Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknologi Pendidikan

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp

Vol. 22, No. 1, April 2020

Desain Bahan Belajar Elektronik Berbasis Higher Order Thinking Skill


(HOTs) pada Mata Kuliah Kapita Selekta Hasil Penelitian
Mita Septiani1, Mohammad Muhyidin Nurzaelani2, Maimunah3

Info Artikel
Abstract: 21st-century education requires a transformation in learning to
provide students who can meet challenges by applying higher order
Sejarah Artikel: thinking skills (HOTs). This study aims to produce an electronic learning
Diterima: 10 April 2020 material design based on higher order thinking skills (HOTs) appropriate
Direvisi: 25 April 2020
Dipublikasikan: 30 April to the Kapita Selekta Research Results (KSHP) course. This research uses
2020 the development research method by adopting the Rowntree model. Data
collection is carried out by studying documentation and distributing
questionnaires to students who will take the KSHP course in odd semester
e-ISSN:2620-3081 2020. This research resulted in a design of electronic learning materials
p-ISSN:1411-2744 based on HOTs, which then required the next stage of development,
implementation, and evaluation of these learning materials to be ready to
use in order to facilitate student learning in the KSHP course.
DOI:https://doi.org/10.
21009/jtp.v22i1.15530 Keywords: 21st-century learning, design, electronic learning material,
higher order thinking skills (HOTs), kapita selekta hasil penelitian

Abstrak: Pendidikan abad ke-21 menuntut transformasi dalam


pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang mampu memenuhi
tantangan dengan menerapkanketerampilan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking skills/HOTs). Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan desain bahan belajar elektronik berbasis higher order
thinking skill (HOTs) yang tepat pada mata kuliah Kapita Selekta Hasil
Penelitian (KSHP). Penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan denganmengadopsi model Rowntree.
Pengumpulandatadilakukan dengan studi dokumentasi dan menyebarkan
kuesioner kepada mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah KSHP di
semester gasal). Penelitian ini menghasilkan sebuah desain bahan
belajar elektronik berbasis HOTs yang kemudian diperlukan tahap
selanjutnya yakni pengembangan, implementasi, serta evaluasi bahan
belajar tersebut agar siap pakai dalam rangka memfasilitasi belajar
mahasiswa pada mata kuliah KSHP.

Kata kunci: pendidikan abad 21, desain, bahan belajar elektronik, higher
order thinking skill (HOTs), kapita selekta hasil penelitian

© 2020 PPS Universitas Negeri Jakarta

1
Dosen,Universitas Ibn Khaldun Bogor, mita.septiani@uika-
bogor.ac.id2Dosen,Universitas Ibn Khaldun Bogor, m.muhyidin@uika-
bogor.ac.id3Dosen,Universitas Ibn Khaldun Bogor,maimunah@uika-
bogor.ac.id

71
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 22, No.1, April 2020

PENDAHULUAN berpikir tingkat tinggi (HOTs) (Roets & Maritz,


Pemikiran seseorang berkembang dari 2017). Keterampilan penelitian, penyelesaian
tingkat rendah ke tinggi berdasarkan usia (Wooi, masalah, eksplorasi dan penulisan akademik,
2014). Selama beberapa dekade, istilah yang semuanya dikembangkan selama meraih
"pemikiran tingkat tinggi" telah disebut sebagai gelar sarjana berhubungan dengan dan
"pemikiran kritis" atau "pemikiran reflektif (Lee membutuhkan HOTS yang mencakup pemikiran
& Choi, 2017). Kemudian, pemikiran tingkat kritis, reflektif, metakognitif dan kreatif
tinggi menjadi dikenal secara luas sebagai cara Untuk mewujudkan hal tersebut,
berpikir yang bergerak di luar menghafal, mahasiswa tingkat akhir pada program studi
mengingat, dan memahami informasi ke analisis, Teknologi Pendidikan di Universitas Ibn Khaldun
evaluasi, dan penciptaan pengetahuan (Bartlett, BogordibekalidenganmatakuliahKapitaSelekta
1982; Bloom, 1956; Lipman, 1991; Newman, Hasil Penelitian (KSHP) sebagai lanjutan dari

1990; Resnick, 1987). Ini menyiratkan bahwa mata kuliah Metode Penelitian. Mata kuliah ini

seseorang perlu memiliki sejumlah pendidikan, mengkaji berbagai masalah dan hasil penelitian

pengalaman, latihan, sumber daya dan dukungan yang relevan dengan bidang teknologi pendidikan

sebelum mereka dapat menunjukkan dan diutamakan hasil-hasil penelitian yang

keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTs) terbaru dan mempunyai konsekuensi

(Roets & Maritz, 2017). implementasi dalam peningkatan dan

Berpikir kritis merupakan salah satu pengembangan ilmu teknologi pendidikan.

keterampilan yang fundamental dalam Dengan demikian, kemampuan kemampuan

pembelajaran abad 21 (Partnership for berpikir kritis sangat diperlukan bagi mahasiswa

21stCentury Skills, 2008). Peserta didik yang yangmengambilmatakuliahtersebut.

berpikir kritis artinya mereka telah memiliki Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat

pemikiran tingkat tinggi. Melalui pemikiran ditingkatkan melalui berbagaistrategi

tingkat tinggi, peserta didik dapat mencapai pembelajaran yang tepat, di antaranya dengan

kejelasan, relevansi, konsistensi, logika, memberikan pertanyaan-pertanyaan analitis

kedalaman, kelengkapan, dan signifikansi dalam kepada mahasiswa (teacher questioning) (Ong,

pemikiran mereka (Lewis & Smith, 1993). Hart & Chen, 2016), Scaffolding berbasis

Seseorang yang berpikir kritis akan sangat komputer dalam pembelajaran berbasis masalah

dihargai dalam dunia pendidikan maupun dunia (Kim, 2017) dan berbagai strategi pembelajaran

kerja profesional (Tsui, 2008). lainnya yang menuntut mahasiswa untuk berpikir

Sebagai salah satu syarat kelulusan, kritis. Selain itu, meningkatkan motivasi dalam
mahasiswa S1 tingkat akhir pada umumnya pembelajaran juga dapat memfasilitasi mahasiswa

melakukan kegiatan penelitian (skripsi) yang berpikir kritis (Lee & Choi, 2017).

sesuia dengan program studi masing-masing. Pada era literasi digital saat ini, di mana

Penelitian pada dasarnya merupakan latihan arus informasi sangat berlimpah, mahasiswaperlu

dalam pengembangan akal atau keterampilan memiliki kemampuan kemampuan berpikir

74
tingkat tinggi untuk memilih sumber dan Berbagai manfaat dari penggunaan bahan
informasi yang relevan, menemukan sumber yang belajar elektronik telah dilaporkan. Mahasiswa
berkualitas dan melakukan penilaian terhadap memberikan respon positif terhadap bahan ajar
sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan elektronik berbasis android (Jazuli, Azizah, Meita,
kemutahiran. Pemikiran tingkat tinggi peserta 2018). Hasil penelitian lainnya menunjukkan
didik secara langsung dipengaruhi oleh bahwa multimedia book sangat layak. Aktivitas
pendekatan pembelajaran yang mendalam (deep= siswa berkaitan dengan penggunaan multimedia
learning) (Lee & Choi, 2017). Oleh karena itu, booktergolongtinggi(Wibowo,Susilowati,Dewi,
prinsip pembelajaran tradisional perlu 2014). (Wibowo, S, & Dewi, 2014). Lebih
direkonstruksi menjadi strategi dan prinsip spesifik, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran yang lebih modern (ŽivkoviĿ, pengunaan bahan belajar elektronik dapat
2016). Pembelajaran yang dilakukan harus meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mampu memfasilitasi belajar mahasiswa untuk berpikir tingkat tinggi (Adi & Kurniawan, 2018;
mewujudkan hal tersebut dengan menerapkan Anggriani,2019).
prinsip-prinsip desain pembelajaran postmodern Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
(Sahin, 2009) artikel ini membahas bagaimana desain bahan
Sebagai bagian dari sistem pembelajaran, belajar elektronik berbasis HOTs pada mata
kemampuan dosen dalam menyediakan dan kuliah KSHP.
menyajikan bahan belajar yang mumpuni menjadi
salah satu faktor penentu tercapainya sebuah METODE PENELITIAN
tujuan pembelajaran (Septiani & Putra, 2020). Penelitian ini menggunakan metode
Berkembangnya teknologi informasi dan pengembangan dengan mengadopsi dari Model
komunikasi (TIK) telah berdampak pada Rowntree (1994). Model ini digunakan karena
pemanfaatan berbagai bahan pembelajaran. tiap langkahnya cocok untuk mengembangkan
Bahan belajar elektronik mulai marak digunakan bahan belajar baik cetak maupun elektronik
dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian (Suprayekti,Suparto,Sukawati,&Septiani,2017).
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil Olehkarenatujuandaripenelitianiniadalah
belajar antara peserta didik yang menggunakan menghasilkan sebuah desain bahan belajar, maka
bahan belajar digital maunpun bahan belajar cetak penelitian ini hanya menggunakan Tahap 1 dari 3
(Czwart, et. Al, 2020). Pernyataan ini selaras tahap yang disajikan berdasarkan model
dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengembangan Rowntree (1994), yaitu Tahap
bahan belajar elektronik dapat digunakan dalam Perenanaan yang terdiri dari (a) analisis peserta
proses pembelajaran (Muga, Suryono, & didik, (b) merumuskan tujuan pembelajaran, (c)
Januarisca, 2017). Meskipun tidak ada perbedaan menyusun garis besar materi, (d) memilih media
hasil belajar yang signifikan, penggunaan bahan yang tepat, (e) merencanakan pendukung
belajar digital memberikan pengalamantersendiri. pembelajaran, dan (f) mempertimbangkan bahan
ajar yangada.
Dari keenam langkah tersebut, peneliti Jika ditinjau dari sudut pandang
menganggap bahwa langkah kedua hinga kelima pembelajaran, rendahnya kemampuan berpikir
(b s/d e) merupakan satu kesatuan dalam tingkat tinggi mahasiswa tersebut diduga ada dua
melakukan analisis isi materi. Dengan demikian, halyangmempengaruhinya,yaitu:apayangsiswa
pada penelitian ini, tahap perencanaan pelajari dan bagaimana proses pembelajarannya
diserdahakanmenjaditigatahap,yakni(a)analisis (Susanti,2014).
peserta didik, (b) analisis isi materi, dan (c) Analisis Isi Materi
pertimbangan bahan belajar yang telahada. a. Merumuskan tujuan pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di program studi Keterampilan berpikir tingkattinggi
Teknologi Pendidikan Universitas Ibn Khaldun menantang peserta didik untuk menafsirkan,
Bogor pada tahun ajaran 2019/2020. Data menganalisis, atau memanipulasi informasi
penelitian dikumpulkan dengan melakukan studi (Newman, 1990). Dengan demikian, perumusan
dokumentasi dan menyebarkan kuesioner kepada tujuan pembelajaran pada mata kuliah KSHP
mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah harus mencakup kemampuan atau kompetensi
KSHP pada semester berikutnya. Setelah data menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
terkumpul, selanjutnya data tersebut dianalisis (dalam taksonomi Bloom pada level C4-C6).
dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif Tujuan pembelajaran umum mata kuliah
sehingga menjadi dasar dalam menghasilkan KSHP adalah setelah mengikuti mata kuliah ini
sebuah desain bahan belajar elektronik berbasis mahasiswadiharapkan dapat menemukan gagasan
HOTs pada mata kuliah KSHP. atau ide dengan memanfaatkan hasil-hasil
penelitian di bidang teknologi pendidikan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan penelitian yang relevan di bidang
Hasil penelitian berikut ini disajikan teknologi pendidikan untuk berbagai keperluan.
berdasarkantahapperencanaanyangdiadopsidari Secara khusus diharapkan mahasiswa dapat (1)
model pengembangan Rowntree(1994). menganalisis hakikat kawasan teknologi
Analisis Peserta Didik pendidikan, (2) mengidentifikasi hakikat teori
Untuk memperoleh data ini, peneliti dalam teknologi pendidikan, (3) menganalisis
melaksanakan tes dan menyebarkan kuesioner latar belakang penelitian teknologi pendidikan,
mengenai kemampuan berpikir mahasiswa yang (4) memberikan tanggapan atas hasil-
akan mengambil mata kuliah KSHP. Hasil hasil/laporan penelitian terdahulu di bidang
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar teknologi pendidikan, (5) menganalisis media
(88%) mahasiswa masih memiliki kemampuan pendidikan dan perubahan sikap, dan (6)
kognitif rendah atau Lower order thinking skill menganalisis perkembangan mutakhir penelitian
(LOTs). Masih banyak mahasiswa yang di bidang kurikulum dan pembelajaran, serta
kemampuan kognitifnya pada level C1-C3, yakni multimediapembelajaran.
mengingat, memahami, dan menganalisis. Hal ini
terbukti dari hasil belajar yang mereka capai.
Mita Septiani dkk, Desain Bahan Belajar Berbasis…

Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran kemampuan menganalisis, tentu mereka harus


di atas, maka dapat digambarkan peta melalui level C1-C3 (mengingat, memahami dan
kompetensinya pada Gambar 1 sebagai berikut. menerapkan). Mahasiswa diharapkan untuk
menguasai keterampilan berpikir tingkat rendah
(LOTs) terlebih dahulu yang akan membantu
mereka dalam tahap lebih lanjut untuk menguasai
keterampilan tingkat tinggi (HOTs) (Abosalem,
2016).
b. Menyusun garis besarmateri
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasikan garis besar materi atau
pokok bahasan pembelajaran sebagai berikut.
1. Kawasan TeknologiPenelitian
2. Teori dalam TeknologiPendidikan
3. Latar Belakang Penelitian Teknologi
Penelitian
Gambar 1. Peta Kompetensi Mata Kuliah 4. Tinjauan Penelitian : Audio, Gambar
KSHP Diam, Film, Televisi, Belajar Berbasis

Rumusan tujuan pembelajaran yang Komputer, danHypermedia

diuraikan di atas menunjukkan kompetensi yang 5. Media Pendidikan dan PerubahanSikap


6. Kajian Penelitian: Kurikulum dan
diharapkan dimiliki mahasiswa mulai dari
menganalisis hingga mencipta, yakni menemukan MultimediaPembelajaran

gagasan atau ide. Agar mahasiswa mempunyai

Gambar 2. Peta konsep bahan belajar mata kuliah KSHP 77


Untuk lebih jelasnya, gambar 2 berikutadalah memberikan pendapat atau mengajukan hal-
peta konsep dari bahan belajar mata kuliah hal yang perlu didiskusikan. Oleh karena itu,
KSHP. mahasiswa perlu banyak membaca dari
Berdasarkan peta konsep pada gambar berbagai sumber belajar sebagai bahan untuk
2 terlihat bahwa struktur kompetensi yang berdiskusi. Untuk memudahkan mahasiswa
digunakan pada mata kuliah KSHP bersifat dalam memperoleh sumber belajar, bahan
kombinasi. Kompetensi 1-6 menggunakan belajar yang komprehensif sangat diperlukan.
struktur kompetensi hierarkis yang artinya Selama ini, belum ada media atau bahan
kedudukan komptensi-kompetensi tersebut belajar yang komprehensif.
menunjukkan bahwa salah satu kompetensi Hasil kuesioner menunjukkan bahwa
dapat dilakukan bila menguasai kompetensi tidak semua mahasiswa memiliki laptop,
lain (Suparman,2014). Kompetensi 1 dapat namun semua mahasiswa telah memiliki
dilakukan apabila mahasiswatelah mempunyai ponsel pintar (smartphone). Dengan demikian,
kemampuan awal memahami hakikat dosen dapat memanfaatkan smartphone
penelitian, kemampuan 2 dapat dilakukan sebagai media pembelajaran. Dengan
apabilamahasiswa telah menguasai mempertimbangkan hal tersebut, dosen perlu
kompetensi 1, kemampuan 3 dapat dilakukan merancang bahan pembelajaran yang bersifat
apabilamahasiswa telah menguasai praktis sehingga dapat dimanfaatkan oleh para
kompetensi 2, dan seterusnya. mahasiswa kapan saja dan di mana saja. Bahan
Jika diperhatikan lebih lanjut, padasub- pembelajaran yang dianggap cocok yaitu
kompetensi (3.1 – 3.5 dan 4.1 – 4.5) bahan belajar elektronik. Selain itu, bahan
menggunakan struktur prosedural karena belajar elektronik atau digital juga dapat
materi disajikan berdasarkan historis atau meningkatkan motivasi belajar peserta didik
urutan waktu. Padasub-kompetensi 6.1 dan 6.2 (Septiani, Nurzaelani, Pahlevi, & Sevtiyuni,
menggunakan struktur kompetensi kluster atau 2020). Hal ini sangat penting bagi mahasiswa
kelompok, yang artinya mahasiswa dapat dalam membangun kemmapuan berpikir
melakukan sub-kompetensi 6.1 atau 6.2 tingkat tinggi.
terlebihdahulu. d. Merencanakan pendukung pembelajaran
c. Memilih media yangtepat Mahasiswa dapat menggunakanpiranti
Mata kuliah Kapita Selekta Hasil atau perangkat smartphone atau laptop untuk
Penelitian (KSHP) merupakan mata kuliah menggunakan bahan belajar elektonik tersebut.
yang menggunakan pendekatan pembelajaran Bahan belajar ini disajikan secara offline
orang dewasa (andragogy/adult learning), dan/atau online. Di dalam bahan belajar
yakni menggunakan lebih banyak teknik elektonik ini terdapat hyperlink yang dapat
diskusi daripada ceramah. Mengacu pada menyambungkan ke sumber belajar lainnya
perolehan dari membaca atau pengalaman sehingga dapat memperkaya bahan belajar
pribadi, mahasiswa diharapkan secara aktif mahasiswa.
Mita Septiani dkk, Desain Bahan Belajar Berbasis…

Pertimbangan Bahan Belajar Yang Sudah tiga tahap, yakni (1) perencanaan, (2)
Ada
persiapanpenulisan, serta (3) penulisan dan
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan
penyuntingan.Untuk membuat desain bahan
kepada mahasiswa semester 6 tahun ajaran
belajarelektronik berbasis HOTs, dosen atau
2019/2020 prodi Teknologi Pendidikan
parapendidik cukup melakukan tahap 1, yakni
Universitas Ibn Khaldun Bogor, sebagian besar
perencanaan yang terdiri dari beberapa langkah.
mereka menyatakan kesulitan untuk memperoleh
Pertama, dosen atau pendidik melakukan
bahan pembelajaran, terutama mengenai
analisis peserta didik. Langkah ini dilakukan
penelitian dalam bidang teknologi pendidikan.
untuk mencari tau apa yang menjadi kebutuhan
Buku teks yang tersedia mayoritas berbahasa
bagi para preseta didik. Dalam penelitian ini,
Inggris yang berakibat kepada sulitnya untuk
masih rendahnya kemampuan berpikir mahasiswa
dipahami dan dapat menurunkan motivasi belajar
menjadi masalah yang harus dipecahkan dengan
karena kekurangmampuan mereka dalam
merancang pembelajaran yang berbasis HOTs
berbahasa Inggris.
Kedua, melakukan analisis
Selain itu, bahan belajar yangtersedia
isiyangdiawalidengan merumuskan
tidak komprehensif. Artinya, kebutuhan bahan
tujuanpembelajaran.Tujuanpembelajaran ini
pembelajaran dari mata kuliah KSHP tidak
menunjukkantargetcapaianbelajar mahasiswa.
tersedia di satu bahan saja, melainkan tersebar di
Agarmahasiwamemilikikemampuan berpikir
berbagai bahan dan sumber belajar lainnya. Tentu
tingkat tinggi, maka
ini sangat tidak praktis jika digunakan dalam
rumusan tujuan
pembelajaran. Mahasiswa tidak perlu bingung
pembelajaranmencakuplevelkognitif C4-C6.
lagi untuk mempelajari materi perkuliahan jika
Selanjutnya,menyusungarisbesar materi. Hasil
bahan belajar yang tersedia sudah komprehensif
dari langkah iniadalahpetakonsep yang
dan praktis. Apalagi disajikan secara elektronik
disusunberdasarkanstrukturkompetensi. Bahan
atau digital yang memungkinkan mahasiswa
belajarelektronikdianggapcocok untuk
dapat mengaksesnya kapan saja dan di manasaja.
memfasilitasibelajarmahasiswadalam
memningkatkankemmapuanberpikirtingkat
KESIMPULAN
tinggi. Pemilihan media iniharusdisertaidengan
Berdasarkan hasil penelitian dan
merencanakan pendukungpembelajaran.
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
Ketiga, mempertimbangkan bahan belajar
berikut. Untuk meningkatkan kemampuan
yang sudah ada. Ini perlu dilakukan agar bahan
berpikir tingkat tinggi pada mahasiswa, dosen
belajar yang dirancang tidak tumpang tindih
perlu menyiapkan bahan belajar yang berbasis
dengan bahna belajar yang sudah tersedia. Selain
HOTs. Langkah awal untuk mengembangkan
itu, kekurangan bahan belajar yang ada menjadi
sebuah bahan belajar adalah dengan membuat
pertimbangan atau masukan untuk bahan belajar
desain bahan belajar tersebut. Dosen atau para
yang akan dikembangkan.
pendidik dapat menggunakan model
Penelitian ini baru sampai pada tahap
pengembangan Rowntree. Model ini terdiri dari
79
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 22, No.1, April 2020
desain. Desain bahan belajar elektronik berbasis
HOTs ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan ke

80
tahap selanjutnya, yakni persiapan penulisan serta ent.cgi?article=6546&context=etd
penulisan dan penyuntingan sehingga menjadi Lee, J., & Choi, H. (2017). What affects learner’s
higher-order thinking in technology-
bahan belajar yang siap pakai.
enhanced learning environments? The
effects of learner factors. Computers &
Education, 115, 143–152.
DAFTAR PUSTAKA
doi:10.1016/j.compedu.2017.06.015
Abosalem, Y. (2016). Students’ learning styles
Lewis, A., & Smith, D. (1993). Defining higher-
and their misconceptions in dividing
order thinking. Theory into Practice, 32(3),
fractions View project Assessment
131-137s
Techniques and Students’ Higher-Order
Thinking Skills. International Journal of Lipman, M. (1991). Thinking in education.
Secondary Education, 4(1), 1–11. Cambridge: Cambridge University Press.
https://doi.org/10.11648/j.ijsedu.20160401 Muga, W., Suryono, B., & Januarisca, E. L.
.11 (2017). Pengembangan Bahan Ajar
Adi, N. P, & Kurniawan, Y. (2018). Elektronik Berbasis Model Problem Based
Meningkatkan higher order thinking skill Learning Dengan Menggunakan Model
dan sikap terbuka melalui media Dick and Carey. Journal of Education
pembelajaranan android. Journal of Technology, 1(4), 260.
Komodo Science Education. Vol 1, No. 1 https://doi.org/10.23887/jet.v1i4.12863
November 2018, 79-94. Newman, F.M. (1990). Higher order thinking in
Anggriani, L. (2019). Pengembangan modul teaching social studies: A rationale for the
fisika berbasis higher order thinking skills assessment of classroom thoughtfulness.
(hots) dengan menggunakan 3D pageflip JournalofCurriculumStudies,22(1),41-56.
professional. Universitas Islam Negeri Ong, Kian Keong Aloysius; Hart, Christina
Raden Intan Lampung. Skripsi. Eugene; Chen, Poh Keong. (2016).
Promoting Higher-Order Thinking through
Bartlett, F. C. (1982). Thinking: An Experimental
Teacher Questioning: A Case Study of a
and Social Study. New York: Praeger
Singapore Science Classroom. New
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of educational Waves-Educational Research and
objectives, the classification of educational Development Journal, v19 n1 p1-19.
goals: Handbook I, Cognitive Domain. https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1211406
New York, NY: McKay. .pdf
CZwart, D. P., Noroozi, O., Van Luit, J. E. H., Partnership for 21st Century Skills (2008). A
Goei, S. L., & Nieuwenhuis, A. (2020). Report and Mile Guide for 21st Century
Effects of Digital Learning Materials on Skills. Diakses pada April 2020 dari:
nursing students’ mathematics learning, https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED480035.p
self-efficacy, and task value in vocational df
education. Nurse Education in Practice,
Resnick, L. (1987). Education and learning to
102755. doi:10.1016/j.nepr.2020.102755
think. Washington, DC: National Academy
Jazuli, M., Azizah, L. F., & Meita, N. M. (2018). Press.
Pengembangan bahan ajar elektronik
Roets, L., & Maritz, J. (2017). Facilitating the
berbasis android sebagai media interaktif.
development of higher-order thinkingskills
Lensa (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan
(HOTS) of novice nursing postgraduates in
IPA, 7(2), 47-65.
Africa. Nurse Education Today, 49, 51–56.
https://doi.org/10.24929/lensa.v7i2.22
doi:10.1016/j.nedt.2016.11.005
Kim, N. J. (2017). Enhancing Students’ Higher
Rowntree, D. (1994). Preparing materials for open,
Order Thinking Skills through Computer-
distance and flexible learning: An action
based Scaffolding in Problem-based
guide for teachers and trainers. Routledge.
Learning. All Graduate Theses and
Dissertations. 5488. Sahin, M. C. (2009). Instructional design
https://digitalcommons.usu.edu/cgi/viewcont
principles for 21st century learning
skills. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 1(1), 1464–1468.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.sbsp
ro.2009.01.258
Septiani, M., Nurzaelani, M. M., Pahlevi, M. I.,
& Sevtiyuni, P. E. (2020). Augmented
Reality Learning Media Based on Android
for Sciences in Elementary Schools.
172(Siconian 2019), 717–723.
https://doi.org/10.2991/aisr.k.200424.109
Septiani, M., & Putra, D. D. (2020). Penerapan
blended learning pada mata kuliah dasar-
dasar pengembangan kurikulum. Educate,
5(1), 96–107.
https://doi.org/10.32832/educate.v5i1.2020
Suprayekti, Suparto, S., Sukawati, R., &
Septiani, M. (2017). Teknik Penulisan
Modul Keterampilan Belajar Untuk
Mahasiswa. Perspektif Ilmu Pendidikan,
28(1), 65.
https://doi.org/10.21009/pip.281.8
Tsui, L. (2008). Cultivating critical thinking:
insights from an elite liberal arts college.
The Journalof General Education, 56(3/4),
200-227. Retrieved May 27, 2020, from
www.jstor.org/stable/27798080
Wibowo, T. P., S, S. M. E., & Dewi, N. K.
(2014). Pengembangan Bahan Ajar
Elektronik Multimedia Bookpada Materi
Sistem Organisasi Kehidupan di SMP.
Journal of Biology Education, 3(1), 101–
109.
ŽivkoviĿ, S. (2016). A Model of Critical
Thinking as an Important Attribute for
Success in the 21st Century. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 232, 102–
108.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.sbsp
ro.2016.10.034

DAFTAR PUSTAKA TAMBHAN

Achmad, Suryana. 2003. Kapita Selekta Evolusi


Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. FE UGM

Daniel, Mohar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian.


PT Bumi Aksara. Jakarta

Endaryati dkk. 2000. Aplikasi Fungsi Cobb-Douglas:


studi kasus Industri Besi dan Baja dasar Indonesia
1976-1995. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Kinerja. Vol.4
No.2 Th 2000

Anda mungkin juga menyukai