Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK

PIDANA MENGHALANGI PROSES HUKUM (OBSTRUCTION OF


JUSTICE) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
(STUDI PUTUSAN NOMOR: 23/PID.SUS-TPK/2018/PT.DKI)

UJIAN SKRIPSI

PETRA SITUMORANG
NIM: 170200250
Kamis, 25 Maret 2021
BAB I 3
Tindakan Obstruction Of Justice merupakan upaya
perlawanan hukum yang dilakukan dengan sengaja

Latar Belakang
menghalang-halangi, mencegah, merintangi atau
mengagalkan proses hukum dalam tindak pidana
korupsi, sebagaimana yang diatur di dalam pasal 21 UU
Hadirnya korupsi di Indonesia sesungguhnya telah
1 Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 Tahun 2001
mengakar sejak lampau bahkan telah dianggap
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tindak
membudaya, maka korupsi merupakan kejahatan yang
pidana ini masih saja eksis hingga saat ini bahkan
luar biasa (extra ordinary crime) sehingga dalam
melibatkan para penegak hukum.
pemberantasannya juga harus menggunakan upaya-
upaya yang luar biasa pula. Dalam penegakan dalam memberantas tindak pidana ini
4 masih saja muncul perbedaan pandangan atau
Salah satu upaya yang dilakukan dalam memberantas
penafsiran yang mempertanyakan eksistensi Pengadilan
2 tindak pidana korupsi adalah dengan membuat aturan
Tindak Pidana korupsi, sebab tindak pidana ini bukan
hukum yaitu Undang-Undang Pemberantasan Tindak
murni tindak pidana korupsi namun merupakan tindak
Pidana Korupsi (UU PTPK), membentuk badan khusus
pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
korupsi.
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga
menghadirkan proses peradilan yang dibuat khusus Penegak hukum banyak yang menjadi terdakwa atas
5 keterlibatannya dalam tindak pidana menghalangi
mengatur pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor), proses hukum ini, oleh karena itu Pengadilan Tindak
namun upaya ini masih saja berusaha digagalkan oleh Pidana Korupsi perlu mempertegas eksistensinya dalam
para mafia hukum. mengadili para penegak hukum yang berusaha merusak
marwah proses hukum maupun hingga peradilan.
Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaturan Hukum Terkait Tindak Pidana Menghalangi
1
Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam Tindak Pidana
Korupsi Di Indonesia?

Bagaimana Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mengadili Tindak


2

BAB I Pidana Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi?

Bagaimanakah Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana


3
Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam Tindak
Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor: 23/Pid.Sus-
TPK/2018/PT.DKI)?

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


Metode Penulisan
Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum
normatif (Juridis Normative). Penulis melakukan analisis terhadap
berbagai bahan hukum mengenai obstruction of justice dalam upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia, sekaligus
mengetahui penerapannya dalam putusan hukum, serta menggunakan
BAB I metode pendekatan kasus (case approach).

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi kepustakaan


yang dikenal juga dengan istilah library research (penelitian
kepustakaan) dengan menggunakan cara kualitatif, yaitu menganalisa
secara lengkap dan komprehensif keseluruhan data sekunder yang
diperoleh.

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


BAB II
Bagaimana Pengaturan Hukum Terkait Tindak Pidana
Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam
Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia?
(Rumusan Masalah Nomor 1)

Pengaturan hukum terkait tindak pidana korupsi di Indonesia terus mengalami


1
perkembangan dari waktu ke waktu.

Peraturan Undang-Undang Undang-Undang Undang-Undang Undang-Undang Nomor


Pemberantasan Nomor 24 (Prp) Nomor 3 Tahun 1971 Nomor 31 Tahun 20 Tahun 2001 Tentang
Korupsi Penguasa Tahun 1960 Tentang Tentang 1999 Tentang Perubahan atas
Perang pusat Pemberantasan Pemberantasan Pemberantasan Undang-Undang Nomor
(Angkatan Darat Dan Tindak Pidana Tindak Pidana Tindak Pidana 31 Tahun 1999 Tentang
Laut) Korupsi Korupsi Korupsi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


BAB II Bagaimana Pengaturan Hukum Terkait Tindak Pidana
Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam
Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia?
(Rumusan Masalah Nomor 1)

Dalam hukum positif di Indonesia, Obstruction Of Justice ternyata diatur dalam


2
beberapa peraturan hukum pidana.
Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Obstruction Of Justice
3
terdapat dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Jo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001. Pasal ini terdiri atas
beberapa unsur yang secara garis besar, antara lain:

1). Unsur Subjektif: 2). Unsur Objektif: b. Objeknya:


a. Setiap orang a. Perbuatannya: 1. Penyidikan terhadap tersangka atau saksi
b. dengan sengaja 1. Mencegah 2. Penuntutan terhadap terdakwa
2. Merintangi 3. Pemeriksaan di sidang pengadilan baik
3. Menggagalkan terhadap terdakwa ataupun para saksi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
BAB III Bagaimana Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mengadili Tindak
Pidana Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice)
Dalam Pengadilan Tindak Pidana Korupsi?
(Rumusan Masalah Nomor 2)
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia terbentuk atas dasar amanat pasal 53
1
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Kemudian
dibentuklah Undang-Undang yang secara khusus mengatur tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, yaitu Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009, hakim yang berwenang
2
dalam Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas Hakim Karir beserta Hakim Ad Hoc.

Mengadili dan memutus perkara mengenai tindak pidana menghalangi proses hukum
3
(obstruction of justice) merupakan kewenangan dari hakim pengadilan tindak pidana
korupsi sebab merupakan amanat dari undang-undang serta sebagai bentuk perlindungan
kepada marwah pengadilan tindak pidana korupsi dari tindak pidana ini yang merupakan
contempt of court.

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


BAB IV
Bagaimanakah Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Menghalangi Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam Tindak
Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor: 23/Pid.Sus-
TPK/2018/PT.DKI)?
(Rumusan Masalah Nomor 3)

1 Kasus posisi dalam Putusan Nomor: 23/Pid.Sus-TPK/2018/PT.DKI.

Dalam putusan dinyatakan bahwa Terdakwa yaitu Fredrich Yunadi terbukti melakukan
2
tindakan menghalang-halangi proses penyidikan kasus korupsi kliennya sehingga dijatuhi
hukuman pidana penjara selama 7 tahun beserta dendanya pada pengadilan tingkat pertama
serta semakin diperkuat dalam pengadilan tingkat banding.

Majelis hakim menimbang bahwasanya penjatuhan hukuman ini tepat dilakukan selain
3
dikarenakan telah terpenuhinya unsur dalam pasal 21 UU PTPK tersebut juga dikarenakan
profesi terdakwa yang terhormat (Officium Nobile) sebagai Advokat yang selama ini telah
berkontribusi dalam proses peradilan (Criminal Justice System).

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


BAB V Penutup
A Kesimpulan B Saran
1. Tindak pidana menghalangi proses hukum (obstruction of justice) diatur dalam 1. Perlu dilakukannya perubahan terhadap Pasal 21 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo.
berbagai peraturan hukum pidana di Indonesia, khususnya dalam Undang- UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. dalam menegaskan unsur-unsur dari rumusan pasal tersebut, seperti
20 Tahun 2001) yaitu pada Bab III tentang Tindak pidana lain yang berkaitan menentukan dengan jelas unsur “setiap orang” serta menjelaskan perbuatan
dengan Tindak Pidana Korupsi yang terdiri atas pasal 21, 22, 23, dan 24. Adapun yang dikatakan “mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung
pasal 21 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan atau tidak langsung” dalam proses hukum tersebut dengan harapan agar tidak
Tindak Pidana Korupsi tersebut merupakan pasal yang paling memenuhi unsur- lagi terjadi beragam penafsiran terhadap pasal ini oleh masyarakat serta dapat
unsur dari tindak pidana obstruction of justice. secara tepat serta memiliki eksistensi yang jelas.
2. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan pengadilan yang berwenang 2. Pengadilan Dalam menerapkan pertimbangan hakim terhadap putusan
untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara terhadap pasal 21 UU PTPK, terutama mengenai tindak pidana obstruction of justice, majelis Hakim
berdasarkan dari terbuktinya kompetensi absolut yang dimilikinya melalui sebaiknya berani bersikap lebih tegas dengan tetap menjunjung tinggi
analisis berbagai peraturan yang mendukungnya, yakni pasal 5 dan 6 Undang- integritas serta mengedepankan keadilan.
Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi serta 3. Menjadi harapan besar kepada seluruh penegak hukum untuk lebih bersikap
dengan membedah latar belakang kehadiran pengadilan tindak pidana korupsi profesional dan menghormati jalannya proses hukum hingga peradilan.
ini dalam rangka memaksimalkan pemberantasan tindak pidana korupsi. Terutama kepada profesi Advokat yang seharusnya menjadi pembela
3. Penerapan hukum terhadap tindak pidana menghalangi proses hukum masyarakat dalam penegakan hukum, sebaiknya melakukan pembelaan
(obstruction of justice) dalam tindak pidana korupsi dalam putusan nomor: dengan tidak mempertaruhkan kehormatan hukum di tengah masyarakat,
23/Pid.Sus-TPK/2018/PT.DKI dengan terdakwa atas nama Fredrich Yunadi sebab bila para penegak hukum masih terlibat dalam pembangkangan
dengan putusan banding yang menguatkan putusan tingkat pertama berdasarkan terhadap hukum maka masyarakat sendiri pun tidak mampu menaruh
pertimbangan hukum yang disampaikan oleh majelis Hakim dengan memberikan kepercayaan terhadap hukum apalagi merasakan keadilan hukum yang
pertimbangan bahwa Terdakwa berprofesi sebagai Advokat yang merupakan sesungguhnya.
salah satu perangkat dalam proses peradilan (criminal justice system) sehingga
seharusnya menyadari bahwa Advokat adalah profesi yang terhormat (officium
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
nobile).
Terima Kasih.
Petra Situmorang
e-mail: situmorangpetra28@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai