Anda di halaman 1dari 2

Makalah

Alternatif Penyelesaian Sengketa

1. Konsep dan pedoman Alternatif


a. Penyelesaian Sengketa telah dimulai Undang-undang Dasar 1945 yang di jiwai Pancasila
sebagai dasar filosofi kehidupan bermasyarakat Indonesia telah mengisyaratkan bahwa
asas penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mufakat lebih diutamakan dan
Undang-Undang No.14 tahun1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Meskipun terdapat keterbatasan dalam peraturan perundangan tentang arbitrase
seperti mediasi, negosiasi dan konsiliasi, tetapi telah terjadi perkembangan yang berarti
di Indonesia berkenaan dengan penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
b. Dasar pengaturan tentang ADR dan Arbitrase kemudian di sempurnakan dengan di
undangkannya Undang-undang no 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1999 nomor 138 tanggal 12 Agustus 1999. Jacqueline M. Nolan-Haley, menjelaskan
bahwa Penyelesaian Alternatives terdiri dari Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase. bentuk
penyelesaian sengketa (ADR) di atas yang dilakukan diluar pengadilan, memiliki
kelebihan dan kekurangan, tergantung yang mana lebih disukai atau dianggap cocok
dengan sifat dan bentuk sengketa oleh para pihak untuk menyelesai kan permasalahan
yang sedang mereka hadapi.
c. Konflik atau sengketa merupakan suatu hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan
ini. Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkan pada
perbedaan kepentingan. Konflik akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila
pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keperihatinannya
secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian ataupun
kepada pihak lain.
Sengketa sebagai bentuk aktualisasi dari suatu konflik atau pertentangan diantara dua
pihak atau lebih tidak mungkin dibiarkan begitu saja, melainkan harus dicarikan jalan
keluar atau penyelesaiannya sehingga tidak berkepanjangan dan menimbulkan kerugian
yang lebih besar. Berkenaan dengan hal ini, pada dasarnya terdapat berbagai model
penyelesaian sengketa, baik yang bersifat formal mapun informal, yang secara umum
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu secara adjudikatif, konsensual, dan quasi
adjudikatif. Penyelesaian sengketa secara adjudikatif ditandai dengan adanya
kewenangan pengambilan putusan yang bersifat win-lose solution oleh pihak ketiga atas
sengketa yang berlangsung diantara para pihak. Penyelesaian adjudikatif dapat
dilakukan melalui institusi Pengadilan atau. Penyelesaian sengketa secara konsensual
ditandai dengan cara penyelesaian sengketa secara kooperatif dan kompromi untuk
mencapai solusi yang bersifat win-win solution. Pihak ketiga dapat dilibatkan dalam
proses penyelesaian sengketa jika diperlukan, namun tanpa kewenangan untuk
mengambil putusan. Termasuk bentuk penyelesaian konsensual ini diantaranya adalah
negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. Sementara itu penyelesaian sengketa secara quasi
adjudikatif merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif.
Disamping bentuk-bentuk tersebut di atas, juga terdapat dua bentuk penyelesaian
sengketa perdata yang diakui dan dikembangkan di Indonesia, yaitu penyelesaian secara
litigasi dan nonlitigasi. Penyelesaian secara litigasi merupakan penyelesaian sengketa
yang dilakukan melalui lembaga Pengadilan. Sedangkan penyelesaian sengketa secara
nonlitigasi adalah penyelesaian sengketa di luar Pengadilan yang dilaksanakan
berdasarkan ketentuan hukum serta kehendak dan itikad baik dari para pihak untuk
menyelesaikan sengketa.

Seiring dengan semakin tingginya kesadaran hukum masyarakat, terdapat kecenderungan dari para
pihak untuk menempuh jalur litigasi dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi. Hal ini berimplikasi
pada semakin banyaknya perkara yang ditangani oleh Pengadilan sehingga penyelesaian suatu sengketa
membutuhkan waktu yang lebih lama. Disamping itu, faktor besarnya biaya berperkara di Pengadilan
juga menjadi hambatan tersendiri bagi para pihak dalam penyelesaian suatu sengketa. Dengan demikian
asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan menjadi semakin sulit untuk diterapkan. Oleh
sebab itu, kini mulai digalakkan alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa secara nonlitigasi di luar
Pengadilan, yakni melalui mekanisme Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dikenal juga dengan
istilah Alternatif Penyelesaian Sengketa. ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak. Namun demikian, penyelesaian melalui
mekanisme ADR ini pada umumnya hanya diterapkan pada sengketa keperdataan saja.

Anda mungkin juga menyukai