Anda di halaman 1dari 17

JENIS-JENIS KONSELING

Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling


Dosen pengampu:
Dr. Sitti Murdiana, S. Psi., M. Psi., Psikolog.
Novi Yanti Pratiwi, S. Psi., M. Psi., Psikolog.

Disusun Oleh :

Nurul Ayu Hatimah (1971342007)


Fatima Azzahrah (1971342005)
Bunga Shabrina Aprilianty (1971342018)

KELAS H

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
Konseling Individual Dan Kelompok
A. Konseling Individual
1. Pengertian konseling individual

Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang
yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat mengatasinya, dengan proses petugas
professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu klien
memecahkan kesulitannya.
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli atau konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah atau biasa disebut dengan klien yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien. Konseling merupakan jantung hatinya bimbingan secara menyeluruh, hal ini
berarti apabila pelayanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah konseli akan
teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan konseling lainnya tinggal mengikuti atau
berperan sebagai pendamping.
2. Tujuan dan fungsi konseling individual

Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien mengstrukturkan kembali


masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negative terhadap dirinya
sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Membantu dalam mengkoreksi presepsinya
terhadap lingkungan agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan
kembali minat sosialnya. Sedangkan tujuan khusus konseling individu menurut Gibson,
Mitchell dan Basile ada 8 yakni:
i. Tujuan perkembangan, yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut
(seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi, dan emosional)
ii. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hal yang tidak
diinginkan
iii. Tujuan perbaikan yakni, konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan perkembangan
yang tidak diinginkan
iv. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-
pilihan, pengentasan keterampilan, dan mencoba aktifitas baru
v. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang dilakukan,
difikirkan, dan dirasakan
vi. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan
kognitif
vii. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup
sehat
viii. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang baik,
belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri yang positif.
3. Tahap-tahap konseling
1. Tahap awal, Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses
konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu,
kepedulian, atau masalah klien
a) Membangun hubungan yang melibatkan klien

Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan konselor.
Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni hubungan yang berfungsi,
bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu amat ditentukan oleh
keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan terletak pada : (pertama) keterbukaan
konselor. (kedua) keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,
perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor
yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi jujur, asli, mengerti,
dan menghargai. (ketiga) konselor mampu melibatkan klien terus menerus dalam proses
konseling. Karena dengan demikian, maka proses konseling individu akan lancar dan segera
dapat mencapai tujuan konseling individu.
b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah melibatkan diri,
berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat isu, kepedulian, atau
masalah yang ada pada klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,
walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu amatlah
penting peran konselor untuk membantu memperjelas masalah klien. Demikian pula klien
tidak memahami potensi apa yang dimilikinya., maka tugas konselor lah untuk membantu
mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan membantu mendefinisikan masalahnya
bersama-sama.
c) Membuat penafsiran dan penjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemunkinan mengembangkan isu atau
masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan dia prosemenentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi
masalah.
d) Negosiasi kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi : (1) kontrak waktu,
artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak
keberatan. (2) Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya, dan klien apa pula. (3) kontrak
kerjasama dalam proses konseling. Kontrak menggariskan kegiatan konseling, termasuk
kegiatan klien dan konselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling adalah urusan
yang saling ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu juga
mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerja sama dalam proses
konseling.
2. Tahap pertengahan atau tahap kerja

Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan
selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1) penjelajahan masalah klien; (2) bantuan apa yang
akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang msalah
klien. Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperolah prespektif baru,
alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam rangka mengambil keputusan
dan tindakan. Dengan adanya prespektif baru, berarti ada dinamika pada diri klien menuju
perubahan.
3. Tahap akhir konseling

B. Konseling Kelompok

1. Pengertian konseling kelompok

Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang.
Kumpulan orang orang itu kemudian menjunjung suatu atau bebrapa kualitas tertentu
sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.
Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok
diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi
segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh
seluruh anggota kelompok. Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya
untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya
itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani
perkembangannya dengan lebih mudah.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwasannya konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di
selenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta
terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini
merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya
dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling
kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab
timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
2. Tujuan konseling kelompok

Penerapan konseling kelompok untuk membantu klien tentu saja dilakukan berdasarkan
tujuan tujuan khusus yang mebedakannya dari konseling individual. Adapun tujuan konseling
menurut bariyyah:
 Membantu individu mencapai perkembangan optimal
 Berperan mendorong munculnya motisivasi kepada klien untuk merubah perilakunya
dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
 Klien dapat mengatasi masalahnya lebih cepat dan tidak menimbulkan gangguan
emosi
 Menciptakan dinamika social yang berkembang intensif
 Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi social yang baik dan sehat.

3. Faktor yang mempengaruhi konseling kelompok

Untuk mencapai tujuan dalam konseling kelompok, maka konselor perlu memerhatikan
factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses konseling. Factor factor tersebut
antara lain:

 Membina harapan.
Harapan akan menimbulkan perasaan optimis pada diri klien untuk dapat
meneylesaikan masalahnya. Melalui harapan, klien akan belajar memahami dan
mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimilikinya. Adanya keterlibatan dalam
kelompok juga akan menguatkan semangat klien untuk saling membantu mewujudkan
tujuan bersama yang ingin dicapai.
 Universalitas.
Universalitas akan mengurangi tingkat kecemasan klien karena mengetahui bahwa
bukan hanya dirinya yang memiliki masalah, teman teman satu kelompoknya juga
memiliki masalah walaupun dalam dimensi yang berbeda. Untuk itulah memberikan
pemahaman pada klien bahwa permasalahan adalah yang wajar dalam kehidupan
sangat diperlukan agar klien tertantang untuk mengatasi masalahnya.
 Pemberian informasi.
Informasi dapat diperoleh melalui pimpinan kelompok (konselor) maupun dari
anggota kelompok lain. Informasi ini meliputi pengelaman dari anggota kelompok,
pemecahan masalah yang ditawarkan oleh konselor atau anggota kelompok dan hal
yang bermakna bagi kehidupan klien.
 Altruisme.
Altrusime mengacu kepada proses memberi dan menerima yang merasa bahwa
kelompoknya telah memberikan banyak masukan dan kebaikan pada dirinya selama
menjalani proses konseling, akan melkaukan hal yang sama terhadap anggota
kelompoknya. Hal ini akan mendorong terjadinya umpan balik antar anggota.

Career Counseling
1. Pengertian Career Counseling
Konseling karir merupakan proses untuk membantu klien belajar bagaimana mengelola
kehidupan kerja dan tetap mengikuti pelatihan mereka sehingga mereka bisa mengikuti
perubahan dunia kerja [ CITATION Dav17 \l 1033 ]. Konseling karir merupakan proses untuk
membantu individu dalam mengembangkan kehidupan karir dengan focus pada definisi peran
pekerja, dan bagaimana peran tersebut diperbaharui dengan peran kehidupan yang lain. Layan
konseling merupakan suatu layanan yang bisa membantu individu yang mengalami masalah
pada emosi yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak suportif dan menimbulkan stress.
2. Tujuan Career Counseling
Konseling karir memiliki tujuan agar individu: (1) memahami sisi dunia kerja, serta
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih program atau jurusan secara
tepat; (2) memiliki sifat positif terhadap diri sendiri serta pandangan yang objektif dan
maju terhadap dunia kerja; dan (3) membuat keputusan yang realistis tentang karir yang
dipilih sesuai dengan kemampuannya (Winkel, 1991).
Menurut Subroto (1997) tujuan konseling karir adalah untuk membantu individu agar
memperoleh pemahaman diri dan pengarahan dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja
dan berguna kelak dalam masyarakat. Subroto menambahkan bahwa tujuan konseling karir
terbagi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari jangka pendek yaitu
membantu individu memilih jurusan bagi kelanjutan studinya dan tujuan dari jangka panjang
yaitu membantu individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya.

3. Pendekatan Teori
a. Triat factor
Triat-factor merupakan teori yang disebut dengan cocokt dimana mereka bekerja dengan
asumsi bahwa ada perkerjaan yang cocok untuk digapai. John Holland (1959) meduga bahwa
karir mewakili cara hidup. Holladn mengandaikan bahwa kepribadian bisa dikategorikan
menjadi enam jenis, yaitu: realistis, investigative, artistic, sosia, enterprising, dan
konvensional. Holland berasumsi bahwa ada enam lingkungan kerja yang sesuai dengan enam
tipe kepribadiaan. Hollan juga percaya bahwa orang mencari lingkungan yang akan
mendukung nilai, keterampilan, dan peran merekan. Menurut PEC (Person Environment
Correspondance) berasumsi bahwa baik individu ataupun lingkungan kerja bisa berubah dan
sling mempengaruhi, maka dari itu, penyesuaian kerja terjadi keika korespondesni individu
antara orang dan lingkungan bisa tetap terjaga.
b. Social learning
Mnurut Shoffner, Creager dan Deacon (2012) teori pembelajaran social menekan pada
dampak dari proses pembelajaran individu dan bagaimana pembelajaran menginformasikan
identitas karir, pilihan pekerjaan, dan strategi manajemen karir. Leraning Theory of career
Counseling (LTCC) merupakan contoh yang populer dari teori pembelajaran social. Dengan
menggunakan LTCC konselor bisa memilih intervensi dan tujuan kognitif-perilaku tertentu
yang berdasarkan pembelajaran klien yang diperkuat dengan interaksi dengan orang lain
tentang pilihan pekerjaan, keterampilan kerja, dan keinginan pekerjaan. Teori memuat
perhatian pada genetika, lingkungan, pengalaman belajar dan keterampilan pendekatan tugas
contohnya pencarian informasi dan juga pengamatan diri. Dalam Planned Happenstance
konselor membantu kliennya belajar untuk memasukkan kejadian yang tidak direncanakan
tersebut ke dalam pengembangan karir diri mereka dengan cara yang positif.
4. Proses Career Counseling

Konseling karir pada umumnya mengacu pada suatu proses yang teratur, dimulai dari
proses pengembangan hubungan sampai dengan proses tindak lanjut serta perubahan-
perubahan rencana yang lebih potensial. Menurut Lawrence M. Brammer dan Everett L.
Shostrom (dalam Dewa Ketut), mengemukakan tujuh langkah yang bisa dilalui dalam proses
konseling, yaitu:
1) Mengenai perumusan dan penerapan suatu kebutuhan untuk membantu yang bertujuan agar
klien dapat merumuskan masalahnya;
2) Penetapan hubungan (Establishing the Relationship) tujuan utama dari proses ini adalah
membangun suatu hubungan dengan klien atau biasa disebut rapport;
3) Penentuan tujuan dan eksplorasi alternatif (determinating goal and exploring alternative), yaitu
mengulas kembali dari proses konseling di mana menanyakan kepada klien tentang
pendapatnya;
4) Memecahkan tentang berbagai masalah dan tujuan (Working on problems and goals);
5) Mempermudah kesadaran, kesadaran artinya pengetahuan diri (self-knowledge) dari apa yang
dilihat, dan didengarkan serta dirasakan seseorang. Yang dimaksud di sini adalah mengenali
kemampuan dari diri sendiri yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan pendidikan
yang diperoleh;
6) Merencanakan arah kegiatan, pada intinya membantu klien dalam menemukan ide-ide baru;
dan
7) Menilai hasil dan tindakan akhir atau hasil akhir pada proses konseling. Dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi klien, pentingnya konselor untuk memiliki keterampilan konseling
sebagai model pemilihan karir seseorang.
School Counseling
1. Pengertian Konseling Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik
dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal. Sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang
dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah
yang dihadapi oleh peserta didik.
Menurut Prayitno (2004) (dalam Kamaluddin, 2011) bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal. Dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar,
maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik
dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses
perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui
interaksi yang sehat dan produktif.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki
perilaku. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan
layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik (ABKIN, 2007). Oleh karena itu,
bimbingan dan konseling merupakan layanan ahli oleh konselor (guru bimbingan dan
konseling). Konselor adalah salah satu kualifikasi pendidikan, yaitu tenaga kependidikan
yang memiliki kekhususan pada bidang bimbingan dan konseling, yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.

2. Tujuan Konseling Sekolah


Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tugas-
tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Selain itu,
bimbingan dan konseling membantu individu dalam mencapai, yaitu sebagai berikut;
(a) Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan;
(b) Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat;
(c) Hidup bersama dengan individu-individu lain; dan
(d) Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dengan demikian, peserta didik sekolah dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.

3. Bentuk dan Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling


Dalam proses bimbingan dan konseling pada lingkup pendidikan diperlukan teknik
pendekatan dalam bimbingan tersebut, yaitu :
a. Bimbingan Preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi
masalah, dengan cara menghindari masalah itu (jika memungkinkan), mempersiapkan
orang tersebut untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi
bekal pengetahuan, pemahaman sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah
tersebut.
b. Bimbingan Kuratif atau Korektif
Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi
masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
c. Bimbingan Perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifat dan
sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan,
kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan-kebiasaan
hidup yang sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik dan lain sebagainya.

Konseling dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan
individu dan pendekatan kelompok, yaitu :
1. Pendekatan Individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Setiap
orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perseorangan. Pendekatan ini
dilakukan secara melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekatan ini
terdapat hubungan yang dinamis yang mana individu merasa diterima dan dimengerti
oleh pembimbing. Dalam hubungan tersebut pembimbing menerima individu secara
pribadi dan tidak memberikan penilaian. Dengan demikian, individu tersebut merasa
ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mendengarkan keluhannya dan curahan
perasaannya. Pendekatan ini mencakup informasi individual dan penyuluhan.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok.
Beberapa orang yang bermasalah sama atau yang dapat memperoleh manfaat dari
pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok,
yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar
(13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pendekatan kelompok ini mencakup
informasi kelompok, penyuluhan kelompok, home room, belajar kelompok, kerja
kelompok, dan diskusi.

4. Proses Konseling Sekolah

Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang menangani klien mempunyai
masalah, tetapi masih sadar tentang keadaan masalahnya. Proses konseling dilakukan dengan
cara, sebagai berikut:
a. Persiapan, meliputi mengadakan hubungan interpersonal yang baik dengan klien serta
mengadakan wawancara dan diagnosis;
b. Perencanaan treatment, dilakukan dengan cara menentukan treatment yang tepat untuk
digunakan dalam proses konseling sesuai dengan diagnosis. Selain itu direncanakan
pula teknik atau pendekatan dalam menghadapi masalah klien;
c. Proses konseling, dilakukan dengan cara wawancara konseling di mana klien dan
konselor saling bertukar ide atau sikap melalui perbincangan. Tujuannya adalah
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien; dan
d. Follow up, merupakan langkah yang diambil konselor untuk mengetahui efek dari
terapi yang diberikan. Konselor mengadakan evaluasi tentang terapi atau hal-hal lain
yang telah dilakukan.
Konseling Keluarga (Family Conseling)
1. Pengertian Family Conseling
Keluarga merupakan sebuah satuan kekerabatan yang kecil didalam sebuah rumah yang
terdiri dari : ayah, ibu, dan juga anak. Menurut Namora (2011) terdapat 3 bentuk keluarga,
yaitu: Nuclear Family, Extended Family, dan Blended Family [ CITATION Fai17 \l 1033 ].
Nuclear Family biasanya disebut dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Extended Family yaitu biasanya disebut dengan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu,
anak, nenek, kakek, paman dan bibi. Blended Family biasanya disebut dengan keluarga trah
atau bani (Jawa) yang terdiri dari keluarga inti dan ditambah dengan anak dari pernikahan
suami atau istri sebelumnya.
Pengertian konseling keluarga menurut Golden dan Sherwood (2001) yaitu metode yang
dirangcang yang difokuskan pada masalah-masalah yang ada di dalam keluarga dan usaha
untuk membantu dan memecahkan masalah pribadi klien. Hasnida mendefinisikan keonseling
keluarga yaiu sebagai sebuah proses inteaktif yang bertujuan untuk membantu keluarga untuk
memperoleh keseimbangan untuk mempertahankan keseimbangan keluarga dan keadaan
sehingga anggota keluarga bisa merasa nyaman. Berdasarkan dari pengertian konseling
keluarga sebelumnya maka bisa disimpulkan bahwa konseling keluarga merupakan sebuah
cara atau metode yang dirancang untuk memecahkan masalah dalam sebuah keluarga agar
klien bisa mempertahankan keharmonisan keluarga dan bisa merasa nyaman.
Perez menjelaskan beberapa prinsip yang harus ada dalam konseling keluarga [ CITATION
Fai17 \l 1033 ], yaitu:
- Kedudukan dari setiap anggota yaitu sejajar yang artinya tidak ada satupun anggota
keluarga yang lebih penting dibandingkan dengan orang lain
- Situasi pada saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga sehingga yang
seharusnya diubah yaitu prosesnya
- Konselor tidak perlu untuk memperhatikan diagnostic dari permasalahan keluarga
- Selama intervensi berlangsung, konselor harus melibatkan dirinya untuk sebagai
bagian dalam dinamikan keluarga klien
- Konselor harus berusaha menimbulkan keberanian pada setiap anggota keluarga untuk
berani mengungkapkan pendapatnya dan bisa berinteraksi satu sama lain sehingga bisa
menjadi “intra family involved”
- Hubungan konselor dan anggota jkeluarga bersifat sementara, karena hubungan yang
permanen bisa berdampak negative untuk penyelesaian konseling
- Supervise dilakukan dengan cara yang nyata

2. Tujuan konseling keluarga


Tujuan konseling keluarga bisa dibedakan menjadi 2 tujuan, yaitu: tujuan umum dan
tujuan khusus [ CITATION Fai17 \l 1033 ]. Tujuan umum dari konseling keluarga, antara lain:
- Untuk membantu anggota keluarga untuk saling menghargai secara emosional bahwa
dinamika keluarga saling kait-mengait diantara anggota keluarga
- Untuk membantu anggota keluarga agar bisa menyadari tentang fakta, jika salah satu
anggota keluarga bermasalah makan akan berpengaruh pada persepsi, ekspetasi, dan
interaksi dari anggota keluarga yang lain
- Agat tercapanya keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan
dari setiap anggota keluarga
- Untuk mengembangkan penghargaan sebagai pengaruh dari hubungan parental
Tujuan khusus konseling keluarga, antara lain:
- Betujuan untuk meningkatkan toleransi dan juga dorongan dari anggota keluarga
lainnya terhadap cara-cara yang istimewa atau keunggulan anggota keluarga lainnya
- Untuk mengembangkan toleransi terhadap anggota keluarga yang mengalami frustasi
atau kecewa, konflik fan juga rasa sedih yang terjadi akibat keluarga atau diluar
keluarga
- Untuk mengembangkan motif dan potensi dari setiap anggota keluarga deng cara
mendorong atau mengsupport anggota lainnya
- Untuk mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realitstik dan
sesuai dengan anggota keluarga lainnya

3. Pendekatan dalam konselig keluarga


a. Pendekatan konseling keluarga menurut aliran Adler
Pendekatan menurut Adler merupakan unik dalam memberikan perhatian terhukus pada
hubungan-hubungan antara saudara kandung dan posisi seseorang dalam keluarganya.
Menurut Adler problem seseorang pada dasarnya yaitu bersifat social, oleh karena itu diberi
kepentingan yang besar terhadap hubungan antar manusia. Tujuan dasar dari pendekatan ini
yaitu untuk mempermudah perbaikan hubungan anak dan juga meningkatkan hubungan dalam
keluarga dengan cara mengajarkan bagaimana menyesuaikan diri yang lebih baik dengan
anggota keluarga dan bagaimana hidup bersama keluarga. Terdapat tiga tahapan konseling
keluarga menurut Alder, yaitu :
- Interview Awal
Pada tahap ini yaitu membantu konselor untuk mendiagnosis tuhuan anak,
mengevaluasi orang tua dalam mendidik anak-anak, memahami iklim keluarga, dan
juga membuat rekomendasi untuk perubahan situasi. Proses interview ini
memfokuskan pada usaha untuk memberikan keberanian dan memperkuat semua
anggota keluarga
- Role playing atau bermain peran
Role playing juga berorientasi kepada perbuatan yang tampak, dan juga merupakan
bagian dari sesi konseling keluarga. Perbuatan yang tampak merupakan hasil dari
interaktif anggota keluarga.
- Intepretasi
Interpretasi adalah bagian penting dalam konseling, yang bertujuan untuk
menimbulkan insight dan juga mendorong mereka untuk menerjemahkan apa yang
telah mereka pelajari kemudian menerapkan perilakunya di kehisupan sehari-hari.

b. Pendekatan behavioral dalam konseling keluarga


Konselor behavioral menggunakan prinsip-prinsip teri belajar social atau social
learning theory terhadap konseling keluarga. Pada ahli klinis cenderung pada belajar,
melihat suatu kesempatan untuk terjadinya perubahan perilaku yang berarti pada anggota
keluarga dengan caea menata kembali lingkungan interpersonal. Anggota keluaga bisa
belajar sebagaimana memberikan kepada anggota keluarga lainnya pengenalan dan
persetujuan perilaku yang diingankan dan bukan perilaku yang menyimpang. Dikarenakan
proses perubahan maka kemungkinan perilaku merupakan prinsip dasar dari konseling
behavioral dalam keluarga. Pada pendekatan behavioral terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Role of therapeutic alliance (peran gabungan terapeutik)
Sebagai konselor behavioral yng mempunyai pandangan humanistic, Liberman
memandang konselor sebagai guru yaitu seorang yang bisa menyediakan model bagi
perubahan perilaku, mengusahakan perubahan dengan menyediakan struktur dan
bimbingan. Maka dari itu konselor yang efektif harus memiliki pengetahuan dan skill
yangkhusus, karena keluarga tidak akan bisa dibantu dengan konselor yang kurang
menghargai harkat kemanusiaan.
- Penilaian keluarga
Selama awal konseling, membuat suasana hangat dan mendorong konselor untuk
menilai masalah yang ada dan membuat apa yang dikenal. Konselor behavioral terikat
dengan analisis sistematik terhadap perilaku yang tepat dan bisa diamati, yang akan
ditangani. Dalam membuat penlaian konselor dan juga keluarga bekerjasama untuk
mengemukakan pertanyaan seperti: perilaku apakah yang menjadi masalah? Apakah
perilaku tersebut menjadi meningkat atau menurun? Dimana konselor memimpin
anggota keluarga untuk memformulasikan tujuan dari perilaku yang spesifik
- Melaksanakan strategi behavioral
Konselor membantu keluarga untuk menemukan kondisi dimana reinforcement social
seperti memberikan perhatian da persetujuan dibuat. Strategi ini dibuat untuk
memutuskan pola perilaku yang tidak diinginkan. Cara tersebut digunakan Liberman
untuk membuka sumbat reinforcer alamiah dalam lingkungan keluarga. Mulai dari
proses tersebut dua atau lebih anggota keluarga saling bertukar perilaku yang
diinginkan dan mendapatkan hadiah positif secara emosional yang semuanya melalui
kontrak dan negosiasi terlebih dahulu. Dimana kontrak atau negosiasi berisi tentang
perilaku saling memberi yakni perilaku yang diinginkan, kepada siapa, untuk siapa,
kapan, dan dalam dalam kondisi bagaimana.

4. Proses konseling keluarga


- Sebelum sesi konseling dimulai cari tahu apa yang menjadi harapan klien yang
menghubungi konselor
- Ketika sesi konseling beberapa sesi di awal akan menentukan sukse atau tidaknya
konseling
- Awal konseling
- Partikan konselor untuk mendukung posisi pasangan atau anggota keluarga, lakukan
anamnesa secara menyeluruh, ikuti gaya komukasih konseli, amati masing-masing
keluarga, dan ajukan pertanyaan untuk focus pada hubungan dalam keluarga
- Pertengahan sesi
Saat dimana keluarga membuat perubahan yang dibutuhkan, jika memang ingin
berubah, eksplorasi kemungkinan perilaku baru dan setoap kesempatan, dan konselor
tidak boleh mendahului untuk melangkah
Terminasi yaitu semua pihak bisa memulai tahap ini, sebaiknya dilakukan dengan cara
tiba-tiba dan bukan bagian puncak dari proses konseling, jangan lupa untuk meakukan
tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Ballgies Soffy. Meutida Ananda . PSIKOLOGI KONSELING. Surabaya, 2014


Rofiq Arif Ainun. TEORI PRAKTIK KONSELING. Surabaya, 2017
Laela, F. N. (2017). Bimbingan Konseling Keluarga dan Remaja Edisi Revisi. Surabaya: UIN
Sunan Ampel Press.
Capuzzi, D., & Gross, D. R. (2017). INTRODUCTION TO THE COUNSELING
PROFESSION 7th Edition . New York: Routledge.
Astiti, D. P., Vembriati, N., Tobing, D. H., Marheni, A., & lain-lain, D. (2016). Bahan Ajar
PSIKOLOGI KONSELING. Bali: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA.
Dharma, S. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Direktorat Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyadi, S., Fakhrurrozi M., & Rohayati D. (2015). Psikologi Konseling. Jakarta : Penerbit
Gunadrama.
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan: Universitas Muhammadiyah. Vol. 17, No.4.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v17i4.40.

Anda mungkin juga menyukai