di Kabupaten Karanganyar? masyarakat petani menuju ekonomi
kreatif melalui pengembangan
3. Tujuan Penelitian pariwisata berbasis sumber daya
pertanian di Kabupaten Karanganyar.
Penelitian ini bertujuan untuk:

23
STUDI PUSTAKA sebelumnya oleh pihak luar, terutama
menyangkut hal-hal penting. Mereka
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat mungkin terbujuk oleh insentif berupa
uang, barang, dll.
Tingkat-tingkat partisipasi masyarakat 5) Partisipasi Tingkat 5: Kemitraan
bermanfaat sebagai alat untuk menilai (partnership).
partisipasi masyarakat secara nyata di Pada tingkat ini masyarakat mengikuti
lapangan. Menurut Martinus Nanang & seluruh proses pengambilan keputusan
Simon Devung (2004) terdapat 6 (enam) bersama dengan pihak luar, seperti
tingkat partisipasi, mulai dari studi kelayakan, perencanaan,
pemberitahuan sampai dengan mobilisasi implementasi, evaluasi, dll. Partisipasi
dengan kemauan sendiri. Berikut adalah merupakan hak mereka dan bukan
tingkat-tingkat partisipasi masyarakat kewajiban untuk mencapai sesuatu. Ini
mulai dari tingkat paling rendah sampai disebut “partisipasi interaktif.”
dengan tingkat paling atas (partisipasi yang 6) Partisipasi Tingkat 6: Mobilisasi
sesungguhnya). dengan kemauan sendiri (self-
1) Partisipasi Tingkat 1: Pemberitahuan mobilization).
(informing). Pada tingkat ini masyarakat
Pada tingkat ini hasil yang diputuskan mengambil inisiatip sendiri, jika perlu
oleh orang luar (pakar, pejabat, dll.) dengan bimbingan dan bantuan pihak
diberitahukan kepada masyarakat. luar. Mereka memegang kontrol atas
Komunikasi terjadi satu arah dari luar keputusan dan pemanfaatan sumber
ke masyarakat setempat. daya; pihak luar memfasilitasi mereka.
2) Partisipasi Tingkat 2: Pengumpulan Pada dasarnya partisipasi
informasi (information gathering). sesungguhnya terdapat pada Tingkat 5
Pada tingkat ini masyarakat menjawab dan Tingkat 6.
pertanyaan yang diajukan oleh orang
luar. Komunikasi searah dari 2. Ekonomi Kreatif
masyarakat ke luar.
3) Partisipasi Tingkat 3: Perundingan Di Indonesia istilah “ekonomi
(consultation). kreatif” mulai marak dibicarakan sejak tiga
Pihak luar berkonsultasi dan tahun terakhir dan diyakini memiliki peran
berunding dengan masyarakat melalui yang amat penting bagi pengembangan
pertemuan atau public hearing dan ekonomi Indonesia di masa depan.
sebagainya. Komunikasi dua arah, Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009
tetapi masyarakat tidak ikut serta Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif
dalam menganalisis atau mengambil yang dikeluarkan oleh Presiden RI pada
keputusan. tanggal 5 Agustus 2009 menginstruksikan
4) Partisipasi Tingkat 4: kepada seluruh Menteri, Kepala Lembaga
Plakasi/konsiliasi Pemerintah Non Departemen, Gubernur,
(Placation/Conciliation). Bupati/Walikota untuk mendukung
Pada tingkat ini masyarakat ikut dalam kebijakan pengembangan ekonomi kreatif
proses pengambilan keputusan yang tahun 2009-2015 yaitu pengembangan
biasanya sudah diputuskan kegiatan ekonomi berdasarkan pada

24
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

kreativitas, ketrampilan dan bakat individu pada umumnya dimiliki oleh kawasan
untuk menciptakan daya kreasi dan daya pedesaan. Agrowisata yang dilakukan di
cipta individu yang bernilai ekonomis dan alam pedesaan dan berbasis pada berbagai
berpengaruh pada kesejahteraan ragam komoditi dan sistem pertanian
masyarakat Indonesia. termasuk perkebunan besar, perkebunan
Di beberapa negara, ekonomi rakyat, pertanian tanaman pangan dan
kreatif memainkan peran signifikan. Di palawija, peternakan serta perikanan
Inggris, industri kreatif tumbuh rata-rata merupakan salah satu alternatif untuk
9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata memberikan pengalaman yang ‘lain’
pertumbuhan ekonomi negara itu yang 2%- kepada wisatawan. Di samping dapat
3%. Ini melampaui pendapatan dari menjadi daya tarik yang unik agrowisata
industri manufaktur serta migas (Kiva dapat memberdayakan berbagai potensi
Microfinance, 2008). Menurut Alvin yang dimiliki oleh masyarakat petani di
Toffler (dalam Kiva Microfinance, 2008) pedesaan untuk membangun sebuah bisnis
ekonomi kreatif termasuk ekonomi atau layanan wisata berbasis sumber daya
gelombang keempat, di mana ekonomi pertanian (PEI, 2000).
gelombang pertama bertumpu pada sektor
pertanian, ekonomi gelombang kedua METODE PENELITIAN
bertumpu pada sektor industri, dan Penelitian tentang peningkatan
ekonomi gelombang ketiga bertumpu pada partisipasi masyarakat petani menuju
sektor informasi. ekonomi kreatif melalui pengembangan
pariwisata berbasis sumber daya pertanian,
3. Agrowisata utamanya wilayah di lereng Gunung Lawu
yang secara administratif termasuk ke
Beberapa pakar di bidang
dalam wilayah Kabupaten Karanganyar
pariwisata telah melihat satu sisi
dimana terdapat banyak aktivitas dan
pengembangan dengan memberdayakan
sumber daya pertanian yang dapat
potensi pertanian yang terdapat di kawasan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
pedesaan untuk menjadi daya tarik wisata
Berbagai kegiatan pariwisata berbasis
alternatif. Berbagai penelitian terkait telah
sumber daya pertanian tersebut dikaji
dilakukan. Beberapa penelitian yang
pengelolaan dan pengembangannya dari
terkait dengan pengembangan pariwisata
sisi pemberdayaan masyarakat petani.
berbasis sumber daya pertanian atau yang
Penelitian ini akan dilaksanakan selama
sering disebut agrowisata antara lain telah
tiga tahun (2013 – 2015) dengan jangka
dilakukan oleh Boudy (2001) dan Sharpley
waktu 9 (sembilan) bulan pada setiap
(1997) yang hasilnya menunjukkan bahwa
tahunnya.
akhir-akhir ini terdapat pergeseran minat
Dalam penelitian mengenai
wisatawan terhadap produk wisata yang
peningkatan partisipasi masyarakat petani
mereka inginkan. Wisatawan cenderung
menuju ekonomi kreatif melalui
menginginkan untuk melakukan berbagai
pengembangan pariwisata berbasis sumber
kegiatan wisata di lokasi yang relatif sepi
daya pertanian ini digunakan data primer
dan alami, memiliki udara yang bersih dan
dan data sekunder yang berupa informan,
segar serta mempunyai atraksi yang
dokumen, serta tempat dan peristiwa. Data
menarik dan unik. Karakterisik tersebut
primer berasal dari informan yang
25
ditetapkan secara purposive dan snowball sumber daya pertanian. Teknik snowball
serta melalui pengamatan lapangan. sampling pada dasarnya dilakukan untuk
Informan terdiri atas perwakilan dari menentukan informan dengan
berbagai unsur pemangku kepentingan menghubungi tokoh kunci pertama dan
baik dari unsur pemerintah maupun swasta, mencari tokoh kunci berikutnya dari
termasuk Dinas Pertanian, Tanaman informasi yang diberikan oleh tokoh kunci
Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan pertama dan seterusnya sampai data yang
Kabupaten Karanganyar, Dinas Pariwisata diperlukan berkaitan dengan penelitian
dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, mengenai peningkatan partisipasi
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten masyarakat petani menuju ekonomi kreatif
Karanganyar, dan pihak swasta (biro melalui pengembangan pariwisata berbasis
perjalanan wisata). Data sekunder akan sumber daya pertanian ini terpenuhi.
dikumpulkan melalui dokumen maupun Dengan teknik ini peneliti bisa
catatan yang berkaitan dengan peningkatan mendapatkan key informants yang tepat
partisipasi masyarakat petani menuju dan memadai sehingga dapat menghasilkan
ekonomi kreatif melalui pengembangan data yang reliable.
pariwisata berbasis sumber daya pertanian. Untuk menjaga keabsahan data
dalam penelitian ini dilakukan validitas
Metode pengumpulan data yang data dengan menggunakan triangulasi
digunakan dalam penelitian mengenai sumber data (Densin, 1978, Patton, 1987
peningkatan partisipasi masyarakat petani dalam Moleong, 1989) untuk memperoleh
menuju ekonomi kreatif melalui derajat kepercayaan yang lebih tinggi
pengembangan pariwisata berbasis sumber dengan cara membandingkan dan
daya pertanian ini terdiri atas observasi mengecek balik derajat kepercayaan suatu
lapangan, wawancara, diskusi kelompok informasi yang diperoleh melalui berbagai
terarah/focus group discussion (FGD), dan sumber informasi yang berbeda berkaitan
metode simak dokumen (content analysis). dengan penelitian mengenai peningkatan
Wawancara dan diskusi kelompok terarah partisipasi masyarakat petani menuju
akan dilakukan terhadap key informants ekonomi kreatif melalui pengembangan
dan stakeholders yang dipilih dengan pariwisata berbasis sumber daya pertanian.
menggunakan purposive sampling dan Keabsahan atau validitas data dalam
teknik snowball. penelitian ini diperiksa dengan triangulasi
Teknik cuplikan yang digunakan sumber dan triangulasi teknik, yaitu upaya
dalam penelitian tentang peningkatan untuk memperoleh derajat kepercayaan
partisipasi masyarakat petani menuju yang lebih tinggi dengan cara
ekonomi kreatif melalui pengembangan membandingkan dan mengecek balik
pariwisata berbasis sumber daya pertanian derajat kepercayaan suatu informasi yang
ini adalah teknik purposive sampling dan diperoleh dari satu sumber melalui sumber
snowball sampling. Teknik purposive informasi yang berbeda dan teknik yang
sampling dilakukan dengan mengambil berbeda (Moleong, 2000). Prosedur
sampel berdasarkan alasan tertentu pemeriksaan keabsahan data dalam
berkaitan dengan peningkatan partisipasi penelitian ini dilakukan sebagai berikut.
masyarakat petani menuju ekonomi kreatif 1) Membandingkan apa yang dikatakan
melalui pengembangan pariwisata berbasis orang di depan umum dengan apa yang
26
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

dilakukan secara pribadi berkaitan 1) Reduksi Data (Data Reduction):


dengan masalah yang diteliti, yakni merupakan proses seleksi, pemfokusan,
peningkatan partisipasi masyarakat penyederhanaan, dan abstraksi data
petani menuju ekonomi kreatif melalui kasar yang ada dalam catatan lapangan
pengembangan pariwisata berbasis berkaitan dengan penelitian tentang
sumber daya pertanian. peningkatan partisipasi masyarakat
2) Membandingkan data hasil petani menuju ekonomi kreatif melalui
pengamatan (observasi) dengan data pengembangan pariwisata berbasis
hasil wawancara yang berkaitan sumber daya pertanian. Data dari
dengan peningkatan partisipasi lapangan yang berupa hasil wawancara
masyarakat petani menuju ekonomi atau rangkuman data sekunder yang
kreatif melalui pengembangan ditranskripsikan dalam bentuk laporan
pariwisata berbasis sumber daya kemudian direduksi dan dipilih hal
pertanian. yang menonjol mengenai peningkatan
3) Membandingkan hasil wawancara partisipasi masyarakat petani menuju
dengan isi suatu dokumen yang ekonomi kreatif melalui
berkaitan dengan peningkatan pengembangan pariwisata berbasis
partisipasi masyarakat petani menuju sumber daya pertanian. Dengan
ekonomi kreatif melalui melakukan reduksi data, peneliti akan
pengembangan pariwisata berbasis memperoleh data yang akurat, karena
sumber daya pertanian. peneliti dapat mengecek apakah adakah
Metode triangulasi sebagaimana data penelitian yang sama dengan yang
diuraikan di atas digunakan untuk diperoleh sebelumnya, sehingga dapat
meningkatkan kualitas data dan menghindari adanya
menjamin validitas data penelitian ketumpangtindihan (overlapping).
mengenai peningkatan partisipasi 2) Penyajian data (Data Display):
masyarakat petani menuju ekonomi merupakan suatu rakitan organisasi
kreatif melalui pengembangan informasi dalam bentuk klasifikasi atau
pariwisata berbasis sumber daya kategorisasi yang memungkinkan
pertanian. penarikan kesimpulan penelitian
mengenai peningkatan partisipasi
Teknik analisis data yang masyarakat petani menuju ekonomi
digunakan pada penelitian ini adalah kreatif melalui pengembangan
teknik analisis interaktif (interactive model pariwisata berbasis sumber daya
of analysis) yang dikemukakan oleh Miles pertanian dapat dilakukan. Dalam hal
& Huberman (1984) dan teknik analisis ini display meliputi berbagai jenis
tematik yang dikemukakan oleh Kvale matriks, gambar atau skema, jaringan
(1996) dan Hayes (1997). Teknik analisis kerja, keterkaitan kegiatan, dan tabel
interaktif memiliki tiga komponen, yakni yang terkait dengan peningkatan
reduksi data, sajian data, dan penarikan partisipasi masyarakat petani menuju
kesimpulan. Komponen-komponen dari ekonomi kreatif melalui
model analisis interaktif tersebut dalam pengembangan pariwisata berbasis
kontek penelitian yang akan dilakukan ini sumber daya pertanian.
dapat dijelaskan sebagai berikut:
27
3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Dalam penelitian mengenai
Drawing): merupakan suatu peningkatan partisipasi masyarakat petani
pengorganisasian data yang telah menuju ekonomi kreatif melalui
terkumpul sehingga dapat dibuat suatu pengembangan pariwisata berbasis sumber
kesimpulan akhir mengenai daya pertanian ini analisis tematik akan
peningkatan partisipasi masyarakat digunakan untuk membuat klasifikasi tema
petani menuju ekonomi kreatif melalui dan sub tema dengan berorientasi pada
pengembangan pariwisata berbasis potensi, permasalahan, dan peluang yang
sumber daya pertanian. Dalam awal berkaitan dengan peningkatan partisipasi
pengumpulan data, peneliti berusaha masyarakat petani menuju ekonomi kreatif
memahami keteraturan, pola, melalui pengembangan pariwisata berbasis
pernyataan, konfigurasi, arahan sebab sumber daya pertanian yang kemudian
akibat dan proposisi-proposisi. Peneliti dapat digunakan sebagai alat menganalisis
bersikap terbuka dan skeptis. dan menarik kesimpulan penelitian
Kesimpulan yang pada awalnya kurang mengenai peningkatan partisipasi
jelas kemudian meningkat secara masyarakat petani menuju ekonomi kreatif
eksplisit dan memiliki landasan yang melalui pengembangan pariwisata berbasis
kuat. Kesimpulan akhir baru dapat sumber daya pertanian.
dibuat apabila seluruh proses Analisis Tematik yang
pengumpulan data mengenai dikemukakan oleh Hayes (1997),
peningkatan partisipasi masyarakat digunakan untuk membuat klasifikasi tema
petani menuju ekonomi kreatif melalui dan sub tema dengan berorientasi pada
pengembangan pariwisata berbasis potensi, permasalahan, dan peluang
sumber daya pertanian. masyarakat untuk meningkatkan peran
Analisis tematik berfungsi untuk serta mereka di bidang peningkatan
mengidentifikasi tema, baik yang berkaitan partisipasi masyarakat petani menuju
dengan potensi maupun permasalahan. In ekonomi kreatif melalui pengembangan
the process of thematic analysis, each unit, pariwisata berbasis sumber daya pertanian,
which contains meaning, was condensed, yang kemudian dapat digunakan sebagai
categorized, narratively structured and alat menganalisis dan menarik kesimpulan
interpreted (Kvale, 1996). Pendekatan ini mengenai peningkatan partisipasi
membangun tema dan sub tema yang masyarakat petani menuju ekonomi kreatif
didasarkan pada isu pokok yang diteliti dan melalui pengembangan pariwisata berbasis
menggarisbawahi beberapa langkah, yakni: sumber daya pertanian.
“review transcript of interviews and all Metode analisis ini membangun
documented data, identifications of all tema dan sub tema yang didasarkan pada
attributions made during the course of the isu pokok yang diteliti dan
interviews, extraction form interview menggarisbawahi beberapa langkah, yakni:
transcript, cross-checking of interview “review transcript of interviews and all
data with those from site observation and documented data, identifications of all
secondary data, and sort the attributions attributions made during the course of the
from all data to identify whether they are interviews, extraction form interview
strengths, weaknesses, oportunities, or transcript, cross-checking of interview
threats” (Hayes, 1997). data with those from site observation and
28
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

secondary data, and sort the attributions tanaman perkebunan yang terdapat di
from all data to identify whether they are wilayah Kabupaten Karanganyar terutama
strengths, weaknesses, oportunities, or berupa kebun Teh dan Kopi. Tanaman
threats” (Hayes, 1997). perkebunan tersebut selama ini telah
menjadi salah satu daya tarik utama wisata
HASIL DAN PEMBAHASAN agro di daerah tersebut. Perkebunan Teh di
daerah Kemuning Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar memiliki
sedangkan kebun kopi sudah dikonversi
sumber daya pertanian yang sangat
menjadi kebun karet yang juga banyak
beragam. Sumber daya pertanian tersebut
terdapat di Kecamatan Ngargoyoso.
memiliki potensi untuk menjadi daya tarik
Sumber daya lain yang dapat dimanfaatkan
wisata apabila dikembangkan dan dikelola
dan dikembangkan sebagai daya tarik
dengan baik. Salah satu potensi sumber
wisata adalah sumber perikanan. Potensi
daya pertanian tersebut adalah tanaman
perikanan di Kabupaten Karanganyar pada
sayuran.
saat ini belum dikembangkan secara
Tanaman sayuran merupakan salah
optimal. Namun demikian di beberapa
satu komoditas pertanian yang banyak
lokasi pengembangan pariwisata seperti di
terdapat di wilayah Kabupaten
daerah perbatasan Ngargoyoso dan
Karanganyar, khususnya di daerah yang
Karangpandan.
berada pada ketinggian lebih dari 500
Faktor pendukung pengembangan
meter dpl seperti wilayah Kecamatan
sumber daya pertanian menjadi daya tarik
Ngargoyoso, Tawangmangu,
wisata di Kabupaten Karanganyar antara
Karangpandan, Jenawi, dan Matesih.
lain adalah banyaknya sumber daya
Potensi lainnya adalah tanaman
pertanian yang memiliki potensi untuk
pangan seperti padi. Tanaman padi banyak
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
terdapat di daerah yang memiliki
agro sebagai aktivitas ekonomi kreatif
ketinggian di bawah 500 meter dpl seperti
untuk mendukung peningkatan pendapatan
di Kecamatan Kebakramat, Karanganyar,
masyarakat petani, lokasi Kabupaten
Tasikmadu, dan Gondangrejo. Potensi
Karanganyar yang cukup strategis karena
pertanian lainnya adalah tanaman obat
berdekatan dengan bandara internasional
yang telah dikembangkan di Kabupaten
Adisumarmo, lokasi Kabupaten
Karanganyar, antara lain di Kecamatan
Karanganyar yang tidak jauh dari Kota
Tawangmangu, Ngargoyoso, dan
Solo (Surakarta) dan Jogja (Yogyakarta)
Jumantono. Potensi lain berupa tanaman
yang merupakan pintu gerbang wisata
buah yang terdapat di wilayah Kabupaten
untuk Provinsi Jawa Tengah dan DIY,
Karanganyar sangat beragam seperti jeruk,
lokasi Kabupaten Karanganyar yang tidak
jambu biji merah, kelengkeng, durian,
jauh dari Kota Solo (Surakarta) dan Jogja
rambutan, duku, manggis, dan berbagai
(Yogyakarta) yang merupakan pintu
tanaman buah lainnya, sudah mulai
gerbang wisata untuk Provinsi Jawa
menjadi daya tarik wisata.
Tengah dan DIY, kemauan dan motivasi
Potensi lain berupa tanaman bunga
petani untuk ikut mengembangkan potensi
potong dan tanaman hias yang banyak
sumber daya pertanian sebagai daya tarik
dikembangkan di Kecamatan Ngargoyoso
wisata, adanya kreativitas masyarakat
dan Tawangmangu. Potensi lain berupa
petani sebagai modal dasar pengembangan
29
ekonomi kreatif untuk peningkatan pengembangan pariwisata berbasis sumber
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. daya pertanian, sebagai pengelola kegiatan
Faktor penghambat pengembangan pengembangan pariwisata berbasis sumber
sumber daya pertanian menjadi daya tarik daya pertanian, sebagai pemantau dan
wisata di Kabupaten Karanganyar antara penilai (monev) kegiatan pengembangan
lain adalah terbatasnya modal para petani pariwisata berbasis sumber daya pertanian.
untuk mengembangkan usaha yang Berdasarkan potensi dan
berkaitan dengan pemanfaatan sumber permasalahan yang ada dapat dinyatakan
daya pertanian sebagai daya tarik wisata, bahwa partisipasi masyarakat petani dalam
terbatasnya lembaga yang memiliki pengembangan pariwisata berbasis sumber
komitmen untuk ikut serta daya pertanian menurut teori partisipasi
mengembangkan sumber daya pertanian yang disampaikan oleh Simon & Devung
sebagai daya tarik wisata sehingga (2004) dimulai dari partisipasi tingkat 2
bermanfaat untuk meningkatkan (pengumpulan informasi (information
perekonomian dan kesejahteraan gathering) dimana pada tingkat ini
masyarakat petani di daerah pedesaan, masyarakat menjawab pertanyaan yang
kurangnya kompetensi SDM (masyarakat diajukan oleh orang luar. Komunikasi
petani) untuk mengembangkan agrowisata, terjadi secara searah dari masyarakat ke
terbatasnya pasar yang mengkonsumsi luar. Tingkatan partisipasi berikutnya
produk pariwisata berbasis sumber daya menyangkut partisipasi masyarakat petani
pertanian di daerah pedesaan di wilayah menuju ekonomi kreatif melalui
Kabupaten Karanganyar, meskipun sudah pengembangan sumber daya pertanian
tersedia beraneka produk wisata adalah partisipasi tingkat 3 (perundingan
pendukung seperti air terjun, candi, dan atau consultation) dimana pihak luar
sebagainya, terbatasnya pendampingan berkonsultasi dan berunding dengan
dari lembaga terkait sebagai “bapak masyarakat petani melalui pertemuan atau
angkat” untuk mengembangkan potensi public hearing dan sejenisnya. Komunikasi
sumber daya pertanian sebagai daya tarik dua arah, tetapi masyarakat tidak ikut serta
wisata, adanya ketidakberlanjutan program dalam menganalisis atau mengambil
yang dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait keputusan. Tingkatan partisipasi
seperti pemerintah dan perguruan tinggi berikutnya adalah partisipasi tingkat 4
sehingga membuat kegiatan (plakasi/konsiliasi atau
pengembangan pariwisata berbasis sumber placation/conciliation) dan partisipasi
daya pertanian menjadi terpotong-potong tingkat 5 (kemitraan atau partnership).
dan akhirnya stagnan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat petani
Selama ini masyarakat petani telah belum sampai pada partisipasi tingkat 6
berkontribusi dalam ikut mengembangkan (Mobilisasi dengan kemauan sendiri atau
pariwisata berbasis sumber daya pertanian self-mobilization) yang merupakan tingkat
antara lain sebagai planner dalam partisipasi yang paling tinggi.
merencanakan pengembangan pariwisata Kebutuhan masyarakat petani untuk
berbasis sumber daya pertanian, sebagai mengembangkan pariwisata berbasis
investor lokal untuk mengembangkan sumber daya pertanian antara lain adalah
pariwisata berbasis sumber daya pertanian, kebutuhan untuk meningkatkan
sebagai pelaksana program dan kegiatan kompetensi untuk mengembangkan
30
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

pariwisata berbasis sumber daya pertanian, Model CEDA terdiri atas tiga unsur
kebutuhan untuk mengakses informasi, utama yaitu stakeholders, community
kebutuhan untuk memasarkan produk dan empowerment, dan targeted results.
daya tarik wisata berbasis sumber daya Pemangku kepentingan dalam hal ini
pertanian, kebutuhan untuk meningkatkan mencakup pemerintah, swasta, dan
pendapatan, kesejahteraan dan kualitas masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
hidup, kebutuhan untuk mendapatkan diarahkan pada upaya untuk meningkatkan
fasilitasi dari pemerintah dan lembaga lain intensitas dan keaktifan masyarakat untuk
seperti perguruan tinggi, pengusaha, dan terlibat dalam pengembangan potensi
LSM. sumber daya pertanian sebagai daya tarik
Kebijakan Pemerintah Kabupaten wisata. Hasil yang ditargetkan setelah
Karanganyar telah memiliki kebijakan di dilakukan pemberdayaan masyarakat
bidang pembangunan pariwisata daerah, adalah terbangun partisipasi masyarakat
namun kebijakan tersebut belum secara petani dalam memanfaatkan potensi
khusus menggarisbawahi upaya sumber daya pertanian menuju ekonomi
pengembangan pariwisata dengan kreatif, terwujud pemanfaatan
memanfaatkan potensi sumber daya memanfaatkan potensi sumber daya
pertanian. Berdasarkan analisis terhadap pertanian menjadi daya tarik wisata
potensi dan permasalahan yang berkaitan (agrowisata), dan terbangun perekonomian
dengan penguatan partisipasi masyarakat masyarakat petani melalui pemanfaatan
petani menuju ekonomi kreatif melalui sumber daya pertanian secara kreatif
pengembangan pariwisata berbasis sumber sebagai daya tarik wisata. Strategi
daya pertanian disusun draf model yang implementasi model CEDA anatar alin
diberi nama Model Community adalah memfasilitasi masyarakat petani
Empowerment in Developing Agritourism untuk mengembangkan berbagai usaha
yang disingkat menjadi CEDA. yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya pertania, membentuk

kelompok usaha, mengembangkan


Gambar 1: Model CEDA
kegiatan pertanian yang dapat menarik
31
wisatawan, memperbaiki dan pengembangan pariwisata berbasis sumber
meningkatkan aksesibilitas menuju daya pertanian.
kawasan pedesaan, meningkatkan promosi
wisata agro melalui kerja sama dengan DAFTAR PUSTAKA
berbagai instansi terkait, memfasilitasi Ari Suhandi, 2003, “Pembangunan
kelompok tani untuk meningkatkan Ekowisata berbasis Masyarakat di
pengetahuan dan keterampilan mereka, Indonesia”, makalah disampaikan
memberikan penyuluhan, pengarahan dan pada “International Heritage and
penjelasan kepada masyarakat petani, Ecotourism Seminar” dalam rangka
tentang pentingnya pariwisata dan manfaat menyambut Borobudur
pembangunan pariwisata, meningkatkan International Festival, Solo, June
kerja sama dengan instansi terkait, 13.
mempromosikan dan menyebarluaskan Asisten Deputi Bidang Perekonomian
informasi mengenai sumber daya pertanian Sekretariat Kabinet, 2012,
yang berpotensi menjadi daya tarik wisata, Pencetakan lahan sawah baru dan
mengadakan pameran-pameran untuk tantangan ketahanan pangan,
mempromosikan wisata agro, http://www.setkab.go.id/mobile/ind
mengembangkan fasilitas yang berkaitan ex.php?pg=artikeldetail&articleid=
dengan pengembangan pariwisata berbasis 3629
sumber daya pertanian, serta memfasilitasi Bintoro Tjokroamidjojo, 1998,
terbentuknya kelompok-kelompok petani Kebijaksanaan dan Administrasi
yang mengarah pada pengembangan Pembangunan (Perkembangan,
ekonomi kreatif dengan memanfaatkan Teori dan Penerapan), Jakarta:
sumber daya pertanian menjadi daya tarik LP3ES.
wisata. Boudy, J. F. 2001. Interrelationships
between tourism and agriculture.
PENUTUP Tourism Recreation Research,
Kabupaten Karanganyar 16(1), 64–65.
merupakan daerah yang memiliki banyak Bowen, R. L. 2001. The Interface
sumber daya pertanian yang dapat between tourism and agriculture.
dikembangkan sebagai daya tarik wisata. The Journal of Tourism Studies,
Pengembangan sumber daya pertanian 12(2), 43–50.
menjadi daya tarik wisata memerlukan Departemen Perdagangan Republik
partisipasi semua pihak (stakeholders) Indonesia, 2008, Rencana
termasuk masyarakat petani. Meskipun Pengembangan Ekonomi Kreatif
masyarakat petani sudah berpartisipasi Indonesia 2009-2025, Jakarta: Studi
dalam mengembangkan sumber daya Ekonomi Kreatif Indonesia,
pertanian menjadi daya tarik wisata namun Departemen Perdagangan Republik
partisipasi tersebut masih dilakukan oleh Indonesia.
komunitas petani secara terbatas. Untuk itu Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
diperlukan upaya untuk memperluas dan Provinsi Riau, 2011, Alih Fungsi
meningkatkan partisipasi masyarakat Lahan Ancam Swasembada,
petani menuju ekonomi kreatif melalui Antara,
(http://distan.riau.go.id/index.php?o
32
Cakra Wisata Vol 17 Jilid 1 Tahun 2016

ption=com_content&view=article& Kristina, Brscic, 2006, The Impact of


id=28). agrotourism on agricultural
Emrich (1979) dalam Suparjan & Hempri production, Journal of Central
Suyatno, 2003, Pengembangan European Agriculture, Volume 7,
Masyarakat: dari Pembangunan No. 3.
sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Lonc, T., 1999, The potential for the
Aditya Media. development of tourism in
Erickson (1974) dalam Suparjan & Hempri conjunction with agriculture.
Suyatno, 2003, Pengembangan Tourism Recreation Research,
Masyarakat: dari Pembangunan 16(1), 80 – 82.
sampai Pemberdayaan. Malett, J., 2003, “Community Based
Yogyakarta: Aditya Media. Tourism Planning and Tools”,
Glass, M., 2006, Developing agri-tourism makalah disampaikan pada
attraction: extension tourism “International Heritage and
specialist, Alabama: Auburn Ecotourism Seminar” dalam rangka
University. menyambut Borobudur
Hartono, T., 2003, Pengalaman International Festival, Solo, June
Pengembangan dan Pengelolaan 13.
Ekowisata Berbasis Masyarakat di Martinus Nanang & Simon Devung, 2004,
Kawasan Taman Nasional Gunung Panduan Pengembangan Peran dan
Halimun Jawa Barat. Makalah Partisipasi Masyarakat dalam
disampaikan pada “Sarasehan Pengelolaan Hutan, Kanagawa,
tentang Pengelolaan dan Japan: Institute for Global
Pengembangan Ketep Pass dan Environmental Strategies.
Obyek-Obyek Wisata di Miles, M. B., & Huberman, A. M, 1984,
Sekitarnya. Hotel Pondok Tingal Qualitative Data Analysis: A
Borobudur Kabupaten Magelang Sourcebook of New Methods,
29 Desember 2003. London: Sage Publications.
Ilbery, B. 1998. Farm-based tourism as an Pamulardi, B., 2006, Pengembangan
alternative farm enterprise. agrowisata berwawasan
Regional Studies, 32(4), 355–364. lingkungan: studi kasus Desa
Instruksi Presiden Republik Indonesia Wisata Tingkir Salatiga, Semarang:
Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Program Pascasarjana Universitas
Pengembangan Ekonomi Kreatif. Diponegoro, Tesis.
Kiva Microfinance, 2008, Pentingnya PEI, 2000, Agricultural business profile on
Ekonomi Kreatif bagi Indonesia agritourism, Department of
http://kolumnis.com/2009/01/30/pe Agriculture and Forestry, Canada:
ntingnya-ekonomi-kreatif-bagi- Prince Edward Island.
indonesia/ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Klejdzinski, M., 1999, Report on tourism Nomor Tahun 2011 Tentang
and agriculture. Tourism Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Recreation Research, 16(1), 10 – Pertanian Pangan Berkelanjutan.
13. Potthoff, H., 1999, Facilities offered in
agriculture for leisure time and
33
tourism, Tourism Recreation Undang-Undang Republik Indonesia
Research, 16(1), 66–68. Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Puspari, 2003, Penyusunan rencana Perlindungan Lahan Pertanian
pengelolaan kawaan Solo-Selo- Pangan Berkelanjutan.
Borobudur, Laporan: Kerjasama Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun
antara Puspari LPPM UNS dengan 2010 Tentang Rencana
BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Jangka Menengah
Sharpley, R., 1997, Tourism and leisure in Nasional Tahun 2010-2014.
the countryside. Huntingdon, UK: Wayan Windia, dkk, 2005, Model
ELM Publications. pengembangan agrowisata di Bali,
Sofiyan Prana Wijaya, 2011, Agrowisata Denpasar: Jurusan Sosial Ekonomi
buah di Bukit Semarang Baru, Fakultas Pertanian Universitas
Mijen Town Semarang, Surakarta: Udayana: Artikel hasil penelitian.
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Yusuf Abdullah, 1999, Peranan perusahaan
Teknik Universitas perjalanan dalam mendukung
Muhammadiyah Surakarta. pengembangan wisata agro. Bogor:
Suparjan & Hempri Suyatno, 2003, IPB.
Pengembangan Masyarakat: dari Zarski, T., 2005, The Risk of agrotourism
Pembangunan sampai Pemberdayaan. in the system HACPP in
Yogyakarta: Aditya Media. agricultural primary production,
Tambunan, M., 1999, Kerangka analisis Warsaw (Poland): Isah.
kebijakan pengembangan wisata
agro di Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Taufiq Yuhri, 2011, Alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian,
Dialektika Edisi 8, Hal 1-3.
Tedjo Susanto & Asri Widowati, 2007,
Pemanfaatan agrowisata Salak
Pondoh sebagai sumber belajar
IPA-Biologi di SMP, Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Vinci, Leonardo da, 2004, Introduction to
agrotourism: The alternative forms
of occupation and continuous
educational training in agriculture,
Poland: Corporate and Education
Center.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 –
2025.

34

Anda mungkin juga menyukai