Seiring dengan semakin tingginya kesadaran hukum masyarakat, terdapat kecenderungan dari para
pihak untuk menempuh jalur litigasi dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi. Hal ini berimplikasi
pada semakin banyaknya perkara yang ditangani oleh Pengadilan sehingga penyelesaian suatu sengketa
membutuhkan waktu yang lebih lama. Disamping itu, faktor besarnya biaya berperkara di Pengadilan
juga menjadi hambatan tersendiri bagi para pihak dalam penyelesaian suatu sengketa. Dengan demikian
asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan menjadi semakin sulit untuk diterapkan. Oleh
sebab itu, kini mulai digalakkan alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa secara nonlitigasi di luar
Pengadilan, yakni melalui mekanisme Alternative Dispute Resolution (ADR) atau dikenal juga dengan
istilah Alternatif Penyelesaian Sengketa. ADR adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak. Namun demikian, penyelesaian melalui
mekanisme ADR ini pada umumnya hanya diterapkan pada sengketa keperdataan saja.