Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH REFORMASI: ERA PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID DAN

MEGAWATI SERTA KEBIJAKAN PEMERINTAHANNYA

Dosen pembimbing: Abdul Azis S. Pd, M. Pd

Di susun oleh:
Kelompok 4

Linda Listari : 1806101020003


Meisyi Fahira : 1806101020023
Novia Rizki Ananda : 1806101020060

Mardiana : 18061010200

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SEJARAH
REFORMASI: ERA PRESIDEN ABDURRAHMAN WAHID DANMEGAWATI SERTA
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN NYA” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen Pembina mata kuliah ini yang telah
memberikan arahan kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu kami dalam mendapatkan bahan materi makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat untuk pembaca. Sebelumnya
kami mengucapkan mohon maaf atas kesalahan didalam penulisan makalah ini, kami terbuk
adalam menerima saran dan masukan dari semua pihak dan pembaca, karena makalah ini memiliki
banyak kekurangan.

Darussalam, Banda Aceh November 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1 Kondisi pemerintahan era presiden Abdrurahman Wahid ....................................................... 5
2.2 Kebijakan kebijakan pemerintahan era presiden Abdurrahman Wahid .................................. 6
2.3 Kondisi pemerintahan era presiden Megawati ......................................................................... 10
2.4 Kebijakan-kebijakan era presiden Megawati ........................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................ 17
PENUTUP............................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Semenjak tumbangnya rezim soharto yang di gerakan oleh mahasiswa pada tahun 1998,
Indonesia kemudian mengalami banyak perubahan yang begiu cepat di bawah kepemimpinan
presiden Abdurrahman wahid. Perubahan itu mencangkup perubahan militer, perubahan
politik, dan sosial maupun politik. Ia memposisikan militer secara profesionalsebagai kekuatan
pertahanan dan keamanan sosial. Presiden Abdurrahman wahid merupakan presiden yang
konsisten dengan prinsip- prinsipnya yang berakal pada islam liberal. Perubagan yang
dilakukan oleh presiden yang akrab di sapa Gus Dur ini apa yang menyangkut dengan
demokrasi politik, dimana pada masas ini presiden ke Indonesia yang hanya menjabat sebagai
presiden yang hanya bertahan selama 2 tahun saja. Namun selama ia menjabat sebagai presiden
telah banyak merubah demokrasi di Indonesia. Selain bidang militer juga pada bidang
birokrasi, agama dan politik. Selain itu ia juga melekuidasi departemen sosial sebagai sarang
penyimpanan misalnya korupsi dan dana bantuan yang tidak secara utuh sampai pada korban-
korban bencana alam yang terjadi pada masa itu.
Namun kepemimpinan nya yanf singkat, presiden Abdurrahman wahid akirnya di gantikan
oleh Megawati. Presiden Republik Indonesia yang ke–5 adalah Megawati Soekarnoputri.
Megawati merupakan presiden wanita pertama yang dimiliki Indonesia. Ini merupakan sebuah
prestasi dan prestisi secara pribadi bagi Megawati. Masa kepresidenan Megawati tidak lepas
dari politik luar negeri. Ada kebijakan politik yang baru dalam pemerintahan Megawati, yaitu
memulai berani menjalin kerjasama dengan negara di luar Amerika. Selama melaksanakan
politik luar negeri, yang menjadi prioritasnya adalah menjalin hubungan baik dengan negara
tetangga, khususnya dengan kawasan ASEAN dan Timur Leste, negara yang pernah jadi
bagian NKRI.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang yang telah di paparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
A. Bagaimana kondisi pemerintahan era presiden Abdurrahman Wahid?
B. Apa saja kebijakan pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid?
C. Bagaimana kondisi pemerintahan era presiden Megawati?
D. Apa saja kebijakan pemerintahan presiden megawati?

1.3 Tujuan
Dari rumusan maslah di atas, maka adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui bagaiaman kondisi pemerintahan di era presiden Abdurrahman Wahid
B. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintahan di era presiden Abdurrahman Wahid.
C. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pemerintahan era presiden Megawati.
D. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan masa pemerintahan presiden megawati.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi pemerintahan era presiden Abdrurahman Wahid


Sejarah panjang demokrasi Indonesia telah dimulai sejak pemerintahan orde lama,
orde baru dan reformasi. Namun sejak Indonesia di bawah kepemimpinan presiden
Abdurrahman wahid atau yang akrab di sapa Gus dur kondisi pemerintahan Indonesia
mengalamai perubahan yang cepat. Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid atau Gus
Dur menjadi harapan setelah digantinya Habibie yang dimulai pada tahun 1999 hingga
2001. Pemerintahannya dianggap cukup kontroversial namun membawa nilai persatuan di
dalam kemajemukan suku dan agama. Pemerintahan gusdur banyak mengalami banyak
kemajuan yang berarti di Indonesia. Perubahan yang dilakukan K.H. Abdurrahman Wahid
adalah apa yang menyangkut demokratisasi politik, dalam hal ini selama K.H.
Abdurrahman Wahid masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia ke empat yang
hanya bertahan kurang lebih dua tahun, telah banyak melakukan perubahan-perubahan
yang menyangkut demokratisasi di Indonesia, diantaranya adalah agama, birokrasi dan
militer. Selain merubah peranan militer, K.H. Abdurrahman Wahid juga melikuidasi
Departemen sosial, yang mana pada waktu itu K.H. Abdurrahman Wahid melihat
Departemen ini hanya sebagai sarang berbagai penyimpangan misalnya korupsi dan dana
bantuan kemanuasiaan yang tidak secara utuh sampai pada korban bencana alam. K. H.
Abdurahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi presiden RI (Republik Indonesia) keempat
setelah menang dalam Pemilu pada bulan Oktober 1999, ia terpilih setelah mengalahkan
Megawati lewat pemungutan suara (voting) yang tertutup danrahasia, dari 691 anggota
MPR yang mengikuti suara dalam pemilihan presiden tersebut, K. H. Abdurahman Wahid
memperoleh 373 suara sedangkan megawati memperoleh 313 suara. K. H. Abdurahman
Wahid yang menang dalam voting tersebut akhirnya menjadi presiden, sedangkan
Megawati menjadi wakil presiden.55 Setelah menjadi Presiden, K. H. Abdurahman Wahid
membentuk Kabinet yang disebut Persatuan Nasional, ini adalah kabinet koalisi yang
meliputi anggota berbagai partai politik antara lain PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan
Partai Keadilan (PK), nonpartisan dan juga TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Dalam
menyusun Kabinet Persatuan Nasional, agaknya pertimbangan kompromi politik lebih
tinggi ketimbang pertimbangan profesional. Kabinet ini terdiri atas berbagai partai yang
mendukungnya untuk menjadi Presiden. Kabinet ini lahir di era krisis yang multi dimensi.
Tugas itu ditambah pula untuk memenuhi harapan masyarakat mencapai Indonesia baru
yang tertib, efesien dan demokratis. Kabinet ini juga diharapkan dapat menjadi Kabinet
pertama dalam membangun tradisi pemerintahan yang bersih dan efektif.

5
2.2 Kebijakan kebijakan pemerintahan era presiden Abdurrahman Wahid

a. Bidang Politik
Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah membubarkan
Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen penerangan merupakan alat
bagi Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan pers, dengan dibubarkannya
Departemen tersebut maka kebebasan pers di Indonesia semakin terjamin (Andrew,
2012). Lalu Panglima TNI, yang selama puluhan tahun selalu dipegang Angkatan
Darat, diberikan Abdurahman Wahid kepada Laksamana Widodo HS dari Angkatan
Laut. Kemudian ada juga kebijakan untuk mencabut TAP MPR-RI tentang larangan
terhadap Partai Komunis, ajaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme. Lawan
politik KH. Abdurrahman Wahid menganggap kebijakan ini hanya kepentingan KH.
Abdurrahman Wahid semata, untuk mendapat simpati dari para keluarga mantan
tahanan politik yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada titik ini
Abdurahman Wahid mulai membuka hubungan langsung dengan Israel dan tidaklah
gampang dijalankan. Protes dan unjuk rasa ke tidak setujuan marak di seantero negeri.
Akibat keinginan membuka hubungan langsung dengan Israel itu Presiden
Abdurahman Wahid yang sampai saat itu masih tercatat sebagai salah satu pendiri
Yayasan Shimon Peres yang berkedudukan di Tel Aviv, langsung dituduh sebagai
agen Yahudi oleh para demonstran. Melihat gelagat tidak menguntungkan itu, para
wakil rakyat lantas meminta Pemerintah menunda pembukaan hubungan tersebut.
Pemerintah memang menyatakan menundanya, tetapi Abdurahman Wahid secara
terbuka menganggap pembukaan hubungan dagang dengan Israel itu sah-sah saja.
Bagi Presiden pembukaan kontak dagang dengan Israel lebih pantas ketimbang dengan
Rusia, Cina atau Korea Utara.
Membuka hubungan dagang dengan Israel jauh lebih menguntungkan daripada
membiarkannya berjalan sembunyi-sembunyi sebagaimana terjadi selama ini.
Memang data resmi atas Perdagangan Israel di Singapura menunjukkan sepanjang
1999 nilai ekspor Indonesia ke Negeri Zionis itu mencapai US$ 11 juta. Sedang impor
Indonesia dari negeri itu mencapai US$ 6 juta. Semuanya dilakukan melalui pihak
ketiga, seperti Singapura dan Belgia (Ishak, 2008). Kebijakan lain yang dikeluarkan
Presiden Abdurrahman Wahid Selama pemerintahannya adalah mengeluarkan
Peraturan Presiden No.6/2000 yang mencabut Instruksi Presiden No.14/1967 yang
dikeluarkan pemerintahan Suharto. Inpres itu melarang segala bentuk ekspresi agama
dan adat Tionghoa di tempat umum. Dengan pencabutan larangan tersebut maka
terbuka jalan bagi etnik Tionghoa untuk menghidupkan budaya tradisional mereka.
Dalam tahun 2000 itu juga Abdurahman Wahid mengumumkan Tahun Baru Imlek
sebagai hari libur nasional.
b. Bidang Ekonomi

6
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk
Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan
ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto
Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari. Presiden Abdurrahman
Wahid mewarisi ekonomi Indonesia yang relatif lebih stabil dari pemerintahan
Habibie, nilai tukar Rupiah berada dikisaran Rp 6.700/US$. Indeks harga saham
gabungan (IHSG) berada di level 700. Dengan bekal ini di tambah legitimasi yang
dimilikinya sebagai presiden bersama wapres yang dipilih secara demokratis,
Indonesia mestinya sudah bisa melaju kencang. Namun Presiden Abdurrahman Wahid
bersama kabinetnya menolak melanjutkan semua hasil kerja keras kabinet
pemerintahan Habibie misalnya Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah (PKM), yang selama pemerintahan Habibie menjadi lokomotif ekonomi
kerakyatan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dijadikan kementerian nonportofolio
atau menteri negara non Departemen (Ishak, 2008). Meskipun begitu ditengah
anggaran negara yang minus sekitar Rp 42 triliun, sepanjang tahun 2000 ekonomi
Indonesia menggeliat pasti. Bila tahun 1999 ekonomi Indonesia cuma membukukan
pertumbuhan yang relatif rendah maka di tahun 2000-an ketika Presiden Abdurrahman
Wahid berkuasa pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3-4%. Sementara inflasi
bertengger pada angka terkendali, sekitar 7%. Hal ini disebabkan oleh konsumsi yang
Tertunda, dulu orang menunda konsumsinya karena krisis dan menyimpan uangnya
dibank sekarang mereka mengonsumsikannya.
Kemudian naiknya ekspor komoditas pertanian dan elektronik, yang diuntungkan
oleh rendahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar. Naiknya harga minyak dan gas
bumi juga menjadi faktor penting dalam menambah pemasukan keuangan Negara.
Selama pemerintahan Abdurrahman Wahid IMF tak pernah mencairkan pinjamannya,
Bagaimanapun juga presiden Abdurrahman Wahid telah membuktikan kepada dunia
luar, bahwa Indonesia bisa diurus tanpa bantuan dana dari IMF. Pemerintahan
Abdurahman Wahid juga memiliki gagasan sekuritisasi aset yaitu aset- aset negara,
terutama barang tambang bisa dinilai dulu, kemudian pemerintah bisa mengeluarkan
saham atas aset-aset Negara tersebut yang kemudian diperjual-belikan dipasar modal
untuk membiayai pembangunan nasional, namun sayangnya hal itu tidak dapat
terwujud karena Abdurrahman Wahid berhasil dilengserkan oleh MPR melalui Sidang
Istimewa kedudukannya kemudian digantikan oleh Megawati (Ishak, 2008).

c. Bidang Milier
Pemerintahan Abdurrahman Wahid untuk melanjutkan proses reformasi militer
mengambil tindakan untuk menciptakan supremasi sipil dengan cara memilih Menteri
Pertahanan dari kalangan sipil yaitu menunjuk Juwono Sudarsono yang kemudian
digantikan oleh Prof. Dr. Mahfud M.D. Salah satu langkah lain yang diambil

7
Abdurrahman Wahid adalah dengan memilih Laksamana Widodo A. S yang berasal
dari Angkatan Laut sebagai Panglima TNI. Pemilihan Laksamana Widodo A.S ini
merupakan suatu dobrakan atas tradisi mengingat dari awal berdirinya organisasi.
militer di Indonesia, Angkatan Darat selalu menempati pucuk tertinggi.
Di samping itu, ada lima kebijakan yang lain diambil oleh Abdurahman Wahid
untuk mereformasi militer dan menciptakan supremasi sipil, yaitu (Muhaimin, 2008):
1) Mengurangi jumlah perwira yang duduk di jabatan publik baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah seperti jabatan direktur jendral, inspektur jendral, jabatan
setingkat menteri lain yang menjadi langganan perwira militer, gubernur, bupati, dan
walikota. 2) Memisahkan secara tegas Polisi dari struktur militer sehingga
Kapolrilangsung berada di bawah komando Presiden. 3) Membentuk Komisi
Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPPHAM) dalam kaitannya dengan
peristiwa Timor Timur, Tanjung Priok, dan Trisakti yang diduga melibatkan personil
TNI. 4) Penyelesaian masalah Gerakan Separatis di Aceh yang lebih mengutamakan
pendekatan dialogis daripada pendekatan dengan kekuatan militer. 5) Pergantian
Menko Polsoskam dari Jendral (Purn) Yudhoyono kepada Jendral (Purn) Agum
Gumelar karena Yudhoyono ditengarai membahayakan pemerintahan Wahid sebagai
simbolisasi supremasi sipil.
d. Bidang Hukum
Ketetapan MPR/VI/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri. Pasal 1 dari Tap
berbunyi, “Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian Negara Republik Indonesia
secara kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi masingmasing.” Pasal 2
dari Tap tersebut menyiratkan usaha untuk memperkuat, dengan cara mempertegas
peran TNI dan Polri. Ayat (1) berbunyi, “TNI adalah alat yang berperan dalam
pertahanan Negara.” Ayat (2) berbunyi, “Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah alat Negara yang berpera dalam memelihara keamanan.” Dalam pembahasan
ini, maka langkah setrategis yang diambil K.H. Abdurrahman Wahid adalah realisasi
pemisahan TNI-Polri dan menempatkan lembaga TNI dan Polri dibawah lembaga
kePresidenan langsung. Ini merupakan langkah maju untuk menyibak tabir kerancuan
antara tugas dan wewenang TNI dan Polri. Dalam hal ini, pemerintahan K.H.
Abdurrahman Wahid telah mampu menindaklanjuti cita-cita reformasi dengan
mengeluarkan kebijakan yan gagasannya dimulai pada masa Presiden BJ. Habibie
melalui intruksi Presiden No. 2/1999 (Iskandar, 2004). Keppres ini kemudian
dikongkritkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid dengan menerbitkan Keppres Nomor
89 Tahun 2000 tentang kedudukan kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam
pasal 2 ayat 1 Keppres itu berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia
berkedudukan langsung dibawah Presiden” Terdapat pula PP No.19/2000 tentang Tim
Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Di luar itu ada juga komitmen
untuk memberantas korupsi dan keluarnya PP No.71/2000 tentang peran-serta
masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Tim yang terbentuk tersebut ternyata tidak

8
berjalan efektif karena tidak didukung komitmen politik. Terkait dengan mantan
Presiden Soeharto yang diduga terlibat kasus-kasus KKN di masa pemerintahannya.
Maka pemerintahan Abdurrahman Wahid membuka kembali penyidikan Soeharto
untuk kasus 3 Yayasannya, Dharmais, Supersemar dan Dakab, dimana Soeharto
sebagai tersangkanya. Ketiga Yayasan ini diduga memperoleh dana dari semua
BUMN dengan penyalahgunaan wewenang melalui PP No.15 tahun 1976 dan
Kepmenkeu No.33 tahun 1978. Penyalurannya disinyalir hanya kesejumlah kroninya
saja.
Dengan demikian, ada penyalahgunaan keuangan negara tidak kepada seluruh
rakyat tetapi kepada beberapa orang saja, dan ini jelas melanggar ketentuan UU D1945
khususnya Pasal 33, yaitu pasal yang merupakan aturan dasar pemerintah, maupun
rakyatnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengaturberbagai hal, dari
hal-hal sederhana hingga berbagai hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Setelah melalui proses panjang, dan peradilan dijalankan tetapi Jaksa selaku penuntut
umum tidak pernah bisa mengahadirkan Soeharto di Pengadilan. Sehingga pada
putaran ketiga sidang pengadilan terhadap Soeharto, Hakim menetapkan bahwa kasus
Soeharto tidak bisa diadili karena tiga kali Jaksa tidak bisa menghadirkan terdakwa.
Dengan demikian maka Abdurrahman Wahid pun gagal untuk mengadili Soeharto atas
semua dugaan KKN yang beliau lakukan selama berkuasa (Iskandar, 2004).
Abdurahman Wahid sendiri dimasa kekuasaannya diduga terlibat KKN yaitu kasus
penyalahgunaan dana yayasan Kesejahteraan Karyawan Bulog (bullogate), penyalah-
gunaan dana bantuan Sultan Brunei (Bruneigate). DPR mengusulkan untuk melakukan
penyelidikan atas kasus Bullogate dan Bruneigate, yang akhirnya diterima DPR untuk
membentuk Panitia Khusus (Pansus) kasus Yanatera Bulog dan bantuan Sultan Brunei
Darussalam pada tanggal 5 September 2000 (Zaenuddin, 2008). Setelah bekerja
hampir lima bulan, Pansus merampungkan penyelidikannya dalam sebuah laporan
yang disampaikan kepada rapat Paripurna DPR pada tanggal 5 Januari 2001. Laporan
tersebut, menyimpulkan bahwa Abdurrahman Wahid diduga berperan dalam
pencairan dan penggunaan dana Yanatera Bulog, dan terdapat inkonsistensi
pernyataan presiden tentang masalah bantuan Sultan Brunei Darussalam, sehingga
menunjukkan bahwa presiden telah menyampaikan keterangan yang tidak benar pada
masyarakat.
e. Bidang Sosial Budaya
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama,
Abdurahman Wahid memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang
dikeluarkan, yaitu: a. Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak
Sipil Penganut Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka
dengan adanya Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama
maupun menggelar budayanya secara terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.

9
b. Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga
menjadi hari libur nasional. Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas,
Abdurahman Wahid juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang dinilai Kontroversial
dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan
ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat kerabat
dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan yang
menimbulkan kontroversial dari berbagai kalangan yaitu:
1. Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2. Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi
oleh adanya pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
3. Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh
hubungan yang tidak harmonis dengan Abdurahman Wahid.
4. Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional
yang terlibat KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
5. Abdurahman Wahid menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan
mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora (Efendi, 2002).

2.3 Kondisi pemerintahan era presiden Megawati


Megawati seokarno putri atau yang biasa kita kenal sebagai presiden ke 5 republik
Indonesia, pertama kali terjun di dunia politik tahun 1987. Ketika itu PDI sedang mencari
figur yang dapat menjadi penarik massa. Salah satu hal yang dianggap mampu menjadi
perhatian khalayak waktu itu adalah dengan memunculkan dan memanfaatkan nama besar
Bung Karno. Sehingga Megawati terjun ke dalam dunia perpolitikan untuk membantu PDI
agar lebih berbobot serta berkualitas. Peristiwa ini bagi keluarga Bung Karno sebenarnya
masih dianggap tabu. Sebab sejak tahun 1982, keluarga Soekarno bersepakat untuk
bersama-sama membangun indonesia tanpa perlu mengikuti politik praktis apapun di salah
satu golongan atau kekuatan sosial politik yang ada. Akan tetapi bagi Megawati, terjunnya
di PDI itu dilakukan dengan alasan bahwa semua partai politik yang ada merupakan
golongan yang berpegang teguh terhadap pancasila.
Akirnya pada tahun 20001 Megawati terpilih menjadi presiden republic Indonesia
dimana dia naik jabatan dari wakil presiden menjadi presiden untuk menggantikan
Abdurrahman Wahid atau yang akrab di sapa Gus Dur melalaui siding sitimewa majelis
permusyawaratan rakyat atau SI-MPR. Adapun SI – MPR tersebut diselenggarakan dalam
rangka menyikapi sikap presiden Gus Dur ketika membekukan lembaga legislatif MPR
dan Partai Golkar. Karena pada tanggal 23 Juli 2001 MPR secara resmi “melengserkan”
Presiden Gus Dur, otomatis wakil presiden Megawati Soekarnoputri naik jabatan untuk
menggantikannya. Presiden Republik Indonesia yang ke–5 adalah Megawati
Soekarnoputri. Megawati merupakan presiden wanita pertama yang dimiliki Indonesia.
Ini merupakan sebuah prestasi dan prestisi secara pribadi bagi Megawati. Masa
kepresidenan Megawati tidak lepas dari politik luar negeri. Ada kebijakan politik yang

10
baru dalam pemerintahan Megawati, yaitu memulai berani menjalin kerjasama dengan
negara di luar Amerika. Selama melaksanakan politik luar negeri, yang menjadi
prioritasnya adalah menjalin hubungan baik dengan negara tetangga, khususnya dengan
kawasan ASEAN dan Timur Leste, negara yang pernah jadi bagian NKRI. Megawati
keluar masuk negara lain hanya untuk menyelesaikan masalah kerjasama / konflik yang
terjadi. Kunjungan itu merupakan satu kebutuhan dalam melaksanakan politik luar negeri
yang bebas dan aktif dari para founding fathers, yang dilakukan sejak puluhan tahun yang
lalu. Banyak dinamika yang terjadi saat Megawati menjadi presiden, namun Megawati
menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa dia mampu membawa Indonesia menjadi
lebih baik lagi.

2.4 Kebijakan-kebijakan era presiden Megawati


a. Kebijakan Bidang Ekonomi
Pemerintahan Megawati Soekarno Putri mewarisi perekonomian Indonesia yang
jauh lebih buruk dari pada saat pemerintahan Gus Dur. Inflasi yang dihadapi Kabinet
gotong royong pimpinan megawati Soekarno putri juga begitu berat. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat pemerintahan Megawati Soekarno putri
dikarenakan masih minimnya berkembangan investor swasta, baik didalam negeri maupun
swasta. Dapat dilihat dari indikator yaitu nilai tukar rupiah.
Seajuh ini momentum kea rah perbaikan itu tak dimanfaatkan secara baik, berjalan
dengan itu sejumlah masalah-masalah ekonomi maupun non ekonomi terus membayangi
usaha untuk pemulihan ekonomi sejumlah agenda permasalahan yang harus diselesaikan
sebagai syarat pemulihan ekonomi antara lain adalah penguatan landasan sector perbankan
agar bisa menjalankan fungsi nya menjadi lembaga Intermediasi. Agenda permasalahan
yang ialah mengenai kinerja BPPN (Badan penyehatan Perbankan Nasional) dalam
melakukan Restrukisasi perusahaan penjualan asset-aset yang dikelolanya.
Pada bidang ekonomi, Megawati telah berusaha untuk membuat perangkap
ketergantungan public pada pemerintahannya melalui kebijakan yang belum selesai
dilaksanakan hingga akhir masa jabatannya. Seharusnyan dalam kurun waktu yang tersisih
Kabinet gotong royong di bawah pemerintahan Megawati bisa memperlihatkan kinerja
dimana Megawati Soekarno Putri mampu memperbaiki kondisi Indonesia dari krisis
Ekonomi. Sekaligus memperbaiki kondisi ketidakpastian dan faktor resiko yang masih
tinggi. Megawati harus memperlihatkan pada publik langkah yang pasti untuk memulihkan
investasi menjadi kondusif, menaikkan produktifitas dan efisiensi, dan membangun
stabilitas politik dan keamanan nasional.
Untuk menyelenggarakan Roda Pemerintahan Megawati Soekarno Putri,
kemampuan keuangan Negara dimasa pemerintahnnya memang sangat berat. Namun
usaha mengatasi permasalahan masih menimbulkan pro dan kontra yang berkembang
menjadi polemik. Untuk menutupi bolongnya keuangan Negara, kebijakan ekonomi
megawati di implementasikan dengan melego saham BUMN, mengurus simpanan
pemerintahan, dan menjual aset badan penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

11
Wajar saja jika Megawati Soekarnoputri membuat semacam komitmen
pengembangan investasi di tanah air dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi,
karena pada saat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden, laju investasi ke Indonesia
terus Merosot. Pada tahun 2002 persetujuan PMA (Penanaman Modal Asing) mengalami
penurunan sampai sebesar US $ 9,7 milyar dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
bergeser ke bawah sehingga terkoreksi sebesar Rp 53 triliun. Dengan kecenderungan
penurunan investasi pada masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, wajar saja
penerapan tenaga kerja pada periode Megawati Soekarnoputri menjadi presiden
merupakan yang terberat karena tingkat pengangguran yang mencapai 11 persen dari
angkatan kerja (Data Propenas Bappenas). Taufik kiemas yang merupakan suami
Megawati Soekarnoputri tokoh PDI Perjuangan mengemukakan banyak hal yang
disebutnya sebagai prestasi Megawati Soekarnoputri.
Taufik mengatakan Megawati Soekarnoputri mampu membawa bangsa keluar dari
krisis selama kepemimpinannya dikursi presiden, dengan nada yakin Taufik mengatakan
di masa Megawati Soekarnoputri menjadi presiden, banyak kemajuan yang patut dicatat,
perolehan pajak negara dari Rp 50 triliyun menjadi Rp 260 triliyun, kurs rupiah relatif
stabil terhadap dolar AS pada kisaran Rp 8.500, perjalanan ke luar negeri dengan
persetujuan DPR dan sebagainya. Untuk membayar hutang Indonesia Megawati
Soekarnoputri menempuh kebijakan penjualan beberapa Aset Negara kepada pihak asing,
salah satunya menjual Indosat dan Telkomsel, menjual gas alam ke China, termasuk kapal
tengker pertamina, Bank BCA, Bank International Indonesia dan beberapa aset penting
lainnya.Penjualan kapal tengker tersebut adalah karena posisi keuangan APBN
mengharuskan untuk menarik dana pertamina, khususnya dari bagian yang belum disetor
selama 2 tahun sebesar Rp 2 milliar dolar AS atau sekitar Rp. 18 triliun. Uang itu untuk
menutup defisit anggaran.
b. Kebijakan Bidang Hukum
Dalam Kebijakan Bidang Hukum presiden Megawati Soekarnoputri ialah
melakukan pemberantasan korupsi dengan merealisasikan berdirinya komisi pemberantas
korupsi (KPK). Mesikpun telah didirikan KPK karena tidak ada gebrakan konkrit yang
menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari
102 negara indonesia menduduki peringkat ke-4 pada tahun 2003 indonesia menempati
peringkat ke-6 dari 133 negara pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman tidak
memberikan arti penegakan hukum yang sangat signifikan tanpa ada retorika tegas tentang
penegakan korupsi
Selama pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Indonesia terjadi
beberapa peristiwa terorisme yang telah membuat kekhawatiran pada masyarakat
Indonesia dan juga masyarakat internasional salah satunya peristiwa Bom Bali. Untuk
menyelesaikan permasalahan terorisme, sebuah negara akan membentuk sebuah koalisi
bersama melalui kerja sama dari masing-masing intelijen untuk dapat mengungkap dan
menangkap pelaku teror. Menurut paulpillar yang membentuk CIA kontra-terorisme

12
Amerika serikat, intelijen merupakan hal yang paling substansial sebagai instrumen dalam
melakukan kerja sama counter-terorism dengan negara lain.
Bermacam usaha sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memerangi
terorisme baik sebelum terjadinya peristiwa Bom Bali atau tepatnya pasca tragedi 911
maupun pasca Bom Bali. Yang terjadi selama Masa Pemerintahan Megawati
Soekarnoputri terutama sejak februari 2002. Rentetan peristiwa pemboman tersebut
semakin memperkuat keyakinan pemerintahan Australia bahwa isu terorisme global harus
menjadi prioritas utama dalam kebijakan pertahanan dan keamanannya dimasa depan, hal
tersebut dikarenakan beberapa peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia pada kurun
waktu tersebut tampaknya memang sengaja ditujukan kepada Australia sebagai salah satu
negara sekutu Amerika Serikat, oleh karena itu dalam penanganan kasus Bom Bali yang
melibatkan Australia, maka Indonesia dan Australia melakukan kerja sama baik itu secara
bilateral, regional maupun multirateral untuk mengungkap fakta tentang kasus
pembomandiberbagai wilayah Indonesia.
Kemudian lain halnya dengan konflik Ambon, Poso yang semula melibatkan dua
kelompok agama, kejadian di Poso dan di Ambon adalah konflik yang sempat menjadi
teori pembuka pemerintahan Megawati Soekarno putri. Megawati Soekarno putri secara
khusus menugaskan Wapres Hamzah Haz untuk menangani konflik Ambon, Poso.
Pemerintah dalam menyelesaikan konflik Poso, Ambon Pemerintah dan parlemen
menggelar BluePrint untuk menyelesaikan kasus ini. Program rekonsiliasi rekonstruksi
yang sudah dilakukan dengan berbagai pihak (termasuk lembaga internasional dan
lembaga penelitian dalam negeri) perlu difasilitasi, dengan anggaran dan sumber daya
manusia yang netral.
c. Kebijakan Bidang Politik
Megawati Soekarno putri dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 23 Juli 2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik dan keamanan menjadi
sejuk dan kondusif. Walaupun ekonomi Indonesia mengalami perbaikan, seperti nilai tukar
rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada masa pemerintahannya tetap saja tidak
menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lainnya.
Belajar dari pemerintahan presiden yang sebelumnya, Megawati Soekarnoputri
lebih memperhatikan dan mempertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan luar
negeri dan diplomasi seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Megawati Soekarnoputri juga
lebih memprioritaskan diri untuk mengunjungi wilayah-wilayah konflik di Tanah Air
seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan atau Timor Barat. Dengan kata lain,
anggaran presiden ke luar negeri dapat dihemat dan dialokasikan untuk membantu
mengurangi penderitaan rakyat di daerah-daerah itu, tanpa harus mengabaikan pelaksanaan
politik luar negeri dan diplomasi sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan
pemerintah yang pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Dan yang
lebih penting, untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintahan Megawati

13
Soekarnoputri memiliki sense of urgency dan sense of crisis yang belum berhasil dibangun
pemerintahan sebelumnya.
Dapat dipahami jika berbeda dengan pemerintahan Abdurrahman Wahid, gaya dan
pola diplomasi era Megawati Soekarnoputri sifatnya sangat konservatif di tengah kekuatan
domestik yang sudah rapuh dan konstelasi politik global yang telah berubah. Akibatnya,
Sipadan dan Ligitan lepas dari rengkuhan Indonesia. Megawati Soekarnoputri mengikuti
gaya pendahulunya, Abdurrahman Wahid baik dalam sikap keras kepala maupun secara
intensif melakukan kunjungan ke luar negeri. Komponen pokok yang ada di dalam
pembangunan politik adalah pemerintah harus selalu mampu menanggapi setiap perubahan
yang ada dalam masyarakat, sebab suprastruktur dan infrastruktur politik yang ada
memang berfungsi secara optimal, yang kesemuanya didukung oleh warga negara yang
dinamis dan berada dalam naungan persamaan hukum dan perundang-undangan.
Pencapaian hal-hal tersebut biasanya selalu menimbulkan permasalahan yang menyangkut
identitas (jati diri) bangsa legitimasi, kekuasaan, partisipasi anggota masyarakat, serta
menyangkut pemerataan hasil-hasil pembangunan melalui sistem yang efektif yang
menjangkau keseluruhan masyarakat. Indonesia telah mencapai suatu era dimana
kebebasan berserikat, mengeluarkan pendapat dan berekspresi telah didapat. Setiap orang
bebas berpolitik, bebas mengeluarkan aspirasinya.
Untuk membangun Indonesia lebih baik pemerintahan Megawati Soekarnoputri
diperlukan perbaikan dari berbagai pihak, dari pemerintah juga rakyatnya. Masing-masing
harus memiliki kesadaran untuk berubah untuk itu sangat perlu partisipasi dan kerja keras
kedua belah pihak yaitu pemerintah dan rakyat agar tercapai kesejahteraan, kemakmuran
dan kemajuan bagi bangsa Indonesia demi membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
d. Kebijakan Pemberantasan Korupsi
Komisi pemberantasan korupsi Republik Indonesia (KPK) ialah lembaga negara
yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna terhadap upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 tahun 2002 mengenai komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.
KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan
berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.
Pemerintah membentuk KPK pada masa pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK bersifat independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas.

14
KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada presiden, DPR, dan BPK.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 menyangkut Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jadi perkembangan tindak pidana korupsi di Indonesia teramat
memprihatinkan dan berlangsung dengan cara meluas dikehidupan warga.
Perkembangannya tindak pidana korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
jumlah kerugian negarapun sangatlah besar dan ini berpengaruh bagi kehidupan
perekonomian nasioanal pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada saat menjabat sebagai presiden Megawati Soekarnoputri menghadapi
berbagai persoalan Negara, terutama untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan
Bebas dari KKN sebagaimana amanat Tap MPR No. XI/1998. ketika
megawatiSoekarnoputri mengumumkan susunan Kabinet Gotong Royong di Istana Negara
Jakarta pada hari kamis, 9 Agustus 2001 pukul 11.00 WIB presiden Megawati
Soekarnoputrimenyinggung program kerjanya yang dikaitkan dengan usaha mewujudkan
supremasi Hukum dan tekad menindak para pelaku KKN.
Indonesia telah memiliki banyak peraturan perundang- undangan untuk mengatur
pemberantasan tindak pidana korupsi. Diantaranya ada KUHP, Undang- Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi beserta revisinya melalui
Undang- Undang Nomor 20 tahun 2001, bahkan sudah ada Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK) yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun
2002. Secara substansi Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai
aspek yang kiranya dapat menjerat berbagai modus tindak pidana korupsi.
Tekad presiden Megawati Soekarnoputri suka tidak suka akhirnya akan berhadapan
dengan realitas betapa parahnya korupsi dinegara yang harus Megawati Soekarnoputri
pimpin. angka-angka yang menyebutkan setiap tahun negara dirugikan Rp.288 triliun,
belum termasuk penyelundupan pasir laut Rp. 72 triliun, kekayaan laut Rp. 36 triliun yang
dikuras, dan bahan bakar minyak Rp. 50 triliun menunjukkan betapa besar kerugian yang
diderita negara. Pemberantasan KKN ini MPR menentukan arah kebijakan di bidang
hukum yang harus ditempuh presiden Megawati Soekarnoputri (GBHN 1999:64) yakni:
a. mengembangkan budaya hukum demi tegaknya negara hukum
b. membangun integritas moral dan keprofesionalan aparat hukum
c. mewujudkan lembaga peradilan hukum yang mandiri d. menyelenggarakan peradilan
cepat, mudah, murah bebas KKN.
Keteladanan harus dimulai dari penyelenggara negara itu sendiri, MPR memberi
arah kebijakan untuk:
a. membersihkan penyelenggaraan negara dari praktik KKN dengan memberikan sanksi
seberatberatnya disertai pengawasan,
b. meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur Negara
c. memeriksa kekayaan pejabat negara dan pemerintah d. meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara

15
e. meningkatkan kesejahteraan aparatur negara.

e. Kebijakan Pemberantasan Terorisme


Masalah terorisme di Indonesia bukanlah persoalan jangka pendek, melainkan
persoalan jangka panjang. sejak peristiwa Bom Bali dan menyusul penangkapan-
penangkapan yang dilakukan oleh Polri terhadap pihak-pihak yang dicurigai terlibat Bom
Bali, kelompok-kelompok teroris secara bersama sepakat untuk menggosongkan pulau
Jawa dan memindahkan para anggotanya keluar pulau Jawa. sementara yang ditinggalkan
hanya segelintir anggota tingkat operasional rendahan saja.
beberapa waktu yang lau media cetak memberitakan bahwa sejumlah LSM telah
melaporkan pihak polri melakukan penangkapan terhadap 15 orang tersangka pelaku Bom
serta menculik 25 orang aktivis islam yang sejak beberapa waktu telah menghilang.
padahal sebenarnya 25 orang yang diberitakan hilang tersebut merupakan bagian dari
anggota kelompok teroris yang melakukan eksodus dari pulau Jawa. Disatu daerah dapat
saja didiami oleh satu kelompok teroris. tetapi dapat juga didiami oleh beberapa kelompok
teroris seperti dipalu, poso terdapat kelompok lamongan dan kelompok banten.
Adapun taktik yang sering dilakukan oleh para teroris adalah pengeboman,
pembajakan, pembunuhan, penyanderaan, dan penculikan. Kejadian peristiwa peledakan
Bom Bali 12 Oktober 2002 di Bali sangat membuat pemerintah kesulitan untuk
menjelaskan kepada dunia apa yang sebenarnya telah terjadi karena pada peristiwa Bom
Bali banyak dari warga negara asing yang menjadi korban. untuk mengatasi peritiwa
tersebut agar tidak terulang kembali capaian pemerintah Megawati Soekarnoputri
menempuh cara untuk mengatasi permasalahan teroris dengan membentuk aturan-aturan
yang berkaitan dengan terorisme. yakni dengan diterbitkannya peraturan pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.1 Tahun 2002 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme dan PerpuNo. 2 Tahun 2002 tentang pemberlakuan perpuNo. 1 Tahun
2002 pada peristiwa Bom Bali tanggal 12 Oktober, maka pemerintah bekerja sama dengan
DPR RI mengesahkan kedua perpu tersebut menjadi Undang-Undang No.15 Tahun 2003
dan Undang-Undang No. 16 Tahun 2003.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi harapan setelah digantinya
Habibie yang dimulai pada tahun 1999 hingga 2001. Pemerintahannya dianggap cukup
kontroversial namun membawa nilai persatuan di dalam kemajemukan suku dan agama.
Pemerintahan gusdur banyak mengalami banyak kemajuan yang berarti di Indonesia. Perubahan
yang dilakukan K.H. Abdurrahman Wahid adalah apa yang menyangkut demokratisasi politik,
dalam hal ini selama K.H. Abdurrahman Wahid masih menjabat sebagai presiden Republik
Indonesia ke empat yang hanya bertahan kurang lebih dua tahun, telah banyak melakukan
perubahan-perubahan yang menyangkut demokratisasi di Indonesia, diantaranya adalah agama,
birokrasi dan militer. Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah membubarkan
Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen penerangan merupakan alat bagi
Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan pers, dengan dibubarkannya Departemen tersebut
maka kebebasan pers di Indonesia semakin terjamin (Andrew, 2012). Kemudian Untuk mengatasi
krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN)
yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Salah satu langkah lain yang diambil Abdurrahman Wahid adalah
dengan memilih Laksamana Widodo A. S yang berasal dari Angkatan Laut sebagai Panglima TNI.
Pemilihan Laksamana Widodo A.S ini merupakan suatu dobrakan atas tradisi mengingat dari awal
berdirinya organisasi. militer di Indonesia, Angkatan Darat selalu menempati pucuk tertinggi.
Namun pada akirnya karena banyak terjadi pro dan kontra di masyarakat akirnya presiden
Abdurrahman wahid di gantikan oleh wakil presiden megawati. Presiden megawati kemudian
Megawati menjadi presiden ke 5 republik Indonesia. Pada mas pemerintahannya, untuk
menghadapi krisis multidimensional yang mana negara sebagai institusi tunggal yang memiliki
kewenangan penuh dalam menyelesaikan krisis dengan cara penerbitan dan implementasi berbagai
kebijakan yang tergantung pada faktor kepemimpinan. Ia juga memiliki beberapa kebijakan yang
memperbaiki tatanan kehidupan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Seperti penundaan
pembayaran hutang yang telah ada dari masa orde baru. Dalam Kebijakan Bidang Hukum presiden
Megawati Soekarnoputri ialah melakukan pemberantasan korupsi dengan merealisasikan
berdirinya komisi pemberantas korupsi (KPK). Juga adanya dilakukan pemberantasan terhadap
terorisme yang sangat meresahkan pada masa itu. Terutama peristiwa pada bom bali.

17
DAFTAR PUSTAKA

- Marjono, dkk. 2018. Megawati Presidential Political Policy in 2001 – 2004. Jurnal
historica. Vol. 2 No 1.
- Misbahuddin. 2019. Memorandu, dalam masa pemereintahan Abdurrahman wahid dalam
perspektif hukum tata negara islam. Jurnal pembaruan dan pemikiran hukum islam. Vol
22, No. 1
- Nurhuda, Agesti. 2021. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001). Jurnal of
History. Vol. 3, No. 1

18

Anda mungkin juga menyukai