Kelompok 9
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah dalam tugas mata kuliah
Filafat Umum. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita yakni Nabi Muhammad Saw yang telah menyampaikan petunjuk
Allah SWT untuk kita semua sebagai umatnya, yang mana menyampaikan
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta tanpa tuntunannya kita tidak akan berada dalam
kecermelangan seperti sekarang ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun penulis
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Sejarah
Filsafat Islam dan Pemikiran Tokohnya”. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang kami susun di masa
mendatang. Mengingat tidak ada suatu yang sempurna tanpa adanya kritik dan
saran. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sukron Ma’mun, M, Pd.I
selaku Dosen mata kuliah Filsafat Umum UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat..................................................................................3
A. Kesimpulan.......................................................................................23
B. Saran.................................................................................................24
DAFTAR RUJUKAN
iii
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seperti halnya dengan filsafat Islam, filsafat Islam juga memiliki sejarah
dalam diterimanya oleh seluruh umat Islam. Filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu serta
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dengan logika
yang sistematis.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata tersebut
berasal dari kata philein yang berarti mencintai dan sophia yang berarti
kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia berarti cinta akan kebijaksanaan.
Dalam bahasa Inggris disebut love of wisdom, dalam bahasa Belanda disebut
wijsbegeerte, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Muhibbu al-hikmah.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut para filsuf, yaitu sebagai
berikut :
a) Menurut Plato (427-374 SM), filsafat adalah ilmu yang membicarakan
hakikat sesuatu. Adapun Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika,
metafisika, dan pengetahuan praktis.
b) Menurut Herokleitos (550-480 SM) sudah memakai kata filsafat untuk
menerangkan hanya Tuhan yang mengetahui hikmah dan pemilik hikmah.
Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai pencari dan pecinta
hikmah.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu serta seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dengan logika yang
sistematis. Upaya ini tidak hanya dilakukan dengan eksperimen-eksperimen,
tetapi juga dengan mengutarakan problem secara persis mencari solusi untuk
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
3
B. Definisi Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan,
kenabian, kemanusiaan, dan alam yang dilandasi ajaran Islam sebagai suatu aturan
pemikiran yang logis dan sistematis. Selain itu, filsafat Islam memaparkan secara
luas tentang ontologi dan menunjukkan pandangannya tentang ruang, waktu,
materi, serta kehidupan. Filsafat Islam berupaya memadukan antara agama dengan
filsafat dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan
akal.
Dalam perkembangan selanjutnya, cakupan filsafat Islam diperluas ke
segala aspek ilmu-ilmu yang terdapat dalam khasanah pemikiran keislaman,
seperti ilmu kalam, ushul fiqih, tasawuf, dan ilmu pikir lainnya yang diciptakan
oleh ahli pikir Islam. Ibrahim Makdur memberikan batasan bahwa filsafat Islam
adalah pemikiran yang lahir dalam pemikiran dunia Islam untuk menjawab
tantangan zaman, meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan
filsafat. Pendapat lainnya mendefinisikan tentang filsafat Islam sebagai
pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
4
penyelesaian filsafat Islam berada dengan para filsafat lain. Para filsuf
muslim juga mengembangkan dan menambahkan ke dalamnya hasil-hasil
pemikiran mereka sendiri.
b. Filsafat Islam membahas masalah yang belum pernah di bahas oleh
generasi sebelumnya, seperti filsafat kenabian.
c. Dalam filsafat Islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat, akidah
dan hikmah, serta wahyu dan akal.
Secara teologis, dapat dikatakan bahwa sumber Al-Qur’an secara azali
telah ada. Filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sedangkan bahan-bahannya
telah ada dalam Al-Qur’an. Dengan kata lain, disatu pihak filsafat Islam
merupakan barang baru di dunia Islam. Namun, di pihak lain dalam
pengembangan ilmu ini terdapat hal original yang bukan milik Barat. Bahkan
bangsa baratlah yang meminjamkannya dari Islam seperti matematika dan kimia.
5
a. Carlo Nallino, menitikberatkan argumentasinya pada analisis bahasa.
Nallino berpandangan bahwa ilmu filsafat lebih tepat dinamakan filsafat
Arab karena buku-buku ilmiah dengan tema filsafat ditulis dalam bahasa
Arab.
b. Corbin, mempertahankan istilah filsafat Islam. Menurutnya, jika
berpegang pada penamaan filsafat Arab, maka pemikiran tersebut menjadi
sempit.
c. Orang-orang India juga menentang penamaan filsafat Arab. Mereka
berpendapat, bahwa para pengembanng filsafat Islam bukan hanya orang-
orang Arab, melainkan juga orang-orang Persia, Mesir, Andalusia, dan
termasuk pula Asia Tengah. Islam juga tumbuh dari kebutuhan internal
umat Islam Klasik untuk menguraikan wacana-wacana keislaman secara
filosofis. Islam mencakup peradaban yang meliputi budaya, etika, sosial-
politik, ekonomi, akhlak, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan pemikiran.
d. Mustafa Abdurrazzaq dan Ibrahim Madzkur telah sepakat memberi nama
filsafat Islam, karena pemberian nama lain tidak dibenarkan dan tidak
boleh dikisruhkan.
Sebenarnya, perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama, karena
bagaimanapun hidup dan suburnya filsafat adalah di bawah naungan Islam dan
kebanyakan karnyanya di tulis dalam bahasa Arab.
6
Islam melalui penerjemahan buku-buku filsafat Yunani yang telah tersebar di
daerah-daerah seperti Iskandariah, Anthakiah, dan Harran. Pada masa Al
Makmum yang berkuasa antara 198-218 H/813-833 M, kota Konstantinopel yang
dikenal sebagai kota Al Hikmah merupakan pusat dari ilmu filsafat. Dari kota
tersebut, buku-buku filsafat diperoleh dan diterjemahkan. Kegiatan penerjemahan
ini disertai dengan uraian dan penjelasan seperlunya.
Aktivitas para filsuf muslim sangat bersentuhan dengan penafsiran Al-
Qur’an. Bahkan, kecenderungan menafsirkan Al-Qur’an secara filosofis sangat
besar. Sumber dan pangkal tolak filsafat dalam Islam adalah ajaran Islam,
sebagaimana dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Minat dan gairah mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan waktu itu
begitu tinggi, karena pemerintahlah yang menjadi pelopor serta pioner utamanya.
Dua imperium besar pada masa itu, yakni Abbasiyah dengan ibukota Baghdad (di
Timur), dan Umayyah dengan ibukota Kordova (di Barat) menjadi pusat
peradaban dunia yang menghasilkan banyak orang bergelut dalam dunia
kefilsafatan. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Filsafat Islam, maka,
kehadiran para filosof muslim dalam dunia kefilsafatan dari masa ke masa harus
di telusuri.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa di satu sisi, filsafat Islam
berkembang setelah umat Islam memiliki hubungan interaksi yang bersifat
akomodatif, yakni filsafat Yunani memberi modal dasar penelusuran berpikir
yang sejatinya di topang oleh Al-Qur’an sejak dulu.
7
Di antara para filosof Muslim yang memiliki nama besar antara lain:
1) Al-Kindi (801-866M)
Nama Al-Kindi berasal dari nama sukunya yaitu Al kindah. Banu Kindah
adalah suku keturunan Kindah yang sejak lama menempati daerah selatan Jazirah
Arab. Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq AshShabbah
ibn ‘Imran ibn Ismail ibn Al-Asy’ats ibn Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah
tahun 185H (801M). Ayahnya, Ishaq AshShabbah, adalah gubernur Kufah pada
masa pemerintahan Al Mahdi dan Harun al-Rasyid dari Bani Abbas. Ayahnya
meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir. Karena ia adalah satu satunya
filosof Muslim yang berasal dari keturunan Arab, Al-Kindi dikenal dengan
sebutan Failasuf Al-‘Arab.
8
filsafat menunjukan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-
batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam terminologi ilmu filsafat.
9
Dalam pandangannya ini Al-Kindi sejalan dengan pemikiran Aristoteles
tentang Causa Prima dan Penggerak Pertama, penggerak yang tidak bergerak. Al-
Kindi mengajukan pertanyaan yang juga dijawabnya sendiri: “Mungkinkah
sesuatu menjadi sebab adanya sendiri, ataukah hal itu tidak mungkin?”.
Jawabannya adalah: “Yang demikian itu tidak mungkin”. Dengan demikian, alam
ini baru, ada permulaan dalam waktu demikian pula alam ini ada akhirnya oleh
karena itu alam harus ada yang menciptakannya. Karena alam itu baru, maka alam
adalah ciptaan yang mengharuskan ada penciptanya, yang mencipta dari tiada
(creatio ex nihilo).
10
Pengetahuan rasional, Kedua, merupakan pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan menggunakan akal yang bersifat universal, tidak parsial,
dan bersifat immaterial. Obyek pengetahuan rasional bukan individu,
melainkan genus dan spesies. Apa yang diamati dari manusia
bukanlah tinggi pendeknya, warna kulitnya, lesung pipitnya, dan
seterusnya yang bersifat fisik, melainkan mengenai hakekatnya
sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa manusia adalah
makhluk berpikir (rational animal atau hayawan al-natiq).
2) Al-Farabi (872-950M)
Filosof besar lain dalam Islam adalah Abu Nasr Muhammad ibn
Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzlagh al-Farabi. Al-Farabi adalah putera dari
seorang panglima perang Dinasti Samani (874-99M) yang berkuasa di daerah
Transoxania dan Persia. Nama al-Farabi berasal dari nama tempat kelahirannya,
11
yaitu Farab, Transaxonia; dilahirkan pada tahun 872 M, dan berasal dari
keturunan Turki. Sewaktu muda ia pergi ke Bagdad, pusat ilmu pengetahuan dan
filsafat, dan ia belajar filsafat, logika, matematika, metafisika, etika, ilmu politik,
musik dan lain-lain.
12
mempunyai hubungan langsung dengan alam materi yang mengandung arti
banyak ini. Demikian penjelasan Al-Farabi mengenai bagaimana yang banyak
bisa muncul dari Yang Satu (Tuhan).
Tentang Akal. Menurut Al-Farabi akal atau daya berpikir ini mempunyai
tiga tingkat, yaitu:
13
Tentang Filsafat Kenabian. Nabi atau Rasul dapat menerima wahyu,
karena ia mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi dengan Akal Kesepuluh.
Akal Kesepuluh ini dapat disamakan dengan malaikat dalam pandangan Islam.
Nabi atau Rasul adalah manusia pilihan dan ia dapat berkomunikasi dengan Akal
Kesepuluh bukan atas usahanya sendiri, melainkan atas pemberian Tuhan. Para
rasul diberi daya imajinasi yang begitu kuat oleh Tuhan, sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan Akal Kesepuluh tanpa latihan. Dengan imajinasi yang
kuat, para Nabi dapat melepaskan diri dari pengaruh panca indera dan dari
tuntutan jasmani.
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Ali Husein ibn Abdillah Ibn Sina.
Popularitas yang diperoleh Ibn Sina melampaui poluplaritas al-Kindi dan al-
Farabi. Ia lahir di Afshana, suatu wilayah dekat Bukhara. Orang tuanya adalah
pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Samani. Ibn Sina dikenal di Barat
dengan nama atau sebutan Avicenna, dan lebih dikenal dalam bidang pengobatan
dari pada sebagai filosof. Dalam bidang ini karyanya yang terkenal adalah al-
Qanun fi al-Tibb dan al-Syifa. Untuk bidang ini Ibn Sina mendapat gelar the
Prince of the Physicians.
14
Akal Kedua, demikian seterusnya sampai Akal Kesepuluh. Menurut Ibn Sina
akal-akal itu adalah malaikat, dan Akal Pertama adalah malaikat tertinggi,
kemudian Akal Kesepuluh, yang mengatur bumi, adalah Jibril.
Tentang Jiwa. Jiwa manusia yang memancar dari Akal Kesepuluh menurut
Ibn Sina dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
15
tanpa melalui latihan, dengan mudah dapat berhubungan dengan Akal Kesepuluh.
Oleh karena itu, orang tersebutdengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu
dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci (quwwah qudsiyyah). Inilah
bentuk akal tertinggi yang dapat diproleh manusia, dan terdapat hanya pada para
nabi.
Abu ‘Ali al-Khazim Ahmad ibn Muhammad ibn Ya’qub Miskawaih lahir
di Raiy (Teheran) dan meninggal di Isfahan pada tahun 1030 M. Pada masa
mudanya bekerja sebagai pustakawan dari beberapa menteri, di antaranya Ibn al-
Amid, di Raiy.
Nathiqah (berpikir), jiwa atau sikap mental yang selalu berpikir tentang
hakekat segala sesuatu.
16
Apabila terjadi keselarasan dalam perimbangan di antara ketiganya, maka
tercapailah keutamaan dan kebajikan pada manusia.dengan mudah dapat
menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci
(quwwah qudsiyyah). Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diproleh manusia,
dan terdapat hanya pada para nabi.
Tentang Cinta. Menurut Ibn Miskawaih ada dua jenis cinta, yaitu cinta
kepada Allah dan cinta kepada manusia, terutama cinta seorang murid kepada
gurunya. Cinta yang tinggi nilainya adalah cinta kepada Allah. Tetapi tipe cinta
ini hanya dapat dicapai oleh sedikit orang. Cinta kepada sesama manusia adalah
kesamaan antara cinta anak kepada orang tua dan cinta murid kepada gurunya.
Menurut Ibn Miskawaih cinta murid kepada gurunya dipandang lebih mulia dan
17
lebih berperanan. Guru adalah bapak ruhani bagi murid-muridnya. Gurulah yang
mendidik murid-muridnya untuk dapat memiliki keutamaan yang sempurna.
Kemuliaan guru terhadap murid laksana kemuliaan ruhani terhadap jasmani.
Syarat kedua, syarat sosial, dapat dicapai dengan cara memilihkan teman-teman
yang baik, menjauhkan dari pergaulan dari teman-temannya yang berperangai
buruk. Nilai-nilai keutamaan pada anak-anak yang harus menjadi perhatian juga
adalah mencakup aspek jasmani dan ruhani.
5) Al-Razi (863-925M).
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al-Razi lahir di Raiy, suatu kota dekat
Teheran. Dalam karir kehidupannya al-Razi pernah menjabat direktur rumah sakit
di Raiy dan di Bagdad. Ia terkenal di Barat dengan sebutan Rhazes dari buku-
bukunya mengenai ilmu kedokteran. Karyanya yang terkenal adalah tentang
“Cacar dan Campak” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa berulang kali,
cetakan yang keempat puluh dicetak pada tahun 1866. Kemudian kitab al-Hawi,
merupakan ensiklopedia tentang ilmu kedokteran yang tersusun dari lebih 20 jilid.
18
Tentang Agama dan Akal. Al-Razi merupakan seorang rasionalis sejati
yang hanya percaya kepada kekuatan akal, dan tidak percaya kepada wahyu dan
perlunya para nabi. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui
apa yang baik dan apa yang buruk, untuk tahu Tuhan, dan untuk mengatur hidup
manusia di dunia ini. Sekalipun tidak percaya kepada wahyu dan tidak perlu para
nabi, al-Razi tetap sebagai filosof yang percaya kepada Tuhan. Dalam filsafatnya
mengenai hubungan manusia dengan Tuhan, ia berpendapat bahwa kesenangan
manusia sebenarnya ialah kembali kepada Tuhan dengan meninggalkan alam
materi. Al-Razi mengatakan agar manusia tidak terlalu zahid dan juga tidak
terjebak dengan kesenangan materi.
Tentang Filsafat Lima Kekal. Menurut Al-Razi ada lima hal yang kekal
dalam kehidupan ini, yaitu: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang
Absolut, dan Zaman Absolut. Lima hal ini kemudian dikenal sebagai doktrin
Lima Yang Kekal. Mengenai kelima hal ini ia menjelaskan:
a) Materi, merupakan apa yang ditangkap dengan pancai ndera tentang benda
d) Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh.
Dan di antara yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan
ciptaan-ciptaan yang teratur
e) Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Dua dari Lima Kekal itu hidup dan aktif, yaitu Tuhan dan roh. Satu
daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak
aktif dan tidak pula pasif, yaitu ruang dan waktu.
Materi itu kekal, karena itu creatio ex nihilo (penciptaan dari tiada) adalah sesuatu
yang tidak mungkin. Kalau materi itu kekal, ruang mesti kekal. Karena materi
mengalami perubahan, dan perubahan itu menunjuk pada adanya waktu, maka
waktu mesti juga kekal. Sungguhpun materi pertama itu kekal, tetapi alam tidak
19
kekal. Alam diciptakan Tuhan, bukan dalam arti creatio ex nihilo, tetapi dalam arti
disusun dari bahan (materi) yang telah ada.
Tentang Filsafat dan Agama. Ibn Rusyd memiliki pendapat bahwa antara
Islam dan filsafat tidak bertentangan. Bahkan ia menambahkan bahwa setiap
orang Islam diwajibkan atau sekurang-kurangnya dianjurkan mempelajari filsafat.
Tugas filsafat tidak lain adalah berpikir tentang wujud untuk mengetahui Pencipta
semua yang ada ini. Tanda-tanda bagi orang yang berpikir adalah apabila manusia
berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Karena
banyak ayat al-Qur’an yang menyatakan demikian, maka sesungguhnya al-Qur’an
menyuruh manusia untuk berfilsafat.
Lebih lanjut Ibn Rusyd mengatakan bahwa setiap Muslim mesti percaya pada tiga
dasar keagamaan, yaitu:
Adanya Tuhan
Adanya Rasul
Adanya pembangkitan
Apabila seseorang tidak percaya kepada salah satu di antara ketiga unsur
dasar tersebut maka ia dapat digolongkan sebagai orang kafir.
20
Tentang Pembelaan Terhadap Filosof. Seperti dinyatakan oleh Al-Gazali,
bahwa para filosof itu telah menjadi kafir karena tiga pendapatnya, yaitu:
21
hanya terjadi dalam bentuk rohani, tentu termasuk dirinya. Oleh karena
itu, menurut Ibn Rusyd, tidak ada ijma tentang persoalan ini. Dengan
demikian, kaum filosof yang berpendapat bahwa pembangakitan jasmani
itu tidak ada, tidak dapat dikafirkan. Tetapi menurutnya bagi kaum awam
penggambaran pembangkitan jasmani sangat diperlukan untuk
menguatkan keislaman mereka (Harun Nasution, 1973:11-54)
22
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap
berada pada makna, yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang
menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati yang tetap berlandaskan pada Al-
Qur’an dan As-Sunah. Perbedaan filsafat Islam dengan filsafat Barat adalah
filsafat Barat memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara agama
dengan filsafat sedangkan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan
agama.
23
B. Saran
24
DAFTAR RUJUKAN
25