8176 25545 1 SM
8176 25545 1 SM
ABSTRAKSI
Di zaman yang serba digital ini, pola pada pendistribusian musik telah bergeser dari media
fisik ke media digital. Pergeseran ini menimbulkan sebuah peran baru dalam pola
pendistribusian musik, yaitu Aggregator Musik. Aggregator Musik adalah perantara antara
musisi atau pencipta dengan toko musik digital maupun platform streaming musik online
dalam pendistribusian karya cipta baik lagu maupun musik secara digital ke kedua platform
tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji peran Aggregator Musik dalam
mendistribusikan karya cipta lagu dan musik secara digital. Berdasarkan kajian pustaka,
penelitian ini berkesimpulan bahwa Aggregator Musik memiliki peran penting dalam pola
pendistribusian musik secara digital.
Kata kunci : Aggregator Musik, Karya Cipta Lagu dan Musik, Peran.
ABSTRACT
In this digital era, the pattern of music distribution has shifted from physical form to digital
form. This changes attracts a new role in the pattern of music distribution, The Music
Aggregator. Music Aggregator is a intermediary between music creators and digital music
stores or platforms streaming music online in order to distribute their songs digitally, to both
platforms. This paper is intended to examine the role of Music Aggregators in order to
distributing songs digitally. Based on literature review, this research concludes that Music
Aggregator has an important role in the pattern of digital music distribution.
689
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
690
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik
adalah sebuah fenomena yang sangat unik dan ada pencipta lirik, tetap saja kedua
yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat peran tersebut dipandang sebagai satu
musik. Ada banyak fungsi lagu dan musik kesatuan yakni pencipta lagu/musik.
seperti untuk hiburan, untuk ekspresi diri, Kemudian setelah lagu tercipta, lagu
untuk alasan ekonomi dan bisnis, untuk direkam yang akan ditampilkan oleh
upacara dan ritual, untuk menenangkan seorang penyanyi dan dipandu oleh
hati, untuk mediasi dan lain sebagainya. seorang produser.
(Zakky, 2020) Sebelum era digital, seorang musisi
Pada dasarnya lagu dan musik dalam menciptakan sebuah karya ke dalam
diatur dalam Pasal 40 huruf d Undang- bentuk sebuah lagu maupun musik yang
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang siap rilis membutuhkan sebuah label
Hak Cipta sebagai landasan terhadap Hak rekaman.
Cipta untuk lagu dan musik ini. Menurut Label rekaman seperti yang banyak
penjelasan Pasal 40 huruf d Undang- orang ketahui, terbagi menjadi dua jenis,
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang yaitu Major Label dan Independent Label
Hak Cipta, lagu dan/atau musik baik atau sering dikenal sebagai Indie Label.
dengan atau tanpa teks dipandang sebagai Major Label juga biasa disebut
satu kesatuan karya cipta yang bersifat sebagai industri musik rekaman yang
utuh. Dalam Pasal 58 ayat (1) huruf d mainstream. Menurut Wenz, yang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dimaksud mainstream adalah arus utama,
Tentang Hak Cipta menerangkan bahwa tempat band-band yang bernaung di bawah
Hak Cipta untuk lagu dan musik dengan label besar, sebuah industri yang mapan.
atau tanpa teks berlaku selama hidup Band-band tersebut dipasarkan secara
Pencipta dan terus berlangsung selama 70 meluas yang coverage promosinya juga
tahun setelah Pencipta meninggal dunia, secara luas, nasional maupun internasional,
terhitung mulai tanggal 1 Januari pada dan mereka mendominasi promosi di
tahun berikutnya. seluruh media massa, mulai dari media
Singkatnya, Aggregator Musik cetak, media elektronik hingga multimedia
adalah fasilitator bagi musisi untuk dan mereka terekspos dengan baik
menjual musik mereka secara online (Resmadi, 2017). Maka dari itu terlihat
dengan cakupan yang luas, bahkan hingga bahwa Major Label ini merupakan sebuah
ke tingkat internasional. Aggregator Musik perusahaan rekaman yang mana hasil
akan fokus pada urusan distribusi karya produksi mereka mampu mendominasi
dan terhubung dengan berbagai toko musik industri musik di dunia termasuk
online di seluruh dunia. (Wardhana, 2014) Indonesia.
Wendi Putranto mengatakan bahwa
B. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai investor maka kontrol label (Major
1. Peran Aggregator Musik di Era Label) atas karya musik yang diciptakan
Digital artis akan semakin besar. Dalam artian,
Proses penciptaan sebuah lagu suka atau tidak suka, artis harus tunduk
maupun musik tentunya melibatkan kepada keinginan dan arahan label jika
beberapa peran seperti pencipta lagu, karier mereka ingin berkembang dan
produser rekaman, dan penyanyi. Peran- mendapat prioritas utama. (Putranto, 2009)
peran tersebut dapat diperankan hanya Pengertian independen dalam
dengan satu orang saja namun bisa musik berbanding terbalik dengan
melibatkan beberapa pihak. Singkatnya, mainstream yang dapat dikatakan sebagai
proses ini diawali dengan diciptakannya arus utama, tempat musisi-musisi bernaung
lagu maupun musik oleh pencipta, dalam di bawah label besar, sebuah industri
hal ini pun bisa terbagi menjadi beberapa mapan. Karya musisi tersebut dipasarkan
peran yakni pencipta irama atau musiknya secara meluas yang coverage promosinya
691
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
juga secara meluas nasional maupun penghasilan royalti. Jumlah royalti yang
internasional, dan mereka mendominasi diterima musisi jelas tergantung pada
promosi di seluruh media massa dari media penjualan album. Karena itu, banyak
cetak, media elektronik hingga multimedia. musisi, terutama dari label besar yang
Hal ini tentunya terjadi karena Major marah karena pendapatannya tergerus oleh
Label menempatkan dirinya sebagai pembajakan. Pembajakan terhadap karya
perusahaan yang menaruh investasi besar orisinal pun marak terjadi. Pola konsumsi
kepada hasil karya musisi, sehingga yang masyarakat cenderung mengarah untuk
diincar adalah profit. (Putranto, 2009) melakukan pengunduhan musik secara
Perkembangan teknologi dan ilegal, seperti pada CD bajakan yang
informasi membuat proses produksi dalam marak ditemukan, dan tidak hanya itu saja
industri musik Major Label maupun Indie sewaktu penggunaan beralih pada media
Label sepadan. Teknologi yang serba internet, pembajakan terhadap karya
digital mempermudah musisi orisinal pun juga banyak beredar. Apalagi
memproduksi karyanya dengan modal sekarang di era digital, penjualan album
yang terbilang murah, karena tidak perlu fisik juga semakin terus menurun.
menggunakan cara lama seperti pada era Dalam prakteknya, toko musik
analog (era piringan hitam) yang dalam digital atau platform streaming musik
produksinya sangat perlu modal besar. online seperti iTunes, Apple Music,
Kini proses produksi musik secara Spotify, Joox dan lain sebagainya
independen bahkan dapat dengan mudah cenderung susah untuk dijangkau bahkan
dilakukan di rumah musisi itu sendiri. bagi musisi yang dinaungi label rekaman
(Lestari, 2019) besar (Major Label) maupun musisi
Berdasarkan artikel dari independen, dikarenakan toko musik
Kompas.com yang bekerja sama dengan digital yang jangkauannya luas hingga
web infografik Ziliun tertulis bahwa, seluruh dunia tidak memungkinkan
memang sebagian musisi menggunakan baginya untuk melakukan hubungan
jalur independen karena memang tidak hukum dengan masing-masing musisi yang
atau belum punya akses ke media ingin memasukkan karya cipta musiknya
mainstream, tapi sebagian lainnya memang ke dalam toko musik digital tersebut,
memilih independen karena mereka tidak sehingga Aggregator Musik dapat menjadi
mau diatur pasar dan korporat besar yang perantara atau distributor bagi kedua belah
hanya ingin berjualan dan mendapat pihak tersebut untuk melakukan sebuah
untung. Mereka tidak mau diatur dan kerja sama.
disuruh membuat lagu dan musik yang Pada dasarnya Aggregator Musik
mereka tidak suka hanya karena ada target dalam menyediakan jasa, karena ia
penjualan. Ada banyak sekali musisi merupakan sebuah badan usaha maupun
Indonesia yang bagus dan memilih untuk perseorangan yang tidak bersifat nirlaba,
berkarya di jalur independen. Tapi itu sehingga dalam menjalankan jasanya ia
sama sekali tidak membuat prestasi mereka tetap membutuhkan timbal balik berupa
tidak terlihat. Justru mereka banyak keuntungan materiil melalui penarikan
diapresiasi oleh komunitas musik, baik di biaya atau penerapan tarif atas jasa yang
dalam sampai di luar negeri. (Hidayat, diberikannya. Aggregator Musik secara
2014) garis besar mempunyai peran sebagai
Era digital mulai merambah pada pelaku usaha, dan musisi menjadi
industri musik yang merubah alur pengguna usaha atau dapat dikatakan
pendistribusian musik. Awal mulanya, sebagai konsumen.
musik dinikmati secara kaset tape atau CD Tugas Aggregator Musik tidak
yang dapat dibeli pada toko-toko musik. hanya menjadi perantara untuk
banyak musisi menggantungkan hidup dari mendistribusikan sebuah karya cipta ke
692
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik
toko musik digital, namun ada beberapa maupun pemegang hak cipta biasanya
tugas dibalik peran tersebut, yaitu: berbentuk perjanjian yang sudah disiapkan
(Galuszka, 2015) oleh sang aggregator lalu pencipta maupun
1. Memantau status akan hak-hak pemegang hak cipta hanya tinggal
pencipta dan/atau pemegang hak cipta; menandatanganinya atau bisa disebut
2. Merubah bentuk fisik dari pencipta dengan perjanjian baku yang berasaskan
atau musisi ke bentuk digital; take it or leave it. Dengan kata lain, maka
3. Merubah dari bentuk digital, ke format timbul pernyataan ‘take it or leave it’ jika
digital yang dihendaki beberapa toko kamu tidak setuju dengan isi di dalam
musik digital [seperti iTunes kontrak yang telah dibuat oleh pihak
menggunakan Advanced Audio Coding penawar, maka mundur saja dari perjanjian
(AAC)]; ini. Perjanjian baku inilah yang diterapkan
4. Mengantarkan marketing materials dalam hubungan hukum antara Aggregator
pada toko musik digital. Musik dengan pencipta maupun pemegang
Tidak dapat dipungkiri era digital, hak cipta, baik oleh Major Label maupun
sadar maupun tidak, memaksa kita untuk musisi independen dalam naungan Indie
menghadapinya siap maupun tidak. Untuk Label.
itu, sebagai manusia kita perlu menjadi Klausula baku telah diatur pada
dinamis terhadap perubahan zaman. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor
Aggregator Musik merupakan bagian dari 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
bentuk adaptasi akan perubahan ini, namun Konsumen (UUPK) yang menyebutkan
dalam tindak lakunya ia masih belum bahwa tujuan dari larangan pencantuman
mempunyai batasan kewenangan, maka klausula baku yaitu larangan ini
dapat memunculkan kekhawatiran jika dimaksudkan untuk menempatkan
aggregator melakukan sebuah kelalaian, penerima setara dengan pihak penawar
berdasarkan hal tersebut perlu tinjauan berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak
lebih lanjut mengenai bagaimana batasan yang diatur pada Pasal 1338 Kitab
tanggung jawab suatu Aggregator Musik Undang-Undang Hukum Perdata
dalam pelaksanaan jasanya dalam (KUHPer). Pasal 18 ayat (1) UUPK
distribusi musik secara digital. mengatur secara rinci klausula-klausula
Tugas dan wewenang Aggregator baku apa saja yang dilarang dicantumkan
Musik secara garis besar ialah dalam sebuah perjanjian sehingga jika
pendistribusian sebuah lagu dan musik, klasula tersebut ditemukan dalam sebuah
untuk melakukan itu aggregator tentunya perjanjian maka perjanjian tersebut dapat
membutuhkan sebuah landasan dengan dibatalkan oleh pihak penerima.
pemilik lagu dan musik yakni dengan Memang, berlakunya perjanjian
sebuah perjanjian. baku yang menerapkan asas take it or
Menurut Sudikto Mertokusumo, leave it cenderung memberi kesenjangan
pada dasarnya perjanjian adalah proses posisi antara pihak penawar dan penerima,
interaksi atau hubungan hukum dari dua maka dari itu sebagai penerima harus lebih
perbuatan hukum yang saling berhadapan cerdik dalam hal meneliti imbangnya hak
yaitu penawaran oleh pihak penawar dan dan kewajiban antar kedua belah pihak
penerimaan oleh pihak penerima. Di antara sebelum menyetujui sebuah perjanjian.
pihak penawar dan pihak penerima Timbulnya perjanjian antara
tersebut harus tercapai kesepakatan untuk Aggregator Musik dengan pencipta
menentukan isi perjanjian yang akan maupun pemegang hak cipta
mengikat kedua belah pihak. mengakibatkan pemberian kuasa atas karya
(Mertokusumo, 1983) cipta yang dibuat oleh pencipta kepada
Bentuk perjanjian antara aggregator untuk bertindak pada karya
Aggregator Musik dengan pencipta cipta tersebut atas dirinya (pencipta) dalam
693
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
694
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik
695
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
696
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik
triliun. Saat ini, dana tersebut tidak dapat ini maka perlunya LMKN mencari strategi
ditarik oleh Lembaga Manajemen Kolektif yang tepat untuk meningkatkan kinerja
Nasional (LMKN) dikarenakan belum penarikan, penghimpunan, dan
adanya database musik yang lengkap. pendistribusian royalti agar dapat
(Heriani, 2019) memastikan hak Pencipta, Pemengang Hak
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Cipta dan Hak Terkait terpenuhi. (Ginting,
Asasi Manusia No. 36 Tahun 2018 tentang 2019)
Tata Cara Permohonan dan Penerbitan Izin Sejak tahun 2014 melalui UU Hak
Operasional serta Evaluasi Lembaga Cipta dan Permenkumham No. 29 Tahun
Manajemen Kolektif Pasal 1 menjelaskan 2014 membuktikan bahwa kedudukan
bahwa Lembaga Manajemen Kolektif LMK memang diakui hukum, dan posisi
Nasional (LMKN) adalah lembaga bantu Aggregator Musik dalam hukum dan
pemerintah non APBN yang mendapatkan perundang-undangan Indonesia cenderung
kewenangan atribusi dari Undang-Undang masih lemah. Walau secara garis besar
Hak Cipta untuk menarik, menghimpun antar keduanya memiliki tugas yang
dan mendistribusikan royalti serta hampir sama yaitu diberikan kuasa oleh
mengelola kepentingan hak ekonomi pencipta untuk melakukan kegiatan
Pencipta dan Pemilik Hak Terkait di menarik, menghimpun dan
bidang lagu dan/atau musik. Dari mendistribusikan royalti dari penggunaan
penjelasan tersebut jelas bahwa yang karya cipta lagu dan musik terhadap
berhak menarik royalti adalah LMKN. penjualan dan pengedaran karya cipta lagu
(Ginting, 2019) tersebut.
Sebelum peraturan ini diterbitkan, Ada beberapa hal yang dapat
penarikan royalti dan pendistribusian menjadi sebuah alasan Aggregator Musik
royalti pada lagu dan/atau musik yang tidak dapat dikatakan sebagai LMK,
digunakan untuk kepentingan bisnis karena pada dasarnya yang dilaksanakan
dilakukan oleh Lembaga Manajemen oleh Aggregator Musik lebih daripada tiga
Kolektif (LMK). Dikutip dari laman tugas dasar LMK yaitu menarik,
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, menghimpun dan mendistribusikan royalti.
pada pelaksanaan Deklarasi Bali, Aggregator Musik berwenang untuk
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual menyebarluaskan, mengumumkan, dan
(DJKI) Kementerian Hukum dan Hak menggandakan karya cipta tersebut yang
Asasi Manusia (Kemenkumham) Bersama kemudian menghimpun serta mengelola
Lembaga Manajemen Kolektif Nasional royalti atas karya cipta lagu dan musik
(LMKN) dan 8 (delapan) Lembaga yang dipertanggungjawabkan kepadanya
Manajemen Kolektif (LMK) seperti KCI, untuk didistribusikan ke platform-platform
WAMI, RAI, SELMI, PAPPRI, ARDI, streaming musik online maupun toko
ARMINDO, dan SMI menyepakati musik digital. Karena masih belum diatur
pemungutan royalti musik sistem satu dalam undang-undang, maka Aggregator
pintu. (Ginting, 2019) Musik dapat menawarkan jasa secara luas
Melalui Deklarasi Bali ini, kepada pencipta dan bertindak bebas atas
disepakati bahwa LMKN menjadi satu- kehendak dirinya. Karena pada dasarnya,
satunya badan yang memiliki kewenangan Aggregator Musik merupakan sebuah
untuk menarik, menghimpun, dan badan maupun perseorangan yang mencari
mendistribusikan royalti dari pengguna profit atas jasa yang ia lakukan, berbeda
yang bersifat komersial. Penarikan royalti dengan LMK sebuah badan nirlaba di
sistem satu pintu ini merupakan langkah bawah naungan Negara yang
awal perwujudan pengelolaan royalti melaksanakan tugas sesuai dengan undang-
musik yang profesional, transparan, adil, undang, bertanggung jawab terhadap
dan efisien. Dengan adanya kesepakatan LMKN dan Kemenkumham.
697
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
DAFTAR PUSTAKA
698
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik
Hidayat, W. (2014, Agustus 7). Didukung Heriani, F. N. (2019, Februari 6). Aplikasi
Teknologi, Musisi Indie Indonesia Penyedia Musik Sejenis JOOC,
Berprestasi. Retrieved from iTunes Siap-Siap Kena Royalti.
Kompas.com: Retrieved from hukumonline.com:
https://tekno.kompas.com/read/201 https://www.hukumonline.com/beri
4/08/07/10100087/Didukung.Tekn ta/baca/lt5c5abae4ca28f/aplikasi-
ologi.Musisi.Indie.Indonesia.Berpr penyedia-musik-sejenis-joox--
estasi itunes-siap-siap-kena-royalti/
699