Responsif 2
Responsif 2
3)Mark Zuckerberg dengan resmi mengumumkan pergantian nama Facebook menjadi Meta
dalam Connect 2021. Ia menyatukan seluruh aplikasi dan teknologi dalam sebuah nama
perusahaan baru tersebut. Fokus Meta adalah untuk menghidupkan metaverse dan membantu
manusia untuk saling terhubung antara satu sama lain, menemukan komunitas, dan
mengembangkan bisnis. Selain mengalihkan fokusnya ke metaverse, Meta juga akan
menghadapkan pengawasan dari bahaya dunia nyata di berbagai platformnya setelah adanya
laporan kebocoran ratusan dokumen internal. Dilansir dari about.fb.com metaverse akan
memberikan pengalaman antara kehidupan virtual sosial saat ini, yang diperluas menjadi tiga
dimensi atau diproyeksikan ke dunia fisik. Hal tersebut akan memungkinkan Anda berbagi
pengalaman secara mendalam dengan orang lain yang bahkan sedang tidak bersama Anda
dan melakukan hal-hal bersama yang tidak dapat dilakukan dalam dunia fisik. Ini merupakan
evolusi berikutnya dalam bidang sosial teknologi yang akan mengantarkan babak baru bagi
perusahaan tersebut.
Dalam siaran persnya, perusahaan yang sebelumnya dikenal dengan nama Facebook ini juga
mengatakan mereka berencana untuk memulai perdagangan saham dengan simbol “MVRS”
pada 1 Desember. Perubahan nama ini dapat menjadi bagian dari upaya untuk merombak
reputasi Facebook dan membuka halaman baru setelah serangkaian mimpi buruk, termasuk
informasi yang salah tentang platformnya, kegagalan moderasi konten, dan pengungkapan
tentang efek negatif produknya terhadap kesehatan mental beberapa pengguna.
4) Perkembangan era digital yang begitu pesat berdampak pada hampir sebagian besar
kehidupan. Termasuk pada perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja.
Hal ini tentu harus disadari oleh para marketer, sehingga strategi yang ditetapkan dalam
mengembangkan usaha bisa kompatibel dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan tersebut.
1.Membandingkan kualitas produk dari review di internet.
Sebagian besar konsumen Indonesia akan lebih dulu mencari tahu kualitas dari produk yang
dibutuhkan dari review yang ada di internet. Biasanya mereka akan memanfaatkan halaman
pencarian Google, media sosial, atau kolom testimonial yang terdapat pada toko online Anda.
2. Utamakan kemudahan pemesanan dan pembayaran.
Di era digital seperti saat ini, harga murah tidak lagi menjadi satu-satunya daya tarik
pelanggan. Sebagian besar justru lebih memilih harga produk yang lebih mahal, namun
tentunya dengan kualitas dan layanan yang jauh lebih baik.
3. Menyukai personalisasi
Tentu saja, masing-masing pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda
terhadap produk dan layanan yang Anda berikan. Kondisi inilah yang membuat produk atau
layanan yang telah dipersonalisasi, lebih disukai dan populer di kalangan pelanggan.
4. Tidak ingin tertinggal hype(tren).
Satu lagi perilaku konsumen dalam berbelanja di era digital, yaitu mereka tidak ingin
tertinggal hype atau segala sesuatu yang sedang menjadi trending topic.
Peluang ini bisa Anda manfaatkan sebagai momen yang tepat untuk menciptakan inovasi
produk sesuai dengan apa yang tengah menjadi perbincangan masyarakat luas di media
sosial. Terlebih jika target pasar yang dituju adalah generasi milenial yang cenderung selalu
ingin terlihat up-to-date.
5). Mega merger Gojek dan Tokopedia menjadi topik hangat di Tanah Air saat ini. Setelah
resmi merger, valuasi perusahaan gabungan tersebut dikabarkan akan mencapai US$ 35
hingga 40 miliar. Hal tersebut dilihat dari valuasi Gojek saat ini yang bisa mencapai US$10
miliar dan Tokopedia US$7 miliar.
Isu mega merger Gojek dan Tokopedia menguat pada awal Januari 2021. Rencana keduanya
pada entitas baru ini 60% sahamnya akan dipegang oleh investor Gojek dan 40% oleh
investor Tokopedia.
1. Nama GoTo
Nama GoTo pada akhirnya dipilih Gojek dan Tokopedia. GoTo saat ini adalah perusahaan
dengan tiga layanan sekaligus, yakni on-demand, sistem pembayaran digital, dan market
place. Menurut William Tanuwijaya selaku co-founder dan CEO Tokopedia, GoTo adalah
singkatan dari nama Gojek dan Tokopedia yang menjadi gambaran semangat gotong-royong
atas penggabungan kedua perusahaan
2. Jajaran Manajemen.
Diketahui bahwa terdapat empat nama petinggi dua perusahaan yang mengisi jabatan penting
di GoTo setelah merger. Andre Soelistyo selau CEO GoTo juga memimpin layanan
pembayaran dan layanan keuangan yang terangkum dalam GoTo Financial. Sedangkan
Patrick Cao selaku President GoTo Group dan Kevin Aluwi selaku CEO Gojek, sedangkan
William Tanuwijaya menjabat sebagai CEO Tokopedia.
3. Valuasi.
Kedua perusahaan tersebut tidak mengungkap tentang informasi mengenai valuasi GoTo
Group. Meski demikian, diketahui bahwa Gojek dan Tokopedia berhasil mengumpulkan dana
sebesar US$ 8,2 miliar dari investor.
Sedangkan menurut laporan CBInsights pada April 2021, Gojek diketahui memiliki valuasi
sebesar US$ 10 miliar dan Tokopedia US$ 7 miliar. Valuasi GoTo Group diprediksi bisa
lebih besar lagi setelah merger berhasil dilakukan.