Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

Penyakit Tropis

Disusun oleh :

Nama : Carolin Y. Lakotani

Kelas : Progsus Keperawatan

Semester : I

Dosen MK : Ns. Supriyanto, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
CONTOH KASUS

Seorang anak usia 14 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu. Demam naik turun dan pasien berkata sudah meminum obat untuk penurun
panas. Selain demam pasien mengeluh adanya bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki
pasien namun tidak gatal dan nyeri, pegal di persendian namun tidak bengkak dan pasien
mengeluh mual namun tidak muntah. Keluhan gusi berdarah atau mimisan disangkal. Buang
air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Pasien tidak pernah mengaluh hal serupa,
tidak ada keluarga pasien yang mengeluh hal serupa namun ada tetangga pasien yang
mengeluh hal serupa. Pasien tinggal bersama keluarga pasien dan tinggal di lingakungan
yang cukup bersih. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat bepergian dari luar kota disangkal.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang,


kesadaran compos mentis. Tekanan darah: 110/90 mmHg, Suhu 38,2 oC, nadi 80x/menit,
pernafasan: 20x/menit. Pemeriksaan status lokalis abdomen nyeri tekan epigastrium (+),
pemeriksaan lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan leukopenia
dan trombositopenia sedangkan hematocrit dalam batas normal.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apa diagnosis dari kasus tersebut dan jelaskan dasar diagnosis kasus tersebut?
Jawab:
Demam sejak 3 hari yang lalu, pada pasien ini didapatkan demam tinggi (suhu 38,2 oC),
dan demam naik turun, ini kemungkinan besar menandakan pasien terinfeksi virus
dengue yang ditularkan ke pasien melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti atau
Aedes albopictus dari tetangga pasien yang mengalami hal serupa atau pada saat pasien
bepergian ke luar kota. Jadi dapat disimpulkan pasien tersebut didiagnosis
menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan gejala penyerta yang
dialami pasien, antara lain:
1) Nyeri sedang
2) Pegal di persendian namun tidak bengkak
3) Mengeluh mual namun tidak muntah
4) Bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki pasien namun tidak gatal dan nyeri
5) Pemeriksaan status lokalis abdomen nyeri tekan epigastrium (+)
6) Leukopenia (kurangnya sel darah putih dalam darah)
7) Trombositopenia (kurangnya jumlah trombosit dalam darah)

2. Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut?


Jawab:
Diagnosis banding dari kasus tersebut adalah:
1) Demam tifoid: demam, mual, pegal di persendian, keluhan pencernaan (abdomen
nyeri tekan epigastrium (+))
2) Malaria: nyeri sedang, demam intermiten, terus menerus, mual dan pegal
dipersedian)
3) Campak: bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki pasien namun tidak gatal dan
nyeri. Riwayat imunisasi lengkap.
4) Demam chikungunya: nyeri sedanng, demam, nyeri epigastrium, pegal di
persendian. Biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya
mirip dengan ifluenza. Bila dibandingkan dengan DBD memperlihatkan serangan
demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu
disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan sering dijumpai nyeri sendi.
Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epitaksis hampir sama dengan DBD.

3. Apa saja tatalaksana kasus tersebut dan jelasan?


Jawab:
1) Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit yang banyak atau jus
buah untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma (keluhan gusi
berdarah atau mimisan disangkal) dn demam.
2) Berikan paracetamol untuk menurunkan suhu tubuh, jangan berikan obat-obat yang
dapat merangsang terjadinya perdarahan seperti: asetosal atau ibuprofen.
3) Berikan infus Ringer Laktat (RL) untuk memenuhi kebutuhan pasien.
4) Pantau tanda-tanda vital setiap jam, serta lakukan pemeriksaan laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam, untuk mengetahui hasil
TTV dan laboratorium guna menindaklanjuti tindakan penanganan terhadap pasien.
5) Turunkan jumlah cairan secara bertahap apabila terjadi penurunan hemotokrit dan
tanda membaik.

4. Bagaimana cara pencegahan terjadinya kasus tersebut?


Jawab:
1) Minum yang cukup, diselingi minum sari buah-buahan (tidak harus jus jambu) dan
ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum).
2) Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
3) Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
mengunjungi tempat endemik dengue.
4) Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya
5) Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk
mencegah nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat penampungan,
mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas dan pot bunga.
6) Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah
berkembangbiaknya nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan ke dalam bak tendon
air, satu sendok makan abate untuk bak ukuran 1m x 1m x 1m atau 10 mg dalam
100 liter air. Jangan dikuras 1 bulan karena obat ini melapisi dinding bak air
sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.

Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M, antara lain sebagai berikut:
1) Menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum dan lain-lain.
2) Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayang dan
lain-lain.
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

5. Sebutkan 5 tahap penyelidikan epidemiologi pada kasus diatas?


Jawab:
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka DBD
lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah penderita, dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penularan penyakit lebih lanjut.
Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh masyarakat
atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu melakukan penyelidikan
epidemiologi. Adapun langkah-langkah melakukan penyelidikan epidemiologi adalah
sebagai berikut:
1) Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita DBD
2) Menyiapkan perlalatan Penyelidikan Epidemiologi (tensimeter anak, senter, form
dan abate)
3) Petugas datang ke lurah atau kades di wilayah dengan penderita DBD
4) Menanyakan ada tidaknya penderita panas dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya, bila ada lakukan uji rumple leeds
5) Memeriksa jentik di tempat penampungan air di dalam dan diluar rumah dan hasil
pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir Penyelidikan Epidemiologi (PE).
TUGAS INDIVIDU
Mata kuliah : Penyakit Tropis

Dosen : Ns. Supriyanto, S.Kep

Disusun oleh :

Nama : Christi V. Tutupary

Kelas : Progsus Keperawatan

Semester : I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
CONTOH KASUS

Seorang anak usia 14 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu. Demam naik turun dan pasien berkata sudah meminum obat untuk penurun
panas. Selain demam pasien mengeluh adanya bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki
pasien namun tidak gatal dan nyeri, pegal di persendian namun tidak bengkak dan pasien
mengeluh mual namun tidak muntah. Keluhan gusi berdarah atau mimisan disangkal. Buang
air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Pasien tidak pernah mengaluh hal serupa,
tidak ada keluarga pasien yang mengeluh hal serupa namun ada tetangga pasien yang
mengeluh hal serupa. Pasien tinggal bersama keluarga pasien dan tinggal di lingakungan
yang cukup bersih. Riwayat imunisasi lengkap. Riwayat bepergian dari luar kota disangkal.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang,


kesadaran compos mentis. Tekanan darah: 110/90 mmHg, Suhu 38,2 oC, nadi 80x/menit,
pernafasan: 20x/menit. Pemeriksaan status lokalis abdomen nyeri tekan epigastrium (+),
pemeriksaan lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan leukopenia
dan trombositopenia sedangkan hematocrit dalam batas normal.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

6. Apa diagnosis dari kasus tersebut dan jelaskan dasar diagnosis kasus tersebut?
Jawab:
Demam sejak 3 hari yang lalu, pada pasien ini didapatkan demam tinggi (suhu 38,2 oC),
dan demam naik turun, ini kemungkinan besar menandakan pasien terinfeksi virus
dengue yang ditularkan ke pasien melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti atau
Aedes albopictus dari tetangga pasien yang mengalami hal serupa atau pada saat pasien
bepergian ke luar kota. Jadi dapat disimpulkan pasien tersebut didiagnosis
menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan gejala penyerta yang
dialami pasien, antara lain:
8) Nyeri sedang
9) Pegal di persendian namun tidak bengkak
10) Mengeluh mual namun tidak muntah
11) Bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki pasien namun tidak gatal dan nyeri
12) Pemeriksaan status lokalis abdomen nyeri tekan epigastrium (+)
13) Leukopenia (kurangnya sel darah putih dalam darah)
14) Trombositopenia (kurangnya jumlah trombosit dalam darah)

7. Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut?


Jawab:
Diagnosis banding dari kasus tersebut adalah:
5) Demam tifoid: demam, mual, pegal di persendian, keluhan pencernaan (abdomen
nyeri tekan epigastrium (+))
6) Malaria: nyeri sedang, demam intermiten, terus menerus, mual dan pegal
dipersedian)
7) Campak: bintik-bintik merah di kedua tangan dan kaki pasien namun tidak gatal dan
nyeri. Riwayat imunisasi lengkap.
8) Demam chikungunya: nyeri sedanng, demam, nyeri epigastrium, pegal di
persendian. Biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya
mirip dengan ifluenza. Bila dibandingkan dengan DBD memperlihatkan serangan
demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu
disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan sering dijumpai nyeri sendi.
Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epitaksis hampir sama dengan DBD.

8. Apa saja tatalaksana kasus tersebut dan jelasan?


Jawab:
6) Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit yang banyak atau jus
buah untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma (keluhan gusi
berdarah atau mimisan disangkal) dn demam.
7) Berikan paracetamol untuk menurunkan suhu tubuh, jangan berikan obat-obat yang
dapat merangsang terjadinya perdarahan seperti: asetosal atau ibuprofen.
8) Berikan infus Ringer Laktat (RL) untuk memenuhi kebutuhan pasien.
9) Pantau tanda-tanda vital setiap jam, serta lakukan pemeriksaan laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam, untuk mengetahui hasil
TTV dan laboratorium guna menindaklanjuti tindakan penanganan terhadap pasien.
10) Turunkan jumlah cairan secara bertahap apabila terjadi penurunan hemotokrit dan
tanda membaik.

9. Bagaimana cara pencegahan terjadinya kasus tersebut?


Jawab:
7) Minum yang cukup, diselingi minum sari buah-buahan (tidak harus jus jambu) dan
ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum).
8) Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
9) Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
mengunjungi tempat endemik dengue.
10) Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya
11) Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk
mencegah nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat penampungan,
mengosongkan air tergenang dari ban bekas, kaleng bekas dan pot bunga.
12) Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk mencegah
berkembangbiaknya nyamuk. Untuk abate yang ditaburkan ke dalam bak tendon
air, satu sendok makan abate untuk bak ukuran 1m x 1m x 1m atau 10 mg dalam
100 liter air. Jangan dikuras 1 bulan karena obat ini melapisi dinding bak air
sehingga kalau ada jentik, jentik akan mati.

Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M, antara lain sebagai berikut:
4) Menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum dan lain-lain.
5) Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayang dan
lain-lain.
6) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

10. Sebutkan 5 tahap penyelidikan epidemiologi pada kasus diatas?


Jawab:
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka DBD
lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah penderita, dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penularan penyakit lebih lanjut.
Jika ada penderita/tersangka DBD yang dilaporkan langsung oleh masyarakat
atau oleh RS, maka petugas P2M Puskesmas perlu melakukan penyelidikan
epidemiologi. Adapun langkah-langkah melakukan penyelidikan epidemiologi adalah
sebagai berikut:
6) Mencatat identitas penderita/tersangka DBD di buku harian penderita DBD
7) Menyiapkan perlalatan Penyelidikan Epidemiologi (tensimeter anak, senter, form
dan abate)
8) Petugas datang ke lurah atau kades di wilayah dengan penderita DBD
9) Menanyakan ada tidaknya penderita panas dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya, bila ada lakukan uji rumple leeds
10) Memeriksa jentik di tempat penampungan air di dalam dan diluar rumah dan hasil
pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir Penyelidikan Epidemiologi (PE).

Anda mungkin juga menyukai