Anda di halaman 1dari 13

Daftar isi

KATA PENGANTAR
...................…………………………………………………………………….
DAFTAR ISI
.....……………………………………………………………………………...
BAB I ; PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang……………………………………………………………..
1.2     Rumusan Masalah…………………………………………………….........
1.3     Tujuan Penulisan…………………………………………………………...
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II ; PEMBAHASAN
2.1 profil pangeran atasari ………..……………………………….
2.2  Silsilah ………...……………………………....
2.3 Pewaris Kerajaan Banjar………………………………………………….
2.4 Perlawanan terhadap Belanda……………………………………………………
2.5 Meninggal dunia …………………………………………………………………………..
BAB III ; PENUTUP
3.1     Kesimpulan………………………………………………………….…….
3.2     Saran………….………………………………………………..………….
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA
A.    Daftar Pustaka………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas


limpahan rahmat dan karunia – Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Sejarah ini sesuai waktunya.
Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian
rupa dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami
pelajaran Sejarah yang merupakan judul dari Makalah kami, yaitu “Biografi
Pangeran Antasari”. Disamping itu, kami berharap bahwa Makalah Sejarah
ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah


ini masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari
pembaca sekalian khususnya dari guru mata pelajaran sejarah agar dapat
meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
/
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Sejarah Perlawanan Rakyat Kalimantan Selatan Terhadap Belanda (1859–1905) -


Di Kalimantan Selatan, Belanda telah lama melakukan campur tangan dalam urusan
Istana Banjar. Puncak kebencian terhadap Belanda dan akhirnya meletus menjadi
perlawanan, ketika terjadi kericuan pergantian takhta Kerajaan Banjar setelah
wafatnya Sultan Adam tahun 1857. Dalam hal ini Belanda mengangkat Pangeran
Tamjidillah sebagai Sultan Banjar.

Rakyat tidak mau menerima sebab Pangeran Hidayat yang lebih berhak dan lebih
disenangi rakyat. Pertempuran rakyat Banjar melawan Belanda berkobar pada tahun
1859 di bawah pimpinan Pangeran Antasari. 

Dalam pertempuran ini Pangeran Hidayat berada di pihak rakyat. Tokoh-tokoh lain
dalam pertempuran ini, antara lain Kiai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin,
Tumenggung Suropati, dan Kiai Langlang. Pasukan Antasari menyerbu pos-pos
Belanda yang ada di Martapura dan Pangron pada akhir April 1859. Di bawah
pimpinan Kiai Demang Leman dan Haji Buyasin pada bulan Agustus 1859 pasukan
Banjar berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio.
Ketika pertempuran sedang berlangsung, Belanda memecat Pangeran Hidayat
sebagai mangkubumi karena menolak untuk menghentikan perlawanan. Pada
tanggal 11 Juni 1860 jabatan sultan kosong (karena Sultan Tamjidillah diturunkan
dari takhtanya oleh pihak Belanda, Andresen) dan jabatan mangkubumi dihapuskan.
Dengan demikian, Kerajaan Banjar dihapuskan dan dimasukkan dalam wilayah
kekuasaan Belanda.

Pertempuran terus meluas ke berbagai daerah, seperti Tanah Laut, Barito, Hulu
Sungai Kapuas, dan Kahayan. Dalam menghadapi serangan-serangan ini, Belanda
mengalami kesulitan, namun setelah mendapatkan bantuan dari luar akhirnya
Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat. Pada tanggal 3 Februari 1862,
Pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke Jawa. 

Pangeran Antasari yang pada tanggal 14 Maret 1862 diangkat oleh rakyat sebagai
pemimpin tertinggi agama Islam dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifahtul
Mukminin gugur dalam pertempuran di Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862.
Sepeninggal Pangeran Antasari, perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan oleh teman-
teman seperjuangan. Perlawanan rakyat benar-benar dapat dikatakan padam setelah
gugurnya Gusti Matseman tahun 1905.
1.2. Rumusan masalah
1.      mengapa Pangeran Antasari menjadi pemimpin Banjar ?
2.      Apa penyebab terjadinya Perang Banjar ?
3.      Bagaimana jalannyahidup Pangeran Antasari?
4.      Apa akibat dari Perang Banjar ?

1.3.Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui sejarah Perang Banjar
2.      Untuk mengetahui perjuangan Pangeran Antasari dan rakyat melawan belanda

1.4.Manfaat Penulisan
A.    Sebagai media untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca
B.     Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 profil pangeran atasari


Pangeran Antasari (lahir di Kayu
Pangeran Antasari Tangi, Kesultanan Banjar, 1797atau
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin 1809 – meninggal di Bayan Begok,
Pangeran Antassarie Hindia Belanda, 11 Oktober 1862
Gusti Inu Kartapati pada umur 53 tahun) adalah
seorang Pahlawan Nasional
Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar.Pada 14
Maret 1862, dia dinobatkan sebagai
pimpinan pemerintahan tertinggi di
Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
dengan menyandang gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin dihadapan para kepala
suku Dayak dan adipati (gubernur)
penguasa wilayah Dusun Atas,
Kapuas dan Kahayan yaitu
Lukisan Pangeran Antasari menurut Perda Tumenggung Surapati/Tumenggung
Kalsel Yang Pati Jaya Raja.
Masa 14 Maret 1862 - 11 Oktober
kekuasaan 1862
Sultan Hidayatullah
Pendahulu
Khalilullah
Pengganti Sultan Muhammad Seman
Ratu Antasari
Pasangan
Nyai Fatimah
Wangsa Dinasti Banjarmasin
Pangeran Masud bin
Ayah
Pangeran Amir
Gusti Khadijah binti Sultan
Ibu
Sulaiman
2.2 Silsilah
Semasa muda nama dia adalah Gusti Inu Kartapati. Ibu Pangeran Antasari
adalah Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah
Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785.
Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda
memaklumkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II[10][11][12] Pangeran Antasari
memiliki 3 putera dan 8 puteri. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan
yang bernama Ratu Antasari alias Ratu Sultan Abdul Rahman yang menikah
dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih
dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama
Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.

2.3 Pewaris Kerajaan Banjar


Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia
juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir,
Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan
pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun
Kaharingan.
Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan terlebih dahulu
menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian
diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh
Pangeran Antasari.[14] Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi
maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan
kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan penjajah di wilayah
Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14
Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan
seruan:

“ Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah! ”

Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan
bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran
Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu
pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi. [2]
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus
menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah
kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab
sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

2.4 Perlawanan terhadap Belanda

Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai Barito dalam


pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara
Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya
menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859.
Selanjutnya peperangan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di
seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan
pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di
Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai
Barito sampai ke Puruk Cahu.[15]
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran
Antasari dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan.
Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan
persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Pangeran
Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng
pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia
tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk
Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

“ ...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju


terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak
pusaka (kemerdekaan)... ”

Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun


yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan
10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima
tawaran ini. Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah
Kolonial Hindia Belanda:
1. Antasari dengan anak-anaknya
2. Demang Lehman
3. Amin Oellah
4. Soero Patty dengan anak-anaknya
5. Kiai Djaya Lalana
6. Goseti Kassan dengan anak-anaknya
2.5 Meninggal dunia
Monumen Perang Banjar yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk
mengenang tentaranya yang tewas.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat
di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi
tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah
Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun.
Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya
setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Muhammad Seman.

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito,
atas keinginan Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November
1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh
adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut.
Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar,
Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan
Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No.
06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968. Nama Antasari diabadikan
pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi
Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan P. Antasari kepada masyarakat
nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan
mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal
Rp 2.000
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui sebab terjadinya perang
Banjar dan kepemimpinan Pangeran Antasari :
1.      Rakyat tidak puas terhadap campur tangan Belanda dalam penggantian tahta di
Banjar.
2. Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah

B.   Saran
-  kita sebagai anak Indonsia, harus dapat mengrtahui sejarah-sejerah yang terjadi
dalam Negara Indonesia. Karena dalam sejarah itu banyak tersimpan peristiwa
penting.
-  Dan kita harus menjaga warisan budayanya. Dari warisan itu kita dapat mengambil
makna atau hikmah dari para pewaris yang telah menjadikan Indonesia seperti
sekarang ini.

BAB IV
Daftar Pustaka
http://www.biografiku.com/2011/09/biografi-pangeran-antasari.html#more
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Antasari
MAKALAH
SEJARAH PEMINATAN
“BIOGRAFI PANGERAN ANTASARI”

DISUSUN OLEH:
Andya rizka dhiantie
Anjani puspa ningrum

Kelas:
XI.IIS1
SMA NEGERI 08 PONTIANAK
DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Anda mungkin juga menyukai