PENDAHULUAN
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes millitus.
2. Untuk mengetahui type diabetes millitus.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab diabetes millitus.
4. Untuk mengetahui tanda gejala diabetes millitus.
5. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes millitus.
6. Untuk mengetahui komplikasi diabetes millitus.
7. Untuk mengetahui penatalaksaan diabetes millitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Diabetes Millitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglekimia
yang berhubungan dengan abnormalis metabolisme karbohidrat , lemak , dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular , makrovaskular , dan neuropati ( Yuliana Elin ,
Nanda NIC NOC 2013 )
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam
darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria) (Anonim, 2008).
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif
berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin
dibuat dalam pancreas (Anonim, 2008).
Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam darahnya di atas
120mg/dl (dalam kondisi berpuasa) dan diatas 200mg/dl (dua jam setelah makan). Tanda utama
lain seseorang menderita Diabetes adalah air seninya mengandung gula. Karena itu, penyakit ini
disebut juga penyakit Gula atau Kencing manis, dan penderita Diabetes disebut Diabetesi. Kadar
gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun,
pada orang orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula dalam darah setelah makan
atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan
kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar
gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
2.5 PATOFISIOLOGI
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia
yang rumit, yan hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas)
memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel, untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-
pulau Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk pulau di dalam pankreas dengan jumlah ±
100.000) yang jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian dimetabolisir menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan
tetap berada didalam pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam
keadaan seperti ini tubuh akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah
yang terjadi pada DM.
2.6 KOMPLIKASI
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), komplikasi dari Diabetes Mellitus ada dua yaitu:
I. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang berlebihan, atau aktifitas fisik yang berat.
b. Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak.
c. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
II. Komplikasi Kronik
a. Komplikasi Makrovaskuler
Penyakit Arteri Koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan
peningkatan insidensi infark miokard pada penderita Diabetes Mellitus.
Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah yang
kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral
dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA = Transient Ischemic Attack)
Penyakit Vaskuler Perifer
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan penyebab utama
meningkatnya insiden gangren dan amputasi pada pasien-pasien Diabetes
Mellitus. Hal ini disebabkan karena pada penderita Diabetes Mellitus sirkulasi
buruk, terutama pada area yang jauh dari jantung, turut menyebabkan lamanya
penyembuhan jika terjadi luka.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebabkan oleh perubahan dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
Nefropati
Segera sesudah terjadi diabetes, khususnya bila kadar glukosa darah
meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan
dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan
berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
Neuropati Diabetes
Neuropati dalam diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom, dan
spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan bergantung pada
lokasi sel saraf yang terkena.
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaa Medik
Sulfonilurea
Obat Golongan ini digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat
inimerangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin.
Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk
membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2.
Biguanides
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara
mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa
oleh hati yang melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga
kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang,
dan glukosa darah menjadi turun.
Alpa-Glucosidace Inhibitors
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna,
sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di
usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan
glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat
naik.
A. ANAMNESE
1. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM
atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Pola aktivitas sehari hari
a. Pola persepsi management kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit yang
dideritanya, tindakan atau usaha apa yang dilakukan klien sebelum dating
kerumah sakit, obat apa yang telah dikonsumsi pada saat akan datang kerumah
sakit.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi
rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan,
makanan pantangan, makanan yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji
sebelum dan sesudah masuk RS.
c. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, volume, adakah
disertai rasa nyeri, warna dan bau.
d. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu senggang, kesulitan dan
hambatan dalam tidur, pada pasien dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri pada
kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.
e. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi pernapasan dan
fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot
pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
f. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang
dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
g. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( +++
+ ).
Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit
kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi
insulin,meskipun jumlahnya normal.
2. Cara mengontrol gula darah dalam tubuh ialah dengan cara berolah raga secara
teratur, melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, berenang, serta
diet dengan cara yang benar.
3. Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa AKPER KOSGORO MOJOKERTO ialah hendaknya kita menjaga
kesehatan dalam tubuh kita sejak dini, mulai mengontrol makanan yang tidak baik
untuk kesehatan dalam tubuh kita, karena apabila kita telah menjaga kesehatan sejak
dini maka tubuh kita akan selalu sehat.
2. Bagi Masyarakat hendaknya kita menjaga lingkungan sekitar kita dan mulai bisa
mengontrol makanan yang dapat membuat kadar gula kita naik serta dianjurkan agar
kita mengecek kadar gula kita untuk mewaspadainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Peran DIIT Dalam Penanggulangan Diabetes
Dr. Rubby, Billous.2008.Bimbingan Dokter pada Diabetes.Jakarta:Dian Rakyat.
Guyton, A. C. (1990). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Hal. 707-708.
Mansjoer Arief , dkk . 2001 . Kapita Selecta Kedokteran Edisi ke – 3 Jilid 1 . Media Aesculapius
FKUI.
Nurarif , A.H , dkk. 20013 . Nanda NIC – NOC Jilid 1 . Meat Action.
http://askepteoridm.blogspot.co.id/2015/12/askep-teori-dm-penanggulangan-dm.html diakses
pada hari rabu pada tanggal 16 mei 2018 pada jam 14.28