FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN 2021 Problematika IPS di Pembelajaran 1. Permasalahan dan Penyebab Keterampilan guru dalam membuka pelajaran seperti, menyiapakan peserta didik secara psikis dan fisik, memberikan motivasi awal, dan memberikan apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari terlihat masih kurang. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru dalam menginovasikan proses pembelajaran, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya berpusat pada guru (student centered) dan siswa hanya mendengarkan uraian dan mengamati materi yang dituliskan di papan tulis. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran IPS kurang digemari oleh siswa. Sebagian siswa mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, karena penyajiannya yang selalu monoton serta hanya membentuk budaya menghafal saja. Selain itu dalam penyampaian apersepsi atau kaitan materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari kurang terperinci, hal ini disebabkan karena guru sering mengabaikan kegiatan apersepsi, karena dalam prakteknya tidaklah mudah. Banyak kesullitan yang dialami guru, seperti kurangnya penguasaan guru terhadap apresepsi dan adanya anggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya berpengaruh kecil terhadap proses pembelajaran. Apresepsi merupakan salah satu hal pokok yang harus diberikan sebelum kegiatan pembelajaran. Dengan pemberian apersepsi akan membangkitkan ingatan siswa mengenai materi pelajaran yang lalu. Selain itu siswa juga dapat mengetahui keterkaitan antara materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan memberikan apersepsi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Selain apersepsi, tujuan pembelajaran juga disampaikan di awal pembelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. Dalam kegiatan pembelajaran motivasi juga sangat diperlukan, sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, sedangkan siswa yang sudah termotivasi akan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Mc Donald (Hamalik, 2009: 158), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Tanpa motivasi, pembelajaran yang terjadi akan kurang bermakna dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang tercantum dalam KTSP (2006: 271) yaitu berpikir secara kritis, rasional, kreatif, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawa, serta dapat berinteraksi dengan individu lain. Beberpa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terdapat motivasi pembelajaran dari dalam dan dari luar individu peserta didik. Jadi kegiatan memotivasi (teknik memotivasi) dapat berupa: a) Menginformasikan tujuan pembelajaran b) Menginformasikan manfaat pembelajaran c) Menginformasikan garis besar materi pembelajaran 2. Solusi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus sesuai dengan karakteristik usia anak. Siswa kelas IV SD berumur antara 9-10 tahun. Buhler berpendapat bahwa pada usia 9-11 tahun berada pada fase sekolah dasar. Pada fase ini anak mulai menyelidik, mencoba, dan berekspresi yang dirangsang oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi (Sobur, A. 2016: 118). Pada akhir fase ini secara tidak sadar, anak mulai berpikir tentang diri pribadi. Menurut Piaget anak usia (6/7-11/12 tahun) termasuk dalam tahap operasional konkret, dimana anak mampu berpikir rasional dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang konkret/aktual (Desmita, 2012: 156). Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep- konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambing, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya pada siswa kelas IV SD sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual dan melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntuk kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. Jika sebelumnya daya pikir siswa masih bersifat imaginative atau berkhayal, maka pada masa ini dyaa pikir siswa sudah berkembang kearah berpikir konkret atau rasional. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kemampuan guru dalam membangun apresepsi siswa dalam materi Keragaman suku bangsa dan budaya yaitu dengan bertanya kepada siswa tentang : kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam suku bangsa di Indonesi, coba siapa yang dapat menyebutkan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia?, Berasal dari suku manakah kalian?, Apakah kalian tahu nama rumah adat dari Jawa Tengah?. Selain itu, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kemampuan guru dalam memotivasi siswa yaitu menggunakan media video berupa nyanyian suku- suku bangsa yang ada di Indonesia. Azhar Arsyad (2016: 50) menyatakan bahwa video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat menyajikkan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, dan mempengaruhi sikap. Hal tersebut sesuai dengan taraf berpikir anak SD yang masih berada dalam tahap berpikir konkrit dimana anak hanya mampu berpikir dengan logic jika untuk memecahkan masalah yang sifatnya konkrit atau nyata saja, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkitan dengan pemecahan masalah itu. Sementara itu Hernawan (2007: 7) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian bahwa informasi yang disampaikan secara audio visual akan lebih kuat diingat dibandingkan dengan penyampaian informasi secara auditori saja atau visual saja. Oleh karena itu , alat-alat audio visual dapat membuat suatu pengertian atau informasi lebih berarti. Arief S. Sadiman, dkk (2014: 74) menyatakan bahwa video sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media video antara lain: 1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dan rangsangan luas lainnya. 2) Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajian dan siswanya. 3) Dapat menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. 4) Keras lemahnya suara dapat diatur. 5) Gambar proyeksi dapat dibekukan untuk diamati. 6) Objek yang sedang bergerak dapat diamati lebih dekat. Sementara kekurangan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan media video dalam proses belajar mengajar adalah: 1) Komunikasi bersifat satu arah dan perlu diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain. 2) Kurang mampu menampilkan detail obyek yang disajikan secara sempurna. 3) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.