Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 6

PEMBAHARUAN ISLAM DI INDIA PAKISTAN


AHMAD KHAN DAN ABUL A’ALA AL-MAUDUDI
Mata Kuliah : Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam
Dosen Pengampu : Salito, M. Pd.I

Nama Anggota Kelompok 6 :

Tiara Sofi (11901013)

Sri Mata Sari (11901175)

Fina ( 11901335)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan
kita karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu, hal ini
tentu karena pertolongan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang sangat kita nanti-nantikan syafa’at-Nya di
akhirat nanti.
Tiada kata terindah selain mengucap syukur, Alhamdulillah kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat karunia-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami dapat meneyelesaikan pembuatan makalah.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya Makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam kami Bapak, Salito, M. Pd.I
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, 16, November, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..………...…ii
BAB I-PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………..…..…..iii
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..………..….iii
C. Tujuan Penulis………………………………………………………....………..iiii
BAB II-PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Gerakan Pembaharuan Islam India-Pakistan
B. Sejarah berdirinya Negara Islam Pakistan
C. Pakistan Dan Prosesnya menuju Negara Islam
D. Pembaharuan di India-Pakistan yaitu Abu A’ala Maudidi
E. Beberapa Ide Pembaharuan Abu A’ala Maudidi
F. Biografi dari Sayyid Ahmad Khan
G. Pemikiran-Pemikiran dari Sayyid Ahmad

BAB III-PENUTUPAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah Islam hingga saat sekarang ini, tidak hanya banyak kita menemukan
Negara Islam yang dapat dijadikan cerminan masyarakat Islam, sebagaimana halnya Negara
Pakistan, yang sejak lahirnya disebut sebagai Negara Islam. Terwujudnya Pakistan sebagai
Negara Islam adalah keinginan orang-orang muslim India yang memiliki keyakinan bahwa
mereka harus membentuk suatu Negara yang terpisah, yang disebabkan oleh sejarah, agama dan
kebudayaan mereka berbeda dengan keyakinan masyarakat Hindu di India. Sementara orang
Hindu India justru menganggap bahwa agama tidak dapat menjadi dasar mendirikan suatu
bangsa (Kenneth, 1960: 370). Upaya mewujudkan Pakistan sebagai Negara Islam memang
mendapat dukungan sepenuhnya, terutama dari organisasi liga muslim India yang didirikan oleh
Sayyid Amir Ali salah satu tokoh pembahuruan dalam Islam di India pada tahun 1906. Di mana
peran organisasi ini menjadi alat perjuangan umat Islam untuk mewujudkan terciptanya Negara
Islam Pakistan. Terlebih semenjak Ali Jinnah memimpin Liga Muslim pada tahun 1913.

Di awal proses Pakistan menuju Negara Islam, organisasi ini telah mengumandangkan
pendiriannya bahwa Islam bukan sekedar sebagai agama dalam artiannya biasa tetapi ia adalah
suatu agama dan susunan masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu. Demikian pula
pendapat para pemimpin agama orang muslim India ketika itu mendukung sepenuhnya terhadap
berdirinya Pakistan sebagai Negara, dan mereka berkeyakinan dan berpendapat bahwa Negara
yang mereka inginkan itu adalah Negara Islam, dimana prinsip prinsip sosial dan ekonomi Islam
dapat dilaksanakan di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Sejarah Singkat Gerakan Pembaharuan Islam India-Pakistan
2. Apa Sejarah berdirinya Negara Islam Pakistan
3. Apa Pakistan Dan Prosesnya menuju Negara Islam
4. Apa Pembaharuan di India-Pakistan yaitu Abu A’ala Maudidi
5. Apa Beberapa Ide Pembaharuan Abu A’ala Maudidi
6. Bagaimana Biografi dari Sayyid Ahmad Khan
7. Apa Pemikiran-Pemikiran dari Sayyid Ahmad Khan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Singkat Gerakan Pembaharuan Islam India-Pakistan
2. untuk mengetahui Sejarah berdirinya Negara Islam Pakistan
3. untuk mengetahui Pakistan Dan Prosesnya menuju Negara Islam
4. untuk mengetahui Pembaharuan di India-Pakistan yaitu Abu A’ala Maudidi
5. untuk mengetahui Beberapa Ide Pembaharuan Abu A’ala Maudidi
6. untuk mengatahui Biografi dari Sayyid Ahmad Khan
7. untuk mengetahui Pemikiran-Pemikiran dari Sayyid Ahmad Khan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Gerakan Pembaharuan Islam India-Pakistan


Sejarah telah membuktikan bahwa puncak kejayaan umat islam tidak lah berlangsung
langgeng. Realitas ternyata telah berkata lain, perkembangan islam yang telah mengalami
kemajuan pesat pada masa umayyah dan perkembangan intelektual, terkhusus, pada masa
Abbasiyyah tidak diikuti oleh periode-periode kepemimpinan islam pada masa selanjutnya.
Apalagi, ketika terjadi perang salib, abad 12-an, kejayaan islam terasa semakin redup baik pada
aspek politik, kekuasaan, maupun perkembangan intelektual.
Fenomena tersebut ternyata membawa Nampak kemunduran dan kemandekan yang
cukup lama dalam dunia islam, terkhusus perkembangan intelektual. Hal ini nampaknya baru
disadari oleh para cendikiawan muslim di sekitar abad 19-an sehingga pada masa tersebut
muncullah para cendikiawan muslim yang melakukan gerakan-gerakan untuk membangkitkan
kejayaan islam kembali. Hal ini terjadi mulai dari kawasan mesir, turki, india, sampai dengan
daratan asia tenggara termasuk Indonesia.
Perkembangan intelektual islam di daratan india telah melahirkan tokoh-tokoh besar
muslim. Hasil pemikiran mereka telah membawa perubahan bagi wacana dan realitas kehidupan
muslim di india. Kelahiran Pakistan dan Bangladesh adalah salah satu fakta dari wujud
keberhasilan pergerakan islam yang mengusung genderang kebangkitan islam dari keterpurukan
dan ketertindasan menuju kesejahteraan.
Berbagai pemikiran intelektual, seperti Iqbal, Ali jinah, Syyid ahmad khan, dan lain
sebagainya membawa pengaruh yang besar terhadap perubahan wacana politis. Fakta Tarik-
menarik antara islam dan politik di Pakistan menunjukkan bahwa islam hanya dapat
mewujudkan dalam bentuk ideology. Namun dalam penjabarannya belum mencapai konsensus
nasional karena masih belum ada titik temu antara kelompok modrenis dengan kelompok
tradisionalis.
Dan dalam perkembangan intelektualisme muslim dunia, poin utama peran pemikiran para
pemikir dari daratan india ini, yakni bahwa menekankan pentingnya ijtihad yang tidak tertutup
serta pengembangan dan penguasaan sains dalam islam adalah persyaratan pokok bagi kemajuan
dan kebangkitan islam untuk mampu mengejar keterpurukan dan kemandekan intelektual islam.
B. Sejarah berdirinya Negara Islam Pakistan
Menurut sumber lain “pakistan” berasal dari bahasa Persia. “ FAK” berarti suci dan
STAN berarti Negara. Tetapi Sebelum Pakistan terbentuk, wilayah-wilayah yang menjadi
wilayah bagian dari Pakistan adalah wilayah bagian India. Wilayah-wilayah tersebut berupaya
melepaskan diri dari India karena umat Islam yang minoritas tidak diberikan kebebasan hak
politik untuk mengembangkan agama Islam. Mereka menganggap hanya dengan memisahkan
diri dari kekuatan hindu India, umat Islam akan mendapatkan kedaulatanya untuk menciptakan
masyarakat Islam yang utuh sesuai dengan Syari’at agama.
Sejak jatuhnya dinasti Mughal pada tahun 1857 dan pada tahun 1858 Bahadur Syah, raja
terakhir Dinasti Mughal di India diusir dari istana. Berakhirnya kerajaan Mughal tersebut berarti
Inggris yang menguasai perdagangan India mulai berkuasa. Ummat Islam yang minoritas
tertindas dan berjuang mengembalikan kejayaan Islam yang telah hilang, namun kekuatan yang
ada saling berebut pengaruh terhadap pemerintahan Inggris. Ummat Islam dengan Liga muslim
dan masyarakat mayoritas hindu dengan partai kongres nasional India, sebagai masyarakat
mayoritas seringkali memojokkan kaum muslim di mata Inggris. Sehingga liga muslim selalu
tersudutkan oleh partai Inggris.Oleh karena itu para tokoh Islam seperti Syah Waliyullah, Sayyid
Ahmad Sayyid, Sayyid Ahmad Khan, Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah telah
berjuang dengan gigih berupa-ya mendirikan pemerintah Islam secara terpisah melalui gerakan-
gerakan dan ide-ide mereka.
C. Pakistan Dan Prosesnya menuju Negara Islam

Pada tahun 1940 di Lahore London India, kelompok organisasi liga muslim telah
mengadakan rapat tahunan. Di tahun tersebut organisasi ini telah menggagas dan menyepakati
pembentukan Negara Pakistan sebagai Negara yang berdiri sendiri dan berpisah dengan ummat
Hindu India. Atas rekomendasi dari panitia yang khusus dibentuk untuk perkara tersebut,
keputusan sidang kemudian menyetujui sepenuhnya terhadap pembentukan Negara Pakistan bagi
umat Islam India dan proses menuju cita-cita tersebut menjadi perjuangan liga muslim
selanjutnya. Negara ini sesuai dengan kesepakatan forum diberi nama Negara Pakistan, tetapi
perincian mengenai Pakistan saat ini belum dapat dirumuskan baik mengenai letak dan batas-
batas daerahnya, maupun letak corak pemerintahnya. Pada tahun 1944 telah terjadi dua tokoh
antara Jinnah dari kelompok liga muslim dengan Gandi dari partai konggres nasional India
bernegosasi untuk mengadakan aksi bersama dalam menghadapi Inggris. Tetapi karena
perbedaan paham kedua tokoh tesebut tentang masa depan India makin besar, maka pertemuan
keduanya tidak membawa hasil.

Dalam pada itu, ide pembentukan Negara Pakistan di India dijelaskan oleh Muhammad
Iqbal (lahir di Sialkot, 1876) sebagai presiden liga muslim pada rapat tahunan pata tahun 1930
bahwa rencana pembentukan Negara terpisah tersebut, menurut Iqbal, terdiri dari wilayah
Punjab, daerah utara Sindi dan Bulu-khistan (Nasution, 1994: 194). Namun sebelum cita-citanya
tersebut Iqbal meninggal dunia pada tahun 1938. Sepeninggal Iqbal perjuangan ummat Islam
dilanjutkan oleh Muhammad Ali Jinnah (lahir, 25 Desember 1876 di Kharachi). Sebenarnya
beliau pernah mewakili umat Islam di partai kongres sekaligus sebagai preseiden liga muslim
tahun 1896 hingga tahun 1913. Tetapi patuh dan tunduk kepada Inggris, maka beliau
meninggalkan kedua partai politik tersebut. Kemudian pada tahun 1934 Jinnah dipanggil kembali
oleh liga muslim untuk menjadi presiden liga yang kedua kalinya.

Suasana politik India yang selalu memandang rendah umat Islam. Pandit Nehru,
presiden partai kongres saat itu berkata tidak ada kekuatan di India kecuali partai kongres
nasional India dan pemerintah Inggris. Kenyataan ini menyadarkan umat Islam, bahwa kekuatan
hindu semakin kuat dan Islam perlu memperkuat barisan dengan menyokong liga muslim
sebagai salah satunya organisasi umat Islam diseluruh India. Perdana menteri Punjab, Bengal dan
Sindi turut menjalin kerja sama dengan Jinnah.

Dengan potensi kekuatan yang semakin besar ini, Jinnah mulai merubah haluan
politiknya, tidak lagi melalui perundingan tetapi kepentingan umat Islam dapat dijamin hanya
dengan pembentukan Negara sendiri dan terpisah dari Negara India. Masalah tersebut dibahas
secara rinci pada rapat tahunan liga muslim pada tahun 1940, atas rekomendasi panitia khusus.
Bahwa berdirinya Negara Pakistan sebagai tujuan perjuangan liga muslim selanjutnya,
sebagaimana yang telah dijelaskan di muka.

Pada tahun 1942, ketika Inggris berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada India,
maka partai kongres membentuk pemerintahan sementara. Jinnah dan lima orang liga muslim
turut serta dalam pemerintah tersebut, tetapi huru-hara tidak dapat diatasi. Pada tanggal 14
agustus 1947, pemerintah Inggris menyerahkan kedaulatan kepada dua konstitusi yaitu India dan
Pakistan berdasarkan kemerdekaan yang diberikan pemerintahan tersebut, konstitusi Pakistan
dibuka dengan resmi pada tanggal 15 Agustus 1947, Pakistan resmi lahir sebagai Negara Islam
India dan Muhammad Ali Jinnah diangkat gubernur dengan gelar Qodhi A’zam (pemimpin
besar). Namun sayang beliau wafat di Karachi pada tahun 1948. Sehingga beliau belum sempat
menikmati kemerdekaan Negara Pakistan secara penuh.
Dengan demikian pemikiran pembaharuan dalam Islam yang dimulai oleh Syah
Waliyullah pada akhir abad ke-18 dan kemudian dilanjutkan oleh Sayyid Ahmad Khan seratus
tahun kemudian melahirkan munculnya Negara Pakistan di abad 20.

Dalam sejarah perkembangan pembaharuan di India, umat Islam sejak semula


menyadari sebagai umat yang minoritas yang tidak mustahil suatu ketika akan mendapat
ancaman dari kaum mayoritas, sehingga hal ini mendorong kesadaran kaum muslimin untuk
mendirikan Negara sendiri dan untuk ini para pelopor Islam seperti Sayyid Ahmad Syahid,
Sayyid Ahmad Khan dan dilanjutkan oleh Iqbal dan Jinnah yang sama sama memiliki pemikiran
untuk mendirikan Negara sendiri bagi umat Islam semenjak jatuhnya kerajaan Mughal, India.

Dan sejarah pernah mencatat masing-masing para pembaharu tersebut dalam memainkan
perananya dalam mewujudkan Negara Pakistan. Sayyid Ahmad Khan umpamanya, melalui ide
tentang Islam tidak menentang kemajuan modern, sedangkan Iqbal dengan ide dinamikanya. Ide-
ide para tokoh ini amat membantu bagi usaha Jinnah dalam menggerakkan umat Islam dalam
mewujudkan Negara Pakistan yang seratus tahun yang lalu masih merupakan masyarakat yang
berada dalam kemunduran.

Kendatipun demikian, sejarah juga telah mencatat bahwa tidak semua diantara para
tokoh Islam menyetujui tebentuknya Negara Pakistan, tetapi mereka masih sejalan dengan partai
kongres yang memperjuangkan India merdeka dari tangan Inggris, lalu umat Islam dan hindu
bersama-sama dalam satu Negara. Salah satu seorang dari direktur Deoband, yaitu Maulvi
Ahmad Madani, umpamanya, beliau dikenal sebagai anti Inggris dan tidak menentang kerjasama
dengan partai kongres.

Demikian pula halnya seorang ulama kharismatik bernama Ubaidullah Sindi yang
banyak berpengaruh dalam mengajak umat Islam supaya menentang Inggris. Diantara golongan
intelegensia Islam ada juga yang sependapat dengan ulama ulama diatas seperti Dr. Ansori yang
pernah menjadi sekretaris kelompok nasional Islam di partai kongres.

D. Pembaharuan di India-Pakistan yaitu Abu A’ala Maudidi


Pada usia sebelas tahun, maududi masuk sekolah di Aurangabad. Di sini ia mendapatkan
pelajaran modern. Namun lima tahun kemudian ia terpaksa meninggalkan sekolah formalnya
setelah ayahnya sakit keras dan kemudian wafat. Yang menarik, pada saat itu maududi kurang
menaruh minat pada soal-soal agama, ia hanya suka politik. Karenannya, maududi tidak pernah
mengakui dirinya sebagai ‘alim. Kebanyakan biografi maududi hanya menyebut dirinya sebagai
jurnalis yang belajar agama sendiri. Semangat nasionalisme indianya tumbuh subur. Dalam
beberapa esainya. Ia memuji pimpinan partai kongres, khususnya Mahatma Gandhi dan Madan
Muhan Malaviya.
Pada tahun 1919 dia ke Jubalpur untuk bekerja di minggua partai pro kongres yang
bernama Taj. Disini dia jadi sepenuhnya aktif dalam gerakan khilafah, serta aktif memobilisasi
kaum muslim untuk mendukung partai kongres. Kemudian Maududi kembali ke Delhi dan
berkenalan dengan pemimpin penting khilafah seperti Muhammad A’li. Bersamanya Maududi
menerbitkan surat kabar nasionalis, Hamdard namun itu tidak lama. Selama itulah pandangan
politik Maududi kian religius dia bergabung dengan Tahrik-I Hijrah (gerakan hijrah) yang
mendorong kaum muslim india untuk meninggalkan india ke Afganistan yang dianggap sebagai
Dar al-islam (negeri islam)
Pada tahun 1921 Maududi berkenalan dengan pemimpin jami’ati ‘Ulama Hind
(masyarakat ulama india). Ulama jami’at yang terkesan dengan bakat maududi kemudian
menarik Maududi sebagai editor surat kabar resmi mereka, muslim. Hingga 1924 Maududi
bekerja sebagai editor muslim. Disinilah maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik
kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu tulisan-tulisannya belum
juga mengarah pada kebangkitan islam.
Di Delhi, maududi memiliki peluang untuk terus belajar dan menumbuhkan minat
intelektualnya. Ia belajar bahasa inggris dan membaca karya-karya barat. Jami’at mendorongnya
untuk mengenyam pendidikan formal agama. Dia memulai dars-I nizami, sebuah silabus
pendidikan agama yang popular di sekolah agama asia selatan sejak abad ke 18. Pada tahun
1926. Beliau menerima sertifikat pendidikan agama dan jadi ulama.
Runtuhnya khilafah pada tahun 1924 mengakibatkan kehidupan maududi mengalami
perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang
turki dan mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak
imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. Dia juga tak lagi percaya pada nasionalisme
india. Dia beranggapan bahwa partai kongkres hanya mengutamakan kepentingan hindu dengan
kedok sentiment nasionalis. Dia ungkapkan ketidaksukaannya pada nasionalisme dan sekutu
muslimnya.
Sejak itu, sebagai upaya menentang imperialisme, maududi menganjurkan aksi islami,
bukan nsionalis. Ia percaya aksi yang ia anjurkan akan melindungi kepentingan muslimin. Hal
ini memberi tempat wacana kebangkitan.
Pada tahun 1925, seorang muslim membunuh swami shradhnand, pemimpin kebangkitan
hindu. Swami memancing kemarahan kaum muslimin karena dengan terang-terangan
meremehkan keyakinan kaum muslimin. Kematian swami menimbulkan kritik media massa
bahwa islam adalah agama kekerasan. Maududi pun bertindak. Ia menulis bukunya yang terkenal
mengenai perang dan damai, kekerasan dan jihad dalam islam, Al Jihad Fi Al-Islam. buku ini
berisi penjelasan sistematis sikap muslim mengenai jihad, sekaligus sebagai tanggapan atas kritik
terhadap islam. buku ini mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin. Hal ini semakin
menegaskan Maududo sebagai intelektual umat.
Sisa terakhir pemerintahan muslim pada saat itu kelihatan semakin tidak pasti. Maududi
pun berupaya mencari faktor penyebab semakin pudarnya kekuasaan islam. dia berkesimpulan,
selama berabad-abad islam telah rusak oleh masuknya adat istiadat lokal dan masuknya kultur
asing yang mengaburkan ajaran sejatinya. Karenanya maududi mengusulkan pembaharuan islam
kepada pemerintahan saat itu, namun tidak digubris. Hal ini mendorong maududi mencari solusi
sosio-politik menyeluruh yang baru untuk melindungi kaum muslimin.
Gagasannya ia wujudkan dengan mendirikan jama’at islami (partai islam), tepatnya pada
agustus 1941 bersama sejumlah aktifitas islam dan ulama muda. Segera setelah berdiri, jama’ati
islami pindah ke Pathankot tempat dimana jama’at mengembangkan struktur partai, sikap,
politik, ideology, dan rencana aksi.
Sejak itulah maududi mengosentrasikan dirinya memimpin umat menuju keselamatan
politik dan agama. Sejak itu pula banyak karyanya terlahir di tengah-tengah umat. Ketika india
pecah, jama’at juga terpecah. Maududi bersama 385 anggota jama’at memilih Pakistan.
Markasnya berpindah ke Lahore dan maududi sebagai pemimpinnya. Sejak itu karir politik dan
intelektual maududi erat kaitannya dengan perkembangan jama’at dia telah “kembali” kepada
islam, dengan membawa pandagan baru yang religius.
E. Beberapa Ide Pembaharuan Abu A’ala Maudidi

Ada beberapa ide pembaharuan yang dilontarkan oleh Maududi dalam merespon situasi dan
kondisi sosial politik keagamaan umat Islam, khususnya masyarakat Pakistan (Nasution,
1975:ll). Ide-ide itu antara lain, masalah tauhid, konsep teodemokrasi, struktur pemerintahan,
masalah hukum, masalah sosial dan pendidikan.

1. Masalah Tauhid

Tauhid, menurut Maududi merupakan azas terpenting dalam Islam. Seluruh Nabi dan Rasul
Allah mempunyai tugas pokok untuk mengajarkannya kepada seluruh umat manusia.
Tampaknya tugas menanamkan tauhid kepada umat manusia cukup mudah dan sederhana.
Namun, bila diingat bagaimana para musuh orang-orang beriman menentang tauhid itu dengan
segala macam jalan, maka akan dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin yang terjandung dalam
ajaran tauhid itu sangat jauh dalam mengubah tata sosial, tata politik dan tata ekonomi yang
sudah ada yang tidak bersendikan tauhid tersebut.

Tauhid yang ditekankan Maududi, nampaknya tidak hanya menyangkut tauhid uluhiyat: bahwa
Allah satu-satunya yang wajib disembah, tapi juga tauhid rubibiyat: yakni bahwa Allah yang
mencipta, mengatur, dan memelihara alam ini dengan aturan-aturan yang ditetapkan Nya. Oleh
karena itu, alam ini harus diatur berdasarkan aturan yang ditetapkan Allah SWT. Begitu pula
pengaturannya yang dalam hal ini diwakilkan kepala Khalifah-Nya yang benar-benar seorang
alim yang mengetahui aturan Allah itu. Tanpa pengaturan demikian, maka akan hanyak
pemimpin yang diktator, dan pemerintahan yang dispotik dan eksploitatif karena lebih
menekankan kepada human interest.

2. Konsep Teo-Demokrasi

Maududi menjelaskan bahwa ajaran tauhid yang menjadi dasar dari seluruh ajaran Islam, dengan
sendirinya membawa implikasi kepada yang dianutnya yakni kedaulatan Tuhan di dalam negara
Islam. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Tuhan adalah Pencipta, Pemilik, Penguasa,
dan Pengatur seluruh alam semesta. Sedangkan manusia lianyalah “Khalifah” Tuhan di muka
bumi.

Dalam posisi demikian, maka menjadi kewajiban manusia untuk “menjadikan kehidupan di atas
dunia ini sesuai dengan ketentuan- ketentuan Tuhan”. (Sadzali, 1993 : 167; Mahendra, 1994 : 27-
28). Pada akhirnya pula manusia akan bertanggung jawab kepada Tuhan di akhirat nanti.
Maududi secara keras mengkritik faham kedaulatan rakyat yang dinilainya bercorak sekuler. Jika
rakyat berdaulat, maka keputusan tertinggi dalam mengambil keputusan politik di dalam negara
seluruhnya terpulang kepada rakyat . Dengan demikian, faham demokrasi yang berazaskan teori
kedaulatan rakyat, menurut Maududi, tidak bisa lain kecuali syirik, bahkan cenderung ke arah
“ilhad” atau atheis Karena itu negara Islam, haruslah menganut faham "hukumat ilahiyat
(Kedaulatan Tuhan)" dan "Khilafa (Ke-khalifahan Manusia) (al-Maududi, 1985 : 36-37).

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa konsep teo-demokrasi ini agaknya merupakan satu
sentesa antar konsep, kedaulatan yang berkembang dalam pemerintahan teokrasi dan dalam
pemerintahan demo krasi.

3. Struktur Pemerintahan

Negara Islam Struktur pemerintahan Negara Islam yang diingink:an oleh Maududi terdiri dari
tiga badan, yaitu Amir atau eksekutif, Ah1 al-Hilli wa al-Aqli (Majelis Syura) atau legislatif, dan
Qadha atau yudikatif. Meskipun badan atau lembaga yang disebut al-Maududi mengacu kepada
teori politik “Trias Politica”, namun ketiga lembaga tersebut mempunyai hubungan dan fungsi
yang berbeda dengan yang diajarkan Montesq iue. Menurut Maududi, dalam struktur negara
Islam, kekuasaan tertinggi ada di tangan Amir (Kepala Negara) dan hak untuk menetapkan
undang-undang sepenuhnya berada di tangan Amir (al-Maududi, 1990:69-75). Hal ini tidak jauh
bcrbcda dengan sistim syura yang dijalnkan pada zaman awal sejarah Islam agaknya figur
seorang Amir sangat menentukan.

4. Hukum Islam

Hukum di dalam negara yang diinginkan Maududi adalah “syari‘ah” sebagaimana yang telah
ditetapkan olch Allah Jan Rasul-Nya (al-Maududi, 1990:62- 63). Kekayaan tradisi hukum Islam
daripada mujtahid di masa lampau turut menyumbangkan interpretasi terhadap syari‘ah. Karena
itu, menurut Maududi, hanya terhadap persoalan-persoalan baru yang muncul di masa
kontemporer diperlukan adanya ijtihad untuk meng-implementasikan kerentuan-ketentuan
syari’ah yang belum ada presedennya dari zaman yang silam (al-Maududi, 1993: 432- 433). Hal
ini merupakan salah satu ciri dari sebuah negara Islam. Implikasi yang nampak dari pelaksanaan
hukum Islam ini adalah tuntutan bahwa negara berdasarkan Islam dengan tujuan sesuai cita-cita
Islam. Agaknya, Maududi menganggap bahwa pelaksanaan hukum dan pemerintahan yang ada
di Pakistan masih belum Islami.

5. Masalah Sosial dan Pendidikan


Menyangkut masalah sosial, Maududi nampaknya mem-bedakan antara status wanita dengan
pria, baik dalam bidang sosial, hukum, ekonomi, maupun politik (Mahendra, 1994:46). Hal ini
sejalan dengan kece nderungan pemikirannya yang bersifat tradisional, dan ia mensyaratkan
hakim dan amir itu dari jenis laki-laki. Lagi-lagi Maududi berpikir agak diskriminatif yang
bertentangan dengan ajaran dasar Islam tentang persamaan. Akan halnya menyangkut pakaian
wanita, Maududi menyatakan bahwa memakai busana muslimah itu adalah wajib. Wanita
sesungguhnya bertugas membina keluarga dan mendidik anak-anaknya. Dalam kaitannya dengan
pendidikan di sekolah bagi Maududi, kaum wanita harus dibedakan kurikulumnya dan karenanya
harus dipisah Sedangkan mata pelajaran wajibnya bagi semua jenis adalah pendidikan agama
Islam (Rauf, 1988:30’).

F. Sayyid Ahmad Khan

Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW melalui
Fatimah dan Ali dan dia dilahirkan di Delhi pada tahun1817 M. Nenek dari Sayyaid Ahmad
Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istanah pada zaman Alamaghir II ( 1754-
1759 ) dan dia sejak kecilmengenyang didikan tradisional dalam wilayah pengetahuan Agama
dan belajar bahasa Arab dan juga pula belajar bahasa Persia. Ia adalah sesosok orang yanggemar
membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan dia ketika berumur belasan tahun
dia bekerja pada serikat India Timur. Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi pada tahun 1846 ia
kembali pulang kekota kelahirannya Delhi.

Di kota inilah dia gunakan waktunya dan kesempatannya untuk menimbailmu serta
bergaul dengan tokoh-tokoh , pemuka Agama dan sekaligusmempelajari serta melihat
peninggalan-peninggalan kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa
Khan,Hakim Mahmud Khan, dan NawabAminuddin. Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan
memulai untuk mengarangyang mana karyanya yang pertama adalah Asar As Sanadid. Dan pada
tahun1855 dia pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku-buku
penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakandan kekacauan di
akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnyakekerasan (anarkis) terhadap penduduk
India. Ketika dia melihat keadaanmasyarakat India kususnya Delhi, ia berfikir untuk
meninggalkan India menujuMesir, tetapi dia sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan
umat IslamIndia agar memjadi maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan
dankonflik, seta mejadi penolong orang Ingrish dari pembunuha, hingga di berigelar Sir, tetapi ia
menolaknya atas gelar yang di berikan tersebut. Pada tahun1861 ia mendirikan sekolah Inggris di
Muradabad, dan pada tahun 1878 ia jugamendirikan sekolah Mohammedan Angio Oriental
College ( MAOC ) di Aligarh yang merupakan karya yang paling bersejarah dan berpengaruh
untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di India.

G. Pemikiran-Pemikiran Sayyid Ahmad Khan

Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan Muhammad Abduh di


mesir, setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al-Afghani dan setelah sekembalinya dari
pengasingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama akal yang
mendapat penghargaan tinggi dalam pandangannya. Meskipun dia sebagai penganut ajaran Islam
yangtaat dan mempercayai adanya kebenaran dari Tuhan adalah wahyu, tetapi di berpendapat
bahwa akal bukan segalanya bagi manusia dan kekuatan akalhanyalah terbatas yang sifatnya
relative.

Dan menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal yang
menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatab
sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannyaitu mempunyai kesamaan dengan pemikiran
Qodariyah, Contohnya manusia telahdi anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya
adalah daya fakir yang berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di
inginkannya.Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya mempertahankan
konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.

Umat Islam yang berdomisili di India mengalami kemerosotan dankemunduran sebagai


mana yang di kemukakan oleh Ahmad Kahn yaitu dikarenakan mereka tidak mengikuti
perkembangan zaman yang sedang berlangsung mereka cenderung mengikuti pendahulu mereka,
tetapi bahwasanyaia menentang keras dengan faham Taklid, sebagaimana yang dianut dalam
fahamQodariyah. Dan juga sebab kemunduran Islam di India dikarenakan merekaterlena dengan
gaung peradapan Islam klasik sehingga mereka tidak menyadari bahwa peradapan baru telah
tumbuh dan bermunculan di Barat. Timbulnya peradapan serta kemajuan ini di dasari oleh Ilmu
pengetahuan dan teknologi pada orang-orang barat tersebut.
Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat dan Nature (sunnatullah )
bagi setiap mahkluk-Nya yangtetap dan tidak berubah. MenurutnyaIslam adalah agama yang
paling sesuai dengan hukum alam dan Al-quran adalah firman-Nya. Maka sudah barang tentu
sejalan dan tidak ada pertentangan. Dia tidak mau dalam suatu pemikirannya terganggu dan
terbatasi oleh orentasi Hadist dan Fiqih, di karenakan segala sesuatu diukur dengan kritik
rasional, serta menolak segala yang bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia hanya
maumengambil Al-qur‟an sebagai landasan dan pedoman Islam, sedang yang lainnya hanyalah
membantu dan kurang begitu penting. Contohnya, atas penolakan Hadist dikarenakan berisi
moralitas Masyarakat Islam pada abad pertama ataupun padaabad ke dua sewaktu Hadist
dikumpulkan dan dikodifikasikan. Sedangkan hokum Fiqih menurutnya berisi tentang moralitas
masyarakat sampai saat timbulnya mazhab-mazhab dan menolak taqlid. Sebagai konskuensi dari
penolakan taqlidtersebut Khan memandang perlu sekali untuk di adakannya ijtihad-ijtihat
baruuntuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran ajaran Islam dengan situasi dan kondisi masyarakat
yang senantiasa mengalami perubahan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Abu A’la Maududi berkesimpulan selama berabad-abad islam telah dirusak oleh
masuknya adat istiadat lokal dan masuknya kultur asing yang mengaburkan ajaran sejatinya.
Karenanya maududi mengusulkan pembaharuan islam kepada pemerintahan saat itu namun tidak
di gubris hal ini mendorong maududi mencari solusi sosio-politik menyeluruh yang baru untuk
melindungi kaum muslimin.
Sungguh banyak kiprah Maududi dalam merespon kondisi sosial politik keagamaan di
Pakistan. Kiprah perjuangannya dapat di lihat dari tulisan-tulisannya diberbagai media yang
dipimpinnya, sambil berdakwah dan terjun ke dunia politik dengan membentuk Jama'at al-
Islami. Akibat perjuangan yang cenderung oposan terhadap penguasa Pakistan, maka ia sering
masuk penjara, bahkan mau dihukum mati. Maududi dapat dikategorikan sebagai idealis yang
pemikiran politiknya agak sulit untuk diwujudkan dalam tatanan kehidupan bernegara dewasa
ini. Keidealisan itu paling tidak dipengaruhi oleh ketidakterlibatan Maududi dalam kebijakan
pemerintah. Beberapa pemikiran pembaharuannya mernang cenderung mcmbuat orang lain
menilainya sebagai pembaharuan tradisional, disebabkan dalam batas-batas tertentu cenderung
fundamentalis Oleh karenanya, dalam konteks zaman moderen ini,pembaharuan Maududi
terkadang mendapat penilaian yang pejorati. Salah satu pemikiran pembaharuannya yang cukup
menarik adalah konsep teo-demokrasi. Konsep ini tampaknya murni berasal darinya dan konsep
itu juga tidak bisa dilepaskan dengan kekhalifan umat Islam. Pada hakekatnya Tuhanlah yang
berkuasa dan bcrdaulat, namun kedaulataii dan kekuasaan itu diambil alih oleh Amir, dan umat
Islam. Secara esensial, konsep teo-demokrasi itu berarti bahwa Islam memberikan kedaulatan
kepada rakyat, akan tetapi kedaulatan itu tidak mutlak karcna dibatasi oleh aturan-aturan dan
norma-norma yang datangnya dari Allah). Hal ini terkait dengan keharusan untuk melaksanakan
hukum Islam dalam kehidupan bernegara, dimana Maududi menganggap Pakistan dinilai masih
belum Islami.
B. Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/73891183/Pembaruan-Islam-India-Pakistan

Muhammad ruslan, sejarah pemikran pendirian Negara Pakistan, Yogyakarta, deepublish, 2019

Khairil Anwar, Abul A'la Al-Maijdudi Dan Pembaharuannya, Jurnal Himmah Hm Vol. 2 No. 04
Mei - Agustus 2001

Dian Pertiwi, Jamal Mirdad, Mami Nofrianti, Mengulik Konsep Negara Menurut Pemikir Islam
Periode Klasik, Pertengahan, Dan Modern Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam
Vol. 6, Nomor 2, 2021

Gana Priatna, Analisis Berdirinya Negara Islam Pakistan Dalam Perkembangan Sejarah Islam Di
Indonesia, jurnal Dewantara Vol. Iii, Januari-Juni 2017

https://www.academia.edu/8749351/PEMBAHARUAN_ISLAM_DIA_ASIA_SELATAN_INDI
A_DAN_PAKISTAN_Makalah_ini_Disusun_untuk_Memenuhi_Mata_Kuliah_sejarah_peradapa
n_islam

Anda mungkin juga menyukai