Anda di halaman 1dari 301

1

Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji syukur saya panjatkan


kehadirat Ilahi yang……

Pontianak, September 2021


Ketua Prodi PBA

Dr. Moh. Yusuf Hidayat, S.Pd.I, M.Pd

2
Kata Pengantar

Alhamdulillah Puji syukur saya panjatkan


kehadirat Ilahi yang banyak memberi karunia dan kasih
sayang-Nya, sehingga saya bersyukur dan mengapresiasi
kepada mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
semester II kelas A yang telah menyusun makalah-
makalah kelompoknya dalam satu buku dengan judul
“Islam dan Budaya Lokal”. Adapun buku ini merupakan
hasil dari presentasi dan diskusi selama perkuliahan.
Buku ini hadir dengan tujuan sebagai dokumentasi
selama perkulihan virtual selama satu semester. Dan
sebagai evaluasi bagi mahasiswa untuk terus bisa
meningkatkan penulisan dalam karya ilmiah. Serta
mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk lebih giat
berkarya selama perkuliahan.
Mata kuliah yang saya ampuh ini, Islam dan
Budaya Lokal seperti diakhir atau penutup perkulihan,
saya sampaikan bahwa tujuan dari perkuliahan ini
memberi pemahaman bagi mahasiswa untuk saling
mengenal dengan tujuan taqwa sebagai mana QS. Al-

3
Hujarat ayat 13. Harapannya mahasiswa mampu bijak
membedakan atau menghubungkan antara Islam dan
Budaya Lokal.
Terakhir ingin saya sampaikan bahwa masih
banyak kekurangan di buku atau tulisan ini. Harapan
kedepannya menjadi kesempatan bagi mahasiswa lainnya
untuk dilakukan perbaikan.

Pontianak, 23 September 2021


Dosen Pengampu

M. Iqbal Arraziq, M. Pd

4
Daftar Isi
Kata Pengantar Ketua Prodi PBA….……………………2
Kata Pengantar Dosen Pengampu……………………… 4
Daftar Isi…………………………….………………….5
Pengertian Agama dan Kebudayaan……………...…...6
Problem Islam Normatif dan Historis…………..……26
Hubungan Antara Agama dan Budaya………….……44
Agama dalam Dinamika Sejarah dan Budaya…..…..61
Fungsi Agama bagi Masyarakat dan Budaya…….…93
Agama sebagai Sistem Pengetahuan dan Simbol….104
Islam & Budaya dalam Sejarah Politik di
Indonesia……………………………………………….123
Pluralitas dan Pluralisme Agama…………………...148
Sejarah Islam di Kalimantan Barat, Akulturasi Islam
dan tradisi Kalimantan Barat………………………..172
Akulturasi Islam dan Budaya Melayu……….………197
Akulturasi Islam dan Budaya Madura………..……219
Akulturasi Islam dan Budaya Jawa…………………232
Akulturasi Islam dan Budaya Sunda………..………249
Akulturasi Islam dan Budaya Tionghoa……………275
Daftar Pustaka...…………………….………………. 289

5
Pengertian Agama dan Kebudayaan
Disusun oleh:
Amanah Noor Pauseh, Aris Fadhilah Al Qadri &
Muhammad Farhan

A. Latar Belakang
Kebudayaan yang telah ada sejak dulu
mejadi perhatian yang menarik untuk kita
kaji,akan menjadi sorotan bagi mahasiswa.
menjadi salah satu pemelajaran yang akan
mendapatkan bekal untuk kita di kemudian hari
sebagai mana yang telah kita ketahui bahwa
kebudayaan sangat berkaitan dengan penyebaran
islam di indonesia bukan hanya itu, namun masih
banyak lagi. Kebudayaan yang telah kita ketahui
menunjukkan ada hikmah yang telah di persiapkan
untuk kita sebagai ummat, mengapa kebudayaan
itu ada ? karena Allah untuk menyuruh kita untuk
saling kenal mengenal dengan adanya perbedaan
tersebut kita harus saling berkenalan guna terjalin
silaturahmi dengan baik.

6
Perkembangan zaman sekarang yang
dimana manusia sudah dapat menerima segala
macam bentuk dampak kebudayaan barat yang
sedang merajalela di indoensia, ini menjadi
perhatian khusus terlebih lagi pada para remaja
remaja yang hendak akan tumbuh dewasa. Yang
tentu akan berkaitan dengan akhlaq dan pola pikir
nya. Karena kebudayaan itu berkaitan dengan
kebiasaan. Sering kali terjadi para remaja di
indonesia yang senantiasa memperhatikan
kebudayaan barat dari pada kebudayaanya sendiri.
Sebagai calon pendidik sendiri perlu adanya
pengetahuan yang sangat mendalam mengenai
kebudayaan lokal yang ada di indonesia,
khususnya kebudayaan lokal yang ada pada
budaya nya sendiri, tentu kita harus mengetahui
dan memahami nya. Masalah yang seringkali
terjadi adalah, terjadinya sebuah kesalahpahaman
antara budaya dengan agama, dimana budaya
tersebut lahir dari tradisi nenek moyang nya yang
di anggap sebagai warisan luhur yang harus di
lestarikan.

7
Keragaman budaya yang ada di indonesia
khusus nya, terlebih lagi kebudayaan lokal.
menjadi dasar yang harus kita ketahui di dalam
dunia pendidikan. Terlebih lagi berhubungan erat
di dalam islam. Karena ada beberapa kebudayaan
lokal dari suatu daerah yang sejalan dengan islam,
namun ada pula yang tidak sejalan dengan islam.
Islam hadir di dalam nya bukan untuk merubah
dari kebudayaan tersebut. Namun, dengan
hadirnya islam memfilter di dalamnya agar tidak
ada unsur kesyirikan. Sebagaimana syirik tersebut
di larang pada ajaran islam.

B. Pengertian Agama Islam


Menurut Quraish Shihab Agama Islam,
merupakan salah satu agama terbesar yang dianut
oleh umat Islam di dunia, salah satu ajarannya
ialah untuk menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat yang
termaktub dalam Alquran dan Hadits.1

1
Fithria khusno Amalia Dkk, Nilai Nilai Ulul AL-‘Azmi Dalam
Tafsir Ibn Kathir,(Bandung 2017 ) hlm:1

8
Islam adalah mengakui dengan lisan,
meyakini dengan hati dan berserah diri kepada
allah . menurut Syekh Muhammad Bin Abdul
Wahhab Rahimahullah, definisi islam adalah
islam adalah berserah diri kepada allah dengan
memtauhidkannya, tunduk dan patuh kepadanya
dengan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan
syirik dan para pelakunya. Apabila kita Islam di
sebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang
dimaksud islam adalah perkataan dan amal amal
lahiriyah yang dengannya terjaga diri dari
hartanya, baik dia meyakini islam atau tidak.
Tidak di ragukan lagi bahwa prinsip agama islam
yang wajib di ketahui dan di amalkan oleh setiap
muslim ada tiga, yaitu :1. Mengenal Allah Azza
wa jalla 2. Mengenal agama islam beserta dalil
dalilnya dan 3. Mengenal Nabi-Nya Muhammad.
Mengapa agama islam adalah landasan yang
kedua dari prinsip agama ini dan padanya terdapat
tiga tingkatan yaitu islam, iman dan ihsan. Islam
sebagai Agama wahyu Allah yang diturunkan
kepada para nabi sejak adam hingga Muhammad

9
Saw, berupa ajaran yang berisi perintah larangan,
dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan akhirat islam merupakan agama yang
sempurna dan menyeluruh yang diperuntukkan
bagi seluruh umat manusia dan memberikan
pedoman hidup bagi manusia dalam segala aspek
kehidupan dunia jasmaniah dan ruhaniyah,
duniawi dan ukhrawi perorangan dan masyarakat,
yang terdiri atas ajaran tentang akidah kepada
Allah yang maha Esa atau tauhid), ibadah, akhlak,
dan muamalah.2
Jadi islam itu adalah agama yang diturunkan
oleh allah kepada nabi Muhammad. Bagi siapa
yang menaati segala perintah Allah maka akan
mendapat kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

C. Pengertian Dari Budaya


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

2
Deni Irawan, Islam Peac Building ( Sambas Juli 2014 )hlm 160-161

10
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris
kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata
latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan
dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani, kata culture juga kadang sering
diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
budaya (culture) diartikan sebagai; pikiran, adat
istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.
Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya
mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi
(tradition).
Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai
kebiasaan masyarakat yang tampak.2 Budaya atau
culture merupakan istilah yang datang dari disiplin
antropologi sosial. Dalam dunia pendidikan
budaya dapat digunakan sebagai salah satu
transmisi pengetahuan, karena sebenarnya yang
tercakup dalam budaya sangatlah luas. Budaya
laksana software yang berada dalam otak manusia,

11
yang menuntun persepsi, mengidentifikasi apa
yang dilihat, mengarahkan fokus pada suatu hal,
serta menghindar dari yang lain.
Menurut Muhaimin didalam bukunya Islam
dalam Bingkai Budaya Lokal Budaya adalah suatu
pola asumsi dasar yang ditemukan dan ditentukan
oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari
dan menguasai masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal, yang telah bekerja dengan
cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak
dan karena itu diajarkan pada anggota baru
sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir dan
dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan
masalah tersebut. Jerald G and Rober menyatakan
bahwa budaya terdiri dari mental program
bersama yang mensyaratkan respons individual
pada lingkungannya. Definisi tersebut
mengandung makna bahwa kita melihat budaya

12
dalam perilaku sehari-hari, tetapi dikontrol oleh
mental program yang ditanamkan sangat dalam.3
Maka budaya atau kebudayaan adalah dapat
di artikan sebagai suatu adat atau kebiasaan yang
di ciptakan oleh manusianya sendiri dari setiap
individu ataupun kelompok yang berbeda beda,
agar ada keberagaman diantara kebudayaan lain
gunanya dapat bertolerasi, dan dapat
dilesterarikan sehingga tidak tenggelam di makan
oleh perkembangan zaman.

D. Pengertian Islam Dan Kebudayaan


Menurut abdurrahman wahid Islam adalah
sebuah agama hukum (religion of law). Hukum
agama diturunkan oleh Allah SWT, melalui
wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw., untuk dilaksanakan oleh kaum
Muslimin tanpa kecuali, dan tanpa dikurangi
sedikitpun.

3
Sumarto, Budaya, Pemahaman dan Penerapannya “Aspek Sistem
Religi, Bahasa, Pengetahuan, Sosial, Keseninan dan Teknologi”
desember 2019 ) hlm 144-145

13
Menurut sidi gazalba Islam mempunyai dua
aspek, yakni segi agama dan segi kebudayaan.
Dengan demikian, ada agama Islam dan ada
kebudayaan Islam. Dalam pandangan ilmiah,
antara keduanya dapat dibedakan, tetapi dalam
pandangan Islam sendiri tak mungkin dipisahkan.
Antara yang kedua dan yang pertama membentuk
integrasi. Demikian eratnya jalinan integrasinya,
sehingga sering sukar mendudukkan suatu
perkara, apakah agama atau kebudayaan.
Misalnya nikah, talak, rujuk, dan waris.
Dipandang dari kacamata kebudayaan, perkara-
perkara itu masuk kebudayaan. Tetapi ketentuan-
ketentuannya berasal dari Tuhan. Dalam
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
menaati perintah dan larangan-Nya. Namun
hubungan manusia dengan manusia, ia masuk
katagori kebudayaan.
Menurut Amer Al-Roubai, Islam bukanlah
hasil dari produk budaya Akan tetapi Islam justru
membangun sebuah budaya, sebuah peradaban.
Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan

14
Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban
Islam.4
Agama (Islam) dan kebudayaan merupakan
dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya
saling melengkapi satu sama lain. Ketika berbicara
agama dan kebudayaan, bisa dilihat lewat aplikasi
fungsinya dalam wujud sistem budaya dan juga
dalam bentuk tradisi ritual atau upacara
keagamaan yang nyata-nyata bisa mengandung
nilai agama dan kebudayaan secara
bersamaan.sehingga antara Islam dengan budaya
lokal tidak bisa dipisahkan,. Adapun kebudayaan
yang mengiringi tumbuhnya dan menyebarnya
Islam keberbagai penjuru dunia. kebudayaan itu
sendiri agama adalah primer, dan budaya adalah
sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup
keagamaan, karena ia sub-kordinat terhadap
agama.5

4
Fitriyani,islam dan kebudayaan(Ambon juni 2012) hlm 133-134
5
Yustion dkk., Islam dan Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini, dan
Esok (Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1993), 172.

15
Jadi islam dan kebudayaan memiliki
keterkaitan yang sangat erat, karena ia sangat erat
karena saling melengkapi. Apabila tidak dilandasi
dengan dasar islam maka kebudayaan tersebut
akan mengandung unsur kesyirikan.

E. Hubungan Antara Agama Dan Kebudayaan


Agama dan budaya di Indonesia, jika dilihat
dari konteks Islam yang berkembang dan hidup di
Nusantara ini telah menjadi hubungan simbiosis.
Agama butuh alat atau pun metode untuk
disampaikan kepada masyarakat. Agar orang
paham terhadap agama, maka dibutuhkan metode
ataupun alat supaya agama itu bisa dipahami
orang.6
Menurut Laode Monto Bauto Dalam
kehidupan bermasyarakat,agama dan kebudayaan
adalah dua hal yang dekat implementasinya
meskipun agama dan kebudayaan bukan

6
https://www.beritasatu.com/nasional/488047/agama-dan-budaya-
tak-bisa-dipisahkan-dalam-sejarah-islam-di-indonesia diakses 9 juli
2021

16
merupakan kesatuan yang utuh. Dalam kaidah,
sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai
kedudukan masingmasing dan tidak dapat
disatukan, karena agamalah yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan.
Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat
dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman
masyarakat terhadap perubahan kehidupan jika
dilihat dari aspek agama dan kebudayaan memiliki
hubungan yang terikat satu sama lain selama
masyarakat dapat menempatkan posisi agama dan
posisi budaya dalam kehidupan. Agama dan
budaya berjalan beriringan sehingga memiliki
hubungan yang erat dalam dialektikanya. Agama
sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan
oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya.
Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan
tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh

17
manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan
karsanya yang diberikan oleh Tuhan.7
Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan
yang sangat erat antara kebudayaan dan agama
bahkan sulit dipahami kalau perkembangan
sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh
agama. Dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara agama dan kebudayaan ini saling
menguntungkan, jika di lihat dari kegunaannya,
islam membutuhkan kebudayaan untuk
menyebarkan agama islam. Dan begitupun
sebaliknya bahwa, budaya butuh akan bimingan
dari ajaran agama islam supaya tidak terdapat
unsur unsur kesyirikan, seperti halnya walisongo
yang ada di indonesia, Sunan Kalijaga
menyebarkan agama islam pada masa itu
menggunakan seni, seni yang di lakukannya
adalah seni wayang, dengan cara memasuk kan
Unsur Unsur Keislaman Di Dalamnya. Hal Ini

7
Citra kurniawan Filsafat Ilmu dalam Lingkup Agama dan
Kebudayaan, Peran Ilmu dalam Pengembangan Agama, Peran
Agama dalam Pengembangan Ilmu( malang )

18
Sebagai Bukti Bahwa Dari Zaman Dahulu Agama
Dan Budaya Saling Berhubungan, Ada Banyak
Sekali Budaya Yang Ada Di Indonesia Yang
Sejalan Dengan Syariat Islam.

F. Peran Kebudayaan Terhadap Perkembangan


Agama Di Masyarakat
Salah satu contoh peran kebudayaan
terhadap perkembangan agama islam di msyarakat
adalah metode penyebaran agama islam melalui
seni wayang. Proses berdakwah menggunakan
wayang yaitu Sunan Kalijaga memasukkan ajaran
Islam ke dalam tradisi Hindu-Budha, dengan kata
lain Sunan Kalijaga menjalankan tradisi
sebagaimana disenangi oleh masyarakat Jawa.
Salah satu cara yang digunakan Sunan Kalijaga
adalah persyaratan masuk menonton wayang
bukan membayar uang sebagaimana biasanya,
melainkan dengan membaca kalimat syahadat.8

8
Wahyu oktaviani, Model Dakwah Sunan Kalijaga Dalam
Menyebarkan Islam Di Indonesia(lampung,2020)

19
Dalam kerangka kebudayaan, posisi agama
dapat ditempatkan dalam kompleks gagasan, nilai
dan ide yang abstrak, yakni agama dalam wujud
hasil pemahaman manusia atas ajaran wahyu,
bukan agama dalam arti ajaran wahyu itu sendiri.
Hasil pemahaman manusia atas wahyu Tuhan
membentuk nilai-nilai, ide-ide, gagasan-gagasan
yang terinternalisasi dalam diri manusia yang
menjadi landasan motivasional bagi perilakunya.
Melaksanakannya, meyakini, dan menghayati
ajaran agama, merupakan kebudayaan, karena
dilakukan oleh manusia atau penganut agama
tersebut. Clifford Geertz, berargumen, bahwa
agama sebenarnya tak lebih dari sistem
budaya (culture system).
Agama menurutnya, merupakan realitas
sosial yang keberadaannya tercermin dalam
aktivitas kemanusiaan; seperti makan, minum,
tidur, belajar, membaca dan sebagainya. dengan
kalimat yang lebih distingtif, Anne Marie Malefijt,
menjelaskan, bahwa agama adalah the most
important aspect of culture. Aspek yang dimaksud

20
adalah, bahwa agama tidak hanya ditemukan
dalam setiap masyarakat, tetapi juga berinteraksi
secara signifikan dengan institusi budaya-budaya
lain. Ekspresi religius ini bisa ditemukan dalam
budaya material perilaku manusia, nilai, moral,
sistem keluarga, ekonomi, hukum, politik, seni,
sains dan sebagainya. ia menegaskan, bahwa ada
kebudayaan lain dari agama yang lebih luas
pengaruh dan implikasinya dalam kehidupan
manusia.9
Dari situ dapat kita simpulkan bahwa
kebudayaan sangat berfungsi dalam penyebaran
agama islam,terutama di indonesia dan khusunya
pulau jawa pada masa itu.

G. Contoh Kebudayaan Yang Dipengaruhi Oleh


Agama
Ada banyak budaya yang ada di indonesia,
keberagaman menjadi salah satu identitas nya.
Ada banyak sekali macam tradisi dan budaya di

9
https://www.aswajadewata.com/hubungan-antara-agama-dan-
budaya/ di akses 9 juli 2021

21
indonesia. Tentu setiap daerah dan wilayah
berbeda beda. Kebudayaan merupakan bagiannya
sangat luas dan tradisi merupakan bagian dari
budaya tersebut. Mengenai kebudayaan salah
satunya berkaitan dengan pakaian, musik, seni
bahkan pendidikan. Salah satu budaya pendidikan
yang arif di indonesia adalah pondok pesantren.
Pondok pesantren ini biasa dikenal dengan kata
“santri” dimana seorang anak sejak dari kecil
dititipkan di pondok pesantren tersebut untuk
menimba ilmu agama dalam jangka waktu yang
lama. Dan di didik oleh para guru dan kia. Salah
satu tradisi ini sangat di lestarikan oleh masyarakat
madura, yang berada di tanah jawa. Sudah menjadi
kebiasaan yang harus di lakukan untuk menimba
ilmu sejak dini.
Sebagai bentuk dakwah masyrakat madura
terdahulu membangun pondok pesantren sebagai
wadah untuk menuntut ilmu dengan rasa ta’dhim
yang tinggi terhadap kiai dan ulama setempat,
dengan mengharap ridho dan barokah berharap
ilmu yang telah di dapatkan agar bermanfaat. Bagi

22
anak anak madura yang tidak atau belum
menempuh penddikan pesantren mereka
mengikuti pelajaran yang ada pada madrasah
diniyah terdekat. Mata pelajaran yang di pelajari
juga tidak jauh berbeda dengan pelajaran yang ada
di pesantren, melainkan pelajaran yang ada di
madrasah diniyah lebih kepada mendasar. Selain
itu kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan
pondok pesantren adalah haflatul imtihan, sebagai
bentuk hiburan akhir tahun kepada santri yang
telah melakukan ujian ataupun ulangan.
Jadi begitulah salah satu contoh kebudayaan
yang di pengaruhi agama, dengan kebudayaan
madura yang biasa di kenal dengan logat yang
kasar dan keras serta tak luput di kenal dengan
budaya carok nya. namun di samping itu ada hal
yang harus di ketahui,bahwa orang madura sangat
menjunjung tinggi akhlaq, harga diri dan agama
islam. sebagai mana masyrakat madura
mengadakan sebuah tempat menuntut ilmu seperti
musholla, langgar, dan masjid sampai lah yang
namanya pondok pesantren. Maka dari itu kita

23
harus tetap melestarikan kebudayaan kita.
Kebudayaan apapun yang ada di indonesia, jangan
hanya meniru budaya barat yang banyak dampak
negatifnya, terlebih lagi yang di larang oleh
agama islam, maka dari itu Agar tidak hilang
dimakan oleh zaman, sudah semestinya untuk kita
sebagai pemuda menersukan.

F. Kesimpulan
Islam adalah agama yang diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad yang didalamnya
terdapat ajaran ajaran dan siapa yang
melaksanakan segala perintahnya maka akan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan diakhirat.
Sedangkan kebudayaan adalah suatu kebiasaan
karya yang di ciptakan oleh individu atau
kelompok. Jadi agama itu datang nya dari Allah
dan budaya sendiri datannya dari manusia.
Hubungan antara budaya dan agama Islam sangat
berkaitan sangat erat, seperti contoh sunan
kalijaga yang menyebarkan Islam dengan
kebudayaan wayang. Agama dan budaya

24
keduanya saling berkaitan dan menguntungkan.
Pondok pesantren salah satu budaya madura yang
pengaruhi oleh agama islam. Dengan adanya
pondok pesantren mempermudah para pendakwah
mengajarkan ilmu tentang Islam.

25
Problem Islam Normatif dan Historis
Disusun oleh:
Sindy Fififebriani & Siti Aminah

A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan pedoman dan
tuntunan untuk manusia dalam menjalani
kehidupan yang lebih sempurna. Dalam agama
ini diajarkan banyak hal, mulai dari kepentingan
pribadi sampai kepentingan sesama umat Islam.
Tentu saja dalam beragama harus memiliki
norma, etika, dan aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT. Agama Islam diturunkan
kepada Rasulullah SAW selaku penutup para
Nabi melalui wahyu dari Allah SWT. Dari zaman
Rasulullah ini agama Islam mulai tersebar
kepada para umat lainnya. Bukan berarti dalam
penyebaran agama Islam ini berjalan dengan
mulus. Tapi banyak rintangan yang dilalui.
Waktu demi waktu semakin berjalan tentu
saja zaman juga semakin maju. Semakin banyak

26
keberagaman dan semakin maju juga segala ilmu
danteknologi yang membuat pandangan tentang
agama Islam bukan hanya satu sisi saja.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
termasuk perkembangan ilmu-ilmu sosial
kemasyarakatan yang begitu pesat, relatif
mempercepat jarak perbedaan budaya antara satu
wilayah dan wilayah yang lain. Hal demikian
pada gilirannya juga berpengaruh cukup besar
terhadap kesadaran manusia tentang apa yang
disebut fenomena agama. Studi agama untuk era
sekarang tidak lagi dapat didekati dan dipahami
hanya lewat pendekatan teologis dan normatif
saja. Tetapi, perlu juga memperhatikan aspek
historis, empiris, dan kritis. Dalam makalah ini
akan dipaparkan penjelasan tentang Islam
normatif dan historis.

27
B. Islam Normatif

1. Pengertian Islam Normatif


Islam berasal dari kata “aslama”,
“yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk,
patuh, dan selamat. Secara istilah Islam adalah
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk umat manusia agar dapat hidup
bahagia di dunia dan akhirat. Normatif
sendiri memiliki arti suatu sikap yang
berpegang teguh terhadap suatu norma atau
aturan-aturan tertentu. Sedangkan pengertian
normatif menurut salah satu ahli yaitu
Hadikusuma “Normatif adalah serangkaian
pikiran dan prilaku manusia dengan
berpedoman pada norma-norma yang secara
umum berlaku di masyaraat, tanpa
memandang bentuk kelas sosial dan peran
sosial yang dimilikinya”.Adapun Studi Islam
dengan pendekatan normatif adalah suatu
pendekatan yang memandang agama dari segi
ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan

28
yang di dalamnya belum terdapat penalaran
pemikiran manusia.10 Definisi Islam
Normatif menurut penulis sendiri
merupakan Islam yang berpegang teguh
dengan aturan-aturan yang telah ada pada
agama Islam itu sendiri.
2. Kajian Islam Normatif
Kajian Islam Normatif melahirkan
tradisi teks, yaitu tafsir, teologi, fiqih, tasawuf
dan filsafat.11 Islam normatif diidentikkan
dengan syari’at dan wahyu. Syari’at dari segi
istilah didefinisikan oleh Mustafa Ahmad Al-
Zarqa adalah kumpulan perintah dan hukum-
hukum yang berkaitan dengan kepercayaan
(iman dan Ibadah) dan hubungan
kemasyarakatan (mu’amalah) yang

10
Abuddin Nata, Metodologi studi islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009),hlm. 34.
11
Nasitotul Janah. 2018. Pendekatan Normativitas dan
Historisitas Serta Implikasinya dalam Perkembangan
Pemikiran Islam. Cakrawala: Jurnal Studi Islam. Vol. 13 No.
2.

29
diwajibkan oleh Islam untuk diaplikasikan
dalam kehidupan guna mencapai
kemaslahatan masyarakat. Sementarawahyu
adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, untuk kebahagiaan
manusia didunia dan di akhirat.
3. Contoh Pendekatan Islam Normatif
Contoh pendekatan normatif dalam
realita di kehidupan sekarang ini seperti
peringatan “Maulidan”, yakni sebuah acara
peringatan untuk mengenang kelahiran Nabi
Muhammad SAW. yang dilakukan dengan
berbagai cara yang berbeda antara satu
kelompok dengan yang lainnya. Untuk format
acaranya antar satu daerah dengan daerah
yang lain cukup beragam, ada yang dengan
membaca manaqib, al-Barzanji. Hampir
setiap tahunnya acara peringatan ini
dimeriahkan diberbagai daerah di Indonesia,
bahkan di dunia.

30
C. Islam Historis

1. Pengertian Islam Historis


Historis berasal dari bahasa inggris
history yang artinya sejarah. Sejarah sendiri
mempunyai arti kejadian dimasa lampau.
sejarah atau historis memiliki berbagai
peristiwa yang meliputi tempat, waktu, objek,
latar belakang dalam peristiwa tersebut. Islam
historis adalah Islam yang dianut dari masa
Rasulullah. Islam historis muncul karena
suatupemahaman.
Dalam pemahaman Islam historis tidak
ada konsep atau hukum Islam yang bersifat
tetap, semuanya bisa berubah. Semua itu bisa
berubah karena adanya 2 faktor, yaitu faktor
ruang dan faktor waktu.
Historis menggunakan analisis yang
kritis yang menjadi pertimbangan dasar dalam
kualitas penelitian sejarah. Unsur-unsur
penting dalam historis yaitu peristiwa adanya
pelaku yaitu manusia, batasan waktudan yang

31
paling penting daya kritis dari peneliti sejarah.
Dengan demikian penelitian historis dengan
pendekatan historis yaitu upaya untuk
mensistematiskan fakta dan data masa lalu
melalui pembuktian, penafsiran dan juga
generelisasi.12
2. Kajian Islam Historis
Kajian Islam historis menciptakan
beberapa tradisi, yaitu: Antropologi agama,
Sosiologi agama, dan Psikologi agama.13
Antropologi agama adalah ilmu yang
membahas tentang hubungan manusia dan
agama menggunakan pendekatan budaya.
Sosiologi agama merupakan cabang ilmu
yang membahas tentang sejarah dan
kehidupan sosial manusia dalam beragama.

12
Hasbullah & Hadia Martanti. 2020. Problematika Memahami
Agama Islam “Antara Normativitasdan Historisitas”. El-Huda. Vol.
11. No. 01.
13
Nasitotul Janah. 2018. Pendekatan Normativitas dan Historisitas
Serta Implikasinya dalam Perkembangan Pemikiran Islam.
Cakrawala: Jurnal Studi Islam. Vol. 13 No. 2.

32
Dan sedangkan psikologi agama sendiri
memiliki arti cabang ilmu yang mempelajari
tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia
dalam hubungannya dengan agama dan
keyakinannya.
Jadi pendekatan historis ini seseorang
diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya. Dengan kata lain pendekatan
historis memilikitujuan untuk menentukan inti
karakter agama dengan penelitian dari sumber
klasik sebelum dicampuri yang lain.
3. Contoh Pendekatan Islam Historis
Salah satu contoh pendekatan
historisnya yaitu Seseorang yang ingin
memahami Al-qur’an secara benar misalnya,
yang bersangkutan harus mempelajari
turunnya Al-qur’an atau kejadian- kejadian
yang mengiringi turunnya Al-qur’an yang
selanjutnya disebut sebagai Ilmu Asbab al-
Nuzul (Ilmu tentang Sebab-sebab Turunnya
Al- qur’an) yang pada intinya berisi sejarah
turunnya ayat Al-qur’an. Dari mempelajari

33
sejarah sejarah Al Qur’an inilah yang disebut
dengan pendekatan historis.

D. Hubungan Islam Normatif dan Islam Historis


Hubungan antara keduanya dapat
membentuk hubungan dialektis dan ketegangan.
Hubungan dialektis terjadi jika ada dialog bolak-
balik yang saling menerangi antara teks dan
konteks. Sebaliknya akan terjadi hubungan
ketegangan jika salah satu menganggap yang lain
sebagai ancaman. Menentukan bentuk hubungan
yang pas antara keduanya adalah merupakan
separuh jalan untuk mengurangi ketegangan
antara kedua corak pendekatan tersebut.
Ketegangan bisa terjadi, jika masing-masing
pendekatan saling menegaskan eksistensi dan
menghilangkan manfaat nilai yang melakat pada
pendekatan keilmuan yang dimiliki oleh masing-
masing tradisi keilmuan.14

14
Syarif Hidayatullah, Studi Agama: Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Tiara Wacana,20011, hlm. 62

34
Menurut ijtihad Amin Abdullah, hubungan
antara keduanya adalah ibarat sebuah koin
dengangan dua permukaan. Hubungan antara
keduanya tidak dapat dipisahkan, tetapi secara
tegas dan jelas dapat dibedakan. Hubungan
keduanya tidak berdiri sendiri-sendiri dan
berhadap-hadapan, tetapi keduanya teranyam,
terjalin dan terajut sedemikian rupa sehingga
keduanya menyatu dalam satu keutuhan yang
kokoh dan kompak. Makna terdalam dan
moralitaskeagamaan tetap ada, tetap
dikedepankan dan digaris bawahi dalam
memahami liku-liku fenomena keberagaman
manusia, maka ia secara otomatis tidak bisa
terhindar dari belenggu dan jebakan ruang dan
waktu.

35
E. Pengelompokan Islam Normatif dan Islam
Historis
Sejalan dengan pengelompokkan Islam
normatif dan Islam historis,ada pula ilmuan yang
membuat pengelompokkan lain.15
1. Nasr Hamid Abu Zaid mengelomokkan
menjadi tiga wilayah.
Pertama, wilayah teks asli Islam (the original
text of Islam), yaitu Al- Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW yang otentik.
Kedua, pemikiran Islam yang merupakan
ragam menafsiran terhadap teksasli Islam (Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW).
Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks
asli Islam, seperti tafsir dan fikih. Dan dalam
kelompok ini dapat ditemukan dalam empat
pokok cabang:
• Hukum/ fikih

15
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta :
ACADEMIA , 2009), Hlm.15.

36
• Teologi
• Filsafat
• Tasawuf/ mistik
Hasil ijtihad dalam bidang hukum/fikih
muncul dalam bentuk : fikih, fatwa dan
yurispundensi (kumpulan putusan hakim),
kodifikasi/unifikasi, yang muncul dalam
bentuk UU (undang-undang) dan kompilasi.
Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim.
Praktek ini muncul dalam berbagai macam
dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial
(konteks). Contohnya adalah praktek sholat
muslim di Pakistan yang tidak meletakkan
tangan di dada, sementara muslim Indonesia
meletakkan tangan di dada-nya.
2. Abdullah Saeed meyebutkan tiga tingkatan
pula, tetapi dengan formulasi yang berbeda
sebagai berikut:
Tingkatan pertama, adalah nilai pokok/
dasar/ asas, kepecayaan, ideal dan institusi-
institusi.

37
Tingkatan kedua, adalah penafsiran
terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai
dasar tersebut dapat dilaksanakan/
dipraktekkan.
Tingkatan ketiga, adalah manifestasi/
praktek berdasarkan pada nilai-nilai dasar
tersebut yang berbeda antara satu negara
dengan negara lain, bahan antara satu wilayah
dengan wilayah lain. Perbedaan terjadi karena
perbedaan penafsiran dan perbedaan konteks
dan budaya.
3. Ibrahim M. Abu Rabi’, meskipun
mencampurkan antara pelapisan dengan
pengelompokkan. Ibrahim menetapkan empat
pengelompokkan, antara lain:
Petama, Islam sebagai dasar ideologi/
filosofi
Maksud Islam pada dataran ideologi adalah
landasan gerakan sekelompok orang,
sekolompok komunitas dengan mengatas
namakan Islam. Maka pada tingkatan ini, Islam

38
identik dengan ideologi sosialis, ideologi
kapitalis dan ideologi-ideologi sejenis lainnya.
Kedua, Islam sebagai dasar teologi
Sementara Islam sebagai dasar teologi
atau filosofi secara sederhana berarti berserah
kepada satu Tuhan. Untuk lebih lengkapnya
lebih dahuludikutip apa yang diungkapkan
dalam kamus. Disebutkan theology adalah a
formal study of the nature of God of the
foundation of religious belief. Prinsipnya pada
tingkatan inilah agama yang didefinisikan
sebagai pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan ghaib yang harus
dipatuhi, pengakuan terhadap adanya kekuatan
ghaib yang menguasai manusia, pengakuan
pada satu sumber yang berada di luar diri
manusia, kepercayaan pada suatu kekuatan
ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu,
sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan
ghaib, pengakuan terhadap kewajiban-
kewajiban yang bersumber pada kekuatan
ghaib, pemujaan kekuatan ghaib.

39
Ketiga, Islam pada level teks
Adapun Islam pada level teks sama
dengan teori Nasr Hamid Abu Zaid yakni teks
asli sumber ajaran Islam berupa Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Keempat, Islam pada level praktek
Sementara Islam dalam level praktek
adalah praktek yang dilakukan kaum muslim
sepanjang sejarah muslim dalam berbagai
macam latar belakang sosial budaya dan tradisi.
Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan
untuk tujuan domain studi Islam. Sementara
Abdullah Saeed dalam konteks untuk
menjelaskan ada ajaran pokok yang disepakati,
adapula ajaran sebagai hasil Ijtihad dan praktek
yang muncul dalam perbedaan. Demikian juga
Abu Rabi’ misalnya mengelompokkan
bedarsarkan dan untuk kepentingan penjelasan
agam-agama, dimana ada kesamaan ditingkat
tertentu. Demikian juga dikalangan muslim ada
perbedaan ditingkat tertentu.

40
Pada level teks , Islam adalah nash yang
dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
hasil simpulan pada pendapat sejumlah ilmuan
atau ulama’ yakni:16
• Nash prinsip atau normatif-universal
Merupakan prinsip-prinsip yang dalam
aplikasinya sebagian telah diformatkan
dalam bentu Nash praktis dimasa
pewahyuan dimasa Nabi masih hidup.
• Nash praktis-temporal
Adapun Nash praktis-temporal sebagian
ilmuan menyebutkan Nash kontekstual,
adalah nash yang turun atau
diwahyukan untuk menjawab secara
langsung terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi masyarakat musli arab
ketika masa pewahyuan.17

16
Andi Eka Putra. 2017. Sketsa Pemikiran Keagamaan Dalam
Perspektif Normatif, Historis Dan Sosial-Ekonomi. Al-Adyan.
Volume 12. No. 2.
17
Khoituddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta:
ACAdeMIA + TAZZAFA, 2010 ), hlm. 15-21

41
F. Kesimpulan
Islam berasal dari kata “aslama”,
“yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk,
patuh, dan selamat. Secara istilah Islam adalah
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di
dunia dan akhirat. Normatif sendiri memiliki arti
suatu sikap yang berpegang teguh terhadap suatu
norma atau aturan-aturan tertentu. Historis
berasal dari bahasa inggris history yang artinya
sejarah.
Dapat disimpulkan Islam normatif
merupakan Islam yang berpegang teguh dengan
aturan-aturan yang telah ada pada agama Islam itu
sendiri. Sedangkan Islam historis merupakan
Islam yang selalu berpegang teguh dengan
sejarah-sejarah yang telah dilalui dan dilakukan
oleh umat Islam.
Sejalan dengan pengelompokkan Islam
normatif dan Islam historis, ada pulailmuan yang
membuat pengelompokkan lain. Nasr Hamid

42
Abu Zaid mengelomokkan menjadi tiga wilayah
(domain), Abdullah Saeed meyebutkan tiga
tingkatan pula tetapi dengan formulasi yang
berbeda, dan Ibrahim M. Abu Rabi’, menetapkan
empat pengelompokkan. Memahami islam tidak
hanya melihat dari satu sudut pandang tetapi dari
banyak sudut pandang. Antara lain melalui
pemahaman Islam normatif dan Islam historis.

43
Hubungan Antara Agama & Budaya
Disusun oleh:
Tegar Sulung Wirayuda, Ummi Kultsum Annabila &
Khairunnisa

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang
diciptakan di dunia sebagai Khalifah. Sebagai
makhluk duniawi sudah tentu bergelumut dengan
dunia, terhadap segala segi, masalah dan
tantangannya, dengan menggunakan budi dan
dayanya serta menggunakan segala
kemampuannya baik yang bersifat cipta, rasa,
maupun karsa. Tetapi justru harus diwujudkan
dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungannya
untuk kepentingan hidup dan kehidupannya.
Kebudayaan sangat luas mencakup segala aspek
kehidupan (hidup ruhaniah) dan (hidup jasmaniah)
manusia. Dalam rangka memberi petunjuk
bagaimana manusia hidup berbudi daya, maka
lahirlah aturan-aturan yang mengatur kehidupan
manusia. Norma-norma kehidupan tersebut

44
umumnya termaktub dalam ajaran agama.
Sehingga agama adalah merupakan unsur yang tak
terpisahkan dari kehidupan sosial-budaya tahap
awal manusia.
Agama merupakan kenyataan yang dapat
dipelajari, difahami, dan dihayati, bahkan
diamalkan. Sedangkan kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan
yang lainnya. Kehidupan masyarakat dilihat dari
aspek agama dan budaya yang bagaimana
menempatkan posisi agama dan posisi budaya
dalam suatu kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan manusia, agama dan
budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat. Agama
sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan
oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya.
Sedangkan kebu- dayaan adalah sebagai kebiasaan
tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri. Bagaimana agama dan

45
kebudayaan saling berbelitan satu dengan lainnya?
Maka dari itu, penulis membuat makalah ini agar
kita bisa membahas secara rinci tentang agama
dan kebudayaan.

B. Konsep Agama & Kebudayaan


Agama merupakan suatu
aqidah/kepercayaan yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat sebagai tuntunan hidup. Agama
ini menyangkut kepercayaan-kepercayaan dan
berbagai prakteknya, serta benar-benar merupakan
masalah sosial yang pada saat ini senantiasa
ditemukan dalam setiap masyarakat manusia.
Agama tidak hanya dapat dilihat sebagai ”hasil”
kebudayaan. Selain itu, agama ikut membentuk,
secara positif ataupun negatif, apa yang dipahami,
dirumuskan dan dilakukan manusia dalam
menjalani kehidupan ini. Banyak agama memiliki
mitologi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan
asal-usul kehidupan atau alam semesta. Banyak
pandangan yang menyatakan bahwa agama

46
merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak
sedikit pula yang menyatakan kebudayaan
merupakan hasil dari agama.
Islam adalah sebuah agama hukum
(Religion of Law). Hukum agama diturunkan oleh
Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, untuk
dilaksanakan oleh kaum muslimin tanpa kecuali,
dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan demikian,
watak dasar Islam adalah pandangan yang serba
normatif dan orientasinya yang serba legal
formalistik. Islam haruslah diterima secara utuh,
dalam arti seluruh hukum-hukumnya
dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat
pada semua tingkatan.18
Secara umum konsep Islam terdapat pada
dua pola hubungan yaitu Hamblumminallah
(dengan Allah SWT) dan Hamblumminannaass
(dengan manusia). Hubungan yang pertama
berbentuk tata agama (ibadah), sedangkan

18
Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama, dan
kebudayaan, (Depok: Desantara, 2001), hlm. 101

47
hubungan yang kedua membentuk sosial
(muamalah). Konsep tersebut dalam
penerapannya tidak terlepas dari tujuan
pembentukan hukum Islam secara umum, yaitu
menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan
19
akhirat. Tujuan agama ialah selamat diakhirat
dan selamat di dunia, sedangkan tujuan
kebudayaan adalah selamat di dunia saja. Apabila
tidak dilaksanakan, akan terwujud ancaman Allah
SWT, yakni hilang kekuasaan manusia untuk
mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya
apabila mengabaikan hubungan sosial berarti
mengabaikan masyarakat dan kebudayaan. Jadi
Islam mempunyai dua aspek, yakni segi agama
dan segi kebudayaan. Dengan demikian, ada
agama Islam dan ada kebudayaan Islam. Dalam
pandangan ilmiah, antara keduanya dapat
dibedakan, tetapi dalam pandangan Islam sendiri
tak mungkin dipisahkan. antara yang kedua dan
yang pertama membentuk integrasi. Konsep Islam

19
Abu Ishak Al-Syâthibiy, Al-Muwâfaqât fî Ushûl Al-Syari’ah,
(Beirut: Dar Al-Kutub Ilmiyah, 2003), hlm. 3

48
tersebut secara umum termaktub dalam Al-
Qur’an, yang merupakan sumber pertama dan
utama. Ayat yang pertama turun adalah perintah
untuk membaca. Membaca artinya memahami
makna yang dibacanya, dan yang ini berarti
penggunaan akal pikiran sehingga dipahami
bahwa Al-Qur’an mendorong pengunaan akal
pikiran dan pengembangan secara maksimal.
Agama (kehidupan beragama) maupun
kehidupan budaya manusia, keduanya berasal dari
sumber yang sama, yaitu merupakan potensi fitrah
(pembawaan) manusia, bertumbuh dan
berkembang secara terpadu bersama-sama dalam
proses kehidupan manusia secara nyata di muka
bumi dan secara bersama pula menyusun suatu
sistem budaya dan peradaban suatu
masyarakat/bangsa. Namun keduanya memiliki
sifat dasar yaitu “ketergantungan dan
kepasrahan”, sedangkan kehidupan budaya
mempunyai sifat dasar yakni “kemandirian dan
keaktifan”. Oleh karena itu, dalam setiap
tahap/fase pertumbuhan dan perkembangannya

49
menunjukkan adanya gejala, variasi, dan irama
yang berbeda antara lingkungan
masyarakat/bangsa yang satu dengan lainnya.
Agama dan kebudayaan dapat saling
memepengaruhi sebab keduanya adalah nilai dan
simbol. Agama adalah simbol ketaatan kepada
Tuhan. Demikian pula kebudayaan, agar manusia
dapat hidup dilingkungannya.20
Unsur-Unsur Kebudayaan Meliputi :
1. Sistem Religius
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
3. Sistem Pengetahuan
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan
Sistem Ekonomi
5. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6. Sistem Bahasa
Fungsi-fungsi budaya berperan sebagai
penentu batas-batas, artinya, budaya menciptakan
batas perbedaan atau membuat unik suatu

20
Kuntowijoyo, Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam
Bingkai Strukturalisme Transdental, (Bandung : Mizan, 2001), hlm.
201

50
organisasi dan membedakan dengan orgnisasi
lainnya, identitas budaya memuat rasa identitas
suatu organisasi. Secara umum perkembangan
budaya dilakukan dengan dua cara yaitu Invantion
dan Acomodation. Invantion adalah menggali
budaya dari luar sedangkan acomodation adalah
menerima budaya luar, terkait penerimaan budaya
terdapat tiga cara pula yaitu:
1. Absorption (penyerapan), yaitu penyerapan
budaya dan pemikiran dari luar seperti
pemikiran Yunani dan Romawi.
2. Modification (modifikasi) yaitu penyesuaian
budaya luar sehingga diterima oleh Islam,
contoh pembuatan masjid dengan kubah,
menara dan undakan
3. Elimination (penyaringan) yaitu penyaringan
budaya antara diterima atau dikeluarkan
apabila bertentangan dengan Islam.
Dalam Islam sendiri dikenal zona-zona
kebudayaan, dan masing-masing zona mempunyai
ciri sendiri-sendiri. Namun hal yang disepakati
oleh para ahli terkait kebudayaan Islam (Muslim)

51
yaitu bahwa berkembangnya kebudayaan menurut
Islam bukanlah bebas nilai, tetapi justru terikat
nilai. Keterikatan terhadap nilai tersebut bukan
hanya terbatas pada wilayah nilai insani, tetapi
menembus pada nilai Ilahi sebagai pusat nilai,
yakni keimanan kepada Allah SWT.

C. Hubungan Antara Agama & Kebudayaan


Budaya adalah keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat : 1987). Jadi budaya ini
diperoleh melalui belajar. Misalnya suatu tindakan
yang kita pelajari seperti cara makan, minum, cara
berbicara, berpakaian, itu semua adalah budaya.
Agama berfungsi sebagai alat pengatur dan
sekaligus membudayakannya dalam arti
mengungkapkan apa yang ia percaya dalam
bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis,
seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat

52
dan lain-lain.21 Dalam kehidupan bermasyarakat,
agama dan kebudayaan adalah dua hal yang dekat
implementasinya meskipun agama dan
kebudayaan bukan merupakan kesatuan yang
utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan
kebudayaan mempunyai kedudukan masing-
masing dan tidak dapat disatukan, karena
agamalah yang mempunyai kedudukan lebih
tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya
mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan
masyarakat. Pemahaman masyarakat terhadap
perubahan kehidupan jika dilihat dari aspek agama
dan kebudayaan memiliki hubungan yang terikat
satu sama lain selama masyarakat dapat
menempatkan posisi agama dan posisi budaya
dalam kehidupan. Agama dan budaya berjalan
beriringan sehingga memiliki hubungan yang erat
dalam dialektikanya. Agama sebagai pedoman
hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam
menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan

21
Abd. Ghoffar Mahfudz, Hubungan Agama dan Budaya : Tinjauan
Sosiokultural, (Bangka Belitung : Thawshiyah, 2019), hlm. 44

53
adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia
yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil
daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh
Tuhan.22

Kebudayaan tampil sebagai perantara yang


secara terus menerus dipelihara oleh para
pembentuknya dan generasi selanjutnya yang
diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang
demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk
memahami agama yang terdapat pada dataran
empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk
formal yang menggejala di masyarakat.
Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat
tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber
agama yaitu wahyu melalui penalaran. Agama
merupakan bidang yang dapat dibedakan dengan
budaya, tetapi tidak dipisahkan. Agama bernilai
mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu
dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun

22
Laode Monto Bauto, Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam
Kehidupan Masyarakat Indonesia, (Kendari: Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 2014), hlm 1

54
berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat.
Oleh karenanya, agama adalah kebutuhan
primer, di sisi lain budaya adalah kebutuhan
sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup
keagamaan. Agama dan Budaya memiliki
keterhubungan yang erat, yakni agama berperan
sebagai konsepsi budaya dan sebagai realitas
budaya yang terdapat di Indonesia. Oleh karena
itu, dapat dikatakan :
1. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan
cita-cita manusia yang dapat berubah setiap
waktu, ruang dan tempat. Dengan adanya
budaya, kehidupan manusia menjadi lebih
terarah dan mendapat tempat yang semestinya
di mata manusia itu sendiri.
2. Islam bukan produk budaya, namun budaya
timbul dapat terinspirasi dari efek adanya
agama itu sendiri.
Sebagai sebuah kenyataan sejarah, agama
dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi,
karena dalam keduanya terdapat nilai dan simbol.

55
Agama adalah simbol yang melambangkan nilai
ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga
mengandung nilai dan simbol supaya manusia
bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan
sistem simbol, dengan kata lain agama
memerlukan kebudayaan agama. Hal ini
menunjukkan hubungan antara agama dan
budaya yang begitu erat. Ada sedikit perbedaan
antara agama dan kebudayaan yaitu:
 Agama adalah sesuatu yang final,
universal, abadi (parennial), dan tidak
mengenal perubahan (absolut).
 Kebudayaan bersifat partikular, relative,
dan temporer.
Agama tanpa kebudayaan memang dapat
berkembang sebagai agama pribadi, namun tanpa
kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan
mendapat tempat. Di sisi lain, terdapat
persamaan antara agama dan kebudayaan, yakni:
 Keduanya adalah sitem nilai dan sistem
symbol.

56
 Keduanya mudah sekali terancam setiap
kali ada perubahan.
Baik agama maupun kebudayaan, sama-
sama memberikan wawasan dan cara pandang
dalam mennyikapi kehidupan agar sesuai dengan
kehendak Tuhan dan kemanusiaannya.23

D. Pengaruh Agama dan Kebudayaan Dalam


Masyarakat
Hidup beragama tampak pada sikap dan cara
perwujudan sikap hidup beragama seseorang yang
mampu menerima sesama yang beragama apapun
sebagai hamba Allah SWT. Karena keyakinan
bahwa Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh
umat manusia tanpa diskriminasi, maka dia pun
wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi
sesamanya tanpa adanya dis- kriminasi, baik
berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau

23
http://digilib.uinsuka.ac.id/25554/3/11.%20Badrudin%20%20ANT
ARA%20ISLAM%20DAN%20KEBUDAYAAN.pdf, diakses 14
Juli 2021 Jam 13:47

57
kepentingan tertentu yang berbeda. Seseorang
yang tulus dalam beragama, akan menghormati,
menghargai dan bahkan mengasihi dan merahmati
sesamanya, karena sesamanya adalah manusia
yang dikasihi oleh Allah SWT. Membedakan diri
sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal
sehat, tetapi melakukan diskriminasi terhdap
orang lain justru bertentangan dengan akal sehat
dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh
para umat beragama dari setiap agama yang saling
berbeda. Sebagai umat yang beragama, sudah
sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat
manusia sedunia dengan cara hidup yang saling
mengasihi dan saling menghargai dengan
menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah
SWT.
Pengaruh timbal balik antara agama dan
budaya, dalam arti agama mempengaruhi
kebudayaan, kelompok masyarakat, suku bangsa.
Kebudayaan cenderung mengubah keaslian agama
sehingga menghasilkan penafsiran berlainan.
Suatu budaya dapat mempengaruhi tingkah laku

58
atau perilaku dari manusia dalam berinteraksi
dengan manusia lainnya.

E. Kesimpulan
Agama dan kebudayaan sangat erat
berkaitan satu sama lain. Saat budaya atau agama
diartikan sesuatu yang terlahir di dunia yang
manusia mau tidak mau harus menerima warisan
tersebut. Berbeda ketika sebuah kebudayaan dan
agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan
bergerak kedepan menjadi sebuah pegangan,
merubah suatu keadaan yang sebelumnya menjadi
lebih baik.
Ketika agama dilihat dengan kacamata
agama maka agama akan memerlukan
kebudayaan. Maksudnya agama (islam) telah
mengatur segala masalah dari hal yang paling
kecil. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa
agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi
tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan
merupakan hasil dari agama. Agama (kehidupan
beragama) maupun kehidupan budaya manusia,

59
keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu
merupakan potensi fitrah (pembawaan) manusia,
bertumbuh dan berkembang secara terpadu
bersama-sama dalam proses kehidupan manusia
secara nyata di muka bumi dan secara bersama
pula menyusun suatu sistem budaya dan
peradaban suatu masyarakat/bangsa.
Agama dan Budaya memiliki
keterhubungan yang erat, yakni agama berperan
sebagai konsepsi budaya dan sebagai realitas
budaya yang terdapat di Indonesia. Sebagai
sebuah kenyataan sejarah, agama dan kebudayaan
dapat saling mempengaruhi, karena dalam
keduanya terdapat nilai dan simbol.

60
Agama dalam Dinamika Sejarah dan Budaya
Disusun oleh:
Arie Ramadhan & Ari Mandala Putra

A. Latar Belakang
Perkembangan Islam dalam kacamata
sejarah, terbagi menjadi tiga periode yaitu pertama
disebut periode klasik, pada masa ini Islam
mengalami kemajuan bahkan disebut sebagai
masa keemasan Islam namun sekitar tahun 650-
1250 Masehi Islam mengalami gelombang
disintegasi (pemecahan). Kedua, disebut periode
pertengahan tepatnya pada tahun 1250-1800, pada
periode abad pertengahan ini Islam juga
mangalami kemunduran cukup signifikan. Ketiga,
disebut periode modern yang dimulai dari tahun
1800 hingga sampai sekarang ini. Setiap
perkembangan periode ini, terdapat perbedaan
dimensi yang khas antara satu periode dengan
periode lainnya, dinamika ini dipengaruhi oleh
sosial, politik, budaya, dan agama sehingga
peradaban Islam pada masa klasik, pertengahan,

61
sampai modern memiliki nuansa yang berbeda
satu sama lain.24
Masa kejayaan Bani Abbasiyah, tepatnya
pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan anaknya
al–Ma‟mun kondisi ilmu pengetahuan agama dan
ilmu pengetahuan umun sangat berkembang pesat
mulai ilmu fikih, tafsir, hadis, kalam, tasawuf, dan
siyasah. 1 Sedangkan bidang ilmu pengetahuan
umum yang antara lain adalah imu filsafat,
kedokteran, astronomi, farmasi, geografi, sejarah,
dan bahasa. Kemajuan peradaban dunia yang
ditorehkan (dikembangkan) peradaban Islam tidak
hanya di bidang ilmu pengetahuan tetapi budaya
juga tidak luput dari dinamika peradaban Islam,
dikarenakan ajaran Islam bersifat sangat terbuka
terhadap peradaban bangsa lain hingga membuat
Islam semakin maju dan tinggi dalam hal
peradaban.25

24
Linda Firdawaty, 2015 ,Negara Islam Pada Periode
Klasik,Asas:Jurnal Sastra, Vol. 7, No. 1, Lampung
25
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Amzah,
2009) hal : 1

62
Maka tida mengherankan, apabila
disebutkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam sejak 14 abad silam
turut mewarnai peradaban dunia, bahkan pesatnya
perkembangan Islam ke Barat dan Timur membuat
peradaban Islam dianggap sebagai peradaban yang
paling besar pengaruhnya di dunia.
Sedangkan dalam perkembangan
budaya,islam adalah agama yang sangat
mendukung adanya sebuah budaya. Agama Islam
bukan suatu Agama yang monolitik, terdapat
kemajemukan dalam berbagai tradisi,
pemahaman, dan praktek-praktek keagamaan
yang merupakan ekspresi dari keislaman yang
diyakininya. Pemahaman keagamaan mendorong
munculnya gerakan keagamaan atau menjadi
kelompok keagamaan tertentu yang membedakan
dirinya dengan kelompok pemahaman yang lain.
Seperti contoh Indonesia, Islam masuk ke
Indonesia tidak dalam kondisi hampa budaya.
Telah ada budaya setempat yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia. Hal ini melahirkan

63
akulturasi budaya antara ajaran islam dan budaya
masyarakat setempat. Di sisi lain, tata cara
pelaksanaan ajaran islam lebih bercorak
keindonesiaan (lokal) dan tidak sepenuhnya sama
dengan wilayah aslinya di Timur Tengah. Seperti
orang sunda yang dimana hampir seluruh ranah
kehidupan orang Sunda mengandung nilai-nilai
yang Islami. Ajaran dan hukum dalam masyarakat
Sunda pun disosialisasikan melalui seni dan
budaya, seperti pada lakon pewayangan (wayang
golek), lagu-lagu, pantun, dan banyolan-banyolan.
Ajaran Islam melalui media wayang golek
meliputi Islam sebagai a way of life, termasuk
ajaran dasar tentang ketatanegaraan dan
pemerintahan. Ajaran Islam melalui pewayangan
seringkali menekankan ketaatan kepada ajaran
agama dan negara secara bersamaan dan
berkesinambungan yang mencerminkan
pemahaman atas perintah ketaatan kepada Allah,
Rasul dan ûli al-amri sebagaimana diamanatkan
dalam al-Qur‘an.

64
Oleh karena itu kita sebagai generasi muslim
jangan sampai hilangnya jati diri pemuda dan
budaya meniru sampai-sampai modernisasi yang
diartikan sebagai westernisasi. Sehingga apa yang
ada dan datang dari barat adalah tren. Dengan
problematika yang terjadi begitu kompleks, maka
menjadi tantangan bagi pemuda muslim untuk
mewujudkan peradaban yang mulia di tangan para
pemuda kemajuan yang hakiki terlebih untuk
mewujudkan masyarakat yang berkeadaban.
Sehingga pengaruh pemuda dalam membangun
peradaban Islam menjadi sangat penting.

B. Perkembangan Islam Masa Rasulullah


Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke
Madinah merupakan awal kemajuan Islam, yaitu
dengan diproklamasikannya sebuah Negara
dengan nama Madinah al Munawwarah bagi kota
Yastrib. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW
disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-

65
sahabat Anshar dan Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu.26
Dalam rangka memperkokoh masyarakat
dan negara baru itu, Rasul segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar
pertama, pembangunan masjid. Selain tempat
shalat, masjid juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan tempat
bermusyawarah masalahmasalah yang dihadapi.
Bahkan pada masa Nabi, masjid juga berfungsi
sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah,
persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan golongan Muhajirin dan
Anshar. Upaya yang dilakukan Rasulullah ini
bermakna menciptakan suatu bentuk persaudaraan
yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama,
menggantikan persaudaraan berdasarkan darah
(Muakhakhah)

26
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
Rajawali Pers, 1993, hal. 15

66
Dasar ketiga, hubungan persahabatan
dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat Yahudi dan
golongan masyarakat Arab yang masih menganut
agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad
mengadakan perjanjian untuk menjamin
kebebasan beragama dan seluruh anggota
masyarakat wajib mempertahankan keamanan
negeri itu dari serangan luar. Perjanjian ini dalam
pandangan ketatanegaraan sering disebut dengan
Konstitusi Madinah. Piagam Madinah berfungsi
untuk mengantisipasi gejala perpecahan dan
menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang
kuat.27

27
Deni Miharja,2014, Persentuhan Agama Isam Dengan
Kebudayaan Asli Indonesia,Miqot:Jurnal Ilmu – Ilmu
Keislaman,Vol 38,No 1,Bandung

67
C. Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632
M, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis
konstitusional. Rasul tidak menunjuk
penggantinya. Sejumlah suku melepaskan diri dari
kekuasaan Madinah dan menolak memberi
penghormatan kepada khalifah yang baru.
Sebagian dari mereka bahkan menolak Islam. Ada
golongan yang telah murtad, ada yang mengaku
dirinya sebagai nabi. Ada juga golongan yang
tidak mau lagi membayar zakat karena mengira
zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama
Islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan
Thaif.28
Setelah Rasulullah Saw meninggal dunia,
beliau digantikan oleh keempat orang sahabat
terdekat, yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Mereka di gelari Khulafaur Rasyidin berarti para

28
Ely Zainuddin,2015,Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur
rasyidin,Intelegensia:Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,Vol 03,No
1

68
khalifah yang mendapat petunjuk dari Allah.
Disebut demikian karena dibanding dengan rata-
rata khalifah setelahnya, mereka masih konsisten
menjaga apa yang pernah dicontohkan oleh
Rasulullah Saw berupa akhlak dan petunjuk-
petunjuk Allah khususnya dalam menjalankan
kekhalifahannya.
1. Islam Masa Khalifah Abu Bakar Siddik (632-
634 M)
Abu bakar menjadi khalifah pertama
yang menggantikan Rasulullah Saw melalui
musyawarah (di balai Tsaqifah bani sai’dah)
tokoh dari kaum muhajirin dan anshar yang
kemudian membaiatnya. Abu Bakar menjadi
khalifah hanya dua tahun. Masa sesingkat itu
habis untuk menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama tantangan yang ditimbulkan
oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau
tunduk kepada pemerintah Madinah, mereka
menganggap bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad Saw, dengan
sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena

69
sikap keras dan menentang pemerintahan, Abu
bakar menyelesaikan persoalan ini dengan
perang Riddah (perang melawan
kemurtadan).29Adapun sistem politik Islam
masa Abu Bakar bersifat sentralistis
sebagaimana yang diterapkan Nabi. Jadi
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif
terpusat di tangan Khalifah. Meskipun
demikian, dalam memutuskan suatu masalah,
Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah. Kebijakan di bidang
pemerintahan
a. Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah
b. Amanat Baitul Mal
c. Konsep Pemerintahan (sentralistik dan
merakyat)
d. Kekuasaan Undang-undang
Setelah menyelesaikan persoalan dalam
negeri Abu Bakar baru mulai melakukan
ekspansi ke luar Arabia. Daerah yang dapat

29
Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang,
UMM Pres, 2003, cet I, hal 5

70
dikuasai meliputi Al Hirah di Irak, Syria. Pada
saat Abu Bakar wafat, pasukan Islam sedang
berhadapan dengan pasukan Palestina dan Al
Hirah di Iraq.30
2. Islam Masa Khalifah Umar Bin Khattab (634-
644 M)
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa dekat
dengan ajalnya, Abu Bakar bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian
mengangkat Umar sebagai penggantinya. Di
zaman Umar gelombang ekspansi pertama
terjadi, sehingga kekuasaan Islam sudah
meliputi jazirah Arabia, Palestina, (Syria,
Damaskus ditaklukkkan tahun 635 M), Mesir
dan ibukotanya Iskandaria (641 M) sebagian
besar wilayah dan ibu kota Persia dan Mesir.
Dengan demikian masa kepemimpinan Umar,
wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagaian
wilayah Persia dan Mesir. Masa Umar,

30
A. Salaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1987 cet.v, hal,

71
persoalan umat Islam semakin komplek,
berbagai pertimbangan terhadap situasi dan
realitas umat menuntut Umar menafsirkan
kembali aturan yang sudah berlaku
sebelumnya. Pada masa pemerintahannya,
Umar telah membentuk lembaga-lembaga yang
disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi. Pada
masa Umar, badan-badan tersebut belum
terbentuk secara resmi, dalam arti secara de
jure belum terbentuk, tapi secara de facto telah
dijalankan tugastugas badan tersebut. Namun,
dalam menjalankan pemerintahannya, Umar
senantiasa mengajak musyawarah para
sahabat.31
3. Islam Masa Khalifah Usman Bin Affan (644-
656M)
Pemerintahan Usman berlangsung
selama 12 tahun. Pemerintahan Utsman di bagi
menjadi dua periode, yaitu periode kemajuan
dan periode kemunduran. Pada periode

31
Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa. (Bandung: CV Rusyda,
1987, cet I), hal 99

72
kemajuan pemerintahan Utsman mengalami
kemajuan yang sangat luar biasa. Peta Islam
semakin meluas Masa pemerintahan Usman
(644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus,
Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia,
Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai disini.
Kepemimpinan Usman berbeda dengan
kepemimpinan Umar, ini mungkin karena
umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70
tahun) dan sifatnya yang lemah lembut.32
Selain itu Utsman berhasil membentuk
armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan
mengalau serangan-serangan di Laut Tengah
yang dilancarkan oleh tentara Bizantium.
Usman berjasa membangun bendungan,ia juga
membangun jalan dan jembatan, membangun
masjid dan memperluas mesjid Nabi di
Madinah.

32
Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh ad- Daulat al- Islamiyah, Beirut
Al –Maktab Al-Tijari, t.t. hal.322

73
Namun, periode kemunduran
kekuasaannya ditandai terjadinya huru-hara
sampai akhir hayatnya. Salah satu penyebabnya
adalah rakyat kecewa karena kebijakan Usman,
yang mengangkat keluarga dalam kedudukan
tinggi, seperti Marwah ibn Hakam. Beliaulah
yang sesungguhnya menjalankan
pemerintahan, sedangkan Utsman hanya
menyandang gelar khalifah
4. Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib (656 ± 661
M)
Setelah Usman wafat, masyarakat
beramai-ramai membaiat Ali, Ali memerintah
hanya enam tahun. Selama pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan.
Pemberontakan terjadi karena para gubernur
yang diangkat oleh Usman, dipecat oleh Ali.
Ali juga menghadapi pemberontakan Thalhah,
Zubair, dan Aisyah karena Ali tidak mau
menghukum pembunuh Usman. Bersamaan
dengan itu kebijakan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di

74
Damaskus, yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi yang merasa kehilangan
kedudukan dan kejayaan. Akhirnya pasukan ali
bertemu dengan pasukan muawiyah di Shiffin
(perang Shiffin), yang diakhiri dengan tahkim
(arbitrase). Tapi tahkim tidak menyelesaikan
masalah sehingga muncul golongan yang
keluar dari barisan Ali (Khawarij) dan Ali
dibunuh oleh salah satu anggota khawarij ini.33

D. Islam pada Masa Dinasti Ummayya (661-750


M)
Antara lain kemajuan-kemajuan yang
dicapai :
 Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas
daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru
dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria,
Palestina, Semenanjung Arabia, Irak,
sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan,
Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

33
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
Rajawali Pers, 1993 hal 34

75
 Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi
kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik
Arab sangat efektif dalam membangun
bangsa Arab yang besar.
 Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan
secara tersendiri dengan masing - masing
tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu
qoroat(7 qiro’at) terkenal yaitu: Ibnu katsir
(120 H), Ashim (127 H), dan Ibnu Amr (118
H).
 Keempat, perkembangan dalam hal
administrasi ketatanegaraan, seperti adanya
Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib,
Barid, dan sebagainya.34

34
Laode Monto Bauto,2014, Perspektif Agama Dan Kebudayaan
Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia, Jpis,:Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 23, No. 2,Kendari

76
E. Perkembangan Negara Islam masa Khilafah
Bani Abbas I (750-1000 M)
Kekuasaan khilafah abbasiyah melanjutkan
kekuasaan dinasti bani umayyah. Dinamakan
khilafah abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini adalah keturunan al-abbas
paman nabi muhammad saw. Dinasti abbasiyah
didirikan oleh abdullah al-shaffah ibn muhammad
ibn ali ibn abdullah ibn al-abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang
dari tahun 132 h (750 m) s.d. 656 h (1258 m).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan
dan politik, para sejarawan membagi masa
pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
 Periode pertama ( 132 H/750 M ± 232 H/847
M ), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
 Periode kedua ( 232 H/847 M ± 334 H/945
M ), disebut masa pengaruh Turki pertama.

77
 Periode ketiga ( 334 H/945 M- 447 H- 1055
M ), masa kekuasaa dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua.
 Periode keempat ( 447 H/1055 M- 590
H/1194 M ), masa kekuasaan dinasti Bani
Seljuk dalam pemerintahan khalifah
Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua.
 Periode kelima ( 590 H/1194 M- 656 H/1258
M ), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan bani
Abbas mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat
dan memiliki kekuasaan politik dan agama. Di sisi
lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan Islam. Namun, setelah periode ini

78
berakhir, pemerintahan bani Abbas mulai
menurun dalan bidang politik, meskipun filsafat
dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa ini juga ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang
agama maupun non agama) dan kebudayaan.
Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab
seperti Malik, Abu Hanifah, syafi’I dan ibn
Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh,
seperti Abu Hasan al asy’ari,al maturidhi, wasil
ibn atho, al mu’tazili, abu al huzaili, al-Nazzam
dan al juba’i. Di bidang ketasawufan dikenal
Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al Bustami, al-
Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang
filsafat dan Ilmu Pengetahuan, dikenal al-Kindi,
al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Maskawih, Ibn al
Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al mas’udi
dan al-Razi.35

35
Nunzairina,2020, Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam,
Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual,Juspi:Jurnal Sejarah
Peradaban Islam,Vol 03,No 02

79
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai
puncaknya di zaman Harun Al Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al Makmun (813-833 M).
Kekayaan negara berlimpah dan dimanfaatkan
untuk membangun keperluan sosial, rumah sakit,
lembaga pendidikan, kedokteran dan farmasi
didirikan. Pada masa ini penerjemahan buku-buku
digalakkan. Beliau menggaji para penerjemah dari
agama kristen dan agama lain yang ahli untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani. Mendirikan
Baitul Hukmah, pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar. Pada masa Al Makmun
Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Demikianlah kemajuan politik dan
kebudayaan yang pernah dicapai oleh
pemerintahan Islam pada masa klasik, sehingga
Islam mencapai masa keemasan dan kejayaan.
Masa keemasan ini mencapai puncaknya pada
masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama,

80
Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam
mengalami masa kemunduran atau disintegrasi.

F. Perkembangan Negara Islam fase Disintegrasi


(1000-1250 M)
Masa disintegrasi dalam bidang politik
sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman
Bani Umayyah, tetapi memuncak di masa Bani
Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah,
dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya,
sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan
Islam. Hal ini berbeda dengan masa pemerintahan
Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah
diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara,
kecuali Mesir. Secara riil, daerah-daerah itu
berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur
propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan
khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.36
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, tidak
ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari

36
Syukur, F. (2009). Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra.

81
tangan Bani Abbas. Rakyat membiarkan jabatan
khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi
karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan
keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu
gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan
di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat
pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil
yang merdeka. Ada kemungkinan bahwa para
khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan
pengakuan dari propinsi-propinsi tertentu, dengan
pembayaran upeti itu.37
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih
menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan islam daripada persoalan politik itu,
propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas
dari genggaman penguasa bani abbas. Kecuali
bani umayyah di spanyol dan idrisiyyah di
marokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap

37
Fitriyani 2012 Islam Dan Kebudayaan,Al Ulum:Jurnal Pemikiran
Dan Penelitian Islam,Vol 12,No 1, Ambon

82
patuh membayar upeti selama mereka
menyaksikan baghdad stabil dan khalifah mampu
mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul.
Namun pada saat wibawa khalifah sudah
memudar, mereka melepaskan diri dari kekuasaan
baghdad.
Menurut watt, sebenarnya keruntuhan
kekuasaan bani abbas mulai terlihat sejak awal
abad kesembilan. Fenomena ini bersamaan
dengan datangnya pemimpin- pemimpin yang
memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi
tertentu yang membuat mereka benar-benar
independen. Kekuatan militer abbasiyah waktu itu
mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya,
para penguasa abbasiyah mempekerjakan orang-
orang profesional di bidang kemiliteran,
khususnya tentara turki dengan sistem
perbudakan(mamluk) baru seperti diuraikan di
atas38. Pengangkatan anggota militer turki ini,
dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi

38
Abdurrahman, D. (2003). Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik
Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI

83
ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah.
Apalagi pada periode pertama pemerintahan
dinasti abbasiyah, sudah muncul fanatisme
kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah
(kebangsaan/anti arab). Gerakan inilah yang
banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan
politik, disamping persoalan-persoalan
keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar
akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan
aliran keagamaan itu, sehingga meskipun
dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan,
seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya
ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh
menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada
diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam
konflik kebangsaan dan keagamaan itu. Dinasti-
dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari
kekuasaan baghdad pada masa khilafah abbasiyah,
diantaranya terdiri dari bangsa persia, turki, kurdi,
dan arab.
Mendekati masa akhir kekuasaan abbasiyah,
tentara turki berhasil merebut kekuasaan khalifah,

84
sehingga khalifah bagaikan boneka yang tidak
dapat berbuat apa-apa. Selanjutnya kekuasaan
abbasiyah dikuasai oleh bani buwaih. Bani
abbasiyah tetap diakui, tetapi kekuasaan dipegang
oleh sultan-sultan buwaihi.
Kekuasaan dinasti buwaihi atas baghdad
kemudian dirampas oleh dinasti seljuk. Seljuk
adalah seorang pemuka suku bangsa turki yang
berasal dari turkestan. Kekuasaan dinasti saljuk,
memicu terjadinya perang salib dalam beberapa
tahap, yang menyebabkan semakin melemahnya
kekuasaan islam, ditambah lagi serangan tentara
mongolia yang bersekutu dengan gereja - gereja
kristen, sehingga menghancurleburkan pusat -
pusat kekusaan islam, sampai jatuhnya bagdad ke
tangan khulagu kan.

G. Islam dan Kebudayaan Indonesia


Islam adalah sebuah agama hukum (religion
of law). Hukum agama diturunkan oleh Allah
SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw., untuk dilaksanakan oleh

85
kaum Muslimin tanpa kecuali, dan tanpa dikurangi
sedikitpun. Dengan demikian, watak dasar Islam
adalah pandangan yang serba normatif dan
orientasinya yang serba legal formalistik. Islam
haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh
hukum-hukumnya dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat pada semua tingkatan.
Secara umum konsep Islam berangkat dua
pola hubungan yaitu hubungan secara vertikal
yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan
sesama manusia. Hubungan yang pertama
berbentuk tata agama (ibadah), sedang hubungan
kedua membentuk sosial (muamalah). Sosial
membentuk masyarakat, yang jadi wadah
kebudayaan. Konsep tersebut dalam penerapannya
tidak terlepas dari tujuan pembentukan hukum
Islam (baca: syari’at) secara umum, yaitu menjaga
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Lebih
spesifik lagi, tujuan agama ialah selamat diakhirat
dan selamat ruhaniah dunia, sedang tujuan
kebudayaan adalah selamat di dunia saja. Apabila
tidak dilaksanakan, terwujud ancaman Allah

86
SWT, hilang kekuasaan manusia untuk
mewujudkan selamat di akhirat. Sebaliknya
apabila mengabaikan hubungan sosial berarti
mengabaikan masyarakat dan kebudayaan. Maka
hilanglah kekuasaan untuk mewujudkan selamat
di dunia, yang di bina oleh kebudayaan.39
Sejak awal perkembangannya, agama-
agama di Indonesia telah menerima akomodasi
budaya. Sebagai contoh Agama Islam, dimana
Islam sebagai agama factual banyak memberikan
norma-norma atau aturan tentang kehidupan
dibandingkan dengan agama-agama lain. Jika
dilihat dari kaitan Islam dengan budaya, paling
tidak ada dua hal yang perlu diperjelas. Pertama,
Islam sebagai konsespsi sosial budaya dan Islam
sebagai realitas budaya. Kedua, Islam sebagai
konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut
dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan
Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little
tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi

39
Thaha Muhammad, Inti sari Ajaran Islam (terj. M. Nur Hasan),
(Bandung: Irsyad Baitussalam, 2003), cet. I, hal 16

87
local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang
“Islamik” yang dipengaruhi Islam.40
Budaya-budaya lokal yang kemudian
berakulturasi dengan Agama Islam antara lain,
acara slametan (3,7,40,100, dan 1000 hari) di
kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh hari).
Dalam bidang seni, juga dijumpai proses
akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa.
Wayang merupakan kesenian tradisional
suku/etnis Jawa yang berasal dari agama Hindu
India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan
kesenian ini melainkan justru memperkayanya,
yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di
dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi
juga di dalam bidang-bidang lain di dalam
masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan
Islam di Indonesia dalam taraf - taraf tertentu
memberikan andil yang cukup besar dalam
pengembangan budaya lokal. Pada sisi lain, secara

40
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-essai Agama, Budaya,
dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, (Bandung:
Mizan, 2001), h. 196.

88
fisik akulturasi budaya yang bersifat material
dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung
Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal,
bertiang saka, dan sebagainya benar-benar
menunjukkan ciri-ciri arsitektur local. Sementara
esensi Islam terletak pada “ruh” fungsi masjidnya.
Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan
paduraksa sebagai ambang masuk masjid di
Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, “wajah
asing” pun tampak sangat jelas di kompleks
Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian
bangunan Tiamah dikaitkan dengan arsitektur
buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian
menara berbentuk mercu suar dihubungkan
dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut.

H. Kesimpulan
 Kemajauan islam pada masa klasik
disebabkan beberapa faktor yaitu semangat
para pejuang islam baik masa rasulullah
sampai khalifah abbasiyah yang benar-benar
menyadari pentingnya menyampaikan

89
dakwah islam, sehingga kekuasaan islam
berkembang luas ke berbagai penjuru dunia.
Di samping jabatan khalifah terutama masa
abbasiyah dipegang oelh tokoh yang kuat
secara politik dan agama.
 Sedangkan kehancurannya banyak
dipengaruhi oleh sifat negatif pemimpinnya
seperti gemar hidup mewah, perebutan
kekuasaan antara khalifah, karena penunjukan
khalifah tidak lagi secara musyawarah seperti
masa khulafaurrasyidin, tetapi secara turun
temurun, sehingga terjadi perang saudara. Di
samping itu, luasnya kekuasaan islam masa
abbasiyah menyulitkan komunikasi antar
dinasti, sehingga dinasti- dinasti yang kecil
banyak yang memperkuat diri sendiri dan
merdeka dari kekuasaan abbasiyah bahkan
ada yang merebut kekuasaan dari tangan
khalifah abbasiyah.
 Agama, budaya dan masyarakat saling
berkaitan dan dibuktikan dengan pengetahuan
agama yang meliputi penulisan sejarah dan

90
figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial.
Argumentasi rasional tentang arti dan hakikat
kehidupan, tentang tuhan dan kesadaran akan
kematian menimbulkan relegi, dan sila
ketuhanan yang maha esa sampai pada
pengalaman agamanya para tasawuf.
 Agama merupakan tempat mencari makna
hidup yang final dan ultimate. Dan pada
gilirannya agama yang diyakini merupakan
sumber motivasi tindakan individu dalam
hubungan sosial dan kembali kepada konsep
hubungan agama dengan masyarakat, di mana
pengalaman keagamaan akan terefleksikan
pada tindakan sosial dan individu dengan
masyarakat yang seharusnya tidak bersifat
antagonis.
 Hubungan agama, kebudayaan dan
masyarakat serta agama berfungsi sebagai alat
pengatur pengontrol dan sekaligus
membudayakannya dalam arti
mengungkapkan apa yang ia percaya dalam
bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk

91
etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat
istiadat dan lain-lain.
 Agama dan Budaya memiliki keter- hubungan
yang erat, yakni agama berperan sebagai
konsepsi budaya dan sebagai realitas budaya
yang terdapat di Indonesia.
 Budaya merupakan hasil dari interaksi antara
manusia dengan segala isi yang ada di alam
raya ini. Dengan kemampuan akal pikiran
yang dimiliki oleh manusia maka manusia
mampu menciptakan suatu kebudayaan.

92
Fungsi Agama Bagi Masyarakat Dan Budaya
Disusun oleh:
Nanda Nurul Azmi, Bunga Jelita & Fawazir

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dibayangi oleh
agama, karena setiap manusia yang lahir ke duni
ini membawa suatu thabi’at dalam dirinya, yaitu
ghazirah tadaayun atau naluri ingin beragama.41
Hal ini memang menjadi fitrah kejadian manusia
yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
selain daripada faktor internal, dorongan manusia
untuk beragama dipengaruhi oleh faktor eksternal
yaitu suasana lingkungan kehidupan dan iklim
dimana ia hidup.42
Peter L. Berger, melukiskan agama sebagai
suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama
merupakan sarana untuk membela diri terhadap

41
Taqiyuddin An Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, (Bogor,
Pustaka Thoriqul Izzah, 2001), hal 39
42
Arifim, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, (Jakarta :
Golden Trayon, 1994), hal 8

93
segala kekacauan yang mengancam hidup
manusia. Agama dapat dipandang sebagai
kepercayaan dan pola prilaku yang diusahakan
oleh suatu masyarakat untuk menangani sebuah
masalah penting yang tidak dapat dipecahkan,
karena agama memeiliki kesanggupan yang
definitive dalam menolong manusia.43
Budaya adalah segala hal yang bersangkutan
dengan akal.44 Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil
adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar diubah.45
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki Bersama oleh kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk system agama dan politik, adat istiadat,

43
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Rosdakarya, 2000),
hal 119
44
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Anilisis Sosiologi
tentang Pelbagai Problrm Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hal 16
45
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Edisi ke-3, (Jakarta:Balai Pustaka,2000), hal 169

94
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.

B. Fungsi Agama Bagi Mayarakat


Pada dasarnya masyarakat terbentuk dari
adanya solidaritas dan consensus. Jika solidaritas
dan consensus dari suatu masyarakat yang oleh
Kuper dan M.G Smith dianggap sebagai unsur
budaya yang digunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari bersumber dari ajaran suatu agama.
Maka fungsi agama adalah sebagai motivasi dan
etos masyarakat. Dalam konteks ini maka agam
memberi pengaruh dalam menyatukan
masyarakat. Sebaliknya agama juga dapat menajdi
pemecah jika solidaritas dan consensus melemah

95
dan mengendur. Kondisi seperti ini akan terlihat
dalam masyarakat yang majemuk dan heterogen.
Karena sikap fanatisme kelompok tertentu dalam
masyarakat majemuk dan heterogen, maka akan
memberi pengaruh dalam mejaga solidaritas dan
consensus Bersama.46
Masalah agama tak akan mungkin dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena
agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya
fungsi agama dalam masyarakat antara lain47 :
1. Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa
ajaran agama yang mereka anut memberikan
ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran
agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan
melarang. Kedua unsur suruh dan larang ini
mempunyai latar belakang mengarahkan

46
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Mayarakat Suatu Pengantar
Sosiologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal 26
47
Mulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan. Jurnal
Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02

96
bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi
baik dan terbiasa dengan yang baik menurut
ajaran agama masing-masing.
2. Berfungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu
menginginkan dirinya selamat. Keselamatan
yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang
diberikan oleh agama kepada penganuytnya
adalah keselamatan yang meliputi dua alam
yaitu dunia dan akhirat.
3. Berfungsi Sebagai Pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau
berdosa dapat mencapai kedamaian batin
melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa
bersalah akan segera menjadi hilang dari
batinnya apabila seorang pelanggar telah
menebus dosanya melalui taubat.
4. Berfungsi Sebagai Social Control
Para penganut agama sesuai dengan ajaran
agama yang dipeluknya terikat batin kepada
tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi
maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh

97
penganutnya dianggap sebagai pengawasan
social secara individu maupun kelompok.
5. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara
psikologis akan merasa meliki suatu kesamaan
dalam satu kesatuan. Rasa kesatuan ini akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan, bahkan kadang-kadang
dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.
6. Berfungsi Transformative
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan
kepribadian seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya. Kehidupan baru yang
diterimanya berdasarkan ajaran agama yang
dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah
kesetiannya kepada adat atau norma kehidupan
yang dianutnya sebelum itu.
7. Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para
penganutnya produktif bukan saja untuk
kepentingan pribadi, tetapi juga untuk

98
kepentingan orang lain. Penganut agama bukan
sja disuruh bekerja secara rutin dalam pola
hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut
untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
8. Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha
manusia, bukan saja yang bersifat agama
ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi.
Segala usaha manusia selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, bila
dilakukan atas niat tulus, karena dan untuk
Allah merupakan ibadah.48
Menurut hukum Islam, agama berfungsi
sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin
dan memperlancar proses interaksi social sehingga
terwujudnya masyarakat yang harmonis, aman
dan sejahtera.49

48
Thouless, Robert. H, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta:
Rajawali, 1992), hal 105
49
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, ( Palangkaraya :
Erlangga, 2011)

99
C. Fungsi Budaya Bagi Masyarakat
Budaya merupakan hasil dari ide, gagasan
serta tindakan dan karya yang dihasilkan oleh
manusia dalam kelompok masyarakat di sebuah
peradaban. Budaya dalam masyarakat memiliki
beberapa fungsi atau kegunaan bagi masyarakat
yang ada di peradaban atau daerah tertentu.
Berikut adalah beberapa fungsi dari budaya bagi
masyarakat50:
1. Sebagai identitas
Maksudnya, adanya budaya adalah identitas
yang menunjukan peradaban suatu masyarakat
atau sebuah negara. Identitas yang dimaksud ini
bisa menjadi pembeda dengan bangsa atau
kelompok masyarakat lain.
2. Sebagai batas
Maksudnya, budaya menjadi penentu batas-
batas yang menciptakan adanya perbedaan
antara kelompok masyarakat atau bangsa satu
dnegan kelompok atau bangsa lain. Adanya

50
https://www.kozio.com/pengertian-budaya/ (diakses pada tanggal
23 juli 2021, pukul 10.29)

100
budaya inilah yang membuat sebuag negara
menjadi unik.
3. Pembentuk perilaku dan sikap
Budaya dalam hal ini bertindak sebagai sebuah
mekanisme yang membuat kendali,
memberikan makna serta menuntun sekaligus
membentuk perilaku dan sikap dari
sekelompok masyarakat.
4. Sebagai komitmen
Maksudnya adalah adanya budaya yang akan
memfasilitasi adanya komitmen atas suatu hal
dalam kelompok masyarakat yang bernilai
lebih besar dari kepentingan masing-masing
individu. Karena itu dibutuhkan budaya dalam
peradaban sebuah kelompok masyarakat.

5. Sebagai media komunikasi


Budaya yang terdiri atas berbagai bentuk bisa
juga menjadi media komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau

101
makna tertentu melalui produk budaya tersebut,
seperti melalui budaya tari, music dan
sebagainya.

D. Kesimpulan
Masalah agama tak akan mungkin dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena
agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya
fungsi agama dalam masarakat antara lain :
berfungsi edukatif, berfungsi penyelamat,
berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai
social control, berfungsi sebagai pemupuk rasa
solidaritas, berfungsi transformative, berfungsi
kreatif dan berfungsi sublimatif.
Menurut hukum Islam, agama berfungsi
sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin
dan memperlancar proses interaksi social sehingga
terwujudnya masyarakat yang harmonis, aman
dan sejahtera.
Adapun Budaya merupakan hasil dari ide,
gagasan serta tindakan dan karya yang dihasilkan

102
oleh manusia dalam kelompok masyarakat di
sebuah peradaban. Budaya dalam masyarakat
memiliki beberapa fungsi atau kegunaan bagi
masyarakat yang ada di peradaban atau daerah
tertentu. Fungsi budaya bagi masyarakat antara
lain sebagai identitas, batas, perilaku dan sikap,
komitmen, serta sebagai media komunikasi.
Hubungan agama, kebudayaan dan
masyarakat serta agama berfungsi sebagai alat
pengatur pengontrol dan sekaligus
membudayakannya dalam arti mengungkapkan
apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya
yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur
masyarakat, adat istiadat dan lain-lain.

103
Agama sebagai Sistem Pengetahuan dan Simbol
Disusun oleh:
Ima & Ijlal Fathur Rahman

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan dan Agama adalah dua
entitas yang menduduki posisi penting dalam
filsafat ilmu. Keduanya merupakan objek yang
menarik untuk diperbincangkan. Posisi kedua
cabang disiplin ilmu tersebut saling memberikan
nilai positif dalam menjawab persoalan-persoalan
kehidupan dan kemanusiaan. Hal itu disebabkan
oleh fitrah manusia sebagai mahluk berfikir yang
selalu menghendaki rasionalitas. Manusia juga
mengalami dan menyaksikan problema-problema
yang terkait dengan dimensi-dimensi misteri
dalam kehidupan yang tidak dapat dipecahkan
kecuali dengan merujuk pada agama, sehingga
eksistensi agama—yang selain—sebagai sistem
kepercayaan yang mengharuskan adanya
kebenaran, juga sebagai tindakan praktis terhadap
aplikasi kepercayaan (iman) yang telah diakui

104
kebenaraanya melalui metodologi ilmu
pengetahuan yang telah disepakati kebenarannya.
Karya ilmiah ini, fokus kajiannya tentang
agama sebagai sistim pengetahuan dan simbol.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis sadar
bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan
sehingga membutuhkan saran yang membangun
demi terciptanya kebenaran yang seutuhnya.

B. Agama Sebagai Sistem Pengetahuan


Kata agama, dikenal dengan kata din dari
bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa.
Agama berasal dari kata Sanskrit. Satu pendapat
mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata,
a= tidak dan gam= pergi, jadi tidak pergi, tetap di
tempat, diwarisi turun temurun. Agama memang
mempunyai sifat demikian. Ada lagi pendapat
yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau
kitab suci. Dan agama memang mempunyai kitab-
kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam
berarti tuntunan. Memang agama mengandung

105
ajaran-ajaran yang menajdi tuntunan hidup bagi
penganutnya.51
Dalam berbagai sumber, kata “agama”
diberi arti tidak kacau atau teratur. Maksudnya,
orang yang beragama memiliki pedoman yang
dapat membuat hidupnya teratur dan tidak kacau.
Agama dipahami sebagai keadaan atau sifat
kehidupan orang-orang yang beragama.
Pengertian ini lebih menunjuk pada hasil atau
dampak dari keberagamaan, bukan pada agama itu
sendiri. Dengan agama, seseorang atau suatu
masyarakat akan hidup tertib dan teratur.52
Menurut Muhammad Abduh, agama
merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga
mengajarkannya kepada umat manusia, dan
membimbing manusia untuk menjalankanya.
Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi

51
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta:
UI Press, 1985), 9.
52
Adon Nasrullah Jamaludin, Agama dan Konflik Sosial: Studi
Kerukunan Umat
Beragama, Radikalisme, dan Konflik Antarumat Beragama
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), 67.

106
orang-orang yang ingin kabar gembira dan sedih.
agama menurut sebagian orang merupakan
sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang
sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa
untuk menemukan keyakinan. Agama dengan
eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan
segala apa yang pernah ada, membuatnya berbeda
dengan dengan segala yang pernah dimiliki
manusia. Agama membuat orang melakukan
aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang
diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun
ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia
lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala
dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah.
Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia
juga berperan aktif membimbing manusia untuk
memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang
manusia layaknya seorang yang berada diujung
pedang, jika salah maka orang tersebut mati
olehnya, tetapi agama agama datang sebagai
penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia
tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat

107
mustahil memisahkan kehidupan manusia dari
agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas
operasi dari kulit manusia.53
Sedangkan Clifford Geertz menyatakan
bahwa agama, sebagai sistem kebudayaan, tidak
terpisah dengan masyarakat. Agama tidak hanya
seperangkat nilai yang tempatnya diluar manusia
tetapi agama juga merupakan sistem pengetahuan
dan sistem simbol yang mungkin terjadinya
pemaknaan.54
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem
pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai
suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu,
hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai
pengetahuan. James menjelaskan, ilmu
pengetahuan adalah rangkaian konsep dan
kerangka konseptual yang saling berkaitan dan

53
Muhammad Abduh, Islam; Ilmu Pengetahuan dan Msyarakat
Madani,terj olehHaris Fadillah (Jakarta: Raja Grafindo, 2004) hal.4.
54
Nur Syam, Madzhab-Madzhab Antropologi, (Yogyakarta: LkiS,
2007), 13.

108
telah berkembang sebagai hasil percobaan dan
pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami
sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai
penyeledikan yang berkesinambungan.55
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan
upaya menyingkap realitas secara tepat dengan
merumuskan objek material dan objek
formal.Upaya penyingkapan realitas dengan
memakai dua perumusan tersebut adakalanya
menggunakan rasio dan empiris atau
mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah
kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu
pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia
alam semesta dan mengeksploitasinya untuk
kepentingan manusia.
Jadi agama sebagai sistem ilmu pengetahuan
dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan
mikroskop. Mikroskop telah membantu indera
mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat
bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh

55
Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1938), 37.

109
mata telanjang. Demikian pula benda langit yang
sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa
dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh.
Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah
membantu akal untuk memecahkan masalah-
masalah rumit yang diamati oleh indera.56 Jika ini
hanya dilakukan oleh akal semata maka akan
menyesatkan manusia.

C. Agama Sebagai Sistem Simbol


Simbol adalah tanda sakral dalam kehidupan
keagamaan. Simbol terdiri dari berbagai sistem,
model dan bentuk yang berhubungan dengan
manusia sesuai dengan kebutuhannya. Simbol
adalah ciri khas agama, karena simbol lahir dari
sebuah kepercayaan, dari berbagai ritual dan etika
agama. Simbol dimaknai sebagai sebuah tanda
yang dikulturkan dalam berbagai bentuknya sesuai
dengan kultur dan kepercayaan masing-masing
agama. Kultur ini kemudian melahirkan sebuah

56
Utang Wijaya, Kuliah Ilmu Pemerintahan,(pdf.microsoft power
point).

110
sistem dan struktur simbol yang dapat membentuk
manusia menjadi homo simbolicus dalam tipe atau
pola religiusnya.57
Simbol atau lambang sebagai sarana atau
mediasi untuk membuat dan menyampaikan suatu
pesan, menyusun sistem epistimologi dan
keyakinan yang dianut58. Agaknya penting untuk
dibedakan antara tanda dan lambang. Tanda
adalah suatu kesatuan yang kompleks, terdiri dari
suatu unsur, yang bersifat materia lserta suatu
unsur yang matematerial, yaitu signifikansi yang
bersatu padu dengan yang material, tetapi yang
memberi ketentuan terhadapnya dan melebihinya.
Signifikansi atau arti adalah sifat yang dimiliki
oleh suatu realitas maierial untuk dapat
mengarahkan kita kepada suatu realitas lain dari
dirinya sendiri. Suatu tanda dapat bersifat natural
apabila hubungan antara tanda dengan yang

57
M. Husein A. Wahab, “Simbol-Simbol Agama”, Jurnal Substantia,
Vol 12, No. 1, Th.2011, hal. 78.
58
Sujono Soekamto, Sosioligi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001, hal. 187.

111
diisyaratkan timbul dari sifat kodrati mereka
masing-masing, seperti asap sebagai tanda ada api
maupun konvensional apabila hubungan antara
keduanya merupakan hasil konvensi atau
kebiasaan. Lambang adalah tanda analog (sebuah
tanda yang mempunyai dua atau beberapa
signifikansi, dimana signifikansi yang satu
menunjuk pada signifikansi yang lain, contoh
gelap dan sinar) yang arti pertamanya cukup jelas,
tetapi arti keduanya memerlukan satu penjelasan
supaya menjadi terang.59
Simbol adalah representasi dari sebuah
gagasan, ini di contohkan seperti Ka’bah sebagai
benda sakral juga menjadi simbol umat Islam.
Umat Islam diperintahkan untuk shalat
menghadap Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat
umat Islam. Adapun dalam sejarah pemikiran,
istilah simbol memiliki dua arti yang sangat
berbeda dalam pemikiran dan praktek keagamaan,
simbol dapat dianggap sebagai gambaran

59
Khadziq, Islam dan Budaya Lokal, Yogyakarta: Teras, 2009, hal.
157-158.

112
kelihatan dari realitas transenden, dalam sistem
pemikiran logis dan ilmiah.
Adapun fungsi simbol adalah :
1. Simbol memungkinkan manusia untuk
berhubungan dengan dunia material dan
sosial dengan membolehkan mereka
memberi nama, membuat katagori, dan
mengingat objek-objek yang mereka
temukan dimana saja. Dalam hal ini
bahasa mempunyai peran yang sangat
penting.
2. Simbol menyempurnakan manusia untuk
memahami lingkungannya.
3. Simbol menyempurnakan kemampuan
manusia untuk berfikir. Dalam arti ini,
berfikir dapat dianggap sebagai interaksi
simbolik dengan diri sendiri.
4. Simbol meningkatkan kemampuan
manusia untuk mecahkan persoalan
manusia. sedangkan manusia bisa
berfikir dengan menggunakan simbol-

113
simbol sebelum melakukan pilihan-
pilihan dalam melakukan sesuatu.
5. Penggunaan simbol-simbol
memungkinkan manusia bertransendensi
dari segi waktu, tempat dan bahkan diri
mereka sendiri. Dengan menggunakan
simbol-simbol manusia bisa
membayangkan bagaimana hidup dimasa
lampau atau akan datang. Mereka juga
bisa membayangkan tentang diri mereka
sendiri berdasarkan pandangan orang
lain.
6. Simbol-simbol memungkinkan manusia
bisa membayangkan kenyataan-
kenyataan metafisis seperti surga dan
neraka.
Simbol-simbol memungkinkan manusia
agar tidak diperbudak oleh lingkungannya.
Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam

114
mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka
perbuat.60
Dalam uraian di atas telah disinggung bahwa
agama merupakan sistem kebudayaan dan oleh
karena itu berarti pula sebagai sistem simbol,
sehingga untuk mengkaji agama sangat relevan
dengan menggunakan perspektif hermeneutik.
Agama yang dimaksud di sini adalah agama yang
melekat pada diri manusia, dan bukan agama yang
ada di sisi "Tuhan". Geertz menjelaskan tentang
definisi agama kedalam lima kalimat, yang
masing-masing saling mempunyai keterkaitan.
Definisi agama menurut Geertz :
1. Agama sebagai sebuah system budaya
berawal dari sebuah kalimat tunggal yang
sistem simbol yang bertujuan.
2. Membangun suasana hati dan motivasi
yang kuat, mudah menyebar dan tidak
mudah hilang dalam diri seseorang
dengan cara.

60
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pusaka,
2007, hal. 110.

115
3. Merumuskan tatanan konsepsi kehidupan
yang umum.
4. Melekatkan konsepsi tersebut pada
pancaran yang factual.
5. Yang pada akhirnya konsepsi tersebut
akan terlihat sebagai suatu realitas yang
unik.61
Definisi diatas cukup menjelaskan secara
runtut keseluruhan keterlibatan antara agama dan
budaya. Pertama, sistem simbol adalah segala
sesuatu yang membawa dan menyampaikan ide
kepada seseorang. Ide dan simbol tersebut bersifat
public, dalam arti bahwa meskipun masuk dalam
pikiran pribadi individu, namun dapat dipegang
terlepas dari otak individu yang memikirkan
simbol tersebut. Kedua, agama dengan adanya
simbol tadi bisa menyebabkan seseorang
marasakan, melakukan atau termotivasi untuk
tujuan-tujuan tertentu. Orang yang termotivasi
tersebut akan dibimbing oleh seperangkat nilai

61
Khadziq, Islam dan Budaya Lokal, hal. 162-163.

116
yang penting, baik dan buruk maupun benar dan
salah bagi dirinya. Ketiga, agama bisa membentuk
konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi.
Dalam hal ini agama terpusat pada makna final
(ultimate meaning), suatu tujuan pasti bagi dunia.
Keempat, konsepsi–konsepsi dan motivasi
tersebut membentuk pancaran faktual yang oleh
Geertz diringkas menjadi dua, yaitu agama
sebagai “etos”dan agama sebagai “pandangan
hidup”. Kelima, pancaran faktual tersebut akan
memunculkan ritual unik yang memiliki posisi
istimewa dalam tatanan tersebut, yang oleh
manusia dianggap lebih penting dari apapun.62
Geertz mencontohkan upacara ritual di Bali
sebagai pencampuran antara etos dan pandangan
dunia. Pertempuran besar antara dukun sihir
Rangda dan Monster Barong aneh. Penonton
terhipnotis masuk dalam tontonan tersebut dan
mengambil posisi mendukung salah satu karakter,
yang pada akhirnya ada beberapa yang jatuh tidak

62
Ibid, hal.162-163.

117
sadarkan diri. Drama tersebut bukan sekedar
tontonan, melainkan kegiatan ritual yang harus
diperankan. Agama di Bali begitu sangat khas dan
spesifik hingga tatanan tersebut tidak bisa diubah
menjadi suatu kaidah umum bagi semua agama.
Simbol merupakan sesuatu, yang dengannya
proses-proses yang berada di luar sistem-sistem
simbol itu dapat diberi sebuah bentuk tertentu.
Dengan mendefinisikan agama sebagai sistem
simbol, berarti Geertz juga memandang bahwa
dalam satu segi agama merupakan bagian dari
sistem budaya. Seseorang proses belajar atau
pencarian bagi yang bersangkutan.63
Agama maupun tingkah laku agama
seseorang merupakan simbol dari pengalaman-
pengalamannya tentang sesuatu realitas.
Seseorang memeluk agama tertentu dikarenakan
ada sebab-sebab lingkungan yang
mempangaruhinya. Berbagai sistem pengetahuan
yang ada dalam pikirannya tentang agama inilah

63
Ibid, hal.163.

118
selanjutnya melahirkan berbagai macam tingkah
laku agama yang akan selalu berbeda
antarseseorang dengan yang lain. Oleh karena itu
menurut Geertz, setiap studi agama menuntut dua
tahapan operasi. Pertama, orang harus
menganalisis serangkaian makna yang terdapat
dalam simbol-simbol agama lahir sendiri. Kedua,
yang lebih sulit, karena simbol sangat
berhubungan dengan struktur masyarakat dan
psikologi individu para anggotanya, hubungan-
hubungan itu harus ditemukan di sepanjang sirkuit
sinyal yang terus-menerus diberi, diterima, dan
dikembalikan. Simbol merupakan unit terkecil
dari suatu ritual, yang mengandung sifat-sifat
khusus dari tingkah laku ritual itu, serta
merupakan unit terpokok dari struktur spesifik
dalam ritual.64
Contoh agama sebagai sistim simbol seperti
yang telah penulis tulis di atas, bahwa dalam
Islam, simbolisme dalam beberapa hal juga

64
Ibid., hal. 165.

119
menjadi bagian dari ajaran. Ka’bah sebagai benda
sakral juga menjadi simbol umat Islam. Umat
Islam diperintahkan untuk shalat menghadap ke
Kiblat, dimana Ka’bah menjadi kiblat umat Islam.
Perintah agar umat Islam menghadap ke Ka’bah
tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
144.
Contoh lain dalam kebudayaan lokal adalah
seperti sedekah laut. Tradisi ini menyimbolkan di
daerah Cilacap. Kemudian, contoh lain adalah
kenduri dan selamatan sebagai salah satu solusi
dari kebiasaan upacar sejenis yang menu hidangan
utamanya daging, ikan, nasi tumpeng dan air teh.
Kenduri ini dalam tradisi masyarakat Jawa yang
diniatkan sebagai sedekah dalam bentuk makan-
makan setelah berdo’a dan bersyukur
sebagaimana yang telah Nabi anjurkan, agar
berbagi suka dalam bentuk hidangkan makanan
bagi sesamanya. Masih banyak lagi ritual-ritual
yang menjadi simbol kebudayaan lokal.65

65
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta:
Narasi, 2010, hal. 62-67.

120
D. Kesimpulan

Simbol adalah lambang atau tanda yang


berbicara tanpa kata-kata dan menulis tanpa ada
tulisan, terdiri dari sejumlah sistem dan model
yang disakralkan di dalam kehidupan keagamaan.
Agama mempengaruhi kebudayaan dalam
pembentukannya, nilainya adalah agama,
simbolnya adalah budaya. Misalnya, bagaimana
shalat mempengaruhi bangunan. Kebudayaan
dapat mempengaruhi simbol agama. Dan tak dapat
dipungkiri dengan sendirinyalah ritual-ritual
kebudayaan menjadi sebuah simbol dalam
kehidupan kita.
Jadi, dapat dijabarkan secara singkat bahwa
setiap masyarakat memiliki budaya yanag
berbeda-beda, karena budaya mereka yang
berbeda-beda pastilah muncul sebuah
permasalahan. Dari sebuah permasalahan itu
kemudian masyarakat mencari jalan keluar atau
solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Dari solusi itulah menghasilkan sebuah sistem

121
pengetahuan agama yang mana ada berbagai
macam tingkah laku agama yang berbeda-beda.
Berbagai macam tingkah laku inilah yang disebut
dengan sistim simbol. Sebagai salah satu
contohnya adalah ritual. Ritual disini adalah
sebagai bentuk pemahaman terhadap sebuah
permasalahan yang akhirnya menemukan atau
lebih tepatnya memunculkan sebuah solusi. Solusi
disini dimaksudkan seperti ritual-ritual dalam
kebudayaan lokal tersebut. Seperti yang telah
penulis sebutkan kenduri, sedekah laut dan masih
banyak lagi. Itulah hasil dari solusi yang
dimaksudkan.

122
Islam dan Budaya dalam Sejarah Politik di Indonesia
Disusun oleh:
Fithri Zulfa Alifah, Lubna Sari & Ismail

A. Latar Belakang
Agam Islam merupakan agama yang
universal, syumul atau yang menyeluruh yang
membawa konsep terhadap seluruh umat Islam.
Dalam Islam tidak hanya membahas persoalan
ibadah, namun membahas hal permasalahan
mengenai konsep politik perekonomian,
penegakan hukum, dsb. Contohnya dalam bidak
politik Islam mendudukannya sebagai sarana
penjagaan urusan umat. Islam dan politik
integratif (kebijakan pemerintah) pada beberapa
pemikir dan politisi muslim yang hadir dari masa
ke masa dengan pemikiran dan pola
perjuangannya yang berbeda-beda.
Politik Islam merupakan penggabungan
antara Islam dengan kekuasaan dan negara yang
melahirkan sikap dan perilaku politik (political
behavior) serta budaya politik (political culture)

123
yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Islam dan
politik tidak boleh dipisahkan, karena Islam tanpa
politik akan melahirkan terbelenggunya kaum
muslimin yang tidak mempunyai kebebasan dan
kemerdekaan melaksanakan syariat Islam. Begitu
pula politik tanpa Islam, hanya akan melahirkan
masyarakat yang mengagungkan kekuasaan,
jabatan, bahan dan duniawi saja, kosong dari
aspek moral dan spiritual. Oleh karena itu, politik
dalam Islam sangat penting bagi mengingatkan
kemerdekaan dan kebebasan melaksanakan
syariat Islam boleh diwadahi oleh politik.

B. Pengertian Islam dan Budaya serta Sejarah


Politik di Indonesia
Menurut Harun Nasution, Islam adalah
agama yang di wahyukan Allah kepada manusia
melalui Nabi Muhammad Saw, sebagai rasul66.
Allah Swt dalam menyampaikan wahyunya

H. Abd. Rozak dan H. Ja’far, Studi Islam di Tengah Masyarakat


66

Majemuk (Islam Rahmatan Lil Alamin), (Tangerang Selatan:


Yayasan Asy-Syariah Modern Indonesia, 2019) hlm 4.

124
disampaikan melalui perantara yaitu Malaikat
Jibril. Dengan demikian, maka agama Islam
adalah agama Allah Swt yang disampaikan untuk
manusia melalui Muhammad Saw sebagai rasul
Allah Swt yang mendapatkan wahyu Allah Swt
dengan perantara malaikat Jibril.67
Agama Islam adalah agama yang berasal
dari Allah Tuhan pencipta dan pemelihara alam
jagat ray aini, Allah mempunyai sifat suci dan
absolut, dimana kebenaran dan perintah-Nya tidak
dapat ditolak oleh manusia. Norma-norma akhlak
yang diajarkan Islam mempunyai pengaruh besar
dalam membina manusia untuk berakhlak mulia
dan berbudi pekerti luhur.68
Islam bukanlah sekedar agama yang
memenuhi kebutuhan rohani saja, yang dimana
umat muslim semata-mata hanya beribadah ke
Masjid dan berdoa kepada Allah. Bukan pula
sekedar ajaran ideologi yang harus dianut oleh
para pemeluknya. Islam tentu tidak hanya

67
Loc.cit
68
Loc.cit

125
mempunyai seperangkat prinsip dasar atau aturan
yang digunakan untuk membangun sistem
masyarakat saja. Melainkan Islam adalah agama
yang komprehensif, yakni meliputi seluruh aspek
kehidupan. Sebab Islam adalah agama yang sangat
sempurna, Allah SWT lah yang menjadikan
agama yang sempurna ini sebagai anugerah bagi
seluruh umat muslim. Salah satunya yaitu
mengenai aspek budaya dan politik.
Sedangkan budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktifitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.69

69
https://www.gurupendidikan.co.id/budaya-indonesia/ (diakses
pada tanggal 16 Juli 2021, pukul 13:09)

126
Islam dan budaya tentu merupakan
pembahasan yang sangat menarik, dimana Islam
sebagai agama universal menjadi rahmat bagi
semesta alam, dan dengan adanya agama Islam di
muka bumi ini, Islam berbaur dengan budaya lokal
(local culture). Sehingga baik Islam maupun
budaya tidak dapat dipisahkan. Melainkan
menjadi dua komponen yang saling mendukung.
Menurut Bacthiar Effendy (1998:54)
hubungan antara Islam dan politik di Indonesia
memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal tersebut
ditandai dengan awal masuknya Islam ke
Indonesia sekitar abad ke 13 M Islam juga
mempunyai peranan penting dalam kerajaan.
Kerajaan Nusantara dalam hal ini ulama menjadi
aktor penting di dalam kerajaan dan menjadi alat
justifikasi sultan sehingga Islam mampu
menancapkan pengaruhnya dalam sejarah
Indonesia.70

70
Muhammad Fakhry Ghafur Pemikiran Politik Islam Dalam
Perspektif Sejarah. Hlm. 154

127
Saat Belanda mulai memasuki Indonesia,
banyak pergerakan-pergerakan Islam yang
bersifat lokal tradisional maupun yang bersifat
modern menjadi motor perlawanan atau
penggerak perlawanan terhadap penjajah untuk
meraih kemenangan. Dalam bukunya Dr.
Muhammad Iqbal membagi sejarah pemikiran
politik Islam Indonesia kedalam lima periode,
yaitu periode menjelang kemerdekaan, periode
demokrasi liberal yang berakhir hingga 1959,
periode demokrasi terpimpin yang berakhir
sejalan dengan kegagalan pemberontakan G-30
S/PKI 1965 serta periode orde baru yang berakhir
1998 yang dilanjutkan dengan era reformasi.71
1. Politik Islam Era Penjajahan Belanda
Sejak kepulauan Nusantara berada di
bawah kekuasaan Belanda, satu persatu
kerajaan Islam mulai runtuh. Saat itu Belanda
belum mencampuri urusan umat Islam karena
belum mengetahui sistem sosial Islam. Bahkan

71
Loc.cit

128
lebih cenderung memberikan ruang bagi umat
Islam dalam mengembangkan hukum Islam.
Sehingga pemerintah Belanda mengeluarkan
perintah kepada Bupati agar tidak menganggu
urusan umat Islam. Akan tetapi semenjak
kedatangan Snock Hurgronye (penasehat
urusan bumi dan arab, pemerintah Belanda
lebih berani membuat kebijakan tentang Islam
karena Snock mempunyai pengalaman
penelitian di Jawa dan Aceh. Kebijakan yang
dibuat pemerintah Belanda tersebut banyak
merugikan umat Islam sehingga munculnya
banyak perlawanan dikalangan umat Islam.
Tidak sedikit ulama memiliki peranan penting
sebagai motor perlawanan terhadap pemerintah
Belanda atau penjajah. Seperti Cut Nyak Dien
dan Teuku Umar di Aceh, Tuanku Imam
Bonjol pada perang paderi di Minangkabau,
Pangeran Antasari di Kalimantan, dan masih
banyak lagi perlawanan-perlawanan dari tokoh
agama masyarakat di Indonesia.

129
Namun di tengah perlawanan melawan
penjajah, Belanda merangkul kaum adat yang
pada dasarnya beragama Islam. Sehingga
munculnya banyak bertentangan antara
kelompok tokoh agama dan kelompok tokoh
adat/netral agama.

2. Politik Islam Indonesia Menjelang


Kemerdekaan
Pada periode awal abad ke-20 mulai
muncul organisasi-organisasi Islam yang
bergerak dalam bidang politik maupun bidang
sosial keagamaan. Adapun organisasi yang
muncul pada masa ini antara lain: Sarekat Islam
yang sebelumnya Bernama Sarekat Dagang
Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam,
Nahdatul Ulama, Persatuan Tarbiyah
Islamiyah, Persatuan Muslimin Indonesia.
Ketika Jepang menjajah (1942-1945),
mencari simpati dari kaum muslimin yang
berperan penting di Nusantara menjadi langkah
pertama mereka dalam pendekatan. Dimana

130
Jepang menerapkan kebijakan yang
mengakomodasi kepentingan umat Islam
seperti pembentukan Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI) yang kemudian berubah
menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(MASYUMI). Selain kebijakan tersebut
Jepang juga membentu Kantor Urusan Agama
untuk kepentingan umat Islam dan memberikan
dukungan kepada organisasi kepemudaan
Islam dengan memberikan latihan perang.
Kekuatan Jepang melemah akibat kalah
perang melawan sekutu, hingga menyebabkan
Jepang menjanjikan kemerdekaan dengan
mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) yang memiliki tujuan untuk
merumuskan masalah dasar hubungan antara
kepala negara, kabinet dan parlemen. Di
BPUPKI inilah banyak bermunculan
perdebatan ideologis antara tokoh Islam yang
mengusung Islam sebagai dasar negara dan
nasional sekuler serta kelompok kebudayaan

131
Jawa dari Jawa Tengah. Berikut tokoh-tokoh
yang memperjuangkan Islam, antara lain:
K.H.A. Sanusi, Ki Bagus Hadikusumo, K.H
Mas Mansyur, K.H.A. Wachid Hasyim.
Sedangkan pendukung nasionalis sekuler
antara lain: Soekarno, Moch. Hatta, Radjiman
Wedyodiningrat, Ahmad Soebarjo, Soepomo,
dan Wongso Negoro.
Akhirnya melalui tim sembilan
ditetapkanlah piagam Jakarta yang pada sila
pertamanya berbunyi: “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluk nya”. Namun pihak Kristen
merasa keberatan hingga dibatalkannya
keputusan tersebut. Yang pada awalnya syariat
Islam menjadi acuan dalam kehidupa
bernegara, umat Islam harus mengorbankan
keinginan mereka demi menerima urusan lain,
sehingga berbunyi “Ketuhanan yang Maha
Esa”.

132
3. Politik Islam Era Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal ditandai dengan
keluarnya maklumat X Bung Hatta pada tahun
1945, yang berisi bahwa rakyat diberi
kesempatan untuk mendirikan partai politik dan
menyalurkan aspirasi politiknya. Tentu tokoh-
tokoh Islam mengharapkan pemilu ini segera
berlangsung. Namun karena kondisi Indonesia
belum stabil pemilu di Indonesia belum bisa
dilaksanakan walaupun maklumat Bung Hatta
tersebut telah keluar. Pada tahun 1955 pemilu
pertama di Indonesia dilaksanakan. Dari
pemilu tersebut terdapat tiga ideologi yang
menjadi suara terbesar, yaitu islam, nasionalis,
dan komunis. Adapun juru bicara penting
dalam penegakkan Islam sebagai dasar negara
adalah Muhammad Natsir, Saifuddin Zuhri,
Zainal Abidin Ahmad, Osman Raliby, Syukri
Ghazali, Hasbi Asy-syidiqi, Buya Hamka, K.H
Mansur dan Kasman Singodimejo. Mereka
beranggapan bahwa Pancasila yang dipakai

133
sebagai dasar negara adalah netral dan tidak
memiliki moral relegius.
Sebaliknya pihak yang mendukung
pancasila tidak kalah gencarnya untuk
mempertahankan pendirian mereka. Adapun
tokoh-tokoh nya antara lain Ruslan Abdul
Ghani, Sultan Takdir Alisjahbana, Arnold
Monunutu, Soedjatmoko dan Suwirjo. Mereka
tentu menentang pendapat kalangan Islam dan
menyatakan bahwa pancasila memiliki haluan
sekuler. Ditengah pergolakan tersebut presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959.
Dimana Beliau membubarkan konstituante dan
menyatakan Indonesia kembali kepada UUD
1945. Dari dekrit tersebut akhirnya kelompok
Islam kembali mengalah dalam
memperjuangkan ajaran agama Islam sebagai
dasar negara.
4. Politik Islam Era Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin dikenal dengan
keluarnya dekrit oleh Soekarno yang
menandakan era baru dalam peta politik

134
Indonesia. Masa ini merupakan masa tersulit
umat Islam dalam memperjuangkan Islam
sebagai dasar negara. Dengan terobsesinya
Soekarno menjadi penguasa mutlak ia
membubarkan partai masyumi dan mulai
memberlakukan demokrasi terpimpin. Ia
membubarkan partai masyumi karena dianggap
telah menentang revolusi yang dianggap
Soekarno belum selesai dan menjadi penyebab
lahirnya gerakan sparatis di beberapa daerah.
Dimana berujung dengan penangkapan tokoh-
tokoh besarnya. Sedangkan tiga partai islam
lainnya (NU, PSII, dan Perti) mulai
menyesuaikan diri politik demokrasi terpimpin
ala Soekarno.
5. Politik Islam Era Orde Baru
Periode ini ditandai dengan gagalnya
pemberontakan G-30 S/PKI dan hancurnya
kekuasaan Soekarno dengan memberikan
mandat kepada Soeharto melalui Surat Perintah
Sebelas Maret (SUPERSEMAR). Yang Pada
awalnya masa orde baru ini memberikan

135
harapan bagi umat Islam. Dimana mereka
berkeinginan untuk menampilkan kembali
masyumi sebagai wadah perjuangan
menegakkan Islam. Maka umat Islam pun
berusaha menyusun kembali kekuatannya
untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara.
Ternyata usaha umat muslim
mendapatkan hambatan, pemerintah Soeharto
yang didukung oleh militer tidak mengizinkan
masyumi untuk berdiri kembali karena pernah
melakukan kesalahan besar yaitu terlibat dalam
pemberontakan PRRI.
Uniknya Soekarno maupun Soeharto
memandang partai politik berlandaskan Islam
merupakan pesaing kekuasaan yang potensial,
yang dapat merobohkan landasan negara
nasionalis. Dengan inilah kurang lebih empat
decade pemimpin tersebut berupaya untuk
menjinakkan dan melemahkan partai-partai
Islam. Masa orde baru menjadi masa kelam
umat Islam, jangankan untuk memikirkan cita-
cita negara Islam untuk mentransformasi sistem

136
tirani ke demokrasipun harus menunggu
jatuhnya Soeharto pada tahun 1998.
6. Politik Islam Era Reformasi
Era reformasi banyak melahirkan partai
Islam atau partai berbasis dengan dukungan
masa Islam seperti PPP, PSII, PUI, Partai
Masyumi baru, PBB, PKS, PNU, PAN, PKB,
dsb. Reformasi seakan-akan menjadi nafas baru
bagi perkembangan sosial, hukum, kebasan
pers, dan politik di Indonesia. Begitu juga
dengan kelahiran partai-partai Islam namun ada
sebuah keironian ketika partai Islam yang
tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Hal ini
menimbulkan kesan dari parpol Islam seakan
bersain menjadikan partainya sebagai alternatif
tunggal dalam mengisi posisi kepemimpinan
pasca ditinggal Soeharto.
Masa reformasi juga membuat para
ulama terpolarisasi sedemikian rupa dimana
pada saat pemilu pada tahun 1999 diwarnai
menghamburnya para Kiai untuk membela
partai politiknya masing-masing sesuai

137
keulamaan mereka. Kelahiran partai-partai
tersebut merupakan buah euforia politik yang
tidak terelakkan dari proses reformasi.
Lahirnya reformasi memberikan angin segar
bagi kebebasan warga negara untuk berserikat
dan berkelompok yang selama 30 tahun telah
terkekang oleh kekuasaan absolut sentralistik.

C. Hubungan Islam dengan Demokrasi


Berbicara mengenai hubungan Islam dengan
demokrasi pada dasarnya sangat aksiomatis
karena Islam adalah agama dan risalah yang
mengandung asas-asas yang mengatur ibadah,
akhlak, dan muamalat manusia. Adapun
demokrasi ialah suatu sistem pemerintahan dan
mekanisme kerja antar anggota masyarakat dan
merupakan simbol yang dipercaya banyak
membawa nilai-nilai positif. Secara garis besar
wacana Islam dan demokrasi terdapat tiga
pemikiran yaitu:
1. Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang
berbeda

138
Kelompok ini disebut sebagai islam
ideologis yang memandang islam sebagai
sistem alternatif demokrasi, sehingga
demokrasi tidak tepat untuk dijadikan acuan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut pemikiran mereka bahwa
pemerintahan demokrasi itu berasal dari barat
sedangkan barat bukanlah islam atau kafir.
Ringkasnya, kelompok ini beranggapan bahwa
demokrasi merupakan sistem kafir karena telah
meletakkan kedaulatan pada tangan rakyat
bukan Tuhan. Adapun tokoh dari kelompok ini
ialah Taqiyuddin an-Nabhani dengan partainya
Hizbut Tahrir dimana kelompok ini
berpendapat bahwa demokrasi tertolak secara
syar’i. Mereka menganggap bahwa prinsip
pemilu itu secara jelas melanggar asas wakalah
atau materi yang diwakilkan didasarkan asas
demokrasi, dimana bagi kelompok ini hal
tersebut adalah batil.

139
2. Islam berbeda dengan demokrasi
Kelompok ini sepakat dengan prinsip
demokrasi dalam islam namun tetap mengakui
adanya perbedaan antara islam dan demokrasi
yang apabila demokrasi tersebut didefinisikan
sesuai prosedur sebagaimana yang dipahami
dan dipraktekkan oleh negara-negara barat.
Adapun konsep demokrasi itu sendiri sejalan
dengan islam namun terdapat perbedaan antara
demokrasi islam kekhalifahan dengan
demokrasi yang dianut oleh negara barat.
Demokrasi islam kekhalifahan ditetapkan dan
dibatasi dengan hukum-hukum Allah,
sedangkan dalam demokrasi sistem barat suatu
negara yang demokratis menikmati hak
kedaulatan mutlak. Adapun Tokoh yang
dikenal dari kelompok ini ialah Abu Al’ala al-
Maududi.
3. Islam membenarkan dan mendukung
demokrasi
Kelompok ini disebut sebagai kelompok
liberal. Kelompok ini berpendapat bahwa islam

140
adalah sistem nilai yang membenarkan
demokrasi seperti yang dipraktikkan oleh
negara-negara maju saat ini. Dan kelompok ini
menganggap bahwa prinsip prinsip demokrasi
sebenarnya juga terkandung dalam ajaran
islam seperti keadilan, persamaan,
musyawarah.
Apabila demokrasi sebagai suatu gagasan
yang mendasarkan prinsip kebebasan,
kesetaraan, dan kendaulatan manusia untuk
menentukan hal-hal yang menyangkut urusan
publik, maka hal tersebut secara mendasar
sejalan dengan islam. Paling tidak hal ini dapat
dilihat dalam dua hal.
Menurut Abdul Ghofur (2002:41)
pertama, pada ajaran islam tentang nilai-nilai
kehidupan yang harus dijadikan acuan, yaitu:72
a. Al-musawah atau persamaan derajat
kemanusia di hadapan Allah swt.
Dalam pandangan islam, tidak ada

72
Naili Rohmah Iftitah, Islam Dan Demokrasi, Jurnal Islamuna,
Vol. 1. No. 1 Tahun 2014, hlm. 39

141
perbedaan martabat dan kedudukan
antara manusia kecual yang
membedakannya adalah ketakwaanya
kepada Allah.
b. Al-hurriyah, kemerdekaan atau
kebebasan yang berdasarkan
pertanggungjawaban moral dan
hukum, baik di Dunia maupun di
akhirat.73
c. Al-ukhuwah, atau persaudaraan
sesama manusia sebagai satu makhluk
yang diciptakan dari bahan baku yang
sama.
d. Al-‘adalah, atau keadilan yang
berdasarkan kepada pemenuhan hak-
hak manusia sebagai individu maupun
masyarakat warga neragara.
e. Al-syura, atau musyawarah, dimana ini
merupakan hak setiap warga
masyarakat dalam berpatisipasi untuk

73
Ibid., 40

142
urusan publik yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
f. Al-mas’uliyah, atau prinsip
pertanggungjawaban yang dipikul oleh
setiap pemimpin.

Kedua, ajaran islam tentang hak-hak


yang harus diusahakan pemenuhannya oleh diri
sendiri maupun masyarakat/negara meliputi
hak hidup, hak beragama, hak untuk berpikir,
hak milik individu, hak mempertahankan nama
baik, serta hak untuk memiliki dan melindungi
ketururunan.74

D. Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan


Nasional
Sebuah negara secara politis menghendaki
adanya seorang pemimpin ideal yang dapat
mengendalikan negaranya dan memimpin
rakyatnya dengan baik, sehingga tercipta
kehidupan aman, damai dan sejahtera bagi

74
Ibid., 43-44

143
masyarakat warga dan bangsanya. Karena itu
Islam sebagai agama universal, yang tidak hanya
mengatur masalah ubudiyah hamba kepada tuhan-
Nya saja namun juga mengatur persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan humaniora
khususnya sosial politik. Maka Islam sangat
perhatian terhadap persoalan kepemimpinan ini,
umpamanya Islam mengatur kewajiban dan hak
antara pemimpin dan rakyatnya.75
Dari hal tersebut untuk mendapatkan
seorang pemimpin yang ideal, dalam artiyan
sholeh, baik dan dapat dipercaya, tentu umat Islam
sangat berperan penting untuk menentukan pilihan
mereka terhadap pemimpin yang layak
memimpin. Tentu seorang pemimpin yang sholeh
akan dipilih oleh orang-orang yang sholeh pula.

75
Mudiono. Integrasi Sistem Politik Islam Dalam Kancah
Perpolitikan Nasional Indonesia, Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji
Doktrin, Pemikiran dan Fenomena Agama. Vol. 16 no. 2
(Palembang: UIN Raden Fatah, 2015) hlm 3

144
Tidak hanya soal kepemimpinan saja,
seperti yang telah dilakukan oleh para ulama, juru
dakwah dan politikus muslim terdahulu mereka
sangat banyak memberikan kontribusi atau
sumbangan terhadap perpolitikan di Indonesia.
Yakni berupa sumbangan waktu, pemikiran, harta,
dan tenaga mereka. Bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang rela mengorbakan jiwa dan raganya
demi kedaulatan politik Indonesia. Telah banyak
nama-nama tokoh muslim yang telah
mengharumkan tanah air ini, sejak zaman
kesultanan hingga zaman kontemporer sekarang.
Para pakar politik muslim yang membawa
pemikiran dan konsep politik Islam yang
berlandaskan al-quran dan sunnah telah
mengintegrasikan kedalam kancah politik
nasional Indonesia.

145
E. Kesimpulan

Masa kolonial menjadi titik kemunduran


politik Islam sebagai satu-satunya basis politik
yang berabad-abad tetap eksis, sebab kerajaan-
kerajaan tidak dapat membendung kolonialisme.
Namun dengan melemahnya posisi-posisi
kerajaan tersebut, menimbulkan perlawanan-
perlawanan terhadap penjajahan dengan berbasis
kekuatan Islam dan masa ini pula melahirkan
berbagai macam organisasi-organisasi Islam
sebagai wadah perjuangan umat Islam untuk
melawan penjajah.
Masa orde lama dan orde baru merupakan
masa yang sangat kelam bagi umat Islam, dimana
mereka tidak bisa menyuarakan pemikiran mereka
untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara.
Namun setelah tumbangnya rezim orde baru
dimana munculnya masa reformasi menjadikan
nafas segar bagi umat Islam.
Hubungan Islam dan demokrasi terdapat
perbedaan pandangan, namun demikian, dalam

146
Islam sesungguhnya terdapat nilai-nilai yang
sejalan dalam prinsip demokrasi seperti al-
musawa, al-hurriyah, al-ukhuwah, al-‘adalah, al-
asyura, dan al mas’uliyah.
Islam merupakan agama Universal, tidak
hanya mengatur masalah ubudiyah saja namun
juga mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan
humaniora khususnya sosial politik. Islam
bukanlah semata-mata agama, namun juga sebuah
sistem politik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Indonesia yang memiliki
mayoritas penduduknya beragama Islam, tentu
keberadaan umat Islam memiliki pengaruh yang
besar dalam aktifitas politik dan pemerintahan.

147
Pluralitas dan Pluralisme Agama
Disusun oleh:
Ana Nurlaila, Muflihin Maulana & Muhammad
Taufikurrahman

A. Latar Belakang

Pluralisme merupakan satu paham


yang berorientasi kepadakeberagaman yang
memiliki berbagai penerapan di dalam
banyaknya perbedaan, contohnya di dalam
berbagai kerangka filosofi agama, moral,
hukum dan politik dimana batas kolektifnya
ialah pengakuan atas kemajemukan di depan
ketunggalannya.“Pluralisme agama adalah suatu
paham yang menyatakan kemajemukan dan
keragaman agama”.
Pluralisme adalah suatu gagasan atau
pandangan yang mengakui adanyahal-hal yang
sifatnya banyak dan berbeda-beda (heterogen)
di dalam suatu komunitas masyarakat.
Semangat pluralisme sebagai penghargaan atas
perbedaan-perbedaan dan heterogenitas

148
merupakan moralitas yang harus dimiliki
oleh manusia. Mengingat Indonesia negara
yang memiliki banyak pulau, banyak pula
memiliki perbedaan baik dari adat istiadat,
agama dan kebudayaan, yang membuat
semangat pluralisme sangat penting di
tanamkan di Indonesia.
Pluralisme sebagai sebuah sikap
mengakui adanya perbedaan-perbedaan harus
diterapkan agar dapat bersikap inklusif di
dalam keberagaman. Sebagaimana diungkapkan
Muhammad Arkoun yang menolak
menggunakan referensi teologis sebagai sistem
kultural untuk bersikap ekslusif. Umat islam
seharusnya menjauhi sifat hegemoni yang
berlebihan yang dapat memarginalisasi.

B. Pengertian Pluralitas dan Pluralisme


Plural dalam bahasa Inggris berarti banyak
(jamak). Dalam beberapa kamus bahasa Inggris,
paling tidak ada tiga pengertian, pertama
pengertian kegerejaan; sebutan untuk orang yang

149
memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur
kegerejaan, memegang dua jabatan atau lebih
secara bersamaan baik bersifat kegerejaan
maupun non kegerejaan. Kedua pengertian
filosofis; berarti sistem pemikiran yang
mengakui adanya landasan pemikiran yang
mendasar lebih dari satu. Ketiga, pengertian
sosio-politis; suatu sistem yang mengakui
eksistensi keragaman kelompok baik yang
bercorak ras, suku, aliran maupun partai dengan
tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan
yang sangat karakteristik diantara kelompok-
kelompok tersebut.
Namun ketika dua kata yang sama itu
berubah bunyinya menjadi pluralisme atau
pluralitas ditambah kata agama dibelakangnya,
seketika itu pula keduanya memiliki makna yang
berbeda, walau ada kesamaan kata tetap memiliki
makna yang tidak bisa dipersamakan dalam sisi
terminologinya.76

76
https://iainsalatiga.ac.id/web/2013/02/pluralisme-dan-pluralitas/
diakses pada 2 Juni 2021

150
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia pluralitas atau pluralisme adalah
keadaan masyarakat yang majemuk
(bersangkutan dalam sistem sosial dan
politiknya), berbagai kebudayaan yang berbeda-
beda dalam suatu masyarakat. Berdasarkan
Webster’s Revised Unabridged Dictionar,
pluralitas adalah hasil atau keadaan menjadi
plural atau keadaan seorang pluralis; memiliki
lebih dari satu tentang keyakinan.77
Pluralisme menurut para ahli yang
menyumbangkan pandangannya terkait
pengertian pluralisme atau pluralitas, yaitu:
 Menurut Mohammad Shofan, pluralisme
adalah upaya untuk membangun kesadaran
normatif teologis dan kesadaran sosial.
 Menurut Syamsul Ma’arif, pluralisme
adalah suatu sikap saling memahami dan
menghormati adanya perbedaan demi

77
Fatonah Dzakie, Meluruskan Pemahaman Pluralisme dan
Pluralisme Agama di Indonesia, Jurnal Al-Adyan, Vol. IX, No.
1, Tahun 2014

151
tercapainya kerukunan antar umat
beragama.
 Menurut Webster , pluralisme adalah
keadaan sosial yang hadir dalam beragam
etnis, agama dan ras yang mempertahankan
tradisi berpartisipasi dalam masyarakat.
Kemudian menciptakan sebuah pola
masyarakat yang hidup saling
berdampingan dalam keberagaman yang
ada.
 Menurut Anton M. Moeliono, pluralisme
adalah suatu hal yang memberikan makna
jamak dari segi kebudayaan yang berbeda-
beda dalam suatu masyarakat. Rasa hormat
akan nilai budaya lainnya dan sikap saling
menghargai merupakan dasar landasan
terciptanya pluralisme.
 Menurut Santrock, pluralisme adalah
penerimaan tiap individu yang berpendapat
bahwa perbedaan budaya haruslah
dipertahankan dan dihargai

152
keberadaannya.78

C. Pengertian Pluralisme Agama


Peluralisme sendiri berarti keberagaman,
sedangkan pluralisme agama adalah suatu
pemahaman yang menganggap semua agama itu
sama dan adanya kebenaran bagi semua agama.
Pluralitas agama memang kenyataan yang tidak
bisa dihindari bahkan masalah ini telah diakui
dalam konstitusi dan telah ditegakkan adanya
untuk masing-masing pemeluk agama untuk
melaksanakan ajaran sesuai dengan keyakinan
masing-masing. Meskipun halnya demikian
pluralisme agama sebagai sebuah kenyataan
sosial masih menimbulkan problematika dalam
masyarakat bila dihadapkan dalam masalah
teologi dan hak asasi manusia mengapa
demikian? Di karenanakan setiap pemeluk
agama menyakini bahwa ajaran agamanya harus

78
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-pluralisme-
menurut-para-ahli-lengkap/ diakses pada 2
Juni 2021

153
ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Dalam hal ini agama sering sekali
dijadikan sebagai sumber konflik dalam
masyarakat yang plural.
Dalam pengertian lain juga dinyatakan
istilah pluralisme sering dikaitkan dengan sikap
toleransi dimana masing-masing agama, ras,
suku, dan kepercayaan berpegang pada prinsip
masing-masing kepercayaan dan menghormati
kepercayaan orang lain. Masyarakat harus
menerima kenyataan bahwa disana tidak ada
kebenaran tunggal,artinya semua kepercayaan itu
benar. Atau masyarakat tidak boleh memiliki
keyakinan bahwa agama dan kepercayaan
mereka itu paling benar.79
Inti dari pluralisme agama adalah relativitas
kebenaran pada setiap agama di dunia, sebagai

79
Edi Rianto. Muhtar Tayib, Pluralisme Agama: Studi Tentang
Makna dan Pola Komunikasi Antar Umat Islam, Hindu dan
Budha di Pulau Lombok, Kota Mataram, Jurnal Komunike, Vol.
XI, No.1 Tahun 2019

154
bentuk toleransi untuk memelihara kerukunan
hidup antarumat beragama di tengah- tengah
keragaman yang ada. Dengan menyatakan bahwa
semua agama benar, para pengusung pluralisme
agama berharap tidak ada lagi agama yang
mengklaim sebagai pemilik kebenaran hakiki
karena pada hakikatnya, agama itu merupakan
hasil dari berbagai perasaan dan pengalaman
keberagamaan manusia, sehingga setiap agama
yang ada di dunia ini mengandung kebenaran
Ilahi. Kekacauan antaragama terjadi karena tidak
adanya toleransi dan saling pengertian
antarpemeluk agama yang berbeda, sehingga
pluralisme agama adalah solusi yang tepat untuk
mencegah konflik tersebut dan menciptakan
keharmonisan umat manusia di dunia. Itulah
pokok atau inti daripada ajaranatau pemahaman
yang disebarluaskan oleh sebagian orang-orang
yang mendukung dan mengusung pluralisme
agama.

D. Sejarah Munculnya Pluralisme Agama

155
Munculnya pemikiran pluralisme agama
bisa dilacak dari abad Pencerahan
(Enlightenment), yakni abad ke-18 Masehi di
Eropa. Pada masa itu masyarakat Eropa (baca:
Barat) mengalami pergolakan pemikiran yang
berorientasi pada akal. Semangat dan pandangan
hidup Barat itu disebut modernisme yang disulut
oleh semangat keilmuan (scientific), sehingga
pandangan hidup Barat Modern itu terkadang
dikenal dengan scientific worldview. Pandangan
hidup yang scientific ini sangat bercorak paham
sekulerisme, rasionalisme, empirisisme, cara
berpikir dikotomik, desakralisasi, pragmatisme,
dan penafian kebenaran metafisis (baca:
Agama).80
Sebenarnya, jika dilacak, pandangan hidup
demikian merupakan respon terhadap konflik
dan kondisi sosial-politis yang terjadi di Barat.
Pada masa itu, bekembang sistem ekonomi dan
politik yang feodal di mana raja dan bangsawan

Harda Armanyanto’, Problem Pluralisme Agama, Jurnal Tsaqafah,


80

Vol. X, No. 2 Tahun 2014

156
memiliki hak-hak istimewa, sedangkan rakyat
jelata tidak diberi kesempatan secara leluasa
untuk menggunakan hak-hak mereka. Pada tahun
1215, Raja John di Inggris mengeluarkan Magna
Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak
yang diberikan raja kepada bangsawan bawahan.
Charta ini secara otomatis telah membatasi
kekuasaan Raja John sendiri dan dianggap
sebagai bentuk liberalisme awal.81
Dalam perjalanannya, Eropa mengalami
pergolakan dan konflik yang menyebabkan
meletusnya revolusi industri di Inggris (1688)
kemudian disusul RevolusiPerancis (1789) yang
di dalamnya terdapat kebebasan mutlak dalam
pemikiran, agama, etika, kepercayaan, berbicara,
pers, dan politik. Prinsip-prinsip Revolusi
Perancis itu akhirnya dianggap sebagai Magna
Charta liberalisme. Konsekuensinya adalah
penghapusan hak-hak Tuhan dan segala otoritas
yang diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama

81
Ibid.

157
dari kehidupan publik dan menjadikannya
bersifat individual. Selain itu agama Kristen dan
gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi
lembaga hukum dan sosial. Karena diakui
memang, pada masa itu gereja amat superior
dalam mengatur pengikutnya. Slogan extra
ecclessiam nulla salus dalam dogma Katolik
(Tidak ada keselamatan di luargereja) dan extra
Christos nulla salus pada dogma Protestan (Tidak
ada keselamatan di luar Kristen) menjadi
penyebabnya. Sejarah mencatat bagaimana
superioritas gereja mengukung kebebasan
manusia dalam berpikir dan berbuat. Apa yang
tidak sesuai dengan kehendak gereja, ditunggu
oleh hukuman inkuisisi. Akhirnya, masyarakat
Eropamenjadi jengah dan muak dan melakukan
pemberontakan terhadap gereja. Merespon hal
ini, gerejabertindak merumuskan “Doktrin
Keselamatan Umum” bahkan bagi agama- agama
selain Kristen pada Konsili Vatican II awal tahun
60- an abad 20.
Dari kasus di atas dapat disimpulkan

158
bahwa gagasan pluralisme agama sebenarnya
merupakan upaya peletakan landasan teoritis
dalam teologi Kristen untuk berinteraksi secara
toleran dengan agama lain. Anis Malik Thoha
merangkum sebab-sebab timbulnya Pluralisme
Agama ini ke dalam dua faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi faktor
ideologis dan konflik-konflik sejarah agama,
sementara faktor eksternal adalahkeadaan sosio-
politis dan adanya kajian keilmuan terhadap
agama.82

E. Pandangan Para Tokoh/Agama Terhadap


PluralismeAgama
1. Pandangan Islam
Islam mengakui adanya pluralitas
agama, ras dan kultur sebagai kehendak Allah
(Hud: 118) tapi Islam tidak mengakui
pluralisme yang memandang semua agama

82
Ibid.

159
sama. Hal itu karena adanya perbedaan
fundamental secara teologis antara agama-
agama. Islam adalah agama Tawhid yang
mengakui Allah sebagai Tuhan, sedangkan
Yahudi mengakui tuhan Yahweh sebagai
Tuhan khusus untuk golongan mereka;
Kristen mengimani satu Tuhan namun
memiliki tiga unsur; Tuhan Bapak, Tuhan
Anak, dan Ruh Kudus, atau dikenal dengan
Trinitas. Sedangkan agama-agama non-
semitik seperti Hindu, Majusi, Taoisme dan
lainnya beriman kepada banyak Tuhan atau
golongan yang sering disebut politeistik.
Perbedaan fundamental tersebut
menjadikan Islam tidak mentolerir secara
teologis bahwa agama-agama lain sama
dengan Islam. Jika pluralisme membenarkan
semua agama, Islam tidaklah demikian. Islam
menegaskan bahwa ia berbeda dengan
agamaagama lain. Bagi Islam, agama yang
benar adalah Islam, yang lain tidak. Tidak ada
toleransi dalam tataran akidah. Perbedaan ini

160
terlihat dari konsep keselamatan yang ada
dalam Islam yang meyakini bahwa barang
siapa yang beragama selainnya, maka orang
tersebut tidak akan selamat (QS. Alu Imran:
85).
Dalam Islam keselamatan diaplikasikan
dengan masuknya seorang hamba ke dalam
surga (jannah). Adapun syarat masuknya
terangkum dalam hadits Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Ahmad, yakni dengan
“syahâdat an lâ ilâha illallâh”. Mengenai hal
ini, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah menerangkan
bahwa Allah SWT telah menjadikan setiap hal
kuncinya masing-masing, dan kunci surga
adalah tauhîdullâh. Artinya, syarat awal untuk
masuk ke dalam surga adalah beriman bahwa
tiada tuhan selain Allah SWT. Yang intinya
adalah meyakini bahwa Allah itu ada,
Pencipta, Pemilik, dan Pengatur segala
sesuatu, hanya Dialah yang patut disembah,
Dia memiliki nama-nama yang baik dan sifat-
sifat yang tinggi (mulia), tidak mempunyai

161
sekutu. Dan semua keyakinan ini harus
direalisasikan dengan ilmu dan amal. Artinya,
iman kepada Allah tidak sah hanyameyakini-
Nya sebagai Tuhan tanpa menyembahnya. Pun
menyembah-Nya harus terlepas dari syirik.
Inilah kunci surga itu.
Dalam tradisi Islam, surga telah
digambarkan secara mendetail. Mengenai
letaknya, walaupun terdapat perbedaan,
mayoritas ulama sepakat bahwa surga berada
di langit. Surga memiliki pintu-pintu,
tingkatan-tingkatan, sungai-sungai, mata air
yang mengalir, istana-istana dan kemah-
kemah, bidadari-bidadari, dan bersifat kekal.
Di dalam surga Allah SWT menghiasinya
dengan berbagai kemikmatan yang
puncaknya, menurut Sayyid Sabiq
berdasarkan al-Qiyamah: 22-23 adalah para
penghuni surga dapat melihat Allah.
Mengenai cara masuk ke dalam surga, di
dalam al-Qur’an, umat Islam sudah diajarkan
doa “ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm”.

162
Kemudian, jalan yang lurus itu diikuti dengan
sifatnya “al-ladzîna an’amta ‘alaihim ghair al-
maghdhûb ‘alaihim walâ al- dhallîn“. Dan
maksud orang-orang yang diberi ni’mat
dijelaskan oleh Allah. Yaitu barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul-Nya merekalah
orang-orang yang Allah beri nikmat atas
mereka. Kesimpulannya, kunci surga yang
telah dimiliki dengan bertauhid kepada Allah
SWT harus dibarengi dengan ketaatan
terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.83
2. Pandangan Nasrani
Dari kalangan tokoh Katolik, tokoh
sekaliber Paus Yohannes Paulus II, telah
mengeluarkan sebuah dekrit yang disebut
Dekrit ‘Dominus Jesus’ pada tahun 2000 untuk
menolak paham pluralisme agama. Dekrit ini
menyatakan secara tegas penolakan Gereja

83
Harda Armanyanto’, Problem Pluralisme Agama, Jurnal
Tsaqafah, Vol. X, No. 2 Tahun 2014

163
Katolik terhadap paham pluralisme agama.
Selain itu, agamawan Katolik Indonesia,
Frans Magnis Suseno menilai bahwa tawaran
toleransi yang ada pada pluralisme agama
adalah sebuah sikap yang meghina meskipun
bermaksud baik. Bagi Suseno toleransi
bukanlah asimilasi agama, melainkan format
penuh identitas masing-masing yang tidak
sama.
Dari kalangan Protestan Indonesia,
seorang pendeta di Gereja Keesaan Injil
Indonesia bernama Dr. Stevri I. Lumintang
terlihat sangat geram dengan
berkembanganya paham pluralisme agama
ini. Ia kemudian menerbitkan buku yang
berjudul Theologia AbuAbu: Tantangan dan
Ancaman Racun Pluralisme dalam Teologi
Kristen Masa Kini. Baginya, pluralisme
agama adalah bentuk teologi baru yang
merupakan integrasi dari pelbagai warna
kebenaran dari semua agama, filsafat, dan
budaya yang ada di dunia. Alkitab dipakai

164
hanya sebagai salah satu sumber, itu pun
dianggap sebagai mitos. Dan perpaduan multi
kebenaran ini, lahirlah teologi abu-abu, yaitu
teologi bukan hitam, bukan juga putih, bukan
teologi Kristen, bukan juga teologi salah satu
agama yang ada di dunia ini. Namun, teologi
ini sedang meracuni, baik agama Kristen,
maupun semua agama, dengan cara mencabut
dan membuang semua unsur-unsur absolut
yang diklaim oleh masing-masing agama. Inti
“Teololgi Abu-Abu” merupakan
penyangkalan terhadapp intisari atau jatidiri
semua agama yang ada. Karena, perjuangan
mereka membangun “Teologi Abu-Abu”
harus dimulai dari usaha untuk
menghancurkan batu sandungan yang
menghalangi perwujudan teologi mereka.
Batu sandungan utama yang harus mereka
hancurkan atau paling tidak yang harus
digulingkan ialah klaim keabsolutan dan
kefinalitasan kebenaran yang ada di masing-
masing agama.

165
Demikian setidaknya respons penolakan
terhadap pluralisme agama dari kalangan
Nasrani. Para agamawan Kristiani, baik
Katolik maupun Protestan, beranggapan
bahwapluralisme agama adalah penghinaan
dan distorsi bagi ajaran Kristus. Kristus sudah
dianggap bukan satu-satunya lagi penentu
keselamatan manusia. Padahal iman kepada
Kristus merupakan inti ajaran Kristen.84
3. Pandangan Hindu
Salah satu buku yang secara keras
membantah paham pluralisme agama berjudul
Semua Agama Tidak Sama, terbitan Media
Hindu tahun 2006. Buku yang berisi
kumpulan tulisan sejumlah tokoh dan
cendekiawan Hindu ini secara tajam
mengupas dan mengritisi paham Pluralisme
Agama yang biasanya dengan sederhana
diungkapkan dengan ungkapan ‘’semua
agama adalah sama’’. Buku ini diberi

84
Ibid.

166
pengantar oleh Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI), yang merupakan induk
umat Hindu di Indonesia.
Editor buku ini, Ngakan Made
Madrasuta, pada kata pengantarnya
menjelaskan bahwa yang sering dikutip dari
ajaran Hindu terkait paham pluralism agama
adalah isi dari Bagawad Gita IV:11, “Jalan
mana pun yang ditempuh manusia ke arah-Ku,
semuanya Aku terima.” Padahal, yang
dimaksud “Jalan” dalam Bagawad Gita
tersebut adalah empat yoga, yaitu Karma
Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga, dan Raja
Yoga. Semua yoga ini ada dalam agama
Hindu, dan tidak ada dalam agama lain.
Agama Hindu menyediakan banyak jalan,
bukan hanya satu – bagi pemeluknya, sesuai
dengan kemampuan dan kecenderungannya.
Oleh karena itu, terdapat perbedaan
nyata dalam agama Hindu mengenai jalan
keselamatan dan tidak boleh disamakan
dengan agama-agama lain. Sehingga tepat jika

167
Dr. Frank Gaetano Morales, seorang
cendekiawan Hindu, juga mengecam keras
orang- orang Hindu yang menyamakan
agamanya dengan agama lain. Menurutnya,
pernyataan bahwa semua agama adalah sama
merupakan doktrin yang sama sekali tidak
dikenal dalam agama Hindu tradisional.
Morales pun menyimpulkan, bahwa gagasan
Universalisme Radikal (Pluralisme Agama)
yang dikembangkan oleh sementara kalangan
Hindu adalah sangat merugikan agama Hindu
itu sendiri. Seorang Hindu yang memiliki
pemikiran bahwa ‘semua agama adalah sama,
sebenarnya tanpa sadar telah mengkhianati
kemuliaan dan integritas dari warisan kuno
agama Hindu, dan membantu memperlemah
matrix filosofis/kultural agama Hindu sampai
pada intinya yang paling dalam. Setiap kali
orang Hindu mendukung Universalisme
Radikal, dan secara bombastik
memproklamasikan bahwa ‘semua agama
adalah sama’, ia melakukan kerugian besar

168
terhadap agama Hindu.
Kesimpulannya, setiap agama memiliki
ajaran, syarat, dan bentuk keselamatannya
masing-masing. Karena perberbedaan ini,
maka wajar jika Islam memandang non-
Muslim tidak selamat, dan begitu pula
sebaliknya. Perbedaan-perbedaan ini adalah
pluralitas yang harus dijaga dan bukan untuk
disama-ratakan. Kekhasan dalam setiap
agama mendidik manusia untuk dapat saling
menghormati, hidup rukun, dan bertoleransi.
Inilah spirit “Bhineka Tunggal Ika” itu. Jika
kebhinekaan ini dilebur, disamakan, dijadikan
satu, maka kekhasan agama-agama itu akan
hilang. Dalam tataran teologis, perbedaan-
perbedaan keyakinan dan ciri khas yang
melekat pada masing-masing agama harus
dijaga, tetapi dalam tataran sosiologis mereka
dapat disatukan untuk hidup rukun dan

169
damai.85

F. Kesimpulan
Pluralisme agama adalah suatu
pemahaman yang menganggap semua agama itu
sama dan adanya kebenaran bagi semua agama.
Pluralisme pertama kali muncul pada abad ke-18
di Eropa atau Barat yang berawal dari pergolakan
akal oleh masyarakat disana yang kemudian
menghasilkan semangat dan pandangan hidup
modernisme, yang salah satu corak
pandangannya adalah menafikan atau
meniadakan agama.
Munculnya paham pluralisme agama
menimbulkan polemik baru di kalanganagama-
agama yang ada. Meski tujuannya terlihat baik,
ternyata paham ini sangat problematik. Dari
analisis pada pembahasan di atas, diketahui
bahwa agama-agama yangada ternyata menolak

85
Ibid.

170
paham ini. Gerakan penolakan terhadap
pluralisme agama dari kalangan agamawan
menunjukkan bahwa paham ini bermasalah,
mengandung polemik dan sangat problematik
jika diterapkan dalam agama-agama yang ada.
Setiap agama melihat pluralisme agama
hanyalah kedok untuk mengikis keyakinan
para pemeluk agama yang pada akhirnya
memunculkan orang-orang ateis. Lama
kelamaan, agama-agama di dunia ini kehilangan
pengikutnya yang mulai bersikap skeptis
terhadap agama.Pluralisme agama tidak menjadi
solusi atas keragaman agamaagama dan
keharmonisan hidup manusia. Tapi, pluralisme
malah menimbulkan polemik baru antaragama
yang memaksakan pahamnya untuk
menyamakan semua agama. Padahal, konsep
masing-masing agama jelas berbeda, dan tidak
bisa disamakan. Paham ini hanya akan membuat
agama-agama kehilangan identitasnya dan
pelan-pelan lenyap tanpa pengikut yang
mempercayainya.

171
Sejarah Islam di Kalimantan Barat, Akulturasi Islam
dan Tradisi Kalimantan Barat

Disusun oleh:
Munir Azhar, Muhammad Syukri & Nur Nabila Kultsum

A. Latar Belakang
Sejarah masuknya islam di kalimantan barat
tentu masih banyak perselisihan pendapat dari segi
orang pertama kiyai menyebarkan islam, tempat
hingga waktunya. Hal ini sangat wajar mengingat
masuknya islam di nusantarapun masih banyak
teori-teori yang sama kuat anara satu dan yang lain
dalam mengungkap fakta yang sebenarnya,
adapun teori tersebut adalah 1). Teori gujarat,
teori gujarat adalah teori masuknya islam ke
indonesia pertama kali dikemukakan oleh Snouck
Hurgronje. 2). Teori persia, teori persia adalah
teori masuknya islam ke indonesia yng di
kemukakan oleh Hussein Djajaningrat. Dalam
teori ini dikemukakan bahwa islam yang masuk ke
sindonesia itu dari negara Iran. 3). Teori arabia,
berdasarkan teori arab, masuknya islam ke

172
indonesian diyakini berasal dari arab, yaitu
Mekkah dan Madinah pada abad pertama hijriyah
atau 7 masehi. Pendapat ini di dasarkan pada
adanya bukti perkampungan islam di pantai barus
sumatra barat, yang dikenal sebagai bandar
khalifah.86

B. Sejarah Masuk Islam di Kalimantan Barat


Masuknya Islam ke Kalimantan Barat itu
sendiri tidak di ketahui secara pasti, masih banyak
perbedaan pendapat dari berbagai kalangan. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa Islam pertama
kali masuk ke Kalimantan Barat pada Abad ke-15,
dan ada juga pendapat lain yang mengatakan Islam
masuk di Kalbar pada abad ke-16. Daerah pertama
di Kalimantan Barat yang diperkirakan terdahulu
mendapat sentuhan agama Islam adalah
Pontianak, Matan dan Mempawah. Islam masuk
ke daerah-derah ini diperkirakan antara tahun

86
https://id.scribd.com/doc/315985711/sejarah berdirinya-kota-
pontianak 2012(Di akses pada tanggal 17 juli 2021,pukul 22.40)

173
1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi
pembawa islam pertama bernama Syarief
Husein, seorang Arab. Namun, ada versi lain yang
mengatakan, nama beliau adalah Syarif
Abdurrahman al-Kadri, putra dari Svarif Husein.
Diceritakan bahwa Syarief Abdurrahman Al-
Kadri adalah putra asli Kalimantan Barat.
Ayahnya Sayyid Habib Husein al-Kadri, seorang
keturunan Arab yang telah menjadi warga Matan.
Ibunya bernama Nyai Tua, seorang putri Dayak
yang telah menganut agama Islam, putri Kerajaan
Matan. Syarif Abdurrahman al-Kadri lahir di
Matan tanggal 15 Rabiul Awal 1151 H (1739 M).
Jadi ia merupakan keturunan Arab dan Dayak dan
Ayahnya Syarief Husein (Ada yang menyebutnya
Habib Husein) menjadi Ulama terkenal di
Kerajaan Matan hampir selama 20 tahun. 87
Sejarah habib husain Al-qarie hijrah dalam
menyebarkan ajaran di pedalaman kalimantan

87
Anshar rohman, et al., syarifabdurrahma al-kadri, perspektif
sejarah berdirinya kota pontianak, (ponianak:pemerintah kota
pontianak,2000)h.3.

174
barat dimulai dengan empat pemuda yang hijrah
dari tarim hadramaut yaman. Keempat orang
tersebut disarankan oleh gurunya untuk
menyebarkan ajaran islam ke luar kota. Keempat
ulama tersebut meisahkan dan menyebarkan
ajaran islam di berbagai daerah. Habib husai
Alkadrie merantau ke Aceh, Betawi, Semrang
Matan dan Mempawah, dalam penyebaran agama
islam habib husain ini erkenal dengan kecerdasan
dan kebijakannya dalam mengatasi agama. Ia
menjadi mufta di kerajaan sukadana, dan menjadi
mufti jua di mempawah kalimantan barat. Habib
husain sudah mempunyai putra yang telah menjadi
kesultana pontoanak yaitu Syarif abdurrahman
alkadrie, putranya telah berhasil mendirikan
kesultanan pontianak sesuai dengn amanah
ayahnya untuk merantau ke daerah pemukiman
sungai kapuas. Ini adalah perintah untuk
melanjutkan penyebaran ajaran islam melalui
kesultanan pontianak.88

88
Abdullah, WN. (2011, 15 september) HUSAIN AL-
QADRIE;)Penyebaran islam di kalimantan barat.

175
Gambar 1.1 Istana kesultanan pontianak

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan


bahwa Islam masuk ke Kalbar itu dibawa oleh juru
dakwah dari Arab. Tidak diketahui secara pasti
apakah Syarief Husein ini seorang pedagang atau
tidak. Namun, ada yang mengatakan kalau Syarief
Husein dulunya adalah seorang pedagang yang
kemudian menjadi pendakwah, dan menetap di
Kalbar. Syarief Husein dalam menyebarkan
agama Islam tidak hanya melalui dakwah tetapi
juga melalui aktivitas ekonomi. Dengan kekuatan
ekonomi ini pula dakwah menjadi semakin
berhasil, ditambah relasi yang luas dengan para

176
pedagang lainnya. Setelah beliau meninggal
kemudian digantikan oleh anaknya Syarif
Abdurrahman al-Kadrie.
Mulanya Syarif Husein menetap di Matan
(Ketapang) dan berdakwah disana. Ia
mendapatkan respon yang sangat baik sehingga
penganut Islam semakin banyak dan Islam
memasyarakat sampai kepedalaman. Maka antara
Tahun 1704-1755 M Ia diangkat sebagai Mufti
(hakim Agama Islam) dikerajaan Matan. Selepas
tugas sebagai Mufti, beliau sekeluarga diminta
oleh raja Mempawah Opo Daeng Menambun
untuk pindah ke Mempawah dan mengajar
agama disana sampai kemudian diangkat menjadi
Tuan Besar Kerajaan Mempawah, sampai
wafatnya tahun 1184 dalam usia 84 tahun. Syarif
Husein tidak hanya menyebar Islam dikalangan
rakyat jelata, Ia juga menyebarkan kekalangan
bangsawan. Salah satu cara yang ditempuh beliau
dalam menyebarkan Agama Islam adalah dengan
melakukan perkawinan dengan putri-putri
bangsawan. Beliau menikahi 3 orang putri yang

177
berasal dari kerajaan Matan, dan mereka ini
berasal dari suku Dayak.
Setelah menetap di matan selama dua hingga
tiga tahun, habib husain di datangi seorang yang
merupakam utusan raja mempawah (upu daeng
menambon dengan gelar pangeran tua) dengan
membawa sepucuk surat dan dua buah perahu.
Surat yang di bawa isinya tiada lain adalah
bujukan raja terhadap habib husain agar ia
bersedia pindah ke mempawah. Habib husain
tidak langsung menerima tawaran tersebut karena
dirinya masih betah tinggal di matan. Utusan raja
tersebut kemudian kembali ke mempawah dengan
tangan kosong. Kesediaan habib hisain untuk
menetap di mempawah terwujud setelah dirinya
merada adanaya keidak cocokan denga sikap dan
pendiriaan sultan matan.
Habib husain pindah ke mempawah pada 8
muharrom 1160 H / 20 januari 1747 masehi, dan
meneap di kampung galah hirang. Kedatanganya
di tempat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat di mempawah. Banyak orang dari

178
berbagai penjuru yang datang ke mempawah. Ada
pengunjung yang tujuanya unuk berniaga, namun
tidak sedikit dari mereka yang menyempatkan diri
untuk berguru kepada habib husain. Ia meruakan
mufti pertama di mempawah. Ketika mengajar,
yang di utamakan olehnya adalah pelajaran lughoh
araobiyah (bahasa arab).89
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam
masuk ke Kalbar pada abad ke 15 di pelabuhan
Ketapang (Sukadana) melalui perdagangan
(Sendam, 1970:35). Penyebaran agama Islam di
Kalimantan Barat membujur dari Selatan ke
Utara, meliputi daerah Ketapang, Sambas,
Mempawah, Landak. Menurut Safarudin Usman
bahwa Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat
diperkirakan sekitar abad XVI Miladiah,
penyebaran Islam terjadi ketika kerajaan
Sukadana atau lebih dikenal dengan kerajaan

89
M. Natsir “sejarah kerajann mempawah kalimantan barat”
htt;//ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/03sejarah-kerajaan-
mempawah.html,13 Maret 2011( di akses pada tanggal 17 juli 2021
pukul 23.5)

179
Tanjungpura dengan penembahan Barukh pada
masa itu di Sukadana agama Islam mulai diterima
masyarakat (Ikhsan dalam Usman 1996:3), akan
tetapi Barukh tidak menganut agama Islam sampai
wafat 1590 M.
Pendapat lain juga mengemukakan pada
tahun 1470 Miladiah sudah ada kerajaan yang
memeluk agama Islam yaitu Landak dengan
rajanya Raden Abdul Kahar. Dimasa
pemerintahan Raden Abdul Kahar
(Iswaramahaya atau Raja Dipati Karang Tanjung
Tua) beliau telah memeluk agama Islam sehingga
dapat dikatakan berawal dari kerajaan Landak. Di
bawah pemerintahannya agama Islam
berkembang dengan pesatnya di kerajaan Landak.
Berbagai pendapat yang telah dikemukakan
di atas bisa diperkirakan, bahwa agama Islam
masuk di Kalimantan Barat pada masa
pemerintahan Barukh (1538-1550). Dari riwayat
kerajaan Landak diperoleh keterangan bahwa
agama Islam di bawah pemerintahan Kerajaan
Ismahayana, yang bergelar Raja Dipati Tanjung

180
Tua (1472-1542), agama Islam mulai berkembang
di kerajaan Landak (Sendam, dalam
Ajisman:1998). Mengingat kerajaan Matan dan
Landak yang masuk diperkirakan pada abad ke 15
maka kerajaan Sintang yang berada dipedalaman
sekitar akhir abad ke 16. Penyebaran yang
pertama-tama kemungkinan dari para pedagang
Semenanjung Melayu, terutama pedagang dari
Johor.
Islam masuk hampir keseluruh penjuru
Kalbar, melalui kerajaan-kerajaan Islam yang
banyak dibangun pada saat itu. Tidak hanya
didaerah pesisir pantai, didaerah pedalaman pun
Islam berkembang pesat. Islam mulai masuk
kedaerah-daerah seperti Embau, Sambas, sampai
ke Sungai besar di hulu. Dari berbagai pendapat-
pendapat sejarahwan diatas maka disimpulkan
bahwa Islam masuk ke Kalimantan Barat itu
sekitar abad ke-15 atau 16 yang di sebarkan
melalui para pedagang yang melakukan kegiatan
ekonomi. Mereka melalui dakwahnya menyiarkan
Islam keberbagai penjuru hingga kepedalaman

181
dan diterima baik oleh masyarakat pada
umumnya. Sampai dengan sekarang Islam masih
terus berkembang menyiarkan ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah SAW.90

Gambar 1.2 Makam Opu Daeng Manambon

C. Penyebaran Islam Di Kalimantan Barat


1. Melalui perkawinan
Perkawinan campuran yang di lakukan
oleh orang muslim dengan orang non muslim
hal ini dapat di tunjukkan seperti ketika orang
dayak iban dating ke daerah batu ngandung

90
.Jurnal penelitian sejarah dan budaya, vol. 2 No. 1 juni 2016

182
yang mayoritas penduduknya bersuku melayu,
mereka tinggal dan menetap lama di sana.
Kemudian,setelah beberapa tahun tinggal di
sana orang iban mendapat tawaran untuk
masuk islam dengan tujuan agar mereka orang
iban tersebut lebih mudah menyau dalam hal
makan minum dan pembauran perkawinan.
2. Melalui perdagangan
Mayoritas penduduk Kalbar tinggal di
daerah pesisir sungai atau pantai. Islam
disebarluaskan dan berkembang melalui
kegiatan perdagangan mulanya di kawasan
pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang, atau
Sambas, kemudian menyebar kearah perhuluan
sungai.91
3. Melalui dakwah
Hal ini dapat kita lihat ketika Islam
masuk ke daerah Sungai Embau di daerah
Kapuas Hulu. Yang memegang peranan yang

91
http://senyumislam.wordpress.com/2012/09/10/perkembangan-
islam-di-kalimantan-barat(di akses pada tanggal
17 juli 2021 pukul 23.00)

183
sangat penting dalam menyebarkan dan
mengajarkan agama Islam pada masyarakat
Sungai Embau adalah para pendakwah yang
dating dari luar daerah tersebut. Adapun nama-
nama mubaligh dan guru agama yang terlibat
dalam menyebarkan agama Islam di daerah
tersebut pada awalabad ke-20 menurut Mohd
Malik (1985:48) diantaranya adalah Haji
Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh
Abdurrahman dariTaif, Madinah (1926-1932),
Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-
1937), Sulaiman dari NangahPinoh (1940-),
dan Haji Ahmad asalJongkong (sekarang). Para
guru agama ini mengajarkan membaca Al-
Quran, fiqhdan lain-lain, dirumah dan juga di
mesjid. Dalam pengajaran membaca Al-Qur’an
mereka menggunakan metode Baqdadiyah .92
4. Melalui Kekuasaan (otoriter)
Islamisasi ini terjadipada masa Sultan
Aman di kerajaan Sintang. Pada massa ini

92
http;//melayuonline.com/ind/history/dig/kesultanan-kadriah(di
akses pada tanggal 16 juli 2021 pukul 14.00)

184
beliau melakukan perperangan kepada siapa
saja yang tidak mau masuk Islam. Tercatat raja-
raja kerajaan Silat, Suhaid, Jongkong,
Selimbau danBunut diperangi karena tidak
mau masuk Islam. Setelah raja-raja tersebut
dapat ditaklukan dan menyatakan diri memeluk
Islam, mereka diharus kan berjanji untuk tidak
ingkar. Bagi yang melanggarakan dihukum
mati. Hal ini mungkin agak unik di bandingkan
dengan Islamisasi yang terjadi di wilayah lain
yang rata-rata disiarkan secara damai.
5. Melalui Kesenian
Islam disebarkan kepada masyarakat
Kalbar juga melalui kesenian tradisional. Ini
dapat kita lihat pada masyarakat di Cupang
Gading. Sastra tradisional yang ada di Cupang
Gading memperlihatkan adanya nilai-nilai
keislaman. Dengan mengkolaborasikan antara
nilai Islam dengan nilai kesenian ini
memberikan kemudahan dalam menyebarkan
Islam itu sendiri. Berpadunya nilai lokal
dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat

185
yang dikenal dengan istilah bekesah dan
melalui puisi tradisional, seperti pantun,
mantra, dan syair. Selain itu Islam juga
disebarkan melalui kesenian Jepin
Lembut yang ada didaerah Sambas. Diketahui
Islam pertama kali dibawa ke Sambas itu
melalui kesenian Jepin Lembut yang
mempunyai gerakan yang sangat halus (Erwin
Mahrus, wawancara 5 Januari 2012). Dengan
berbagai macam kesenian inilah yang
kemudian dijadikan media dakwah dalam
menyebarkan Islam di Kalbar.93

D. Akulturasi Islam Dan Tradisi Di Kal-Bar


1. Tradisi robok-robok di mempawah
Akulturasi adalah fenomena yang timbul
sebagai hasil kelompok manusia yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda- beda
bertemu dan mengadakan kompak secara

93
http;//kesultanankadariyah.blogspot.com/2011/01/islamsejarah-
masuknya-ke-kalimantan.html( di aksese pada tanggal 15 juli 2021
pukul 20.34)

186
langsung dan terus menerus yang kemudian
menimbulkan perubahan dalam pola
kebudayaan yang asli dari salah satu kelompok
atau kedua-duanya.94 Maka dapat di simpulkan
bahwa akulturasi sarana dengan kontak budaya
yaitu bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda melebur menjadi satu dan
menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak
menghilangakan kepribadian sifat kebudayaan
aslinya. Seperti tradisi robok-robokdi
mempawah, kalimantan barat yang
berakulturasi dengan budaya lokal, islam.
Adanaya tradisi robok-robok, ditinjau
dari sifat-sifat kebudayaan masyarakat kota
Pontianak, khususnya Mempawah dan
sekitarnya. Upacara robok-robok ini bersifat
historis dan memiliki nilai sejarah karena
peristiwa robok-robok merupakan peristiwa
yang sangat penting untuk di kenang dalam
sejarah mempawah, khususnya kerabat keraton

94
.Limyah al-amri IAIN Sultan amal gorontalo, vol. 11, No. 2,
Desember 2017

187
Amantubillah Mempawah, dimana asal mula
mendaratnya opu daeng manambon di
mempawah yang merupakan pendiri kerajaan
mempawah. Bukan hanya bersifat historis saja,
melainkan memiliki nilai religi dan magis.
Serta dapat memepengaruhi masyarakat
setempat agar lebih melestarikan tradisi yang
ada. Tujuan di gelarnya tradisi ini adalah untuk
memperingati kedatangan opu daeng
manambon yang bergelar Mas Surya Negara,
pemersatu semua etnis yang ada di kalimantan

188
barat, dan melestarikan aset semua wisata
budaya daerah95.

Gambar 1.3 tradisi robo-robo di kalimantan barat

2. Tradisi Gunting Rambut orang melayu di kota


pontianak
Aqiqah adalah suatu kegiatan rangkain
kegiatan merayakan kelahiran anak dengan
menyembelih binatang yang dilakukan pada
hari ketujuh, lalu dagimgnya di sedekahkan
pada fakir midkin bersamaan dengan mencukur
rambut kepala anak serta memberikan nama

95
https;//berite.net/robok-robok-tradisi-muslim-kalbar, 13 mei 2019(
di akses pada tanggal 17 juli 2021 pukul 17.00)

189
anak. Aqiqah ini cukup populer ditengah-
tengah masyarakat indonesia.96
Anak merupakan amanah yang di berikan
oleh Allah kepada orang tua untuk dijaga,
dirawat, dilindungi dan dididik. Setiap orang
tua pasti mendamkan anak yang sholeh atau
sholehah berbakti dan mengalirkan
kebahagiaan kepada orang tuanya. Aqiqah
merupakansalah satu ajaran islam yang di
contohkan Rasulallah SAW. Aqiqah ini
hukumnya sunnah muakkad (mendekati wajib).
Aqiqah adalah bentuk rasa bersyukur atas
nikmat yang di berikan Allah swt kepada
hambannya dalam bentuk rezeki seorang anak.
Dengan mendapatkan nikmat tersebut, seorang
yang melaksanakan ibadah aqiqah diharapkan
dapat berbagi kegembiraan kepada para

96
M. Nipan Abdul Halim, Mendidik keshalehan anak ( akikah,
pemberian nama, khitan dan maknanya), jakarta; pustaka amani,
2001).hal. 4.

190
kerabat, tetangga, dan teman dekat sehingga
menumbuhkan ikatan rasa cinta kasih.97
Kegiatan upacara adat yang di lakuakan
masyarakat kota pontianak sesuai dengan
kondisi dimana upacara adat tersebut
dilaksanakan, seperti halnaya upacara yang
berkaiatan dengan suatu peristiwa adat. Riual
kepercayaan masyarakat yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan lingkungan salah-
satunya adalah upacara penyelenggaraan
memotong rambut dengan tujuan untuk
membuang rambut yang dibawa sejak anak
yang dilahirkan. Selain itu maksud lainya
adalah untuk membuang sial yang terdapat
pada ujung rambut yang di bawa sejak lahir.
Bagi masyarakat kota Pontianak, gunting
rambut atau aqiqah adalah salah satu unsur
budaya yang masih tetap dilaksanakan dan
dihayati, karena didalam budaya tersebut

97
Prawesti, intan, jafar shodiq, dan jajang gumilar. Qurban dan
Aqiqah, (IAIN Walisongo:semarang, 2012.)

191
mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang
sangat sakral dan bermakna wujud rasa syukur
kepada Allah SWTuntuk keselamatan dan
kesejaheraan bagi keluarga, maupun
masyarakat pada umumnya. Upacara gunting
rambut atau di sebut juga potong jambul di
selenggarakan apabila didalam suatu keluarga
mendapatkan anak bagi yang telah menginjak
usia sekitar 40 hari sampai satu tahun dan hal
ini telah menjadi suatu upacara tradisi
masyarakat secara umum.98
Biasanya di kota Ponianak, mencukur
rambut bersamaan dengan pelaksanaan aqiqah
yang di sunnahkan, untuk mencukur
rambutnya, hadist nabi dari Ali RA dia
berkata;”Rasulullah SAW. Mengakikahi al-
hasan seekor kambing lalu beliau bersabda
kepada fatimah, wahai fatimah, cukurlah

98
Hukum aqiqah dalam islam dan dalilnya.Diakses dari
https://dalamislam.com/hukum-islam/-aqiqah-dalam-islam
14 juni 2008 (di akses pada tanggal 14 juli 2021 pukul 20.00)

192
rambut kepadanaya” (H.R Tirmidzi, Ibnu Abi
syaibah, Ahmad, Hakim dan Baihaqi)
Aqiqah yang diwajibkan menyembelih
kambing bagi anak laki-laki 2 ekor dan seekor
bagi anak perempuan. Waktu aqiqah tersebut
tidak dibatasi, akam tetapi pada umumnya
dilaksanakan setelah 40 hari sampai 1 tahun
dilihat dari kondisi dari kedua orang tua
tersebut. Aqiqah amat penting menurut ulama,
hukumnya adalah sunnah muakkad atau sunnah
yang sangat di anjurkan. Dengan aqiqah akan
menjadikan anak daat memeberi pembelaan
(syafaat) kepada orang tuanya ada hari kiamat.
Ada kebiasaan menarik di tengah
masyarakat yang perlu kita perhatikan yang
berkaitan dengan mencukur rambut bayi atau
aqiqah ini. Yakni, ajaran untuk mencukur
rambut ini memang dilaksanakan, namun
dalam pelaksanaanya tidak dicukur secara
bersih, hanya di potong sebagian saja. Pada saat
mengundang saudara, kerabat, tetangga, dalam
acara mencukur rambut tersebut. Biasanya sang

193
bayi digendong berkeliling kehadaan yang
hadir untuk diguning rambutnya sedikit-sedikit
saja.
Bayi yang akan di potong rambutnya
diberikan pakaian yang bagus umunnya
memakai pakaian kuning, tetapi meskipun
memakai warna lainpun tidak masalah.
Sebelum pemotongan rambut ara undanga
terlebih dahulu membaca al-barzanji atau
Marhaban, ketika bacaan marhaban dimulai
maka pemotongan dilakukan sambil berdiri.
Anak yang akan di potong rambutnya di
gendong oleh orang tuanya sendiri dan diikuti
oleh pembawa perlengkapan barang-barang
yang akan di pakai untung mencukur rambut,
pemotong di mulai pada orang yang lebih tua
atau orang yang terpandang di dalam
masyarakat, hal ini dimaksud agar mendapat
berkah untuk anak tersebut.
Beberapa nilai positif dari tradisi ini
adalah: A). Dari segi kesehatan 1). Kepala tidak
mudah teriritasi 2).mempermdah memberi

194
vitamin rambut B). Dari segi agama 1). Wujud
rasa syukuur kepada Allah, 2). Menjalin
silaturahmi, 3). Mensucikan anak dari
marabahaya, dan permohonan ampuna kepada
Allah SWT.

Gambar 1.4 Tradisi aqiqah atau gunting rambut

E. Kesimpulan

Islam masukke Kalimantan Barat sekitar


abad ke-15 atau 16. Masih banyak perbedaan
tentang masuknya Islam keKal-Bar. Namun ada
pendapat yang mengatakan bahwa islam pertama
kali dibawa oleh Syarif Husein seorang pedagang
dan pendakwah yang akhirnya menetap di Kalbar.

195
Ada juga mendapat yang mengemukakan bahwa
Islam masuk ke Kalbar pada abad ke 15 di
pelabuhan Ketapang (Sukadana) melalui
perdagangan Yang mendapatkan respon yang
sangat baik dari warga masyarakat.
Bentuk-bentuk Islamisasi yang terjadi di
Kalbar hingga akhirnya Islam dapat menyebar
ialah diantaranya:
1. Melalui perkawinan
2. Melalui perdagangan
3. Melalui dakwah
4. Melalui kekuasaan (otoriter)
5. Melalui kesenian

196
Akulturasi Islam dan Budaya Melayu
Disusun oleh:
Rahmah Hidayah & Rahmi Yati Laila

A. Latar Belakang
Proses modernisasi dan globalisasi
menempatkan bangsa Indonesia dalam arus
perubahan besar yang mempengaruhi segala
dimensi kehidupan masyarakat, terutama
kehidupan budaya. Pada hakekatnya perubahan itu
merupakan proses historis yang panjang, yang
berkembang dari masa ke masa. Didalam sejarah
Indonesia proses tersebut terlihat sejak dari awal
pembentukan masyarakat pada masa prasejarah,
kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha,
kedatangan agama dan kebudayaan Islam, serta
hadirnya pengaruh Barat, sampai masa kini. Sudah
difahami bahwa selama perjalanan sejarah
tersebut diatas, bangsa Indonesia beberapa kali
berada dalam situasi yang sama, yaitu berhadapan
dengan kedatangan budaya lain yang berbeda
sifatnya. Oleh karena itu, tidak dapat diingkari

197
bahwa dalam proses yang panjang itu pernah
terjadi pula ketegangan dan konflik. Akan tetapi,
ketegangan dan konflik tersebut sebenarnya
adalah bagian dari proses ke arah penyatuan.
Sebagai negara berkembang yang sedang
melaksanakan pembangunan, maka bagi generasi
muda Indonesia modern tetap diperlukan
pendidikan kebudayaan, terutama yang
berhubungan dengan sejarah kebudayaan dan
peradaban bangsa. Hal ini ditekankan, karena
upaya untuk pembangunan sumberdaya manusia
yang memiliki kualitas dan integritas tinggi
dibutuhkan landasan pemahaman dan kesadaran
akan sejarah budaya masyarakat dan bangsa yang
mantap. Masyarakat Indonesia masa kini
merupakan suatu mozaik yang kompleks, yang
akan sulit difahami hakekatnya tanpa mengetahui
latar belakang historisnya, baik dalam aspek
sosial, politik, ekonomi, maupun kultural. Tanpa
mengecilkan arti pengaruh budaya yang lain,
harus disadari bahwa kebudayaan Islam Indonesia
merupakan salah satu unsur pembentuk mozaik

198
budaya Indonesia, dan sudah mulai muncul di
Nusantara pada abad XI M.

B. Akulturasi Islam dan Kebudayaan Melayu


Sebelum kedatangan Islam, masyarakat
Melayu di Indonesia terlebih dahulu mendapatkan
sentuhan dari ajaran agama Hindu-Budha,
pengaruh agama Hindu-Budha bagi masyarakat
Melayu sangatlah besar, baik dari aspek politik,
ekonomi, sosial dan alam pemikiran masyarakat
Melayu. Meski demikian, aliran kepercayaan awal
masyarakat nusantara termasuk orang melayu
yaitu animisme dan dinamisme tetap ada,
kedatangan agama Hindu-Budha tidak serta merta
menghapuskan aliran kepercayaan ini, namun
dominasi ajaran Hindu-Budha sangat kental dalam
kehidupan masyarakat. Kondisi di atas terus
berlanjut hingga beratus tahun lamanya, namun
tatkala kedatangan Islam ke Indonesia,
keberadaan ajaran agama Hindu-Budha ini mulai
mengalami kemerosotan, bukan berarti pengaruh
agama Hindu-Budha terhenti sampai disini,

199
bahkan secara tidak langsung Islam ikut andil
dalam melestarikan beberapa budaya agama
Hindu-Budha di tengah masyarakat melayu, tetapi
tentunya budaya tersebut telah disesuaikan
dengan ajaran-ajaran agama Islam.99
Sebenarnya itulah poin yang menjadi letak
keunikan budaya Islam dalam masyarakat melayu,
sehingga sampai sekarang muncul perdebatan dan
pro-kontra mengenai budaya-budaya Islam yang
diambil dari budaya non-Islam. Namun, dari fakta
sejarah ini, bisa kita ambil suatu pelajaran bahwa
perkembangan Islam dilakukan dengan cara-cara
yang penuh toleransi, dalam artian pesan agama
Islam sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat
untuk semesta alam, disampaikan dengan cara
yang damai dan persuasif, dakwah dilakukan
dengan memperhatikan unsur-unsur budaya lokal
masyarakat melayu atau dengan cara akulturasi
budaya bukan dengan kekerasan. Dengan cara ini

99
Sarjono, Agus R., 1999, Pembebasan Budaya-Budaya Kita,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

200
ajaran Islam meresap ke dalam masyarakat
Melayu. Sehingga muncul idiom cultural yang
mengatakan bahwa “Dunia Melayu Dunia Islam
dan Budaya Melayu - Budaya Islam”, ini suatu
ungkapan yang menyatakan bahwa antara dunia
Melayu dan Islam merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan.100
Bertolak dari pernyataan di atas, maka
pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah
wujud akulturasi Islam dan Budaya Melayu
tersebut, sehingga Islam identik dengan Melayu
begitupun sebaliknya, padahal sebelumnya
masyarakat melayu sudah kaya akan pengaruh dari
kebudayaan agama Hindu-Budha, tetapi tidak ada
ungkapan yang mengatakan dunia melayu adalah
dunia Hindu-Budha. Satu hal yang perlu dipahami
bersama, sebenarnya kajian akulturasi Islam di
Indonesia, tidak hanya meliputi dunia melayu saja.
Tidak bisa dipungkiri bahwa contoh akulturasi

100
Simuh, 2003, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, Jakarta;
Teraju.

201
Islam juga sangat kental dalam masyarakat Jawa.
Permasalahannya sekarang adalah apakah etnis
Jawa masuk ke dalam ranah masyarakat melayu.
Namun berdasarkan pendapat Hamka yang
menyatakan bahwa secara umum Melayu adalah
negeri-negeri Melayu atau pulau-pulau Melayu
yang terbentang dari semenanjung Melayu, Pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, hingga termasuk di dalamnya
Filipina dan Thailand Selatan, maka penulis
beranggapan bahwa Jawa termasuk ke dalam ras
Melayu. Berdasarkan pendapat Hamka di atas,
maka fokus kajian yang menjadi sampel wujud
akulturasi islam dan budaya melayu dalam
makalah ini, sebagian besar terfokus pada budaya
masyarakat melayu yang ada di sebagian pulau
Sumatra dan Jawa, mengingat contoh wujud
akulturasi budaya Islam dan budaya masyarakat

202
lokal banyak terdapat di kedua wilayah tersebut.

Gambar 1.1 contoh akulturasi islam

C. Hubungan Antara Agama dan Budaya


1. Pandangan Islam terhadap Kebudayaan.
Islam merupakan ajaran yang diturunkan
untuk manusia agar bersosialisasi kemudian
melahirkan suatu kebudayaan. Kebudayaan
yang mencakup pengetahuan, kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat, serta kebiasaan-
kebiasaan yang dibuat manusia sebagai anggota
masyarakat, dipandang sebagai realita yang
menjadi sasaran ajaran Islam. Peran agama
Islam dalam kebudayaan ini adalah

203
memberikan nilai-nilai etis yang menjadi
ukuran nilai.
Kebudayaan itu sendiri, dalam kerangka
Islam, diartikan sebagai proses pengembangan
potensi kemanusiaan, yaitu mengembangkan
fitrah, hati nurani dan daya untuk melahirkan
kekuatan dan perekayasaan. Oleh karena itu,
apabila dari segi prosesnya, kebudayaan dalam
Islam adalah pendayagunaan segenap potensi
kemanusiaan agar manusia mempertahankan
dan mengembangkan akal budi yang
manusiawi. Adapun dari segi produknya,
kebudayaan adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh rekayasa manusia terhadap
potensi fitrah dan potensi alam dalam rangka
meningkatkan hasil kerja yang
menggambarkan kualitas kemanusiaannya.
Kerangka pemikiran Islam ini, bersesuian
dengan definisi kebudayaan pada umumnya,
yang menjelaskan bahwa kebudayaan

204
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia.101
2. Pengaruh Islam dalam Masyarakat Melayu.
Dari berbagai sumber, disepakati bahwa
budaya awal masyarakat Indonesia adalah
budaya yang identik dengan animisme dan
dinamisme. Animisme ialah suatu paham
dimana setiap benda memiliki animus atau jiwa
yang diyakini memiliki pengaruh bagi manusia,
seperti azimat-azimat, tongkat dan sebagainya.
Sedangkan dinamisme ialah Amin, Darori,
2000, Islam & Kebudayaan kepercayaan
dimana setiap benda memiliki kekuatan seperti
gunung-gunung, batu-batu dan sebagainya.
Pada perkembangannya budaya yang
mencirikan budaya primitif ini, mulai beralih
ke budaya Hindu-Budha, meminjam istilah dari
Taufik Abdullah yang mengatakan bahwa pra-
Islam masyarakat terlebih dahulu mengalami

101
http ://www.melayuonline.com (diakses pada tanggal 07 juni 2021
pukul 20.20)

205
yang namanya “Hindunisasi”, proses
Hindunisasi ini memberikan landasan yang
kuat bagi pondasi kebudayaan masyarakat
melayu. Tampilnya Islam, sebagai agama dan
kekuatan dagang di tanah melayu, tidak serta
merta merusak landasan ini, tetapi secara
perlahan-lahan mengubah dasar ideologinya.102
Abdul Karim dalam bukunya
menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
berubah pasca kedatangan Islam. Pertama,
dibidang ketuhanan, ditetapkan tauhid yang
patut dipuja dan diyakini memiliki kekuasaan
Yang Maha Besar ialah Allah Yang Tunggal.
Kedua, Manusia dihadapan Allah SWT
memiliki derajat yang sama, kemuliaan
diperoleh apabila manusia bertawakal kepada
Allah SWT, dan taqwa menjadi ukuran
kemuliaan. Ketiga, kehidupan manusia dalam
masyarakat terikat dalam kesatuan dan

102
Amin, Darori, 2000, Islam & Kebudayaan Jawa, Jakarta; Gama
Media.

206
persatuan yang terbagi-bagi menurut susunan
kemasyarakatan. Ke-empat, kehidupan
bermasyarakat diatur oleh aturan-aturan yang
dibuat secara bersmusyawarah sesuai dengan
kehendak bersama. Ke-lima, nikmat Allah yang
tertuang dilangit, bumi, dan diantara keduanya
harus dinikmati secara merata. Pada mulanya
kedatangan Islam lebih menekankan atau
memperhatikan unsur-unsur yang berhubungan
dengan keyakinan dan peribadatan atau ritual,
tetapi pada perkembangannya, Islam juga
mengarahkan manusia untuk berbudaya,
karena Islam menganggap bahwa kebudayaan
merupakan bagian dari agama. Seperti
pertanyaan HAR Gibb yang dikutip oleh Nasir
yang mengatakan bahwa “Islam is indeed
much-morew than a system of theology, it is
complete civilization”, Islam sesungguhnya
lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah
suatu peradaban yang sempurna, lebih lanjut
Nasir menambahkan bahwa landasan perdaban
Islam adalah kebudayaan Islam, terutama

207
wujud idealnya, sementara landasan
kebudayaan Islam adalah agama, dalam Islam
agama bukanlah kebudayaan, tetapi agama
dapat melahirkan kebudayaan.103
Hal diatas bersesuaian dengan hasil
kajian sebagian besar sarjana dan peneliti yang
mengkaji islam dikawasan nusantara, mereka
sependapat bahwa sejak era formatif pada masa
awalnya, Islam memainkan peran penting
dalam perjalanan sejarah, sosial budaya,
intelektual, politik dan ekonomi Nusantara atau
Asia Tenggara umumnya.104 Dalam konteks ini
Judith Nagata, ahli Islam Asia Tenggara,
menyimpulkan bahwa “It is almost imposible
to think of Malay without reference to Islam”.
Hal ini menjelaskan bahwa mustahil rasanya

103
Woodward, Mark R, 1997, Islam Jawa (Kesalehan Normatif vs
Kebatinan), Yogyakarta, LKiS
104
Harsono,T. Dibyo, 2000, Peranan Nilai Budaya Melayu, Riau;
Departemen Pendidikan Riau

208
jika memikirkan Melayu tanpa mengkaitkan
dengan Islam.105
Begitu juga Ernest Gellner yang
menyatakan Islam telah menjadi cara hidup dan
sebagai high culture oleh masyarakat muslim
pribumi, termasuk di nusantara. Setidaknya ke-
dua ungkapan ini memberikan jawaban bahwa
pernyataan “Dunia Melayu adalah Dunia Islam
dan Budaya Melayu adalah Budaya Islam”,
bukanlah suatu ungkapan yang berlebihan,
tetapi memang landasan budaya masyarakat
melayu pada saat itu adalah Islam.106
3. Akulturasi Islam dan Budaya Melayu
“Kami tidaklah pernah mengutus seorang
Utusan pun kecuali dengan bahasa kaumnya,
agar ia dapat memberi penjelasan kepada
mereka”. Tentang “bahasa” dalam firman Allah
tersebut, ditafsirkan oleh A. Yusuf Ali, tidak

105
Inajati, Adrisijanti Romli, 1991, Makam-Makam Kesultanan dan
Para Wali Penyebar Islam di Pulau Jawa, Jakarta; Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional.
106
Damais, L.Ch., 1995, Makam Islam di Tralaya, dalam Epigrafi
dan Sejarah Nusantara , Jakarta: EFEO.

209
hanya bahasa dalam lingusitiknya, tapi juga
dalam arti cultural dan bahan cara berfikir.
Semua utusan Allah menyampaikan pesan Ilahi
kepada kaumnya, selain melalui bahasa
linguistiknya, juga bahasa budaya dan cara
berfikir mereka. Lebih lanjut Yusuf Ali
menjelaskan bahwa “Jika tujuan dari pesan suci
(risalah) ialah membuat sesuatu menjadi
terang, maka ia harus disampaikan dalam
“bahasa” yang berlaku di antara masyarakat,
yang kepada mereka utusan itu dikirim. Melalui
masyarakat itu pesan tersebut dapat mencapai
seluruh umat manusia. Bahkan ada pengertian
yang lebih luas untuk “bahasa”, ia tidak
semata-mata masalah abjad, huruf atau kata-
kata semata.107
Setiap zaman atau masyarakat atau dunia
dalam pengertian psikologis membentuk jalan
pikirannya dalam cetakan atau bentuk tertentu,

107
Guillot, Claude, (ed.), 2002, Lobu Tua. Sejarah Awal Barus,
Jakarta; EFEO & Pusat Penelitian Arkeologi.

210
pesan Tuhan karena bersifat universal dapat
dinyatakan dalam bentuk semua cetakan dan
bentuk, dan sama-sama absah dan diperlukan
untuk semua tingkatan manusia, dan area itu
harus diterangkan kepada masing-masing
sesuai dengan kemampuannya atau daya
penerimanya. Dalam hal ini Al-Qur’an
menakjubkan, ia sekaligus untuk orang yang
paling sederhana dan untuk orang yang paling
maju. Bertolak dari pendapat diatas, maka
penulis berasumsi bahwa selain dengan
menggunakan bahasa dalam artian yang
sebenarnya, Islamisasi di tanah Melayu juga
melalui media “bahasa” dalam artian “bahasa
budaya”. Bahasa budaya yang dimaksud adalah
dengan cara pendekatan budaya dalam wujud
akulturasi. Sehingga dengan “bahasa budaya”
inilah, Islamisasi di tanah melayu meresap

211
hingga ke dalam kehidupan masyarakat, hingga
lapisan paling bawah sekalipun.108

Gambar 1.2 Tarian Seni Budaya Zapin Melayu

Untuk memahami lebih lanjut, wujud


akulturasi Islam dalam dunia Melayu, terlebih
dahulu kita harus mengetahui arti dari Budaya,
secara etimologi budaya berasal dari bahsa
sansekerta “Budhayah” yaitu bentuk jamak dari
kata “Buddhi” atau akal. Jadi budaya atau

108
Hasjmy, Ahmad,1990, Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia,
Jakarta; Bulan Bintang

212
kebudayaan itu dapat diartikan dengan hal-hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal.
Secara lebih jelas Koentjaraningrat
menyatakan bahwa hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal tersebut terbagi ke dalam
7 unsur, yakni sistem organisasi masyarakat,
sistem religi, sistem pengetahuan, sistem mata
pencariaan hidup dan ekonomi, sistem
teknologi dan peralatan, bahasa dan kesenian.
Ketika, membicarakan masalah akulturasi
Islam dalam budaya melayu tentu tidak akan
terlepas dari konsep 7 unsur budaya di atas.
Namun, sulit rasanya jika ingin dijelaskan satu
persatu, sehingga dalam makalah ini wujud
akulturasi Islam dalam budaya Melayu secara
garis besar terbagi menjadi dua, yakni
akulturasi fisik, seperti bentuk bangunan,
kesenian dan akulturasi yang sifatnya non-fisik

213
seperti pemikiran politik, bahasa, dan lain-
lain.109

D. Kesimpulan
Penelitian tentang akulturasi Islam dan
budaya Melayu Palembang ini menghasilkan
beberapa temuan yang memperlihatkan adanya
keberlanjutan kultural selain sejumlah tantangan
yang dihadapi sejalan dengan proses global yang
sedang berlangsung. Pertama, akulturasi Islam dan
budaya Melayu Palembang berlangsung melalui
proses kontestatif yang dilandasi ideologi religius
yang terbuka terhadap nilai-nilai luhur dalam
masyarakat (kulturalis).
Dari proses tersebut penelitian ini
menemukan kombinasi karakter Islam Akulturatif
dan Islam Kolaboratif, yang disebut Islam
Akomodatif. Artinya dalam waktu yang
bersamaan, orang Melayu Palembang dalam

109
http://www.rajaalihaji.com (diakses pada tanggal 07 juni 2021
pukul 20.23)

214
mempraktikkan tradisi siklus hidup memuat unsur
karakter Islam akulturatif sekaligus Islam
kolaboratif. Realitas ini menjelaskan bahwa orang
Melayu Palembang memilih Islam Akomodatif
menjadi alternatif yang tepat dalam kaitannya
dengan tradisi lokal.
Implementasinya yakni di satu sisi nilai-
nilai dan doa-doanya berasal dari ajaran Islam
yang terus dipurifikasi namun prosesinya
bersentuhan dengan tradisi lokal. Di sisi lain
prosesinya bertolak dari tradisi lokal yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam
sehingga keduanya dapat survive. Temuan yang
menunjukkan polarisasi keberagamaan dalam
tradisi siklus hidup orang Melayu Palembang ini,
sekaligus merupakan kritik terhadap kategorisasi
keagamaan bersifat tunggal seperti yang digagas
Geertz (1981) dengan Islam sinkritik, Woodward
(2001) dengan Islam akulturatif, Nur Syam (2005)
dengan Islam kolaboratif, dan Ricklefs (2008)
dengan Islam sintesis.Kedua, temuan penelitian
ini berbeda dengan temuan Geertz (1981), Wekke

215
(2013), Subagya (2002), Syakur (2002), Hamidi
(2004), dan Wibisono (2013).
Temuan-temuan tersebut menunjukkan
Islam dipenetrasi menggunakan pendekatan
persuasif dengan mengadopsi budaya lokal dan
adanya pemberian status oleh budaya lokal
terhadap Islam. Reproduksi kultural pada
masyarakat Melayu Palembang merupakan hasil
rekonstruksi dalam ruang kontestasi antara Islam
dan kebudayaan yang melahirkan kebudayaan
Melayu Palembang yang khas. Melalui proses
kontestatif tersebut, unsur-unsur tradisi dalam
masyarakat Melayu Palembang yang relevan
masih dipelihara dan disandingkan dengan nilai-
nilai Islam sebagai pedomannya, inilah kekhasan
kebudayaan Melayu Palembang.
Islam dalam hal ini merupakan sumber nilai
tertinggi kemelayuan budaya Palembang yang
diikuti oleh sistem nilai yang bersumber dari adat
dan tradisi. Dalam arti, terjadi pemberian status
oleh Islam terhadap budaya sehingga Islam
merupakan identitas kemelayuan budaya.

216
Palembang yang terefleksi dalam filosofi
“adat dipangku syari’at dijonjong” dan “sondok
piyogo.” Ketiga, keberhasilan akulturasi Islam dan
kebudayaan Melayu Palembangsangat berkaitan
dengan: (1). sikap universal Islam sebagai
rahmatan lil alamin, tidak menolak eksistensi
kebudayaan lokal secara menyeluruh melainkan
menawarkan suatu pandangan tentang Tuhan dan
kehidupan rasional. (2) peranan para sufi yang
menekankan kontinuitas kebudayaan lokal dengan
Islam. (3) peranan penguasa dengan pola
integratif. (4) karakter orang Melayu Palembang
terbuka. Keempat, penelitian ini menunjukkan
kompromi antara universalitas nilai-nilai Islam
dengan tradisi maupun permasalahan kontemporer
yang berdasarkan pertimbangan etik dan religius
para elit, merefleksikan kemampuan Islam dalam
menghadapi tantangan sejalan dengan proses
global yang sedang berlangsung. Kompromi ini
menunjukkan sejumlah keberlanjutan kultural dan
perubahan yang terjadi. Perubahan terlihat pada

217
pergeseran unsur magis atau manna pada ritual
eskatologi.
Sedangkan tradisi yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Islam dan berfungsi untuk
memelihara kohesitas dan stabilize sistem sosial.
Simbol-simbol tradisi Melayu ini bergeser hanya
sebagai pesan-pesan kehidupan yang mengandung
nilai edukasi dan moral yang mencerminkan
kemuliaan ahlak manusia dalam merespons
penciptanya sebagaimana yang ingin dicapai
ajaran Islam. Nilai-nilai luhur kemelayuan ini
penting dipelihara karena pada era kontemporer
power bukan lagi berlandaskan pada hal fisik,
melainkan norms.Pemahaman akan nilai-nilai
luhur kemelayuan ini akan mereduksi
kemungkinanadanya dampak negatif yang
mengancam akibat arus penetrasi budaya yang
sangat deras. Implikasi praktis temuan penelitian
ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Melayu tetap
relevan dalam menghadapi tantangan.

218
Akulturasi Islam dan Budaya Madura
Disusun oleh:
Maryatun Sarah & Maryam

A. Latar Belakang.
Berkaitan dengan budaya Islam sebagai
sistem ajaran agama akan selalu berdialog dengan
budaya lokal dimana Islam berada. Meski
akhirnya terdapat salah satu yang berpengaruh
baik agama atau justru sebaliknya budaya lokal
yang lebih dominan dalam kehidupan manusia.
Namun besar kemungkinan keduanya dapat
memainkan peran penting dalam membentuk
budaya baru, karena terjadi dialog antara tatanan
nilai agama yang menjadi idealisme suatu agama
dengan tata nilai budaya lokal.110
Antara kebudayaan dan agama, Geertz3
memahami agama sebagai sistem kebudayaan.
Dalam pandangannya kebudayaan sebagai pola

110
Nurhuda Widiana 2015 : 287) akulturasi Islam dan budaya local
dalam tradisi nyumpet di desa sukero, kecamatan mlonggo
kabupaten Jepara" vol, 35, no 2, Juli 2015.

219
kelakuan yang terdiri dari serangkaian aturan-
aturan, pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk
yang digunakan manusia untuk mengatur tingkah
lakunya. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan dari pengorganisasian pengertian-
pengertian yang tersimpul dalam simbol-simbol
yang berkanbitan dengan ekspresi manusia.
Karena itu Geertz kemudian memahami agama
tidak saja sebagai seperangkat nilai di luar
manusia tetapi juga merupakan sistem
pengetahuan dan sistem simbol yang
memungkinkan terjadinya pemaknaan.
Itulah sebabnya secara historis Islam datang
ke berbagai belahan nusantara dengan suasana
yang relatif damai nyaris tanpa ketegangan dan
konflik. Islam dengan mudah dapat diterima oleh
masyarakat sebagai sebuah agama yang membawa
kedamaian, meskipun pada masa itu masyarakat
telah beragama dan memiliki kepercayaan
tersendiri baik animisme, dinamisme, hindu
maupun budha. Penyebaran Islam menyebabkan
munculnya corak dan varian Islam yang memiliki

220
kekhasan dan keunikan. Hal ini harus disadari
bahwa eksistensi Islam di Indonesia tidak pernah
tunggal.
Dalam mempercepat perkembangan
masyarakat, kita tidak pernah mengesampingkan
kiprah Walisongo.4 mereka selalu menghargai
tradisi dan budaya asli dalam menyebarkan agama
Islam. Metode mereka sesuai dengan ajaran Islam
yang lebih toleran dengan budaya lokal. Hal ini
juga merupakan kemasyhuran cara-cara persuasif
yang dikembangkan Walisongo dalam
mengislamkan Pulau Jawa atas kekuatan Hindu-
Budha pada abad 15 dan 16 M. Apa yang terjadi
adalah bukan suatu intervensi, tetapi lebih pada
akulturasi dan hidup berdampingan secara damai.
Ini merupakan suatu ekspresi dari “budaya Islam ”
yaitu ulama sebagai agen of change, dipahami
secara luas telah memelihara dan menghargai

221
tradisi lokal dengan cara subordinasi budaya
tersebut terhadap nilai-nilai Islam.111

B. Akulturasi Kebudayaan
Akulturasi kebudayaan Redfield (1936)
adalah suatu fenomena yang merupakan hasil
ketika suatu kelompok individu yang memiliki
kebudayaanan yang berdeda datang dan secara
berkesinambungan melakukan kontak dari
perjumpaan pertama, yang kemudian mengalami
perubahan dalam pola kebudayaan asli salah satu
atau kedua kelompok tersebut.
Menyikapi bahwa akulturasi kebudayaan
merupakan suatu kontak dan yang melibatkan dua
atau lebih komponen atau aspek lainnya yang
mendorong suatu perubahan.Berkait dengan hal
diatas dipertegas akulturasi menurut Organization
for Migration (2004) merupakan adaptasi
progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari

111
Nurhuda Widiana 2015 : 287) akulturasi Islam dan budaya local
dalam tradisi nyumpet di desa sukero, kecamatan mlonggo
kabupaten Jepara" vol, 35, no 2, Juli 2015.

222
suatu kebudayaan pada elemen-elemen
kebudayaan asing (ide, kata-kata, nilai, norma,
perilaku).112

C. Budaya Madura
Kebudayaan dalam suatu masyarakat
merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan
pedoman hidup oleh warga yang mendukung
kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka
acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka
kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam
suatu masyarakat. Tradisi adalah sesuatu yang
sulit berubah, karena sudah menyatu dalam
kehidupan masyarakat pendukungnya. Bahkan
menurut Prof. Dr. Kasmiran Wuryo, tradisi
masyarakat merupakan bentuk norma yang
terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk
diketahui sumber asalnya. Oleh karena itu,

112
Yanyan Suryana, akulturasiI kebudayaan (hind
Budha islam ) dalam buku teks pelajaran buku nasional Indonesia , |
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017

223
tampaknya tradisi sudah berbentuk sebagai norma
yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, hubungan antara tradisi
kegamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai
hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi
keagamaan dalam suatu masyarakat akan makin
terlihat peran akan makin dominan pengaruhnya
dalam kebudayaan. Sebaliknya makin sekular
suatu masyarakat, maka pengaruh tradisi
keagamaan dalam kehidupan masyarakat akan
kian memudar. Para ahli antropologi membagi
kebudayaan dalam bentuk dan isi. Menurut
bentuknya kebudayaan terdiri atas tiga, yaitu113
1. Sistem Kebudayaan (cultural system).
Sistem kebudayaan berwujud gagasan,
pikiran, konsep, niali-nilai budaya, norma-
norma, pandanganpandangan yang
bentuknya abstrak serta berada dalam

113
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku Dengan
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press,
2012), 226

224
pikiran para pemangku kebudayaan yang
bersangkutan.
2. Sistem Sosial (social system). Sistem
sosial yang berwujud aktivitas, tingkah
laku berpola, perilaku, upacara-upacara
serta ritus-ritus yang wujudnya lebih
konkret. Sistem sosial adalah bentuk
kebudayaan dalam wujud yang lebih
konkret dan dapat diamati.
3. Benda-benda budaya (material culture).
Benda-benda budaya disebut juga sebagai
kebudayaan fisik atau kebudayaan
materiil. Benda budaya merupakan hasil
tingkah laku dan karya pemangku
kebudayaan yang bersangkutan.
Selanjutnya, isi kebudayaan menurut
Koentjaraningrat terdiri atas tujuh unsur, yaitu
bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan
kesenian. Dalam kaitannya dengan pembentukan
tradisi keagamaan, secara konkret, pernyataan
Koentjaraningrat tersebut dapat digambarkan

225
melalui proses penyiaran agama, hingga terbentuk
suatu komunitas keagamaan. Sebagai contoh,
masuknya agama-agama ke Nusantara sejak abad
keempat (Hindu Budha), ketujuh (Islam), dan ke
16 (Kristen). Meskipun keempat agama tersebut
disiarkan ke Nusantara dalam kurun waktu yang
berbeda, namun pengaruhnya terhadap perilaku
masyarakat pendukungnya di Indonesia masih
terlihat nyata.114
Islam adalah agama universal. Universalitas
Islam tersebut dapat dilihat ketika ia secara
akomodatif mencakup semua manusia dan
masyarakat dunia dan secara kompatibel ia dapat
eksis dengan perubahan sosial yang terus
berkembang. Dengan kata lain, ia merupakan
agama yang melintasi ruang dan waktu.
Karenanya, Islam meletakkan fungsi kreatif
manusia untuk mengaktualisasikan nilai-nilai

114
Ibid, 227

226
ajaran Islam ke dalam wujud kehidupan nyata
masyarakat sehari-hari.115
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari
makhluk-makhluk manusia yang terkait oleh suatu
sistem adat istiadat.Masyarakat Jawa merupakan
salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang
mulai zaman dahulu hingga sekarang yang secara
turun temurun menggunakan bahasa jawa dalam
berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagian
besar pulau jawa.116

D. Islam dan Budaya Lokal


Menurut Denys Lombard kaum muslimin
sebagai suatu kebulatan adalah sesuatu yang
mustahil.117Islam di Indonesia memang tampak
berbeda dengan Islam di berbagai belahan dunia
lain, terutama dengan tata cara yang dilakukan di
jazirah Arab. Persentuhan antara tiga hubungan

115
Mohammad Hefni Islam Madura Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Pamekasan,
116
Http//www.kompas.com
117
Lombard, Denys, Nusa Jawa Silang Budaya, terjemahan,
(Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 86.

227
kepercayaan pra Islam (animisme, Hindu dan
Budha) tetap hidup mewarnai Islam dalam
pengajaran dan aktifitas ritual pemeluknya.
Karena itu menurut Martin Van Bruinessen.118
Islam khususnya di Jawa, sebenarnya tidak lebih
dari lapisan tipis yang secara esensial berbeda
dengan transendentalisme orientasi hukum Islam
di wilayah Timur Tengah. Hal ini disebabkan
kerena praktek keagamaan orang-orang Indonesia
banyak dipengaruhi oleh agama India (Hindu dan
Budha) yang telah lama hidup di kepulauan
Nusantara, bahkan lebih dari itu dipengaruhi
agama-agama penduduk asli yang memuja nenek
moyang dan dewa-dewa serta roh-roh halus.
Hal ini dapat dipahami karena setiap agama
tak terkecuali Islam, tidak lepas dari realitas
dimana ia berada. Islam bukanlah agama yang
lahir dalam ruang yang hampa budaya. Antara
Islam dan realitas, meniscayakan adanya dialog

118
Bruinessen, Martin Van, “Global and Local in Indonesia lslam”
dalam Southeast Asian Studies, Kyoto: vol 37, No 2, 1999, hlm. 46-
63

228
yang terus berlangsug secara dinamis.Ketika
Islam menyebar ke Indonesia, Islam tidak dapat
terlepas dari budaya lokal yang sudah ada dalam
masyarakat. Antara keduanya meniscayakan
adanya dialog yang kreatif dan dinamis, hingga
akhirnya Islam dapat diterima sebagai agama baru
tanpa harus menggusur budaya lokal yang sudah
ada. Dalam hal ini budaya lokal yang berwujud
dalam tradisi dan adat masyarakat setempat , tetap
dapat dilakukan tanpa melukai ajaran Islam,
sebaliknya Islam tetap dapat diajarkan tanpa
mengganggu harmoni tradisi masyarakat.
Dialog kreatif antara budaya lokal tidaklah
berarti “mengorbankan” Islam, dan menempatkan
Islam kultural sebagai hasil dari dialog tersebut
sebagai jenis Islam yang “rendahan ” dan tidak
bersesuaian dengan Islam yang “murni” --yang
ada dan berkembang di jazirah Arab, tapi Islam
kultural dapat dilihat sebagai bentuk varian Islam
yang sudah berdialektika dengan realitas dimana
Islam berada dan berkembang. Sebagai contoh
agama Hindu yang ada di Bali. Hindu di Bali

229
bukanlah sebagaimana Hindu yang ada di tempat
kelahirannya India, tetapi merupakan hasil dari
dialog abadi (perenial), dan tidak mengenal
perubahan perubahan (absolut) sedangkan
kebudayaan bersifat particular, relative dan
temporer. Agama tanpa kebudayaan memang
dapat berkembang kultural dan Hindu yang
berkembang di Bali, Sehingga internalisasi agama
terhadap pemeluknya lebih mudah dipahami dan
ajaran-ajarannya dapat diaplikasikan sebagaimana
ideal yang ada dalam agama tersebut. Menjadi
Islam tidak harus menjadi Arab. Islam memang
lahir di Arab tetapi tidak hanya untuk masyarakat
Arab. Arabisasi merupakan upaya politik
berkedok purifikasi Islam yang berusaha
menjadikan Islam menjadi satu dan seragam.
Dalam pemahaman mereka, Islam kaffah adalah
Islam.
Dengan demikian dapat dipahami antara
agama ( Islam) dan budaya (lokal) masing-masing
memiliki simbol-simbol dan nilai
tersendiri.Agama (Islam) adalah simbol yang

230
melambangkan ketaatan kepada Allah.
Kebudayaan (lokal) juga mengandung nilai dan
simbol supaya manusia bisa hidup didalamnya
dengan cirri khas kelokalannya. Agma
memerlukan sistem symbol dengan kata lain
agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi
keduanya perlu dibedakan . Agama adalah sesuatu
yang final, universalsecara pribadi, tetapi tanpa
kebudayaan agama sebagai kolektifitas tidak akan
mendapatkan tempat.

E. Kesimpulan
Di madura islam tidak sekedar di jadikan
sebagai referensi bagi tata cara hidup
bermasyarakat, melainkan menyatu sebagai
penanda etnik madura. Dalam pandangan
Atropologis,antara islam dan madura merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.di madura
terdapat adat dan tradisi yang sering dilakukan
terutama untuk merayakan hari-hari besar islam.
adat dan tradisi madura lebih menekankan pada
penanaman moral terhadap sesama.

231
Akulturasi Islam dan Budaya Jawa
Disusun oleh:
Atikah Nur Halisah & Tholib Afriandi

A. Latar belakang
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal
dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa
Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan,
budaya Jawa Tengah-DIY, dan budaya Jawa
Timur. Budaya Jawa mengutamakan
keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung
tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya
Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta,
dan Jawa Timur terdapat juga di daerah
perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra,
dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk
salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak
diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa
yang diminati di luar negeri adalah Wayang kulit,

232
Keris, Batik, Kebaya, dan Gamelan119. Masuknya
islam di Indonesia/Nusantara mendapat banyak
perselisihan dari para ilmuan dan para peneliti.
Ada yang berpendapat bahwa islam masuk ke
Indonesia melalui para wali. Ada pula yang
menyatakan bahwa islam masuk langsung dari
arab dan ada juga yang menyatakan bahwa islam
masuk melalui para pedagang yang berasal dari
arab.
Setelah masuknya islam di Indonesia agama
islam sangat banyak bertemu dengan budaya-
budaya yang ada di nusantara khususnya di pulau
jawa. Di makalah ini kita akan membahas tentang
alkulturasi islam dan budaya jawa.
Budaya Jawa juga menghasilkan agama
sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang
seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi
orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi
mayoritas orang Jawa sekarang menganut agama

119
Https://Id.im.wikipedia.org diakses pada 5 juli 2021

233
Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut
agama Kristen atau Katolik. Dahulu orang Jawa
menganut agama Hindu, Buddha, dan Kejawen.
Bahkan orang Jawa ikut menyebarkan agama
Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan
Hindu-Buddha Jawa yang berperan. Orang Jawa
juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen
atau Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk
unik karena menjadi satu satunya suku di
Indonesia yang berperan penting dalam
menyebarkan 5 agama besar. Seorang peneliti AS
Clifford Geertz bahkan pernah meneliti orang
Jawa dan membagi orang Jawa menjadi 3
golongan besar yaitu: Abangan, Priyayi, dan
Santri.

B. Pengertian Akulturasi, Agama Dan Budaya


Alkulturasi adalah adalah suatu proses sosial
yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan
asing itu lambat laun akan diterima dan di olah

234
kedalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyeabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah
lepas dari pengaruh ajaran agama yang dianutnya.
Namun, karena manusia juga sebagai makhluk
sosial, sehingga pengaruh tradisi lokal, adat
budaya tempat manusia tinggal dan menetap
dengan kultur dan budaya yang berbeda, akhirnya
akan melahirkan sebuah budaya sendiri-sendiri
sesuai dengan lingkungan tempatnya berada.
Budaya dan tradisinya tersebut ikut mewarnai
perjalanan kehidupannya dari masa ke masa yang
melembaga dalam adat istiadat. Lalu terjadi
persetujuan dalam proses sosial yang disebut
asimilasi antar agama di satu pihak dan budaya di
pihak lain. Lebih jauh antar agama dan budaya
terjadi akulturasi, yakni terjadi bila suatu
kelompok manusia dengan satu kebudayaan
tertentu bertemu dengan unsur kebudayaan lain
yang berbeda, lalu unsur budaya luar tersebut
lambat laun diterima dan diolah ke dalam

235
kebudayaan itu sendiri. Bertemunya suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang berbeda
terkadang juga melahirkan proses adaptasi,
karenanya ada pendapat yang mengatakan bahwa
konsep tentang kebudayaan ialah sebagai strategi
adaptasi terhadap lingkungan. Akulturasi
kebudayaan yaitu suatu proses percampuran
antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain, sehingga membentuk
kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang
merupakan hasil percampuran itu masing-masing
tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh
karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-
masing kebudayaan harus seimbang. Begitu juga
untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India
dengan kebudayaan Indonesia asli.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat,
akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda.
Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya
persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan

236
kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya
keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang
tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak
budayanya.120
Akulturasi menjadi salah satu bagian dari
bentuk asosiatif dalam masyarakat. Sebagai
bentuk asositif dalam masyarakat akulturasi
memiliki hubungan yang erat antara masyarakat
satu dengan masyarakat yang lainnya. Termasuk
dalam sistem kebudayaan yang selalu hadir
disetiap segmen kehidupan manusia. Proses
terjadinya, akulturasi budaya dalam masyarakat
biasanya memakan waktu lama akan tetapi ada
yang hanya membutuhkan waktu sedikit, semua
kondisi akulturasi tersebut tentusaja bergantung
pada persepsi masyarakat setempat terhadap
budaya asing yang masuk.Akulturasi bisa terjadi
dalam kurun waktu yang relatif lama apabila
masuknya melalui proses pemaksaaan dalam
masyarakat, hal ini tentsauaja akan menimbulkan

120
jurnal akulturasi budayafakultas ilmu budaya universitas udayana
denpasar2016

237
konflik sosial (baca; pengertian konflik sosial)
yang dapat merusak keteraturan dalam kehidupan
masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya masuknya
akulturasi ini melalui proses damai, maka
akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat.

C. Masuknya Islam Di Pulau Jawa


Agama Islam mulai masuk di pulau Jawa, di
duga jauh sebelum abad XIII Masehi. Pusat-pusat
tertua penyebaran agama Islam adalah di Daerah
Gresik dan Surabaya. Kesimpulan tersebut
didasarkan pada kenyataan yang menuturkan
bahwa di Gresik terdapat banyak sekali makam
Islam yang tertua sekali. Di antaranya, adalah
sebuah makam tua dari seorang yang bernama
Fatimah binti Maemun, yang meninggal pada
tanggal 7 rajab 475 H. (1082 M). dan makam
Malik Ibrahim, yang meninggal pada tanggal 12
Rabiul awal 822 H (1419 M).14 Secara arkeologis,
makam Fatimah yang terletak di desa Leran, 12
KM di sebelah barat kota Gresik dianggap sebagai
satu-satunya peninggalan Islam tertua di

238
Nusantara, yang tampaknya berhubungan dengan
kisah migrasi suku Lor asal Persia yang datang ke
Jawa pada abad ke-10 M.121

Jika merujuk pada makam Fatimah binti


Maimun yang ditemukan di Leran,Gresik, Jawa
timur dengan angka di batu nisan yang
menunjukkan tahun 475 H/1082 M, maka
Islamisasi telah dimulai di wilayah Jawa pada
abad ke 11 M. Namun pengislaman besar-besaran
penduduk jawa belum terjadi. Para guru sufi di
Jawa atau yang dikenal dengan wali songo
berperan besar dalam pengislaman penduduk di
pulau Jawa.

D. Proses Penyebaran Islam Di Pulau Jawa


Dalam penyebaran islam di pulau Jawa para
wali songo menggunakan pendekatan tasawuf.
Dengan cara perlahan, tahap demi tahap wali
songo mendakwahkan agama islam di pulau Jawa.
Wali songo tidak menolak keras budaya yang ada

121
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, (Depok: Pustaka Iman, 2017).
P. 56

239
di pulau jawa. Islam hadir dan memperkenalkan
toleransi yang sangat tinggi. Di Jawa agama hindu
sangat memandang kasta dan membeda-bedakan
antara golongan yang tinggi dan yang rendah.
Kemudian islam hadir untuk memperkenalkan
toleransi dan kemsamaan/kesetaraan antar
manusia.
Perkawinan juga menjadi salah satu metode
para wali songo. Misalnya pernikahan putri campa
yang beragama islam dengan putra mahkota raja
Majapahit yang mlahirkan putra yang dikemudian
diknal dengan raden Fatah yang kemudian hari
mendirikan kerajaan Islam Demak.
Perkawinan menjadi salah satu metode
dakwah wali songo untuk memperkokoh ikatan
sosial politik islam di kerajaan Majapahit, serta
memberikan gensi darah para bangsawan Jawa
dan aura ke ilahian kepada keturunan mereka.

240
E. Alkulturasi islam dan budaya Jawa

Bentuk makam dari periode awal masuknya


islam menjadi model bagi model makam
seterusnya. Hal ini disebabkan karena pada tradisi
hindu tidak ada tradisi memakamkan jenazah.
Dalam tradisi hindu jenazah dibakar dan abunya di
buang ke laut. Jika jenazah orang kaya maka
disimpan didalam guci, dan jenazah raja akan
disimpan di candi. Alkulturasi budaya dapat diliat
dari batu nisan. Pengaruh jawa dapat dilihat dari
bentuk nisan yang tidak lagi hanya berbentuk
lunas, tapi beragam bentuk, seperti bentuk teratai,
keris, dan bentuk gunungan pewayangan. Bentuk
bentuk nisan tersebut merupakan pengaruh dari
budaya Jawa.
Masjid agung Demak disebut sebagai masjid
tertua di Jawa, dan masjid-mesjid keraton dikota
Gede Mataram memiliki bentuk atap bersusun
seperti kuil-kuil Hindu di Asia Selatan. Pola
arsitektur ini hanya ada di Indonesia khususnya di

241
pulau Jawa dan tidak dikenal di dunia musllim
lainnya. 122
Ada beberapa arsitektur bangunan mesjid di
Jawa yang dipengaruhi oleh seni bangunan pada
era Hindu Budha, dapat kita lihat pada beberapa
hal berikut :
- Bentuk atap mesjid. Sering kita jumpai mesjid
dijawa yang bentuk atapnya tidak berbentuk
kubah, namun atapnya berbentuk atap berusun
semkin ke atas semakin kecil dan bagian atasnya
seperti mahkota.

- Letak masjid. Masjid selalu terletak di dekat


istana raja (atau adipati/bupati). Di belakang
masjid sering terdapat makammakam.
Sedangkan di depan istana selalu ada lapangan
besar (alun-alun) dengan pohon beringin
kembar. Letak masjid selalu ada di tepi barat
istana. Rangkaian makam dan masjid ini pada

122
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, 94-95.

242
dasarnya adalah kelanjutan dari fungsi candi
pada zaman kerajaan Hindu-Nusantara.

- Tidak ada nya menara. Tidak adanya menara


pada mesjid-mesjid dijawa berkaitan dengan
digunakannya bedug sebagai tanda masuk waktu
solat. Dari mesjid-mesjid tua di Jawa, hanya
mesjid di Kudus dan Banten yang memiliki
menara. Dan menara keduanya pun memeiliki
bentuk yang berbeda.123Berbagai variasi
arsitektur mesjid yang terpengaruh dengan
budaya jawa kental merupakan merupakan
wujud dri alkulturasi islam dan budaya Jawa.
Dalam bidang kesusasteraan, kesusasteraan
Nusatara dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kesusasteraan madya (era islam) dan
kesusasteraan purba (Hindu Budha).

Dan ada juga alkulturasi dari tradisi Jawa


dan islam yaitu “slametan”. Slametan berasal dari
Jawa asli yaitu dimulai dari keyakinanan nenek

123
Agus sunyoto. Atlas walisongo.....p.168

243
moyang, dan kemudian di dihidupkan dan
dikembangkan oleh hindu-budha yang percaya
akan adanya dewa-dewa yang berwujud benda-
benda dan kejadian alam. Pada tradisi slametan
saat itu masyarakat melakukan acara-acara
penghususan kepada dewa dan memberi sesajen
kepada dewa yang dipercaya. Dan islam masuk
melalui pola damai, dan mengubah pola pemikiran
dan mengubah tata cara menjadi kebaikan-
kebaikan dalam islam seperti berzikir dan berdoa
dan pemberian sesajen itu di ubah menjadi
sedekah kepada para tamu. Begitulah islam
mengubah tradisi masyarakat Jawa kala itu
menjadi tradisi keislaman yang sangat baik dan
masih melekat hingga saat ini.
Kesusasteraan zaman madya (era Islam)
tidak terlepas dari pengaruh Hindu-Budha. Bahan-
bahan dari kesusasteraan zaman purba merupakan
kelanjutan sastra purba terutama di Jawa. Banyak
gubahan-gubahan sastra purba berkembang di
zaman madya. Gubahan-gubahan sastra ini
biasanya ditulis dalam bentuk gancaran dan

244
tembang. Cerita-cerita yangditulis dalam bentuk
gancaran disebut hikayat, sedangkan yang ditulis
dalam tembang disebut syair. Di daerah Melayu
karya sastra banyak yang ditulis dengan
menggunakan huruf Arab, sedangkan di Jawa
ditulis dalam huruf Jawa walaupun ada juga yang
menggunakan huruf Arab terutama yang berkaitan
dengan soal-soal keagamaan.124

F. Alkulturasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dan


Budaya Jawa
Pendidikan islam sangat penting dalam
menyebarkan agama islam di Jawa. Pondok
pesantren merupakan lembaga yang berperan
sangat penting, pesantren di selenggarakan oleh
para ulama. Di ponok pesantren para calon guru
agama, kiai, atau ulama mendapatkan pendidikan
agama islam. Setelah lulus dari pondok pesantren,
mereka kembali ke kampung halaman masing-

124
http://wisnu.dosen.isi-ska.ac.id/2012/11/06/akulturasi-
budayamasa-islam-di-indonesia/. Diakses pada 5 juli 2021

245
masing atau ke daerah lain untuk menyebarkan
agama islam. Pesantren-pesantren yang pada awal
penyebaran islam di Jawa misalnya adalah,
pesantren yang didirikan oleh raden rahmat (sunan
ampel) di Surabaya, dan pesantren yang didirikan
oleh sunan Giri di Giri.
Di era Demak, alkulturasi nilai-nilai
pendidikan menjadi keluarnya kebijakan tentang
“bayangkare islah” dalam kebijakan ini memuat
beberapa hal sebagai berikut:
1. Tanah Jawa dibagi menjadi beberapa bagian
untuk lapangan pendidikan islam. Pimpinan
pekerjaan di tiap-tiap bagian di kepalai oleh
seorang wali dan seorang pembantu (badal).
Wali ditambah gelara sunan ditambah dengan
nama daerah yang di kepalai olehnya,
misalnya Sunan Qudus, Sunan Muria, Sunan
Giri dan lain sebagainya.
2. Pendidikan islam agar mudah dipahami dan
diterima oleh masyarakat jawa , maka
pendidikan harus diberikan melalui jalan

246
kebudayaan yang hidup di masyarakat, asal
tidak bertentangan dengan syariah.
3. Para wali/badal selain harus pandai ilmu
agama harus juga mmelihara budi pekerti
supaya menjadi suri tauladan yang baik bagai
masyarakat.
4. Di Bintoro (Demak) didirikan mesjid agung
untuk menjadi sumber ilmu, dan pusat sumber
pendidikan islam.
Sedangkan pada era Mataram Islam,
pelaksanaan pendidikan islam di bagi dalam
beberapa tingkatan disesuaikan dengan birokrasi
pemerintahan, sebagai berikut : pelaksanaan
pendidikan di tingkat kabupaten di masing-
masing bagian di pertanggung jawabkan kepada
beberapa ketib, dibantu oleh beberapa Modin. naib
bertugas sebagai kepala, sedangkan pegawainya,
serta modin desa adalah penyelenggara
pendidikan di tingkat desa. Pada daerah kabupaten
diadakan pesantren besar lengkap dengan pondik-
pondoknya untuk melanjutkan pendidikan di
tingkat desa. Guru yang mengelola pesantren di

247
sebut kiai kanjeng atau kiai sepuh yang merupakan
ulama keraton. Model pesantren yang di di
peraktekkan pada era tersebut merupakan hasil
dari alkulturasi dari sistem pendidikan islam dan
sistem pendidikan hindu budha di Jawa Majapahit.

G. Kesimpulan
Islam di Indonesia mendapatkan banyak
pendapat dan teori tentang awal mula masuknya.
Dan awal mula masuknya islam di pulau Jawa
dapat dilihat dari makam Fatimah binti Maimun
yang sudah ada sejak abad ke 11 dan wali songo
sangat berperan besar dalam pegislaman
masyarakat di pulau Jawa.
Alkululturasi islam dan budaya Jawa dapat
dilihat dari segi bangunan mesjid dan bentuk
nisannya yang sangat mirip dengan kebudayaan
hindu budha. Juga bisa kita lihat dari tradisi
keagamaan di masyarakat Jawa seperti slametan
yang awalnya berasal dari keprcayaan nenek
moyang yang dikuatkan oleh hindu budha.

248
Akulturasi Islam dan Budaya Sunda
Disusun oleh:
Syarofa & Zulfa Ardillah

A. Latar Belakang
Islam masuk ke indonesia tidak dalam
kondisi hampa budaya. Telah ada budaya
setempat yang berkembang dalam masyarakat
indonesia. Semakin lah berkembang sehingga
melahirkan akulturasi budaya antara ajaran islam
dan budaya masyarakat setempat. Bersentuhan
agama islam dengan budaya asli indonesia
merupakan pembahasan yang menarik, islam
sebagai agama yang di universal menjadi rahmat
bagi semesta alam dan kehadirannya di muka
bumi ini islam semakin berbaur dengan
keberagaman kebudayaan lokal.125
Antara islam dan kebudayaan lokal pada

125
Deni Miharja, Sentuhan Agama Islam dengan Budaya Asli
Indonesia, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Vol.XXXVIII No. 1 Januari-Juni 2014, h. 189.

249
suatu masyarakat tidak bisa dipisahkan
dikarenakan diantara keduanya merupakan
bagian yang saling mendukung dan menguatkan.
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh allah
subhanahu wa ta'ala untuk semua umat manusia
telah berperan di dalam mengisi kehidupan umat
manusia di muka bumi. Adapun pula kehadiran
islam di tengah- tengah masyarakat sudah
menjadi kebudayaan tersendiri sehingga
menjadikan islam dengan budaya setempat
mengalami akulturasi.
Islam dengan mudah menjadi bagian dari
kehidupan orang sunda. Agama islam yang
datang dan diterima oleh masyarakat sunda
merupakan bentuk ajaran yang mudah dicerna
sehingga banyaknya masyarakat setempat yang
tertarik dengan agama islam maupun ajarannya
dan di setiap pembelajaran nya dipahami
sesederhana karakter budaya orang sunda itu
sendiri. Nah dalam hal ini kebudayaan yang
membungkus ajaran islam tersebut menjadi
kebudayaan ajaran islam yang mudah berbau

250
atau menyatu dengan budaya sunda itu sendiri.
Dalam proses islamisasi di tatar sunda menyebar
maka islam secara tidak langsung membentuk
jadi diri ke sunda and orang sunda cara natural
dalam perilaku sehari-hari sekaligus juga
menjadi identitas permanen orang sunda.

Kebudayaan sunda salah menjadi sumber


kerangka acuan masyarakat sunda yang mana
dalam hal ini mereka berhadapan dengan
berbagai perubahan. Perubahan-perubahan yang
datang atau muncul di kalangan sunda tersebut itu
tidak ditolak atau diterima oleh masyarakat
karena mereka berpendapat atau memiliki
prinsip itu tergantung kepada jauh mana
perubahan itu bisa diterima oleh kebudayaannya.
Nah, dalam hal ini berbagai macam suatu
perubahan yang akan dilakukan terhadap
masyarakat sunda itu sendiri mesti
mempertimbangkan aspek tradisi dan
kebudayaan masyarakat sunda.

Kebudayaan sunda adalah sumber

251
kerangka acuan masyarakat sunda, ketika
mereka mereka berhadapan dengan berbagai
perubahan. Suatu perubahan ditolak atau
diterima oleh masyarakat tergantung sejauh
mana perubahan itu bisa diterima oleh
kebudayaannya. Oleh karena itu suatu perubahan
yang akan dilakukanterhadap masyarakat sunda
mesti mempertimbangkan aspek tradisi dan
kebudayaan masyarakat sunda itu sendiri.126

Islam pada tata kehidupan orang sunda,


jika kita melihat pada kenyataan bahwa sejak
zaman kerajaan sunda suasana keberagaman
masyarakat sunda telah menciptakan kehidupan
harmonis dalam semua bidang kehidupan.
Terdapat beberapa hal menarik yang patut di
apresiasi tentang keberagaman masyarakat
sunda sebelum masuknya islam ke tatar sunda
seperti, adanya kebebasan dalam beragama
sehingga orang-orang yang bebas memiliki hak
untuk memilih agama menurut jack imannya

126
Ibid, h. 209

252
masing-masing, lalu ada juga gambaran tentang
kehidupan sujud sudah kematian dan gambaran
tentang cara-cara untuk mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat dengan
melakukan amal dan tanpa harus melihat
kedudukan.

B. Proses Akulturasi Islam dan Budaya Sunda


Istilah sunda sendiri kemungkinan berasal
dari bahasa sanskerta yakni sund atau suddha yang
berarti bersinar, terang, atau putih.127 Dalam
bahasa jawa kuno kawi dan bahasa Bali dikenal
juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama
yaitu bersih, suci, murni, tidak tercela atau
bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.128
Islam masuk ke dalam kehidupan
masyarakat sunda melalui pendidikan dan

127
Deni Miharja, Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Sunda, Al-
AdYan/Vol.X, No.1/Januari- Juni/2015, h. 23
128
Edi S. Ekadjati. Kebudayaan lokal di tatar sunda suatu
pendekatan sejarah Jilid 1.(Jakarta:Pustaka Jaya.cet.III, 2009),
h.1

253
dakwah bukan dengan jalan penaklukan. Hal
tersebut membuat wajah islam di tatar sunda
berbeda dengan islam yang disebarkan dengan
cara peperangan. Oleh karena itu sejak
diperkenalkan pertama kali oleh syekh syarif
hidayatullah (1470). Di sebelah timur dan
kesultanan banten di sebelah barat. Agama islam
terus menyebar ke seluruh pelosok tatar sunda
tanpa hambatan yang berarti dengan tidak terasa
orang-orang sunda memeluk islam seperti belajar
kebudayaan sendiri atau bisa dikatakan pula
dengan kata lambat tapi pasti.
Tatar sunda adalah sebuah nama yang
digunakan untuk menyebut wilayah yangberada
di pulau jawa bagian barat. Tatar sunda sendiri
merupakan gabungan dari dua kata yaitu " tatar "
yang berarti wilayah dan " sunda " yaitu merujuk
suku bangsayang tinggal padanya.129
Islam memasuki tatar sunda dengan penuh
kedamaian, dengan memberikan nilai-nilai

129
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tatar_Sunda, (Di akses pada
tanggal 11 juli 2021, Pukul : 16:30)

254
spiritual bagi masyarakat sunda untuk
menyembah kepada satu tuhan saja yaitu allah
subhanahu wa ta'ala. Nah pada masa itu kehadiran
islam diterima dengan sukacita tidak adanya
pedang dan darah yang dikorbankan tidak ada
nyawa dan tidak ada korban jiwa yang
melayang.130
Islam menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan mereka sehari-hari, para
pengamat banyak yang mengatakan bahwa
kebudayaan sunda sekarang sulit dipisahkan
dengan ajaran islam sehingga ada ungkapan
bahwa sunda adalah islam. Ungkapan tersebut
untuk pertama kali dilontarkan oleh almarhum
Endang Saefudin Ansori yang merupakan salah
satu seorang intelektual sunda akan tetapi beliau
bukanlah keturunan sunda tetapi lahir dan
dibesarkan di daerah tatar sunda, sehingga dari
cara berbicara nya sehari-hari juga memakai

130
Budi Sujati, Tradisi Budaya Masyarakat Islam di Tatar Sunda
(Jawa Barat), Ishlah: Journal of Ushuluddin, Vol. 1, No. 1, Th.
2019, h. 41-42

255
bahasa sunda.
Inilah awal mulanya ungkapan tersebut
kemudian menjadi patokan di tengah masyarakat
sunda nah hal tersebut lebih menekankan kepada
fakta bahwa mayoritas masyarakat sunda adalah
beragam islam atau kebanyakan orang sunda
berkeyakinan tauhid kepada allah subhanahu
wata'ala. Islam masuk ke dalam kehidupan
masyarakat sunda melalui pendidikan dan
dakwah bukan dengan jalan penaklukan. Hal
tersebut membuat wajah islam di tatar sunda
berbeda dengan islam yang disebarkan dengan
cara peperangan. Oleh karena itu sejak
diperkenalkan pertama kali oleh syekh syarif
hidayatullah (1470).
Atas kehendak Allah pada masa itu
kehadiran islam semua berjalan dengan lancar
dan mudah diterima dan dipahami oleh
masyarakat setempat sehingga muncullah istilah
islam itu sunda dan sunda itu islam. Menurut
Hurgronje (1931) islam masuk ke tatar sunda
dalam keadaan masyarakat telah memiliki

256
kepercayaan yang di warsi secara turun temurun
dari para leluhurnya. Nah pada saat islam di tatar
sunda mulai disebarkan oleh sunan gunung jati
seorang pendiri kesultanan cirebon sekaligus juga
salah satu dari wali songo.
Pada masa itu warisan kepercayaan orang
orang sunda datang dari kepercayaan lokal yang
merupakan akulturasi budaya hindu budha
dengan islam sehingga tegas dalam menyebarkan
agama islam dilanjutkan oleh para kiai yaitu
orang yang ahli dalam agama islam dan
merupakan pemimpin karismatik dalam agama
yang menyebarkan islam dengan meneruskan apa
yang diwariskan oleh sunan gunung jati. Pada
perubahan yang merupakan kreativitas
masyarakat sunda di tatar sunda yang
memberikan sentuhan baru di dunia islam
sehingga para kiai atau para pengajar agama pada
masa itu menjadi sosok yang sangat berperan
penting yang memberikan kontribusi luar biasa
sehingga terciptanya harmoni antara islam dan
budaya sunda. Dalam hal ini terjadi lah kekhasan

257
tersendiri bagi daerah tatar sunda secara
khususnya dengan ajaran islam semakin
mempererat jalinan budaya lokal dengan islam
sehingga sebagian masyarakat ntar sunda menjadi
masyarakat islam dan agama islam adalah agama
masyarakat sunda.
Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari
disebutkan daerah-daerah di tatar sunda yang
berhasil diselamatkan oleh sunan gunung jati
selain cirebon adalah daerah kuningan,
sindangkasih, talaga, luragung, ukur, indralaya,
bantar, dan imbanganten. Galuh dan sumedang di
islam kan oleh cirebon pada masa sunan gunung
jati. Daerah kuningan, talaga, galuh, dan daerah
sekitarnya terjadi pagi selamat pada tahun 1530
ada pula daerah rajagaluh di islam kan tahun 1528
dan talaga pada tahun 1530 M.131
Menurut cerita rakyat sidang kasih daerah
ini di islam kan oleh utusan cirebon dibawa
pimpinan pangeran Muhammad dan Siti Armila

131
Ibid, h. 41-42

258
dan Pada masa itu di bawah pimpinan sang ratu
yang bernama Nyai rambut kasih.132 Pada masa
itu Pesantren merupakan lembaga pendidikan
islam yang sangat tua keberadaannya di
indonesia, pada masa itu kyai mengajarkan
ilmunya kepada para santri melalui lembaga
tersebut sehingga dari sistem pendidikannya
otomatis mengikuti pola agama.
Nah, dalam hal ini sosok central yang
dimiliki oleh seorang kyai tersebut di tatar sunda
melahirkan lah secara bertahap tradisi islam di
tatar sunda sehingga membawa perubahan yang
baru baik itu dalam bidang politik sosial budaya
maupunhukum. Dengan adanya kehadiran hukum
islam yang menjadikan masyarakat
melaksanakan bagian-bagian dari hukum islam
tersebut lambat laun ini mengakibatkan budaya
sunda mengalami perubahan antara hukum islam
dan hukum adat.
Penyebaran islam ke daerah pedalaman

132
Ibid, h. 42

259
banten (Banten Selatan) dilakukan pada waktu
pangeran Hasanuddin nama gang kekuasaan di
daerah itu sebagai bupati banten pada tahun 1552-
1570 Berperan sebagai kesultanan Banten. Lalu
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yang
bernama Maulana Yusuf pada tahun (1570-1580)
dengan tujuan melanjutkan usaha dari ayahnya
pangeran hasanuddin dalam menyebarkan islam
di pedalaman banten.133
Dengan masuknya islam indonesia kembali
mengalami proses akulturasi atau bisa juga kita
sebut sebagai proses bercampur nya dua atau
lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-
bangsa dan saling mempengaruhi. Mah dalam hal
ini kemudian lah melahirkan kebudayaan baru
yaitu kebudayaan islam indonesia.Adapun dari
kata lain akulturasi adalah suatu proses sosial
yang timbul saat satu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur
dari suatu kebudayaan asing. Kemudian lambat

133
Ibid, h. 43

260
laun kebudayaan yang baru ini atau yang asing
bagi masyarakat setempat diterima dan diolah
tanpa menghilangkan unsur kebudayaan pada
masyarakat itu sendiri.

C. Kebudayaan Sunda yang Berakulturasi


dengan Islam
Dan sistem kepercayaan orang sunda
terdapat kepercayaan kekuatan super natural
yang paling tinggi yang sangat berkuasa dan
menentukan segalanya yaitu gusti Allah atau
biasa disebut juga dengan Pangeran Murbeng
Alam. Adapun Istilah lain Allah Murba Wisesa
atau bisa juga kita artikan dengan sempurna
kepandaiannya. Walaupun dikalangan tertentu
masih terdapat kepercayaan sisa-sisa agama
terdahulu tetapi pada umumnya orang sunda
telah memberikan hatinya untuk iman kepada
gusti Allah dan meyakini aqidah islam yang
lainnya. Kanjeng Nabi Muhammad adalah
sebutan penghormatan kepada nabi Muhammad
yang diyakini sebagai nabi akhir. Muludan

261
adalah suatu perayaan untuk menghormati
kelahiran nabi Muhammad dan disi oleh Sidekah
Mulud dan pengajian bersekolah besar dengan
mengundang maubalig dari daerah lain yang
terkenal.
Alquran menjadi bacaan wajib bagi
kebanyakan masyarakat sunda sehingga hampir
dipastikan anak-anak mulai berumur 7 tahun
telah diperkenalkan membacaal-quran walaupun
dengan cara sederhana terutama di daerah
pedesaan belajar al- quran biasanya pada sore
hari atau setelah sholat (Sambeyang) magrib.
Nah sehingga pada waktu-waktu tersebut akan
terdengar dari seluruh pelosok kampung suara
anak-anak membaca alquran dengan suara
nyaring. Dan ketika seorang anak telah
menamatkan bacaan alquran 30 juz maka orang
tuanya mengadakan perayaankhataman y a i t u
Acara Salametan. Dalam hal ini merupakan
acara mengundang tetangga untuk hadir di
rumah atau masjid dengan tujuan untuk
mendengarkan bacaan tracker anak yang sedang

262
alquran dan diikuti oleh makan nasi tumpeng
bersama dengan daunnya daging ayam yang
dipanggang (Bakakak).
Dari paparan di atas ada juga dari
kebudayaan sunda dalam bidang arsitektur
masjid di tatar sunda berbeda dengan arsitektur
masjid di negara timur tengah yang didominasi
oleh garis lengkung dan berubah. Adapun
kebanyakan masjid dan tajuk di tatar sunda lupa
bangunan sederhana dengan arsitektur yang
kalau dilihat secara sepintas udah jauh berbeda
dengan bentuk rumah penduduk. Jadi dari
bentuk bentuknya itu yang paling banyak dalam
bentuk atap tumpang dua atau tiga dengan Model
Nyuncung. Nah oleh karena itu masih masih
di tatar sunda dikenal juga dengan sebutan
Bale Nyuncung bahkan sebelum ada kantor
urusan agama atau biasa disingkat dengan
(KUA) Masjid dipakai untuk kegiatan ijab Qabul
pernikahan sebagai Bale Nyuncung masjid di
Tatar Sunda Identik dengan kegiatan perkawinan.
Budaya sunda dikenal dengan budaya yang

263
sangat menjunjung tinggi sopan santun pada
umumnya karakter masyarakat sunda adalah
periang, ramah tamah, murah senyum, lemah
lembut, dan sangat menghormati orang tua.134
Ruang lingkup akulturasi muncul satu metode
hukum dari akulturasi islam dan adat sunda
beberapa jenis hukum islam yang hingga saat ini
ada dan terus berkembang pada masyarakat di
tatar sunda yang menjadi kebiasaan atau habitat
dan tradisi.

D. Contoh Akulturasi Islam dan Budaya


Sunda
1. Aqiqah
Aqiqah adalah penyembelihan hewan
kambing domba dan sejenisnya yang
dilaksanakan pada hari ketujuh seorang anak
oleh hormon tuanya. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk rasa syukur orang tua atas
karunia dari Allah SWT. Masyarakat tatar

134
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda(Di akses pada
Tanggal, 21 Juli 2021, Pukul 04:30)

264
sunda melaksanakan aqiqah sebagai bentuk
ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Nah,
dalam hal ini bersamaan pula dengan
dilakukan pemotongan rambut bayi dan
pemberian nama.
Pada komunitas adat tatar sunda ritual
aqiqah dilaksanakan dengan mengadakan
syukuran berupa pembuatan tumpeng dan
mengundang para tetangga untuk makan
bersama dan pada beberapa wilayah juga
mereka mengadakan tradisi Marhabanan yaitu
pemotongan rambut bayi yang dilakukan
oleh hadirin dengan mengucapkan shalawat
kepada nabi muhammad shallallahu alaihi
wasallam. Tentu saja tradisi Marhabanan
adalah penyerapan dari hukum islam yang di
akulturasi kan dengan budaya lokal sunda hal
ini bisa menjadi fakta nyata bahwa sebagian
masyarakat tatar sunda masih melaksanakan
ritual keagamaan tersebut di wilayah-wilayah

265
yang tradisi lokal nya masih kuat.135
2. Khitan
Adalah hal yang menarik dari tradisi ini
yang merupakan kewajiban bagi setiap laki-
laki dalam Islam. Bagi masyarakat Sunda
melaksanakan proses khitan berbeda dengan
yang dilakukan dalam Islam. Pelaksanaan
khitan di masyarakat Sunda Yang berada di
wilayah pesisir Pantai Utara Tatar Sunda,
bagi mereka khitanan merupakan proses
upacara turun temurun dilaksanakan dengan
melaksanakan kegiatan hiburan dangdut
acara dimulai dari siang hari sampai sore hari.
Setelah itu pada malam harinya dilanjutkan
dengan pengajian atau Siraman Rohani untuk
masyarakat setempat, hal tersebut
memberikan dampak positif dan negatif.
Padahal dalam ajaran islam kegiatan
semacam itu tidak ada namun dalam budaya

135
Budi Sujati,Tradisi Budaya Masyarakat Islam Di Tatar Sunda
(Jawa Barat), Ishlah: Journal of
Ushuluddin,Vol.1,No.1,Th.2019,h.44

266
setempat sebagai akulturasi dari budaya lokal
dengan hukum islam mengenai khitanan
tersebut menjadikan tradisi khitan dalam
islam menjadi semarak dan menarik simpati
wajah masyarakat sekitarnya bahwa agama
islamadalah agama yang dinamis di mana saja
dia berada maka sendi-sendi islam bisa
diterapkan dengan budaya setempat.12
3. Perkawinan
Perkawinan di tataran sunda saat ini
didasarkan pada rukun dan syarat dalam
perkawinan islam seperti adanya mahar, wali
nikah, Saksi, dan petugas pencatat nikah
merupakan bagian dari hukum islam yang
diterima oleh masyarakat di tatarsunda. Pada
masa lalu pernikahan akan sah ketika
dilakukan di depan sesepuh dengan disahkan
oleh para sesepuh ada tersebut sehingga
adanya rangkaian pernikahan yang diawali
dengan lamaran dengan tradisi masyarakat
islam di tatar sunda (Jawa Barat). Berbagai
persyaratan serta prosesi pernikahan yang

267
sangat rumit merupakan tradisi lokal di dalam
hal pernikahan selain itu dengan adanya
seserahan yaitu pemberian hadiah dari
pengantin laki-laki dan perempuan merupakan
tradisi sunda yang saat ini tetap
dipertahankan.136
Nah, dalam tradisi tersebut bermakna
bahwa pihak laki-laki siap memberikan
nafkah yang layak kepada calon istrinya
apabila mempelai perempuan menerima
pemberian tersebut. Islam sendiri
memperbolehkan hal tersebut sebagai adat
yang bisa dilestarikan adapun apabila terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan akidah islam
maka hal tersebut tidak diperbolehkan
walaupun beralasan dengan adat budaya
masyarakat.
4. Kematian
Memberikan bantuan dan hiburan bagi
keluarga yang mengalami musibah

136
Ibid, h.45

268
dikarenakan kehilangan nya atau
meninggalnya salah satu anggota keluarga
merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan
oleh agama islam. Nah pada tradisi takziah
dianjurkan dalam islam sebagai bentuk
solidaritas akan kepedulian sesama muslim
satu dengan yang lainnya. Tradisi ini
dilaksanakan pula oleh masyarakat sunda
yang masih menganut tradisi tradisi setempat
di daerah pantura jawa barat dan sekitarnya
pada salah seorang anggota keluarga yang
meninggal maka spontan pada tetangga
mendatangi keluarga tersebut dengan
membawa beras dan makanan.137
Adapun hal lain yang merupakan dari
bentuk kepedulian sesama muslim yaitu
membawa uang sebagai bentuk sumbangan
bagi keluarga si mayit para tetangga
mendatangi keluarga mayit. para wanita bahu
membahu membuat makanan dan bagi para

137
Ibid, h. 46.

269
laki-laki menyiapkan pengurusan jenazah.
Tradisi pengurusan jenazah yang ada di tatar
sunda merupakan tradisi turun menurun yang
diwarnai dengan budaya islam adapun juga
ntar abis yang lain selamatkan bagi orang
yang sudahmeninggal di hari ke- 3, 7, 21, dan
40, 100 hingga 1000.
5. Kewarisan

Sistem kewarisan yang banyak dianut


pada masyarakat Tatar Sunda adalah
pembagian hak waris sama bagiannya dengan
laki-laki maupun perempuan. Nah, dalam hal
lainnya juga pada masyarakat ini ada
beberapa komunitas dalam pembagian
warisan dilakukan sebelum orang tunya
meninggal dunia. Para orangtua membagi kan
harta nya kepada anak-anak mereka ketika
masih hidup, hal ini bertujuan supaya ketika
mereka telah meninggal tidak terjadi nya
perebutan hak waris tidak saling berebut
warisan. Pada pembagian hak waris

270
masyarakat Tatar Sunda menyamaratakan
jumlahnya antara laki-laki dan perempuan
sehingga dengan adanya Islam yang
Berakulturasi Dengan budaya tersebut
sebagaimanadalam ilmu Faraid (Waris) Islam
mengajarkan bahwa bagi anak laki laki
pembagian nya dua kali lebih banyak dari
pada anak perempuan.138 Nah, dengan hal
inilah menjadi salah satu jalan adanya
dilaksanakan musyawarah dalam menentukan
hak Waris.
6. Muamalah
Abdurrahman (2015) mengemukakan
bahwa masyarakat tatar sunda adalah
masyarakat yang multi profesi yang mana
pada diri mereka telah memahami bahwa
muamalat merupakan bagian yang juga diatur
oleh islam, sehingga perkembangan terkini
tentang ekonomi islam di tatar sunda
menunjukkan perkembangan yang

138
Ibid, h. 47.

271
menggembirakan masyarakat adat islam
sejatinya juga diterima dengan baik dari
contoh tentang lapangan memakan bunga dari
uangnya disimpan telah ada sejak dahulu.139
Adapun kepercayaan sebagian
masyarakat pantai Utara Laut Jawa Tatar
Sunda misalnya tidak mau mengambil
tambahan uang pada pokok uang yang
mereka simpan atau dititipkan pada orang lain
karena menurut tradisi turun menurun mereka
uang tersebut dapat mendatangkan
malapetaka. Mereka juga percaya bahwa
adanya larangan menanam padi pada hari-hari
tertentu.

139
Ibid, h. 47-48.

272
E. Kesimpulan
Islam masuk ke dalam kehidupan
masyarakat sunda melalui pendidikan dan
dakwah bukan dengan jalan penaklukan. Hal
tersebut membuat wajah islam di tatar sunda
berbeda dengan islam yang disebarkan dengan
cara peperangan. Oleh karena itu sejak
diperkenalkan pertama kali oleh syekh syarif
hidayatullah (1470). Di sebelah timur dan
kesultanan banten di sebelah barat. Agama islam
terus menyebar ke seluruh pelosok tatar sunda
tanpa hambatan yang berarti dengan tidak terasa
orang- orang sunda memeluk islam seperti
belajar kebudayaan sendiri atau bisa dikatakan
pula dengan kata lambat tapi pasti.
Budaya sunda dikenal dengan budaya yang
sangat menjunjung tinggi sopan santun pada
umumnya karakter masyarakat sunda adalah
periang, ramah tamah, murah senyum, lemah
lembut, dan sangat menghormati orang tua.
Ruang lingkup akulturasi muncul satu metode
hukum dari akulturasi islam dan adat sunda

273
beberapa jenis hukum islam yang hingga saat ini
ada dan terus berkembang pada masyarakat di
tatar sunda yang menjadi kebiasaan atau habitat.
Adapun contoh dari akulturasinya yaitu aqiqah,
khitan, perkawinan, kematian, kewarisan,
muamalah.

274
Akulturasi Islam dan Budaya Tionghoa
Disusun oleh:
Azzah Rifdah Aulia, Indri Widya Sari & Saypul Anwar

A. Latar Belakang
Etnis tionghoa merupakan salah satu etnis
yang berada di Indonesia. Etnis tionghoa di
Indonesia menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Keberadaan etnis tionghoa ini sudah
berada di Indonesia sebelum kemerdekaan
Indonesia. Sebelumnya, etnis tionghoa datang
sampai ke Nusantara dengan tujuan untuk
berdagang dan sejak itulah etnis tionghoa menetap
di Indonesia.
Pada masa rezim Soekarno, perlakuan
terhadap etnis Tionghoa negara mengeluarkan
kebijakan asimilasi dan adaptasi. Jika etnis
Tionghoa ingin di terima sebagai warga negara
yang setara, maka perlu perbauran dengan budaya
nasional. Selain meninggalkan identitas nilai dan
budaya Tionghoa juga menjadikannya sama

275
dengan identitas nasional.140 Menurut Arif
Budiman, kedua kebijakan tersebut dijalankan
bersamaan dengan terbentuknya Badan
Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia
(BAPERKI). Sementara pada masa rezim
Soeharto, dikeluarkan kebijakan asimilasi total.
Asimilasi total ini memaksa etnis Tionghoa
menghilangkan segala bentuk identitas, budaya
dan tradisi mereka.141
Banyak hal yang dilakukan etnis tionghoa
agar tetap hidup atau tetap berada di Indonesia,
salah satu caranya yaitu, dengan memeluk agama
Islam. Mungkin, hingga kini ada sebagian
masyarakat masih menganggap etnis tionghoa
sebagai orang luar yang disebabkan karena
pemahaman yang salah.

140
Afthonul Afif, Identitas Tionghoa Muslim Indonesia, (Penerbit
Kepik, Cimanggis Depok 2012), hlm. 22
141
Budiman A, Potret of The Chinese in Post Soeharto Indonesia.
2005; (Pasir Panjang, Institut Of Southeast Asia Studies), hlm. 102

276
B. Asal Mula Etnis Tionghoa Masuk ke Indonesia
Berdasarkan fakta sejarah, orang Tionghoa
telah lama datang ke Indonesia. Kedatangan
mereka tidak hanya berdagang melainkan, ada
keperluan-keperluan lain misalnya, menyebarkan
agama buddha dan budaya pengetahuan yang
lainnya.
Menurut catatan sejarah, awal mula
datangnya orang-orang Tionghoa datang ke
Indonesia dapat ditelusuri sejak masa Dinasti Han
(206 SM – 220 M). Pada masa itu, Tiongkok telah
membuka hubungan perdagangan dengan negara-
negara yang ada di Kawasan Asia Tenggara, dan
menurut catatan sudah ada orang Tionghoa yang
datang ke Pulau Jawa (Djawa Dwipa). Pada masa
Dinasti Tang (618-907 M) juga didapati orang-
orang Tionghoa di Kerajaan Sriwijaya. Jauh pada
paruh kedua abad ke-9, ketika tantara
pemberontak pimpinan Huang Chao menduduki
Guangzhou, muslim Tionghoa serta saudagar
Arab dan Persia yang berjumlah besar dan
bermukim di sekitar Guangzhou berbondong-

277
bondong menguasai ke Sriwijaya. Selanjutnya
pada masa Dinasti Ming, orang-orang Tionghoa
datang bersamaan dengan ekspedisi Laksamana
Cheng Ho sebanyak 7 kali ke Nusantara.142
Pada saat kedatangan Cheng Ho yang
pertama, sudah banyak terdapat etnis Tionghoa di
Pula Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Pada akhir
masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti
Ching (1644-1911), jumlah imigran etnis
Tionghoaa yang datang ke Nusantara semakin
bertambah. Hal ini disebabkan adanya
penyerangan bangsa Manchu terhadap Dinasti
Ming sehingga banyak penduduk Tiongkok yang
berimigrasi untuk menghindari peperangan. Para
perantau kebanyakan berasal dari provinsi-
provinsi di Cina Selatan, seperti provinsi
Kwangtung, Fukien, Kwangsi, dan Yunan. Para
perantau tidak berasal dari satu suku bangsa, tetapi
paling sedikit delapan suku bangsa dengan bahasa
yang berbeda-beda. Orang Cina di Indonesia

142
Kong Yuanzhi, Silang Budaya-Indonesia, (Jakarta:Bhuana Ilmu
Populer,2005), hlm, 23-25

278
sebagian berasal dari empat suku bangsa, yaitu
Hokkien, Hakka atau Kheh, Tiu-Chiu, dan orang
kota Kanton.143 Jadi etnis Tionghoa masuk ke
Indonesia tidak dapat dipastikan dikarenakan
banyak pendapat-pendapat yang berbeda terkait
kedatangan etnis Tionghoa.

C. Masuknya Agama Islam di Indonesia


Terdapat diskusi panjang di antara ahli
sejarah mengenai masuknya Islam di Indonesia.
Perdebatan itu menyangkut tempat asal
kedatangan Islam, para pembawa, dan waktu
kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan
yang berusaha menjawab tiga masalah pokok ini
belum tuntas. Tidak hanya kurangnya data
pendukung teori tersebut, tetapi juga karena sifat
sepihak dari berbagai teori yang ada. Terdapat
kecenderungan kuat adanya suatu teori yang hanya
menekankan aspek-aspek khusus dari ketiga
masalah pokok, tetapi mengabaikan aspek-aspek

143
Victor Purcell, The in Southeast Asia, (London:Oxford
University, 1987), hlm. 52

279
lainnya. Oleh karena itu, kebanyakan teori yang
ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan
kedatangan Islam di Indonesia.144
Islamisasi di Indonesia merupakan suatu
proses sejarah yang sangat penting. Ricklefs
menyebutkan bahwa ada dua kemungkinan proses
penyebaran agama Islam di Indonesia. Pertama,
penduduk pribumi berhubungan dengan agama
Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-
orang asing Asia (Arab, India, Cina, dll.) yang
telah memeluk agama Islam bertempat tinggal
secara permanen di suatu wilayah di Indonesia,
melakukan perpernikahanan campuran dan
mengikuti gaya hidup lokal sampai sedemikian
rupa, sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa
atau Melayu ataupun sudah termasuk dalam
anggota suku-suku tertentu.145 Meskipun

144
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 2
145
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Dharmono
Hardjowidjono, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994),
hlm. 3

280
demikian, ada kepastian bahwa kedatangan Islam
ke Indonesia dilakukan secara damai. Paling tidak
ada empat teori yang dimunculkan yaitu teori
India, teori Arab, teori Persia dan teori Cina.146

D. Akulturasi Islam dan Budaya Tionghoa di


Indonesia
Menurut sosiolog Gillin dan Raimy
akulturasi adalah proses budaya dalam suatu
masyarakat yang dimodifikasi dengan budaya
lain. Terjadinya proses ini diakibatkan dari
aktivitas kontak sosial dengan budaya yang
berdampak pada munculnya proses akulturasi.
Secara lebih luas akulturasi adalah proses adaptasi
kebudayaan dengaan tetap mempertahankan
kebudayaan lama. Sehingga proses ini tidak
berjalan secara tunggal, melainkan terjadi secara
dinamis. Akulturasi mungkin menunjukkan
perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-
nilai kelompok lain. Akan tetapi, hal tersebut

146
Nor Huda, Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 31-32

281
bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar
akulturasi diciptakan. Melainkan hal tersebut
diciptakan melalui nilai dan sikap yang dilakukan
tanpa paksaan.147
Akulturasi Islam dan Budaya Tioghoa,
terdiri dari bangunan, pakaian, dan makanan,
contohnya sebagai berikut:
1. Arsitektur Masjid Al Imtizaj Cikapundung
Bandung
Masjid Al Imtizaj Cikapundung
merupakan masjid bergaya arsitektur yabg
didirikan di Kota Bandung pada tahun 2010.
Menurut studi diterbitkan oleh Jurnal Seni
Rupa pada tahun 2020 kata “imtizaj” yang
menjadi nama masjid tersebut memiliki arti
“pembauran” atau dalam Bahasa Tionghoa
disebut dengan “ronghe”. Masjid ini
merupakan akulturasi dari tiga budaya yaitu,

147
https://tirto.id/akulturasi-dan-asimilasi-pengertian-perbedaan-
contoh-f8Co/ (diakses pada tanggal 10 Juli 2021, pukul 11.43

282
Islam, Tioghoa, dan Arab.148 Masjid yang
berakultusai dengan budaya Tioghoa lebih
mirip dengan klenteng. Percampuran tiga
budaya ini dapat dilihat dari tampilan masjid,
seperti :

a. Warna dominan merah dan kuning, yaitu


warna keberuntungan dalam kebudayaan
Tionghoa.
b. Interior masjid yang didesai sedemikian
rupa sebagai tempat ibadah umat muslim.
c. Pengaplikasian ornament-ornamen
kaligrafi Bahasa Arab menghiasi setiap
sisi masjid.

Gambar 1. 1 Masjid Al Imtizaj Gambar 1.2 Masjid Imtizaj tampak


tampak dari dalam dari luar

148
https://kumparan.com/ali-muakhir/al-imtizaj-masjid-bernuansa-
oriental-di-bandung-1545017840242933745 (diakses pada tanggal
14 Juli 2021 pukul 09.30)

283
2. Masjid Cheng Ho di Surabaya
Masjid ini didirikan atas prakarsa para
sesepuh, penasehat, pengurus PITI dan
pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho
Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat
Tionghoa di Surabaya.149

Gambar 1. 3 Masjid Cheng Ho

Masjid ini didominasi warna merah,


hijau, dan kuning. Ornamennya kental
nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya
menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief
naga dan patung singa dari lilin dengan
lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak
pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah

149
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Surabaya
(diakses pada 16 Juli 2021 pukul 21.30)

284
beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.
Selain Surabaya, di Palembang juga telah ada
masjid serupa dengan nama Masjid Cheng Ho
Palembang atau Masjid Al Islam Muhammad
Cheng Hoo Sriwijaya Palembang dan
di Banyuwangi dengan nama Masjid
Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi.150
3. Baju Koko Kerah Shanghai
Di balik boming baju koko, ada sejarah
akulturasi yang menarik. Peneliti sejarah JJ
Rizal mengungkapkan, baju koko merupakan
modifikasi baju sehari-hari lelaki Tionghoa
peranakan abad ke-19 yang disebut tui-khim.
Masyarakat Tionghoa biasa memadunya
dengan celana komprang. Karena nyaman dan
sopan, kemudian baju tersebut populer sebagai
baju santai untuk semua orang.151 Adaptasi baju

150
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Surabaya
(diakses pada 16 Juli 2021 pukul 21.30)
151

https://nasional.kompas.com/read/2010/09/04/04450194/semangat.a
kulturasipada.baju.koko?page=all (diakses pada tanggal 14 Juli
2021 pukul 09.51)

285
koko menjadi pakaian muslim yang
menggambarkan akulturasi Islam dan etnis
tionghoa.

Gambar 1.4 Baju Koko


Kerah Shanghai

4. Chai Kue
Makanan ini hasil olahan yang dibawa
oleh keturunan Tionghoa yang merantau ke
Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat.
Asal nama Chai Kue sendiri berasal dari bahasa
Tionghoa, yang mana kata “Chai” berarti
sayuran dan “Kue” berarti kudapan atau
makanan ringan.152 Jadi, chai kue berarti kue
yang berisi sayuran. Dahulu umat Islam tidak
mau memakannya karena didalam adonannya
ada campuran minyak babi. Seiring dengan

152
https://sitimustiani.com/2020/04/chai-kue-jajanan-istimewa-di-
pontianak/ (diakses pada tanggal 14 Juli 2021 pukul 16.18)

286
berjalannya waktu, umat Islam bisa membuat
makanan Chai Kue yang halal tanpa campuran
minyak babi.
5. Kwetiau
Kwetiau adalah sejenis mie, berwana
putih. Kwetiau identik dengan orang
Tionghoa. Kwetiau biasa dimasak direbus atau
pun digoreng.153 Dulu kwetiau hanya orang
keturunan Tiongoa yang pandai memasaknya.
Sekarang, orang muslim sudah membuat
kwetiau dan kita sebagai seorang muslim
merasa aman untuk mengkonsumsinya.

E. Kesimpulan
Etnis Tionghoa merupakan etnis yang sudah
ada di Indonesia bahkan sebelum kemerdekaan.
Sejarah mencatat bangsa Tionghoa pertama kali
datang ke Indonesia pada abad 206-220 M.
Datangnya bangsa Tionghoa ke Indonesia

153
http://browsing-gambar.blogspot.com/2011/07/sejarah-kwetiau-
makanan-dari-pekerja.html (diakses pada tanggal 14 Juli 2021 pukul
16.30)

287
dilandasi oleh beberapa sebab yaitu perdagangan,
penyebaran agama Hindu Budha dan
perkembangan pengetahuan.
Pada abad ke 1405-1407 M Laksamana
Cheng Ho seorang penjelajah muslim tiba ke
Nusantara dan sudah terdapat banyak etnis
Tiongkok di Indonesia. Beliau mempunyai peran
besar dalam penyebaran agama Islam di kalangan
masyarakat Tionghoa.
Kebudayaan-kebudayaan Tionghoa banyak
yang berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia
dan juga dengan agama Islam. Kebudayaan
Tionghoa dan syariat islam juga pasti
berakulturasi karena adanya etnis Tionghoa di
Indonesia yang menganut agama islam. Bentuk
akulturasi kebudayaan tersebut bisa dilihat dari
beberapa bidang, seperti arsitektur, pakaian dan
makanan.

288
Daftar Pustaka

Abuddin Nata. 2009. Metodologi studi islam. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Abdurrahman Wahid. 2001. Pergulatan Negara, Agama,
dan kebudayaan. Depok: Desantara.
Abdullah, WN. 2011. HUSAIN AL-QADRIE;
Penyebaran islam di kalimantan barat.
Abu Ishak Al-Syâthibiy. 2003. Al-Muwâfaqât fî Ushûl Al-
Syari’ah. Beirut: Dar Al-Kutub Ilmiyah.
Abd. Ghoffar Mahfudz. 2019. Hubungan Agama dan
Budaya : Tinjauan Sosiokultural. Bangka Belitung
: Thawshiyah.
Adon Nasrullah Jamaludin. 2015. Agama dan Konflik
Sosial: Studi Kerukunan Umat Beragama,
Radikalisme, dan Konflik Antarumat Beragama.
Bandung: Pustaka Setia.
Afthonul Afif. 2012. Identitas Tionghoa Muslim
Indonesia. Penerbit Kepik: Cimanggis Depok.
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo. 2017. Depok: Pustaka
Iman.

289
Amin, Darori. 2000. Islam & Kebudayaan Jawa. Jakarta:
Gama Media.
Anshar rohman, et al. 2000. syarifabdurrahma al-kadri,
perspektif sejarah berdirinya kota pontianak.
ponianak:pemerintah kota pontianak.
Andi Eka Putra. 2017. Sketsa Pemikiran Keagamaan
Dalam Perspektif Normatif, Historis Dan Sosial-
Ekonomi. Al-Adyan.
Arifim. 1994. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama
Besar. Jakarta : Golden Trayon.
Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu
Anilisis Sosiologi tentang Pelbagai Problrm
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Azyumardi Azra. 2013. Jaringan Ulama Timur Tengah
dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Akar
Pembaruan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana.
Bernard Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Prestasi Pusaka.
Bruinessen, Martin Van. 1999. “Global and Local in
Indonesia lslam” dalam Southeast Asian Studies,
Kyoto: vol 37, No 2.

290
Budiman A. 2005. Potret of The Chinese in Post Soeharto
Indonesia. Pasir Panjang: Institut Of Southeast Asia
Studies.
Budi Sujati. 2019. Tradisi Budaya Masyarakat Islam di
Tatar Sunda (Jawa Barat). Ishlah: Journal of
Ushuluddin.
Citra kurniawan. Filsafat Ilmu dalam Lingkup Agama dan
Kebudayaan, Peran Ilmu dalam Pengembangan
Agama, Peran Agama dalam Pengembangan Ilmu.
Malang.
Dadang Kahmad. 2000. Sosiologi Agama. Bandung:
Rosdakarya.
Damais, L.Ch. 1995. Makam Islam di Tralaya, dalam
Epigrafi dan Sejarah Nusantara. Jakarta: EFEO.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi ke-3. Jakarta:Balai
Pustaka.
Deni Irawan. 2014. Islam Peac Building. Sambas.
Deni Miharja. 2014. Sentuhan Agama Islam dengan
Budaya Asli Indonesia. Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Gunung Djati, Bandung.

291
Deni Miharja. 2015. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat
Sunda. Al-AdYan/Vol.X, No.1/Januari- Juni
Edi Rianto. 2019. Muhtar Tayib, Pluralisme Agama: Studi
Tentang Makna dan Pola Komunikasi Antar Umat
Islam, Hindu dan Budha di Pulau Lombok, Kota
Mataram. Jurnal Komunike. Vol. XI, No.1.
Edi S. Ekadjati. 2009. Kebudayaan Lokal Di Tatar Sunda
Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya
Elizabeth K. Nottingham. 2002. Agama Dan Mayarakat
Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persad.
Fatonah Dzakie. 2014. Meluruskan Pemahaman
Pluralisme dan Pluralisme Agama di Indonesia,
Jurnal Al- Adyan, Vol. IX, No. 1.
Fithria khusno Amalia Dkk. 2017. Nilai Nilai Ulul AL-
‘Azmi Dalam Tafsir Ibn Kathir. Bandung.
Fitriyani. 2012. Islam dan Kebudayaan.
Guillot, Claude, (ed.). 2002. Lobu Tua. Sejarah Awal
Barus. Jakarta: EFEO & Pusat Penelitian Arkeologi.
Harda Armanyanto. 2014. Problem Pluralisme Agama.
Jurnal Tsaqafah. Vol. X, No. 2.

292
Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Hasjmy, Ahmad. 1990. Sejarah Kebudayaan Islam di
Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang
Hasbullah & Hadia Martanti. 2020. Problematika
Memahami Agama Islam “Antara Normativitas dan
Historisitas”.
Harsono,T. Dibyo. 2000. Peranan Nilai Budaya Melayu.
Riau: Departemen Pendidikan Riau.
H. Abd. Rozak dan H. Ja’far. 2019. Studi Islam di Tengah
Masyarakat Majemuk (Islam Rahmatan Lil
Alamin). Tangerang Selatan: Yayasan Asy-Syariah
Modern Indonesia.
Inajati, Adrisijanti Romli. 1991. Makam-Makam
Kesultanan dan Para Wali Penyebar Islam di Pulau
Jawa, Jakarta; Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama: Memahami Perilaku
Dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip
Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Jurnal akulturasi budaya. 2016. fakultas ilmu budaya
universitas udayana denpasar
Jurnal penelitian sejarah dan budaya. vol. 2 No. 1.

293
Khoituddin Nasution. 2010. Pengantar Studi Islam.
Yogyakarta: ACAdeMIA.
Khadziq. 2009. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta:
Teras.
Kong Yuanzhi. 2005. Silang Budaya-Indonesia. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Kuntowijoyo. 2001. Esai-Esai Agama, Budaya, dan
Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transdental.
Bandung: Mizan.
Laode Monto Bauto. 2014. Perspektif Agama Dan
Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat
Indonesia. Kendari: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial.
Limyah al-amri. 2017. IAIN Sultan amal gorontalo, vol.
11, No. 2.
Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa Silang Budaya,
terjemahan. Jakarta: Gramedia.
Mulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya dalam
Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad.
Muhammad Abduh. 2004. Islam; Ilmu Pengetahuan dan
Msyarakat Madani, terj oleh Haris Fadillah.
Jakarta: Raja Grafindo.

294
Mudiono. 2015. Integrasi Sistem Politik Islam Dalam
Kancah Perpolitikan Nasional Indonesia, Jurnal
Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran dan
Fenomena Agama. Vol. 16 no. 2. Palembang: UIN
Raden Fatah.
Muhammad Fakhry Ghafur. tt. Pemikiran Politik Islam
Dalam Perspektif Sejarah.
Muhammad Sholikhin. 2010. Ritual dan Tradisi Islam
Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Musyrifah Sunanto. tt. Sejarah Peradaban Islam.
Mohammad Hefni. tt. Islam Madura Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan.
M. Husein A. Wahab. 2011. “Simbol-Simbol Agama”.
Jurnal Substantia.
M. Nipan Abdul Halim. 2001. Mendidik keshalehan anak
(akikah, pemberian nama, khitan dan maknanya),
jakarta; pustaka amani.
M.C. Ricklefs. 1994. Sejarah Indonesia Modern, terj.
Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Nasitotul Janah. 2018. Pendekatan Normativitas dan
Historisitas Serta Implikasinya dalam

295
Perkembangan Pemikiran Islam. Cakrawala: Jurnal
Studi Islam.
Naili Rohmah Iftitah. 2014. Islam Dan Demokrasi. Jurnal
Islamuna.
Nor Huda. 2007. Islam Nusantara; Sejarah Sosial
Intelektual Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Nur Syam. 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi.
Yogyakarta: LkiS.
Nurhuda Widiana. 2015. akulturasi Islam dan budaya
local dalam tradisi nyumpet di desa sukero,
kecamatan mlonggo kabupaten Jepara.
Prawesti, intan, jafar shodiq, dan jajang gumilar. 2012.
Qurban dan Aqiqah. IAIN Walisongo:semarang.
Qadir. 1938. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Rois Mahfud. 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam.
Palangkaraya : Erlangga.
Simuh. 2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa.
Jakarta: Jeraju.
Sujono Soekamto. 2001. Sosioligi Suatu Pengantar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

296
Sumarto. 2019. Budaya, Pemahaman dan Penerapannya
“Aspek Sistem Religi, Bahasa, Pengetahuan,
Sosial, Keseninan dan Teknologi”.
Sarjono, Agus R. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya
Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syarif Hidayatullah. 2011. Studi Agama: Suatu
Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Taqiyuddin An Nabhani. 2001. Peraturan Hidup dalam
Islam. Bogor, Pustaka Thoriqul Izzah.
Utang Wijaya. Kuliah Ilmu Pemerintahan,(pdf.microsoft
power point).
Victor Purcell. 1987. The in Southeast Asia. London:
Oxford University.
Wahyu Oktaviani. 2020. Model Dakwah Sunan Kalijaga
Dalam Menyebarkan Islam Di Indonesia.
Lampung.
Woodward, Mark R. 1997. Islam Jawa (Kesalehan
Normatif vs Kebatinan). Yogyakarta: LKiS
Yanyan Suryana. 2017. akulturasiI kebudayaan (hindu
Budha islam) dalam buku teks pelajaran buku
nasional Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial.
Volume 26.

297
Yustion dkk. 1993. Islam dan Kebudayaan Indonesia:
Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta: Yayasan Festival
Istiqlal.
Thouless, Robert. H. 1992. Pengantar Psikologi Agama.
Jakarta: Rajawali.

Sumber Internet
https://www.beritasatu.com/nasional/488047/agama-dan-
budaya-tak-bisa-dipisahkan-dalam-sejarah-islam-
di-indonesia
https://www.aswajadewata.com/hubungan-antara-
agama-dan-budaya/
http://digilib.uinsuka.ac.id/25554/3/11.%20Badrudin%2
0%20ANTARA%20ISLAM%20DAN%20KEBU
DAYAAN.pdf,
https://www.kozio.com/pengertian-budaya/
https://www.gurupendidikan.co.id/budaya-indonesia/
https://iainsalatiga.ac.id/web/2013/02/pluralisme-dan-
pluralitas/
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-
pluralisme-menurut-para-ahli-lengkap/

298
https://id.scribd.com/doc/315985711/sejarah berdirinya-
kota-pontianak 2012
http://senyumislam.wordpress.com/2012/09/10/perkemb
angan-islam-di-kalimantan-barat
http;//melayuonline.com/ind/history/dig/kesultanan-
kadriah
http;//kesultanankadariyah.blogspot.com/2011/01/islams
ejarah-masuknya-ke-kalimantan.html
https;//berite.net/robok-robok-tradisi-muslim-kalbar
http ://www.melayuonline.com
http://www.rajaalihaji.com
Http//www.kompas.com
Https://Id.im.wikipedia.org
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tatar_Sunda
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda
https://tirto.id/akulturasi-dan-asimilasi-pengertian-
perbedaan-contoh-f8Co/
https://kumparan.com/ali-muakhir/al-imtizaj-masjid-
bernuansa-oriental-di-bandung-
1545017840242933745
https://nasional.kompas.com/read/2010/09/04/04450194/
semangat.akulturasipada.baju.koko?page=allhttp://

299
wisnu.dosen.isi-ska.ac.id/2012/11/06/akulturasi-
budayamasa-islam-di-indonesia/.
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Suraba
ya
https://sitimustiani.com/2020/04/chai-kue-jajanan-
istimewa-di-pontianak/
http://browsing-gambar.blogspot.com/2011/07/sejarah-
kwetiau-makanan-dari-pekerja.html
Hukum aqiqah dalam islam dan dalilnya.Diakses dari
https://dalamislam.com/hukum-islam/-aqiqah-
dalam-islam
M. Natsir. 2011. “sejarah kerajann mempawah
kalimantan barat” htt;//ace-
informasibudaya.blogspot.com/2011/03sejarah-
kerajaan-mempawah.html

300
Islam dan Budaya Lokal berbicara terkait atauran Allah dan
kebiasaan manusia setempat. Hadirnya Islam untuk mengatur cara
hidup yang benar sesuai ketentuan-Nya. Berbagai budaya yang
berada di Indonesia sangat rentan dari keluarnya koridor syariat
Islam. Hadirnya Islam untuk mengarahkan budaya tersebut agar
tidak melanggar ketentuan-Nya.

Buku atau kumpulan makalah dalam buku ini membahas


Islam dan budaya lokal dan mengkaji terkait fleksibelitas Islam
dalam menghadapi berbagai budaya lokal. Sebagaimana QS. Al-
Hujurat ayat 13 kita diperintahkan untuk mengenal dengan tujuan
taqwa.

Memahami Islam dan budaya lokal menjadikan kita untuk


bertoleransi yang benar sesuai syariatnya dengan tujuan taqwa.
Hadirnya budaya menajdikan kita semakin dekat dan semakin
mengenal Allah SWT, bahwa kita menyadari beragam budaya
merupakan bukti ke Maha Besaran-Nya sebagai Sang Khaliq.

301

Anda mungkin juga menyukai