Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses yang normal dan fisiologi yang dialami
oleh setiap wanita (Sutanto & Fitriana, 2019:3) . Kehamilan akan terjadi
apabila seorang wanita, memiliki organ reproduksi yang sehat, dan telah
mengalami menstruasi, lalu melakukan hubungan sexual dengan seorang pria
yang sehat, dan juga memiliki organ reproduksi yang sehat maka
kemungkinan besar wanita tersebut akan hamil. Masa kehamilan dimulai dari
masa konsepsi sampai lahirnya bayi selama 280 hari atau 40 minggu yang
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Oktaviani, 2017:274).
Meskipun kehamilan, bersalin dan nifas adalah hal yang normal, namun
hal tersebut dapat berubah menjadi patologi atau komplikasi setiap saat. Oleh
karena itu, setiap ibu yang hamil, bersalin dan nifas termasuk bayi baru lahir
memerlukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan atau continuity of
care yang berbasis riset atau evidence based dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan yang berfokus pada upaya preventif,
promotif, deteksi dini komplikasi, serta pendokumentasian dan KIE (Munthe
dkk, 2019:5).
Permasalahan yang sampai saat ini belum dapat diatasi adalah masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya
tapi bukan karena sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu
indikator untuk mengukur derajat kesehatan wanita (Kemenkes RI, 2019: 97).
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam
usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2019: 120).
Di Indonesia, menurut data dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
tahun 2015, yang dilakukan setiap 10 tahun sekali, Terdapat 346 Angka
Kematian Ibu (AKI) pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per
100.000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015:52). Dan pada tahun 2019, terdapat
4.221 Angka Kematian Ibu di Indonesia, dengan penyebab kematian ibu
terbanyak adalah pendarahan (1.280 kasus) dan hipertensi dalam kehamilan
(1.066 kasus). Berdasarkan model Annual Average Reduction Rate (ARR)
atau angka penurunan rata-rata kematian ibu, diperkirakan pada tahun 2030
AKI di Indonesia akan turun menjadi 131/100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes, 2019: 98). Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000
kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per
1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal
terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) (Kemenkes, 2019:
120)
Untuk AKI di wilayah Sumatera Selatan, berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019, pada tahun 2018 terdapat
120 kasus Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan dan hal ini
meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 107 kasus. AKI
terbanyak di Sumatera Selatan disebabkan oleh pendarahan (46 kasus) dan
hipertensi dalam kehamilan (29 kasus),. Dengan wilayah penyumbang AKI
terbanyak terdapat di Kabupaten banyuasin yaitu sebanyak 15 kasus (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2019:31). Berdasarkan laporan, pada tahun 2018
terdapat 445 kasus kematian neonatal. Kematian neonatal terbanyak
berdasarkan penyebab kematiannya yaitu, 150 kasus dikarenakan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan138 kasus karena Asfiksia. Dengan jumlah
kematian neonatal terbanyak terdapat di Kabupaten Banyuasin yaitu sebanyak
48 kasus. (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019: 32)
Di kota Palembang sendiri, pada tahun 2018 berdasarkan laporan, terdapat
4 Angka Kematian Ibu (AKI) dengan penyebab pendarahan (1), hipertensi
dalam kehamilan (1), gangguan sistem peredaran darah (1) dan penyebab lain
(1). Hal ini menunjukkan penurunan AKI dibandingkan dari tahun 2017 yaitu
7 orang Angka Kematian Ibu (AKI) . Untuk Angka Kematian Bayi (AKB)
terdapat 18 kasus dengan penyebab kematian terbanyak yaitu Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019:31).
Upaya pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan
membuat program-program seperti, program pelayanan kesehatan ibu hamil
(antenatal) yang mencakup 10 T dan dilakukan secara continuity of care care
yang berbasis riset dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
yang berfokus pada upaya preventif, promotif, deteksi dini komplikasi, serta
pendokumentasian dan KIE, program menuju penjaminan kompetensi bidan
di desa sesuai standar, program menuju penjaminan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu melakukan pertolongan 24/7 sesuai
standar, program menuju penjaminan seluruh puskesmas PONED dan RS
PONEK Kabupaten/Kota berfungsi 24/7 sesuai standar, program menuju
penjaminan terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi, serta
program peningkatan kemitraan dengan lintas sektor swasta (Kurniasih
dkk,2017:2). Selain itu, upaya penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan
dengan menjamin agar setiap ibu hamil mampu mengakses pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana
termasuk KB pasca persalinan. (Kemenkes, 2019:99).
Setelah diadakannya program-program penurunan AKI dan AKB, perlu
diadakan penilaian dengan suatu indikator untuk menilai keberhasilan dalam
program tersebut. Keberhasilan dalam program pelayanan kesehatan ibu
hamil, dapat dinilai dengan indikator cakupan K1 dan K4, PN dan KF3.
Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga Kesehatan . Cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
asuhan kehamilan paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan pada
setiap semester. Cakupan PN adalah cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan dan KF3 adalah cakupan kunjungan nifas yang dilakukan
minimal 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan (Kemenkes RI,2019: 99).
Selain itu, Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi resiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam
setelah lahir adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) serta
cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap) yaitu cakupan
pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali sesuai standar. Kunjungan
neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkan kematian bayi
baru lahir (Kemenkes, 2019: 99).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia, Cakupan K1 di
Indonesia Tahun 2019 yaitu sebesar 96,4%, Cakupan PN sebesar 90,9%,
Cakupan KF3 78,8%, Cakupan K4 sebesar 88,5% dimana hal ini mengalami
peningkatan dibanding dengan target Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan Tahun 2019 sebesar 80%. Capaian KN1 di Indonesia
pada Tahun 2019 sebesar 94,9%, lebih kecil dari tahun 2018 yaitu sebesar
97,4%. Namun capaian ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu
sebesar 90% (Kemenkes, 2019: 352).
Untuk Cakupan K1 di Provinsi Sumatera Selatan mencapai angka 98.1%.
Sedangkan untuk Cakupan K4 di Provinsi Sumatera Selatan mencapai angka
94,8%. Dan untuk Cakupan PN yaitu sebesar 95% dan Cakupan KF3 sebesar
91,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak masyarakat yang mengerti
dan paham betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas
ke tenaga kesehatan. Sedangkan untuk cakupan KN1 di Provinsi Sumatera
Selatan sebesar 95,7% dan cakupan KN Lengkap sebesar 93,4 % (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2019:48).
Di Kota Palembang Sendiri, pada tahun 2019 Cakupan K1 sebesar 100%
dan Cakupan K4 sebesar 98,9%, Cakupan PN sebesar 98,8%, dan Cakupan
KF3 sebesar 96,7% . Dari data diatas menunjukkan bahwa untuk Cakupan
K1 & K4 di Kota Palembang sudah melebihi target Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2019 yaitu sebesar 80%. (Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2019:365). Sedangkan untuk cakupan KN1 dan
KN lengkap pada tahun 2017 yaitu sebasar 95% dan 93,9% (Dinas Kesehatan
Kota Palembang, 2018:63).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala
Husin Palembang pada tahun 2020 didapatkan bahwa cakupan K1 sebanyak
258 dan cakupan K4 berjumlah 115. Untuk cakupan PN sebanyak 193,
cakupan KF3 sebanyak 94 , dan KN Lengkap sebanyak 150 (Medical Record
PMB Choirul Mala Husin Palembang, 2020).
Pada Proposal Laporan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan desain
penelitian studi kasus dengan pendekatan continuity of care yaitu pemberian
asuhan yang dilakukan secara berkesinambungan dan dianalisis secara
mendalam secara komprehensif oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan.
Penelitian ini juga diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir (LTA) dalam rangka memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jurusan Kebidanan
Palembang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk Menyusun
Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny.”A” di Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala
Husin Palembang Tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. “A” di Praktik


Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang Tahun 2021?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif


pada Ny. “A” di Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang
Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada


Ny.“A” di Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang
Tahun 2021.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada
Ny.”A”di Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang
Tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis pada Ny.”A”di Praktik
Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang Tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny.”A”di
Praktik Mandiri Bidan Choirul Mala Husin Palembang Tahun 2021.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis
Dapat bermanfaat bagi penulis terutama untuk mengaplikasikan ilmu
dan keterampilan yang didapat serta menambah pengalaman dari dunia
kerja dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
2. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam proses
pembelajaran dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
3. Bagi PMB
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai