UJIAN SKRIPSI
PETRA SITUMORANG
NIM: 170200250
Kamis, 25 Maret 2021
BAB I 3
Tindakan Obstruction Of Justice merupakan upaya
perlawanan hukum yang dilakukan dengan sengaja
Latar Belakang
menghalang-halangi, mencegah, merintangi atau
mengagalkan proses hukum dalam tindak pidana
korupsi, sebagaimana yang diatur di dalam pasal 21 UU
Hadirnya korupsi di Indonesia sesungguhnya telah
1 Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 Tahun 2001
mengakar sejak lampau bahkan telah dianggap
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tindak
membudaya, maka korupsi merupakan kejahatan yang
pidana ini masih saja eksis hingga saat ini bahkan
luar biasa (extra ordinary crime) sehingga dalam
melibatkan para penegak hukum.
pemberantasannya juga harus menggunakan upaya-
upaya yang luar biasa pula. Dalam penegakan dalam memberantas tindak pidana ini
4 masih saja muncul perbedaan pandangan atau
Salah satu upaya yang dilakukan dalam memberantas
penafsiran yang mempertanyakan eksistensi Pengadilan
2 tindak pidana korupsi adalah dengan membuat aturan
Tindak Pidana korupsi, sebab tindak pidana ini bukan
hukum yaitu Undang-Undang Pemberantasan Tindak
murni tindak pidana korupsi namun merupakan tindak
Pidana Korupsi (UU PTPK), membentuk badan khusus
pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
korupsi.
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga
menghadirkan proses peradilan yang dibuat khusus Penegak hukum banyak yang menjadi terdakwa atas
5 keterlibatannya dalam tindak pidana menghalangi
mengatur pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Pengadilan Tipikor), proses hukum ini, oleh karena itu Pengadilan Tindak
namun upaya ini masih saja berusaha digagalkan oleh Pidana Korupsi perlu mempertegas eksistensinya dalam
para mafia hukum. mengadili para penegak hukum yang berusaha merusak
marwah proses hukum maupun hingga peradilan.
Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaturan Hukum Terkait Tindak Pidana Menghalangi
1
Proses Hukum (Obstruction Of Justice) Dalam Tindak Pidana
Korupsi Di Indonesia?
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009, hakim yang berwenang
2
dalam Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas Hakim Karir beserta Hakim Ad Hoc.
Mengadili dan memutus perkara mengenai tindak pidana menghalangi proses hukum
3
(obstruction of justice) merupakan kewenangan dari hakim pengadilan tindak pidana
korupsi sebab merupakan amanat dari undang-undang serta sebagai bentuk perlindungan
kepada marwah pengadilan tindak pidana korupsi dari tindak pidana ini yang merupakan
contempt of court.
Dalam putusan dinyatakan bahwa Terdakwa yaitu Fredrich Yunadi terbukti melakukan
2
tindakan menghalang-halangi proses penyidikan kasus korupsi kliennya sehingga dijatuhi
hukuman pidana penjara selama 7 tahun beserta dendanya pada pengadilan tingkat pertama
serta semakin diperkuat dalam pengadilan tingkat banding.
Majelis hakim menimbang bahwasanya penjatuhan hukuman ini tepat dilakukan selain
3
dikarenakan telah terpenuhinya unsur dalam pasal 21 UU PTPK tersebut juga dikarenakan
profesi terdakwa yang terhormat (Officium Nobile) sebagai Advokat yang selama ini telah
berkontribusi dalam proses peradilan (Criminal Justice System).