Anda di halaman 1dari 6

DINAMIKA PENDIDIKAN IPS

DI PROVINSI GORONTALO DAN SOLUSI

Dosen Pengampu : Cicilia Melinda, M.Pd

OLEH :
BAIROH
NIM 2038107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021
Problematika IPS di Pembelajaran
1. Permasalahan dan Penyebab
Keterampilan guru dalam membuka pelajaran seperti,
menyiapakan peserta didik secara psikis dan fisik, memberikan motivasi
awal, dan memberikan apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari terlihat masih
kurang. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan guru dalam menginovasikan proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya
berpusat pada guru (student centered) dan siswa hanya mendengarkan
uraian dan mengamati materi yang dituliskan di papan tulis.
Hal ini yang menyebabkan pembelajaran IPS kurang digemari oleh
siswa. Sebagian siswa mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan
mata pelajaran yang membosankan, karena penyajiannya yang selalu
monoton serta hanya membentuk budaya menghafal saja. Selain itu
dalam penyampaian apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari kurang
terperinci, hal ini disebabkan karena guru sering mengabaikan kegiatan
apersepsi, karena dalam prakteknya tidaklah mudah. Banyak kesullitan
yang dialami guru, seperti kurangnya penguasaan guru terhadap
apresepsi dan adanya anggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya
berpengaruh kecil terhadap proses pembelajaran.
Apresepsi merupakan salah satu hal pokok yang harus diberikan
sebelum kegiatan pembelajaran. Dengan pemberian apersepsi akan
membangkitkan ingatan siswa mengenai materi pelajaran yang lalu.
Selain itu siswa juga dapat mengetahui keterkaitan antara materi yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari. Kegiatan memberikan apersepsi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan
menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Selain apersepsi, tujuan pembelajaran juga disampaikan di
awal pembelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami
siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran motivasi juga sangat diperlukan,
sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar, sedangkan siswa yang sudah
termotivasi akan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Mc
Donald (Hamalik, 2009: 158), motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Tanpa motivasi, pembelajaran
yang terjadi akan kurang bermakna dan tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai dengan maksimal. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang tercantum dalam KTSP (2006: 271) yaitu berpikir secara kritis,
rasional, kreatif, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawa, serta dapat
berinteraksi dengan individu lain. Beberpa tujuan tersebut dapat tercapai
apabila terdapat motivasi pembelajaran dari dalam dan dari luar individu
peserta didik.
Jadi kegiatan memotivasi (teknik memotivasi) dapat berupa:
a) Menginformasikan tujuan pembelajaran
b) Menginformasikan manfaat pembelajaran
c) Menginformasikan garis besar materi pembelajaran
2. Solusi
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus sesuai dengan
karakteristik usia anak. Siswa kelas IV SD berumur antara 9-10 tahun.
Buhler berpendapat bahwa pada usia 9-11 tahun berada pada fase sekolah
dasar. Pada fase ini anak mulai menyelidik, mencoba, dan berekspresi
yang dirangsang oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu
yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih,
menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, A. 2016: 118). Pada akhir fase ini
secara tidak sadar, anak mulai berpikir tentang diri pribadi. Menurut Piaget
anak usia (6/7-11/12 tahun) termasuk dalam tahap operasional konkret,
dimana anak mampu berpikir rasional dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang konkret/aktual (Desmita, 2012: 156). Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun
yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah
sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami
(abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan
(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-
konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada
siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan
konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner memberikan pemecahan
berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu
dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak
tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambing, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya
pada siswa kelas IV SD sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual dan
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntuk kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif. Jika sebelumnya daya pikir siswa masih bersifat
imaginative atau berkhayal, maka pada masa ini dyaa pikir siswa sudah
berkembang kearah berpikir konkret atau rasional.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
kemampuan guru dalam membangun apresepsi siswa dalam materi
Keragaman suku bangsa dan budaya yaitu dengan bertanya kepada siswa
tentang : kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam suku bangsa di
Indonesi, coba siapa yang dapat menyebutkan suku-suku bangsa yang ada
di Indonesia?, Berasal dari suku manakah kalian?, Apakah kalian tahu
nama rumah adat dari Jawa Tengah?. Selain itu, solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan kemampuan guru dalam
memotivasi siswa yaitu menggunakan media video berupa nyanyian suku-
suku bangsa yang ada di Indonesia.
Azhar Arsyad (2016: 50) menyatakan bahwa video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikkan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, dan mempengaruhi sikap. Hal tersebut sesuai dengan taraf
berpikir anak SD yang masih berada dalam tahap berpikir konkrit dimana
anak hanya mampu berpikir dengan logic jika untuk memecahkan masalah
yang sifatnya konkrit atau nyata saja, yaitu dengan cara mengamati atau
melakukan sesuatu yang berkitan dengan pemecahan masalah itu.
Sementara itu Hernawan (2007: 7) mengungkapkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian bahwa informasi yang disampaikan secara
audio visual akan lebih kuat diingat dibandingkan dengan penyampaian
informasi secara auditori saja atau visual saja. Oleh karena itu , alat-alat
audio visual dapat membuat suatu pengertian atau informasi lebih berarti.
Arief S. Sadiman, dkk (2014: 74) menyatakan bahwa video sebagai
media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media
video antara lain:
1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dan
rangsangan luas lainnya.
2) Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada
penyajian dan siswanya.
3) Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
4) Keras lemahnya suara dapat diatur.
5) Gambar proyeksi dapat dibekukan untuk diamati.
6) Objek yang sedang bergerak dapat diamati lebih dekat.
Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah:
1) Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain.
2) Kurang mampu menampilkan detail obyek yang disajikan secara
sempurna.
3) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.

Anda mungkin juga menyukai