Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
KELAS H
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
Konseling Individual Dan Kelompok
A. Konseling Individual
1. Pengertian konseling individual
Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang
yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat mengatasinya, dengan proses petugas
professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu klien
memecahkan kesulitannya.
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli atau konselor kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah atau biasa disebut dengan klien yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien. Konseling merupakan jantung hatinya bimbingan secara menyeluruh, hal ini
berarti apabila pelayanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah konseli akan
teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan konseling lainnya tinggal mengikuti atau
berperan sebagai pendamping.
2. Tujuan dan fungsi konseling individual
Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan konselor.
Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni hubungan yang berfungsi,
bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu amat ditentukan oleh
keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan terletak pada : (pertama) keterbukaan
konselor. (kedua) keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,
perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor
yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi jujur, asli, mengerti,
dan menghargai. (ketiga) konselor mampu melibatkan klien terus menerus dalam proses
konseling. Karena dengan demikian, maka proses konseling individu akan lancar dan segera
dapat mencapai tujuan konseling individu.
b) Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah melibatkan diri,
berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat mengangkat isu, kepedulian, atau
masalah yang ada pada klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya,
walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu amatlah
penting peran konselor untuk membantu memperjelas masalah klien. Demikian pula klien
tidak memahami potensi apa yang dimilikinya., maka tugas konselor lah untuk membantu
mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan membantu mendefinisikan masalahnya
bersama-sama.
c) Membuat penafsiran dan penjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemunkinan mengembangkan isu atau
masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan
semua potensi klien, dan dia prosemenentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi
masalah.
d) Negosiasi kontrak
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi : (1) kontrak waktu,
artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak
keberatan. (2) Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya, dan klien apa pula. (3) kontrak
kerjasama dalam proses konseling. Kontrak menggariskan kegiatan konseling, termasuk
kegiatan klien dan konselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling adalah urusan
yang saling ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu juga
mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerja sama dalam proses
konseling.
2. Tahap pertengahan atau tahap kerja
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan
selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1) penjelajahan masalah klien; (2) bantuan apa yang
akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang msalah
klien. Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperolah prespektif baru,
alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam rangka mengambil keputusan
dan tindakan. Dengan adanya prespektif baru, berarti ada dinamika pada diri klien menuju
perubahan.
3. Tahap akhir konseling
B. Konseling Kelompok
Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang.
Kumpulan orang orang itu kemudian menjunjung suatu atau bebrapa kualitas tertentu
sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.
Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok
diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi
segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh
seluruh anggota kelompok. Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya
untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya
itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani
perkembangannya dengan lebih mudah.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwasannya konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di
selenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta
terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini
merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya
dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling
kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab
timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
2. Tujuan konseling kelompok
Penerapan konseling kelompok untuk membantu klien tentu saja dilakukan berdasarkan
tujuan tujuan khusus yang mebedakannya dari konseling individual. Adapun tujuan konseling
menurut bariyyah:
Membantu individu mencapai perkembangan optimal
Berperan mendorong munculnya motisivasi kepada klien untuk merubah perilakunya
dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Klien dapat mengatasi masalahnya lebih cepat dan tidak menimbulkan gangguan
emosi
Menciptakan dinamika social yang berkembang intensif
Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi social yang baik dan sehat.
Untuk mencapai tujuan dalam konseling kelompok, maka konselor perlu memerhatikan
factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses konseling. Factor factor tersebut
antara lain:
Membina harapan.
Harapan akan menimbulkan perasaan optimis pada diri klien untuk dapat
meneylesaikan masalahnya. Melalui harapan, klien akan belajar memahami dan
mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimilikinya. Adanya keterlibatan dalam
kelompok juga akan menguatkan semangat klien untuk saling membantu mewujudkan
tujuan bersama yang ingin dicapai.
Universalitas.
Universalitas akan mengurangi tingkat kecemasan klien karena mengetahui bahwa
bukan hanya dirinya yang memiliki masalah, teman teman satu kelompoknya juga
memiliki masalah walaupun dalam dimensi yang berbeda. Untuk itulah memberikan
pemahaman pada klien bahwa permasalahan adalah yang wajar dalam kehidupan
sangat diperlukan agar klien tertantang untuk mengatasi masalahnya.
Pemberian informasi.
Informasi dapat diperoleh melalui pimpinan kelompok (konselor) maupun dari
anggota kelompok lain. Informasi ini meliputi pengelaman dari anggota kelompok,
pemecahan masalah yang ditawarkan oleh konselor atau anggota kelompok dan hal
yang bermakna bagi kehidupan klien.
Altruisme.
Altrusime mengacu kepada proses memberi dan menerima yang merasa bahwa
kelompoknya telah memberikan banyak masukan dan kebaikan pada dirinya selama
menjalani proses konseling, akan melkaukan hal yang sama terhadap anggota
kelompoknya. Hal ini akan mendorong terjadinya umpan balik antar anggota.
Career Counseling
1. Pengertian Career Counseling
Konseling karir merupakan proses untuk membantu klien belajar bagaimana mengelola
kehidupan kerja dan tetap mengikuti pelatihan mereka sehingga mereka bisa mengikuti
perubahan dunia kerja [ CITATION Dav17 \l 1033 ]. Konseling karir merupakan proses untuk
membantu individu dalam mengembangkan kehidupan karir dengan focus pada definisi peran
pekerja, dan bagaimana peran tersebut diperbaharui dengan peran kehidupan yang lain. Layan
konseling merupakan suatu layanan yang bisa membantu individu yang mengalami masalah
pada emosi yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak suportif dan menimbulkan stress.
2. Tujuan Career Counseling
Konseling karir memiliki tujuan agar individu: (1) memahami sisi dunia kerja, serta
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih program atau jurusan secara
tepat; (2) memiliki sifat positif terhadap diri sendiri serta pandangan yang objektif dan
maju terhadap dunia kerja; dan (3) membuat keputusan yang realistis tentang karir yang
dipilih sesuai dengan kemampuannya (Winkel, 1991).
Menurut Subroto (1997) tujuan konseling karir adalah untuk membantu individu agar
memperoleh pemahaman diri dan pengarahan dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja
dan berguna kelak dalam masyarakat. Subroto menambahkan bahwa tujuan konseling karir
terbagi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari jangka pendek yaitu
membantu individu memilih jurusan bagi kelanjutan studinya dan tujuan dari jangka panjang
yaitu membantu individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya.
3. Pendekatan Teori
a. Triat factor
Triat-factor merupakan teori yang disebut dengan cocokt dimana mereka bekerja dengan
asumsi bahwa ada perkerjaan yang cocok untuk digapai. John Holland (1959) meduga bahwa
karir mewakili cara hidup. Holladn mengandaikan bahwa kepribadian bisa dikategorikan
menjadi enam jenis, yaitu: realistis, investigative, artistic, sosia, enterprising, dan
konvensional. Holland berasumsi bahwa ada enam lingkungan kerja yang sesuai dengan enam
tipe kepribadiaan. Hollan juga percaya bahwa orang mencari lingkungan yang akan
mendukung nilai, keterampilan, dan peran merekan. Menurut PEC (Person Environment
Correspondance) berasumsi bahwa baik individu ataupun lingkungan kerja bisa berubah dan
sling mempengaruhi, maka dari itu, penyesuaian kerja terjadi keika korespondesni individu
antara orang dan lingkungan bisa tetap terjaga.
b. Social learning
Mnurut Shoffner, Creager dan Deacon (2012) teori pembelajaran social menekan pada
dampak dari proses pembelajaran individu dan bagaimana pembelajaran menginformasikan
identitas karir, pilihan pekerjaan, dan strategi manajemen karir. Leraning Theory of career
Counseling (LTCC) merupakan contoh yang populer dari teori pembelajaran social. Dengan
menggunakan LTCC konselor bisa memilih intervensi dan tujuan kognitif-perilaku tertentu
yang berdasarkan pembelajaran klien yang diperkuat dengan interaksi dengan orang lain
tentang pilihan pekerjaan, keterampilan kerja, dan keinginan pekerjaan. Teori memuat
perhatian pada genetika, lingkungan, pengalaman belajar dan keterampilan pendekatan tugas
contohnya pencarian informasi dan juga pengamatan diri. Dalam Planned Happenstance
konselor membantu kliennya belajar untuk memasukkan kejadian yang tidak direncanakan
tersebut ke dalam pengembangan karir diri mereka dengan cara yang positif.
4. Proses Career Counseling
Konseling karir pada umumnya mengacu pada suatu proses yang teratur, dimulai dari
proses pengembangan hubungan sampai dengan proses tindak lanjut serta perubahan-
perubahan rencana yang lebih potensial. Menurut Lawrence M. Brammer dan Everett L.
Shostrom (dalam Dewa Ketut), mengemukakan tujuh langkah yang bisa dilalui dalam proses
konseling, yaitu:
1) Mengenai perumusan dan penerapan suatu kebutuhan untuk membantu yang bertujuan agar
klien dapat merumuskan masalahnya;
2) Penetapan hubungan (Establishing the Relationship) tujuan utama dari proses ini adalah
membangun suatu hubungan dengan klien atau biasa disebut rapport;
3) Penentuan tujuan dan eksplorasi alternatif (determinating goal and exploring alternative), yaitu
mengulas kembali dari proses konseling di mana menanyakan kepada klien tentang
pendapatnya;
4) Memecahkan tentang berbagai masalah dan tujuan (Working on problems and goals);
5) Mempermudah kesadaran, kesadaran artinya pengetahuan diri (self-knowledge) dari apa yang
dilihat, dan didengarkan serta dirasakan seseorang. Yang dimaksud di sini adalah mengenali
kemampuan dari diri sendiri yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan pendidikan
yang diperoleh;
6) Merencanakan arah kegiatan, pada intinya membantu klien dalam menemukan ide-ide baru;
dan
7) Menilai hasil dan tindakan akhir atau hasil akhir pada proses konseling. Dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi klien, pentingnya konselor untuk memiliki keterampilan konseling
sebagai model pemilihan karir seseorang.
School Counseling
1. Pengertian Konseling Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik
dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal. Sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang
dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah
yang dihadapi oleh peserta didik.
Menurut Prayitno (2004) (dalam Kamaluddin, 2011) bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal. Dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar,
maupun karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik
dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses
perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui
interaksi yang sehat dan produktif.
Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki
perilaku. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan
layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik (ABKIN, 2007). Oleh karena itu,
bimbingan dan konseling merupakan layanan ahli oleh konselor (guru bimbingan dan
konseling). Konselor adalah salah satu kualifikasi pendidikan, yaitu tenaga kependidikan
yang memiliki kekhususan pada bidang bimbingan dan konseling, yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Konseling dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan
individu dan pendekatan kelompok, yaitu :
1. Pendekatan Individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Setiap
orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perseorangan. Pendekatan ini
dilakukan secara melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekatan ini
terdapat hubungan yang dinamis yang mana individu merasa diterima dan dimengerti
oleh pembimbing. Dalam hubungan tersebut pembimbing menerima individu secara
pribadi dan tidak memberikan penilaian. Dengan demikian, individu tersebut merasa
ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mendengarkan keluhannya dan curahan
perasaannya. Pendekatan ini mencakup informasi individual dan penyuluhan.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok.
Beberapa orang yang bermasalah sama atau yang dapat memperoleh manfaat dari
pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok,
yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar
(13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pendekatan kelompok ini mencakup
informasi kelompok, penyuluhan kelompok, home room, belajar kelompok, kerja
kelompok, dan diskusi.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang menangani klien mempunyai
masalah, tetapi masih sadar tentang keadaan masalahnya. Proses konseling dilakukan dengan
cara, sebagai berikut:
a. Persiapan, meliputi mengadakan hubungan interpersonal yang baik dengan klien serta
mengadakan wawancara dan diagnosis;
b. Perencanaan treatment, dilakukan dengan cara menentukan treatment yang tepat untuk
digunakan dalam proses konseling sesuai dengan diagnosis. Selain itu direncanakan
pula teknik atau pendekatan dalam menghadapi masalah klien;
c. Proses konseling, dilakukan dengan cara wawancara konseling di mana klien dan
konselor saling bertukar ide atau sikap melalui perbincangan. Tujuannya adalah
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien; dan
d. Follow up, merupakan langkah yang diambil konselor untuk mengetahui efek dari
terapi yang diberikan. Konselor mengadakan evaluasi tentang terapi atau hal-hal lain
yang telah dilakukan.
Konseling Keluarga (Family Conseling)
1. Pengertian Family Conseling
Keluarga merupakan sebuah satuan kekerabatan yang kecil didalam sebuah rumah yang
terdiri dari : ayah, ibu, dan juga anak. Menurut Namora (2011) terdapat 3 bentuk keluarga,
yaitu: Nuclear Family, Extended Family, dan Blended Family [ CITATION Fai17 \l 1033 ].
Nuclear Family biasanya disebut dengan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Extended Family yaitu biasanya disebut dengan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu,
anak, nenek, kakek, paman dan bibi. Blended Family biasanya disebut dengan keluarga trah
atau bani (Jawa) yang terdiri dari keluarga inti dan ditambah dengan anak dari pernikahan
suami atau istri sebelumnya.
Pengertian konseling keluarga menurut Golden dan Sherwood (2001) yaitu metode yang
dirangcang yang difokuskan pada masalah-masalah yang ada di dalam keluarga dan usaha
untuk membantu dan memecahkan masalah pribadi klien. Hasnida mendefinisikan keonseling
keluarga yaiu sebagai sebuah proses inteaktif yang bertujuan untuk membantu keluarga untuk
memperoleh keseimbangan untuk mempertahankan keseimbangan keluarga dan keadaan
sehingga anggota keluarga bisa merasa nyaman. Berdasarkan dari pengertian konseling
keluarga sebelumnya maka bisa disimpulkan bahwa konseling keluarga merupakan sebuah
cara atau metode yang dirancang untuk memecahkan masalah dalam sebuah keluarga agar
klien bisa mempertahankan keharmonisan keluarga dan bisa merasa nyaman.
Perez menjelaskan beberapa prinsip yang harus ada dalam konseling keluarga [ CITATION
Fai17 \l 1033 ], yaitu:
- Kedudukan dari setiap anggota yaitu sejajar yang artinya tidak ada satupun anggota
keluarga yang lebih penting dibandingkan dengan orang lain
- Situasi pada saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga sehingga yang
seharusnya diubah yaitu prosesnya
- Konselor tidak perlu untuk memperhatikan diagnostic dari permasalahan keluarga
- Selama intervensi berlangsung, konselor harus melibatkan dirinya untuk sebagai
bagian dalam dinamikan keluarga klien
- Konselor harus berusaha menimbulkan keberanian pada setiap anggota keluarga untuk
berani mengungkapkan pendapatnya dan bisa berinteraksi satu sama lain sehingga bisa
menjadi “intra family involved”
- Hubungan konselor dan anggota jkeluarga bersifat sementara, karena hubungan yang
permanen bisa berdampak negative untuk penyelesaian konseling
- Supervise dilakukan dengan cara yang nyata