Anda di halaman 1dari 23

BAB V

TUGAS KHUSUS
“Analisa Temperatur Equalization terhadap Lamanya Heating dan
Lamanya Cooking yang Dihubungkan dengan Temperatur Akhir
dan H-faktor”

5.1 LATAR BELAKANG


PT. Riau Andalan Pulp and Paper merupakan pabrik pulp dan kertas yang
terdiri atas empat unit bisnis yaitu Riau Fiber, Riau Pulp (RPL), Riau Andalan Kertas
(RAK) dan Riau Prima Energi (RPE). Proses pembuatan pulp PT. RAPP
menggunakan proses kimia yaitu proses kraft dengan bahan bakunya dari Acacia
mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucalyptus. Pada bisnis unit RPL terdapat
beberapa departement yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Departement tersebut yaitu woodyard, fiberline, pulp dryer, dan chemical plant. Di
mana yang menjadi fokus pada kerja praktik ini yaitu Fiberline Departement.

Secara umum, Fiberline terdiri dari 3 proses yakni cooking, washing,


bleaching. Area ini adalah tempat dimana chip (yang didapat dari Wood Yard
Departement) diubah menjadi pulp melalui suatu proses pemasakan dengan
menggunakan digester. Digester pada tahap ini sebagai tempat terjadinya proses
delignifikasi chip dengan penambahan bahan kimia, panas dan tekanan sehingga
menjadi pulp. Secara berurutan, adapun tahap – tahap proses yang terjadi pada
digester yaitu Chip Filling, Impregnation, Hot Liquor Filling, Heating and Cooking,
Displacement, dan Discharge.

Pada tugas khusus ini, difokuskan pada proses Heating and Cooking. Heating
and Cooking bertujuan untuk melepas rantai lignin dan ekstraktif dari selulosa dan
hemiselulosa yang terdapat didalam pulp dengan menambah hot white liquor dengan
suhu 155 °C dan tekanan 10 bar . Penambahan ini berfungsi untuk menaikkan suhu
di digester mendekati suhu pemasakan yaitu 153 °C. Proses Heating and Cooking
dimulai dengan proses Equalization, yaitu proses menyamaratakan konsentrasi White
Liquor diatas, ditengah, dan dibawah digester dengan mensirkulasi White Liquor

42
dengan pompa sirkulasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Heating and
Cooking adalah sekitar 60 menit. Tahapan Heating and Cooking memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
 Melanjutkan penetrasi white liquor kedalam chips menggunakan konsentrasi dan
temperatur yang sangat tinggi.
 Mengeluarkan sebagian air yang ada didalam chips (dalan bentuk gas) melalui
Degassing Valve menuju Accumulator 2.
 Merubah bentuk chips menjadi serat-serat individu dan memisahkan lignin, dan
ekstraktif
Setelah mengamati data dari PT. RAPP pada tanggal 18 Februari 2021,
didapati nilai yang tidak sesuai dengan yang diinginkan pada temperatur akhir dan
nilai H-faktor pada tahap Heating and Cooking.

5.2 Tujuan Tugas Khusus


Tujuan tugas khusus ini adalah :
1. Mengetahui secara umum proses Heating and Cooking.
2. Menganalisa temperatur equalization dan waktu Heating and Cooking terhadap
temperatur akhir dan H-faktor

5.3 Manfaat Tugas Khusus


Manfaat dari tugas khusus ini adalah :
1. Mengetahui proses yang berlangsung pada tahap Heating and Cooking.
2. Mengetahui temperatur equalization dan waktu Heating and Cooking terhadap
temperatur akhir dan H-faktor

5.4 Metodologi
5.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada pelaksanaan pengambilan data untuk tugas
khusus adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu objek
pengambilan data.
2. Metode Wawancara

43
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada narasumber
(operator) dalam mendapatkan data.
3. Metode Studi Pustaka (Studi Literatur)
Metode ini dilakukan dengan mencari buku-buku referensi sebagai dasar
analisis dan pembuatan laporan.

5.4.2 Jenis Data


Data-data yang diperlukan untuk menghitung neraca massa bersumber dari:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan
langsung di pabrik.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur seperti faktor konversi
serta data yang sudah terlampirkan dari pabrik.

5.5 Tinjauan Pustaka


5.5.1 Kraft Pulping
Proses pembuatan pulp kraft digunakan larutan yang terdri dari natrium
hidroksida dan natrium sulfida dan dinamakan white liquor. Bahan kimia dihitung
sebagai ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH dan Na2O.
Alkali total : Semua garam natrium
Alkali yang dapat dititrasi (TTA) : NaOH + Na2S + Na2CO3 +
Na2SO4 Alkali aktif (AA) : NaOH + Na2S
Alkali efektif (EA) : NaOH + 1/2Na2S
Hasil dari kraft pulping adalah serat pulp yang kuat dengan proses pemasakan
menggunakan bahan kimia dimana campuran dari NaOH dan Na2S. pengolahan kraft
pulp adalah untuk memishkan serat kayu secara kimia dan melarutkan sebagai besar
lignin yang ada dalam dinding serat atau untuk memasak serpihan kayu sesuai
dengan target dari bilangan kappa.
Keuntungan dari proses kraft pulping adalah:

1. Waktu pemasakan singkat.


2. Pulp lebih kuat.

44
3. Efisien dalam penggunaan kembali bahan kimia dan energi.
4. Semua jenis kayu dapat dipakai sebagai bahan baku.
5. Proses yang tidak sensitif untuk kulit kayu.

Mekanisme reaksi dalam penyerangan lignin dapat dilihat sebagai berikut:


NaOH  Na+ + OH- Na2S + H2O  NaOH + NaSH
Na2S  2Na+ + S2- S2- + H2O  SH- + OH-

Na2CO3 + H2O  2Na+ + CO32- + H2O CO32- + H2O  CO32- + OH-

OH- + Lignin  lignin terdegradasi


SH- + lignin  lignin terdegradasi
Mekanisme dalam penyerangan white liquor terhadapat lignin adalah sebagai
berikut:
1. Terdisosiasinya NaOH menjadi ion natrium dan ion hidroksida dan Na2S
menjadi ion natrium dan ion sulfida.
2. Reaksi antara ion sulfida dan air menghasilkan ion hidrosulfida dan ion
hidroksida.
3. Penyerangan ion hidroksida dan ion hidrosulfida terhadap lignin.
Pada proses penyerangan lignin pada proses kraft pulping sangat kompleks.
Dengan adanya ion SH- meningkatkan kelarutan lignin tanpa meningkatkan kelarutan
dari selulosa. Reaksi dari lignin, ion SH- dan ion OH- memiliki efek yaitu polimer
lignin diputus menjadi molekul yang lebih kecil dan molekul ini tidak berfungsi lagi
sebagai perekat dan tertinggal dalam struktur kayu kemudian akan terpisah dari serat
kayu dan akan terlarut dalam larutan pemasak. Pada kraft pulping, selulosa dan
hemiselulosa akan ikut bereaksi dengan ion OH- selama proses pemasakan. Sekitar
20% selulosa dan hemiselulosa pada serat kayu akan bereaksi dengan ion OH-.
Hemiselulosa akan lebih cepat terdegradasi dan lebih banyak daripada selulosa,
ukuran molekul yang lebih kecil dan bercabang dan kadar yang lebih tinggi dalam
struktur kayu menjadi penyebab utamanya. Proses kraft pulping menggunakan
temperatur 155-165 °C agar semua chip dapat matang secara sempurna.
Ekstraktif adalah komponen organik yang secara luas larut dan dapat diambil
dari kayu dengan menggunakan pelarut dengan polaritas yang cukup tanpa
mengubah sebagian besar karakteristik struktur sel (Pereira, dkk., 2003). Pada proses
45
pemasakan dilarutkan banyak ektraktif. Selain ekstraktif, tumpukan getah (pitch)
yang terdapat dalam kayu dapat menimbulkan masalah dalam proses kraft pulping,
dimana getah tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada alat proses dan
menggangu instrumentasi level karena adanya foaming yang terbentuk.

5.5.2 Digester Batch

Digester adalah suatu bejana tempat terjadinya proses pemasakan dari


serpihan kayu (Syafri, dkk., 2016). Dirancangnya digester agar tahan terhadap
temperatur dan tekanan tinggi dan mempunyai volume yang cukup untuk
menampung serpihan kayu dan cairan pemasak. Digester yang digunakan di fiberline
2 mempunyai kapasitas 400 m3, volume kosong 60% apabila terisi chip secara penuh.

5.5.2.1 Komponen Digester Batch


Komponen dari digester batch yang ada pada PT. RAPP adalah sebagai
berikut:
1. Load Cell yaitu merupakan sensor yang berfungsi untuk mengukur massa
chip yang masuk pada digester saat tahap pengisian chip.
2. Capping Valve, yaitu mempunyai fungsi mengatur laju chip yang masuk
dalam digester saat pengisian chip.
3. Gamma Ray Height Detector, yang berfungsi mengukur ketinggian dalam
digester pada pengisian chip apabila chip melebihi dari ketinggian yang telah
diatur maka capping valve akan membuka dan mengeluarkan chip.
4. Strainer, yaitu saringan yang dipasang di tengah dan di atas digester dimana
berfungsi menahan chip agar tidak tebawa keluar saat tahap pengisian dan
pengeluaran cairan.

5. Control Valve, memiliki fungsi mengatur laju alir cairan keluar dan masuk
pada digester.
6. Manhole, yaitu jalur tempat orang masuk ke dalam digester pada proses
produksi dihentikan dan bagian dalam digester akan dibersihkan.
7. Steam Packer, berfungsi menembakan LP steam ke dalam digester saat tahap
pengisian chip ke sisi paling luar bagian dalam digester untuk memadatkan
chip.

5.5.2.2 Proses Produksi Pulp Superbatch

46
Pada proses produksi pulp, PT.RAPP, fiberline 1 menggunakan mode operasi
superbatch yang dimana merupakan modifikasi dari proses batch. Adanya tahap-
tahap yang tedapat pada proses ini adalah:

1. Pengisian chip
Chip diisi ke dalam digester dari chip silo. Pada tahap ini chip akan diisikan
sebanyak 144 ton ke dalam digester. Dengan bantuan steam packer yang bertekanan
3 bar dilakukan proses pengisian chip dengan tujuan untuk memadatkan chip ke
dalam digester dan meratakan chip.

2. Impregnasi
Pemompaan weak black liquor yang berasal dari tangki impregnasi, dengan
volume 325 m3 menuju digester. Pada tahap ini, dilakukan pengisian chip telah
mencapai 60-70 ton.

3. Hot Black Liquor Filling


Pada tahap ini proses pemompaan black liquor menggunakan suhu 165°C
sebanyak 300 m3 dari HBL akumulator 1 ke dalam digester, memindahkan 240 m3
cairan impregnasi yang terdapat didalam digester ke WBL Tank. Untuk sisa 60 m3
cairan black liquor akan dialirkan menuju HBL akumulator 2. Parameter
keefesienan dari tahap ini, yaitu HBL Effeciency dan dapat dilihat dari persamaan
berikut,

HBL Efficiency=Actual Liquor Displaced ¿ WBL Tank ¿ WBLTank


Theoritical Liquor Displaced ¿

4. Hot White Liquor Filling


Tahap ini dilakukan pemompaan white liquor sebanyak 114 m3 dengan suhu
160°C ke dalam digester dan kemudian memindahkan black liquor dengan jumlah
yang sama yang terkandung di dalam digester menuju HBL akumulator 2.

5. Heating and Cooking


Pada tahap ini sirkulasi dilakukan pada cairan yang ada dalam digester. Cairan
yang disurkalisikan juga dipanaskan dengan alat penukar panas dengan fluida servis
MP steam dengan tekanan 11-12 bar dengan suhu 205oC. Parameter yang
diperhatikan di dalam proses ini adalah:
47
 H-Factor, merupakan variable tunggal yang mengkombinasikan parameter
temperatur (T) dan waktu (t) dianggap sebagai reaksi delignifikasi
merupakan satu reaksi tunggal. H-faktor merupakan parameter yang
menentukan lamanya tahap pemasakan yang dilakukan di PT.RAPP. H-
faktor dinyatakan dalam persamaan,

t
16115
H=∫ exp ⁡( 43,2− ) dt
0 T

 Kappa Number, suatu bilangan yang menyatakan jumlah lignin dalam pulp.
Dapat dinyatakan dalam persamaan,

pxf
Kappa Number =
w

6. Displacement
Dilakukan pemompaan cairan filtrate dari area washing yang ditampung
didalam tangki displacement ke dalam digester. Sebanyak 500 m3 dipompakan ke
dalam digester dan 300 m3 black liquor dengan EA 25 gpl dipindahkan dan sisa
pemasakan yang telah berubah menjadi black liquor ke dalam HBL akumulator 1.
Sisa cairan filtrate ini kemudian dialirkan menuju HBL akumulator 2.

7. Discharge
Tujuan dari tahap ini adalah mengeluarkan kayu yang telah masak dan siap
dikirim ke area washing.

5.5.3 Neraca Massa


Perhitungan neraca massa mencakup perhitungan komposisi dan laju alir
massa setiap aliran pada suatu proses produksi. Hukum kekekalan massa mendasari
perhitungan neraca massa dengan menyatakan bahwa jumlah massa yang
dimasukkan memiliki jumlah yang sama besar dengan massa yang dihasilkan suatu
sistem bila tidak terjadi akumulasi massa dalam sistem. Persamaan dapat dinyatakan
sebagai berikut,

Laju Alir Massa Masuk = Laju Alir Massa Keluar + Laju Akumulasi Massa

48
Laju akumulasi massa adalah massa yang berubah menjadi kerak di dalam alat
dan massa yang hilang baik akibat reaksi maupun bocor.

5.5.3.1 Liquor Balance


Produksi pulp pada PT.RAPP memakai peneracaan massa yang
disederhanakan yang dikenal sebagai liquor balance hanya liquor yang dibuat
peneracaannya. Pada liquor balancing, densitas liquor dianggap tidak signifikan
berbeda dengan masing- masing liquor baik white ataupun black. Liquor balance
dapat disederhanakan dengan persamaan berikut:
Volume Liquor Masuk = Volume Liquor Keluar + Volume Liquor
Terakumulasi

5.6 Identifikasi Masalah dan Metodologi Penyelesaian


5.6.1 Identifikasi Masalah
Dilakukannya identifikasi maslaah dengan menggunakan metode root cause
analysis dengan melakukan pencarian dari segala penyebab yang mungkin terjadi
pada suatu permasalahan kemudia dilakukan analisis kemungkinan pada setiap
masalah. Adapun skema evaluasi dapat dilihat pada Gambar 5.1

49
Temperatur
Digester
Sebelum
Pemanasan
Terlalu Jauh
dair yang
Ditargetkan

Temperatur
Akhir yang
tidak sesuai
dengan yang
diinginkan

Tidak Hot
White Liquor
yang di
sirkulasikan ke
dalam Digester
Adanya
Penurunan Kendala
Kinerja pada Tahap
Digester di Heating and
Fiberline 2 Cooking

Tingginya
Temperatur
Digester
Sebelum
Pemasakan

Nilai H
Faktor yang
tidak sesuai
dengan yamg
diinginkan

Banyaknya
kandungan
50 lignin yang
terdapat
didalam chip
5.6.2 Metodologi Penyelesaian
Dari gambar 5.1 dapat disusun suatu metodologi yang digunakan dalam
penyelesaian tugas khusus. Adapun skema dari metodologi penyelesaian tugas
khusus dapat dilihat dari gambar 5.2,

Pengumpulan data Pengecekan Analisis faktor


kinerja tiap parameter- Apakah Nilai Tidak Apakah waktu Tidak yang
digester pada parameter kinerja H Faktor Cooking mempengaruhi
Fiberline 2 setiap digester sesuai dengan sesuai dengan waktu Cooking
target? target?

Ya Ya

Apakah
Temperatur Ya
akhir sesuai
dengan
target ?

Tidak

Apakah
waktu
Heating Ya
sesuai dengan
target?

Tidak

Analisis faktor yang


mempengaruhi waktu
Heating

Analisis dan
Penyusunan
Laporan

Gambar 5.2 Skema Metodologi Penyelesaian Tugas


Khusus

51
5.6.2.1 Asumsi-asumsi yang Digunakan
Pengerjaan tugas khusus ini memerlukan asumsi, agar tugas khusus dapat
terselesaikan. Berikut adalah asumsi yang digunakan:
1. Tidak ada liquor yang terbuang dari sistem dan tidak ada liquor dari
lingkungan yang masuk ke dalam sistem
2. Ruang kosong didalam digester yang telah terisi chip dianggap konstan
3. Perbedaan densitas liquor, baik white liquor maupun black liquor tidak
signifikan sehingga penyusunan neraca massa dapat disederhanakan melalui
liquor balancing.
5.7. Pembahasan
5.7.1 Evaluasi Parameter Bermasalah

200

160
Temperatur Akhir (°C)

120

80

40

0
0 20 40 60 80 100

Urutan Pemasakan

Kinerja digester yang akan dianalisa waktu dan volume impregnasi-nya


terhadap temperatur dan berat akhir. Terdapat 14 digester dengan total pemasakan
terselesaikan dalam 1 hari dengan 3 shift yaitu 82 pemasakan. Pada shift pagi
terdapat 26 jumlah pemasakan yang terselesaikan, shift siang terdapat 27 jumlah
pemasakan yang terselesaikan, dan shift malam terdapat 29 jumlah pemasakan yang
terselesaikan. Dari setiap pemasakan terdapat perbedaan temperatur dan berat yang
ditunjukkan pada gambar 5.3. dan 5.4.

52
Gambar 5.3 Grafik Temperatur Akhir Terhadap Urutan Pemasakan

Berdasarkan gambar 5.3 dapat disimpulkan bahwa setiap tahap Heating


and Cooking memiliki temperatur akhir yang berbeda – beda dalam digester.
Dimana terdapat temperatur digester diatas normal, dan temperatur digester dibawah
normal.

Pada setiap kinerja digester dilakukan pengumpulan data dan dilakukan


analisis kinerja digester yang tidak sesuai dengan temperatur akhir yang ditargetkan.
Untuk mengetahui digester yang mengalami penurunan kinerja dengan parameter
yang bermasalah dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Kinerja Digester dan Parameter yang Bermasalah pada Temperatur Akhir
di Bawah Normal yang Ditargetkan
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
#10 Ke- 1 161
Ke- 2 161
#1
Ke- 17 159
Ke- 9 160
#5
Ke- 23 159
Pagi 26
#3 Ke- 12 158
#9 Ke- 13 161
#11 Ke- 7 161
#7 Ke- 19 158
18 Ke- 11
#6 161
Februari
#3 Ke- 27 159
2021
#5 Ke- 35 160
#7 Ke- 47 159
Siang 27
#11 Ke- 48 158
#8 Ke- 52 160
#9 Ke- 53 160
Ke- 54 161
#3
Ke- 82 160
Malam 29
#9 Ke- 66 161
#13 Ke- 58 160
Tabel 5.1 memaparkan bahwa pada tanggal 18 Februari 2021 terdapat
masalah penurunan temperatur akhir dari tahap Heating and Cooking di bawah
normal pada setiap shift. Dari Shift pagi, siang, dan malam terdapat masalah karena
temperatur akhir lebih rendah dari yang ditargetkan yaitu 162 °C.
53
Tabel 5.2 Kinerja Digester dan Parameter yang Bermasalah pada Temperatur Akhir
di Atas Normal yang ditargetkan
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
#12 Ke- 4 169
#7 Ke- 6 169
Ke- 10 171
#14
Ke- 24 168
Pagi 26
#8 Ke- 18 168
18 #4 Ke- 22 173
Februari #10 Ke- 15 170
2021 #9 Ke- 26 173
#11 Ke- 62 170
#5 Ke- 64 169
Malam 29 #10 Ke- 69 170
#13 Ke- 71 171
#7 Ke- 75 168

Tabel 5.2 memaparkan bahwa pada tanggal 18 Februari 2021 terdapat


masalah kenaikan kecil pada temperatur akhir dari tahap Heating and Cooking di
atas normal pada setiap shift. Dari Shift pagi dan malam terdapat masalah karena
temperatur akhir lebih tinggi dari yang ditargetkan yaitu 167 oC.

1000

800
Nilai H Faktor

600

400

200

0
0 20 40 60 80 100

Urutan Pemasakan

Gambar 5.4. Grafik Nilai H-faktor Terhadap Urutan Pemasakan


54
Berdasarkan gambar 5.4 dapat disimpulkan bahwa setiap tahap Heating
and Cooking memiliki nilai H-faktor yang berbeda – beda dalam digester. Dimana
terdapat nilai H-faktor diatas normal, dan nilai H-faktor dibawah normal yaitu 400-
600.
Pada setiap kinerja digester dilakukan pengumpulan data dan dilakukan
analisis kinerja digester yang tidak sesuai dengan nilai H-faktor pada tahap Heating
and Cooking yang ditargetkan. Adapun tabel kinerja digester dan parameter yang
bermasalah ditunjukkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Kinerja Digester dan Parameter yang Bermasalah pada Nilai H-faktor di
Atas Normal yang Ditargetkan
Jumlah Pemasakan Urutan
Tanggal Shift Digester H-faktor
yang Terselesaikan Pemasakan
Ke- 4 695
#12
Ke- 20 675
Ke- 8 747
#4
Ke- 22 701
#2 Ke- 14 639
#10 Ke- 15 626
Pagi 26 #8 Ke- 18 646
Ke- 19 687
#7
Ke- 6 627
#14 Ke- 10 762
#5 Ke- 23 619
18 #6 Ke- 25 689
Februari #9 Ke- 26 654
2021 #3 Ke- 27 633
#2 Ke- 29 789
Siang 27 #12 Ke- 32 638
#5 Ke- 35 660
#4 Ke- 36 762
#11 Ke- 62 613
#14 Ke- 65 648
#13 Ke- 71 645
Malam 29 #7 Ke- 75 676
#5 Ke- 79 655
#9 Ke- 80 664
#3 Ke- 82 700

Pada tabel 5.3. dapat dilihat adanya masalah penaikan nilai nilai H-faktor di
atas normal pada setiap shift. Dari Shift pagi, siang, dan malam terdapat masalah

55
karena nilai H-faktor lebih tinggi dari yang ditargetkan yaitu 400-600. Untuk
menganalisis temperatur akhir dan nilai H-faktor pada tahap Heating and Cooking,
maka perlu dilakukan evaluasi pada tahap Heating and Cooking terlebih dahulu.

5.7.2 Evaluasi Tahap Heating and Cooking


Tahap Heating and Cooking dimulai setelah tahap equalization, dimana Hot
White Liquor yang telah dipompakan ke dalam Digester disamaratakan
konsentrasinya pada bagian atas, tengah, dan bawah Digester dengan
mensirkulasikan Hot White Liquor menggunakan pompa sirkulasi.

Circulation
Pump

DIGESTER

Hot White Liquor

Gambar 5.5 Skema Tahap Heating and Cooking

Berdasarkan gambar 5.5 pada tahap Heating and Cooking setelah Hot White
Liquor di pompakan kedalam Digester konsentrasi Hot White Liquor disamaratakan
dengan cara mensirkulasikan Hot White Liquor ke bagian atas, tengah, dan bawah
Digester dengan menggunakan pompa sirkulasi. Temperatur akhir pemasakan dapat
dipengaruhi oleh lamanya tahap Heating. Sedangkan nilai H-faktor dapat
dipengaruhi oleh lamanya tahap Cooking.
Secara teoritis, lamanya Heating adalah ± 15 menit. Lamanya waktu proses
Heating itu sendiri dapat dipengaruhi oleh suhu awal digester. Suhu awal digester
yang terlampau jauh dari suhu target Heating membutuhkan waktu yang lebih dari
waktu yang diinginkan. Lamanya Heating juga dapat dipengaruhi oleh banyak nya
Meduim Pressure (MP) Steam yang ditembakkan ke digester. Kita dapat lihat
bagaimana dengan kondisi waktu Heating dari tabel 5.4

56
Tabel 5.4 Data Waktu Tahap Heating yang Temperatur Akhirnya Dibawah dari
Normal yang Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Jumlah Pemasakan Urutan Waktu
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
#10 Ke- 1 59
Ke- 2 11
#1
Ke- 17 44
Ke- 9 20
#5
Ke- 23 34
Pagi 26
#3 Ke- 12 12
#9 Ke- 13 33
#11 Ke- 7 20
#7 Ke- 19 10
18 Ke- 11
#6 12
Februari
#3 Ke- 27 7
2021
#5 Ke- 35 27
#7 Ke- 47 15
Siang 27
#11 Ke- 48 24
#8 Ke- 52 16
#9 Ke- 53 45
Ke- 54 10
#3
Ke- 82 5
Malam 29
#9 Ke- 66 23
#13 Ke- 58 39
Dari tabel 5.4 terlihat pada pemasakan ke – 1, ke – 13, ke – 17, ke – 23, ke –
53, dan ke – 58 bahwa waktu pada tahap Heating jauh dari yang diharapkan yaitu ±
15 menit.

Tabel 5.5 Data Waktu Tahap Heating yang Temperatur Akhirnya Diatas dari
Normal yang Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Jumlah Pemasakan Urutan Waktu
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
18 Pagi 26 #12 Ke- 4 15
Februari #7 Ke- 6 32
2021 Ke- 10 38
#14
Ke- 24 13
#8 Ke- 18 32
#4 Ke- 22 12
#10 Ke- 15 29

57
#9 Ke- 26 20

#11 Ke- 62 14
#5 Ke- 64 13
Malam 29 #10 Ke- 69 32
#13 Ke- 71 30
#7 Ke- 75 33
Dari tabel 5.5 terlihat pada pemasakan ke – 6, ke – 10, ke – 15, ke – 18, ke –
69, ke – 71 dan ke – 75 yang jauh dengan waktu teoritis yang diinginkan yaitu ± 15
menit.

Secara teoritis, lamanya Cooking adalah ± 45 menit. Lamanya waktu proses


Cooking dapat dipengaruhi oleh target pada Nilai H-faktor yang diinginkan. Nilai H-
faktor dapat mempengaruhi lamanya Cooking karena untuk mendegradasikan lignin
yang cukup banyak terkandung dalam chip butuh waktu yang cukup lama. Kita dapat
lihat bagaimana dengan kondisi waktu Heating dari tabel 5.4

Tabel 5.6 Data Waktu Tahap Cooking yang Nilai H-faktor Diatas dari Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Tanggal Shift Jumlah Pemasakan Digester Urutan Waktu
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
18 Pagi 26 #12 Ke- 4 41
Februari Ke- 20 32
2021 #4 Ke- 8 43
Ke- 22 43
#2 Ke- 14 40
#10 Ke- 15 34
#8 Ke- 18 43
#7 Ke- 19 72
Ke- 6 30
#14 Ke- 10 31
#5 Ke- 23 38
#6 Ke- 25 55
#9 Ke- 26 28
Siang 27 #3 Ke- 27 59
#2 Ke- 29 46
#12 Ke- 32 36
#5 Ke- 35 43
#4 Ke- 36 33
Malam 29 #11 Ke- 62 34
#14 Ke- 65 37

58
#13 Ke- 71 35
#7 Ke- 75 31
#5 Ke- 79 52
#9 Ke- 80 18
#3 Ke- 82 61
Dari tabel 5.6 terlihat pada pemasakan ke – 19, ke – 25 , ke – 27, ke – 79, dan
ke – 82 bahwa waktu pada tahap Cooking jauh dari yang diharapkan yaitu ± 45
menit.
Seperti yang kita tahu, Heating and Cooking sendiri berkesinambungan
dengan proses equalization. Karena Heating berfungsi untuk membantu untuk
menaikkan temperatur digester dan melanjutkan penetrasi kedalam chip. Jadi apabila
terjadi kendala dalam proses equalization juga akan berpengaruh pada lamanya
proses Heating seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.4, 5.5 dan 5.6. Apabila pada
proses equalization terdapat kendala pada sirkulasi Hot White Liquor yang tidak
merata kedalam bagian atas, tengah, dan bawah Digester dapat membuat temperatur
pada tahap equalization itu sendiri tidak sesuai dengan yang diinginkan. Temperatur
pada Hot White Liquor yang akan di sirkulasikan terlalu tinggi maupun terlalu
rendah dapat membuat temperatur pada tahap equalization juga tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Kedua peristiwa ini mengganggu proses pemasakan, karena
memperlambat tahap pemasakan, dimana nilai setpoint H-Faktor dari proses
pemasakan tersebut menjadi lebih lama tercapai.
Secara teoritis, temperatur yang diinginkan untuk tahap equalization yaitu
150 °C. Dimana temperatur juga berperan penting dalam tahap pemasakan.
Temperatur equalization dapat mempengaruhi waktu Heating dan waktu Cooking.
Rendahnya temperatur pada proses equalization membuat waktu pemanasan semakin
lama karena butuh waktu yang lebih untuk mencapai temperatur yang ditargetkan.
Kita dapat lihat bagaimana dengan kondisi temperatur equalization dari tabel 5.7
Tabel 5.7 Data Temperatur Equalization yang Waktu Heating Dibawah Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
18 Siang 27 Ke- 27 152
#3
Februari Ke- 39 152
2021 #12 Ke- 32 155
#1 Ke- 43 155

59
Ke- 56 158
#2
Ke- 70 162
Ke- 68 155
Malam 29 #3
Ke- 82 154
#1 Ke- 72 160
#5 Ke- 79 150

Dari tabel 5.7 terlihat pada pemasakan ke – 70 dan pemasakan ke – 72 bahwa


temperatur equalization jauh dari temperatur yang diharapkan yaitu ± 150 °C.
Tabel 5.8 Data Temperatur Equalization yang Waktu Heating Diatas Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
18 Ke- 1 144
#10
Februari Ke- 15 153
2021 #7 Ke- 6 150
#14 Ke- 10 139
#9 Ke- 13 145
Pagi 26 #2 Ke- 14 155
#13 Ke- 16 151
#1 Ke- 17 137
#8 Ke- 18 145
#12 Ke- 20 142
#5 Ke- 23 154
#10 Ke- 28 155
#1 Ke- 30 149
Ke- 31 159
#13
Ke- 44 148
#7 Ke- 33 139
Ke- 34 147
#11
Ke- 48 142
#5 Ke- 35 155
Siang 27
Ke- 36 141
#4
Ke- 49 163
Ke- 37 151
#14
Ke- 51 152
#8 Ke- 40 142
#6 Ke- 45 141
#12 Ke- 46 138
#9 Ke- 53 141
Malam 29 Ke- 55 150
#10
Ke- 69 146
#1 Ke- 57 145
#13 Ke- 58 146

60
Ke- 71 141
#12 Ke- 59 138
Ke- 60 153
#7
Ke- 75 157
#14 Ke- 65 151
Ke- 66 153
#9
Ke- 80 147
#8 Ke- 67 148

Dari tabel 5.8 terlihat pada pemasakan ke – 10, ke – 17 dan pemasakan ke –


49 bahwa temperatur equalization jauh dari temperatur yang diharapkan yaitu ±
150 °C.
Tabel 5.9 Data Temperatur Equalization yang Waktu Cooking Dibawah Normal
yang Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
18 Ke- 1 144
#10
Februari Ke- 15 153
2021 #8 Ke- 5 148
#7 Ke- 6 150
#14 Ke- 10 130
Pagi 26 Ke- 13 145
#9
Ke- 26 153
#13 Ke- 16 151
#1 Ke- 17 137
#12 Ke- 20 142
#5 Ke- 23 154
#10 Ke- 28 155
#1 Ke- 30 149
Ke- 31 159
#13
Ke- 44 148
#12 Ke- 32 155
#7 Ke- 33 139
Ke- 36 141
Siang 27 #4
Ke- 49 163
Ke- 37 151
#14
Ke- 51 152
Ke- 38 158
#9
Ke- 53 141
#8 Ke- 40 142
#6 Ke- 45 141
Malam 29 #10 Ke- 55 150
Ke- 69 146

61
#1 Ke- 57 145
Ke- 58 146
#13
Ke- 71 141
#12 Ke- 59 138
Ke- 60 153
#7
Ke- 75 157
#6 Ke- 61 142
#11 Ke- 62 157
#5 Ke- 64 151
Ke- 65 151
#14
Ke- 78 154
#9 Ke- 66 153
Dari tabel 5.9 terlihat pada pemasakan ke – 10, ke – 17, ke – 49 dan
pemasakan ke – 59 bahwa temperatur equalization jauh dari temperatur yang
diharapkan yaitu ± 150 °C.
Tabel 5.10 Data Temperatur Equalization yang Waktu Cooking Diatas Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
#13 Ke- 3 149
#3 Ke- 12 157
Pagi 26
#7 Ke- 19 160
#6 Ke- 25 155
18
#3 Ke- 27 152
Februari Siang 27
#5 Ke- 50 146
2021
Ke- 63 141
#4
Ke- 77 157
Malam 29
#5 Ke- 79 150
#3 Ke- 82 154
Dari tabel 5.10 terlihat pada pemasakan ke – 12, ke – 19, dan pemasakan ke –
59 bahwa temperatur equalization jauh dari temperatur yang diharapkan yaitu ± 150
°C.
Seperti yang kita tahu, dalam tahap Heating and Cooking sendiri, membantu
menghilangkan ekstraktif dan dapat melepas rantai lignin dari Selulosa dan
Hemiselulosa yang terdapat didalam pulp. Yang dapat disimpulkan, semakin kecil
Bilangan Kappa ( kandungan lignin yang terkandung dalam pulp ) maka semakin
bagus juga kualitas pulp yang kita hasilkan pada proses produksi. Namun ada
beberapa variabel yang mempengaruhi bilangan Kappa itu sendiri yaitu waktu dan
temperatur. Suhu dan waktu pemasakan merupakan dua variabel yang terkait. Suhu

62
dan waktu pemasakan mempengaruhi rendemen pulp yang dihasilkan dan kelarutan
lignin. Pengolahan pulp dengan suhu yang tinggi akan memerlukan waktu
pemasakan yang singkat. Namun, pada suhu yang tinggi dengan waktu pemasakan
yang lama akan menyebabkan terurainya selulosa sehingga rendemen dan suatu pulp
yang dihasilkan rendah. Apa yang menyebabkan temperatur pada tahap equalization
mengalami penurunan dikarenakan chip yang berada dalam digester menyerap
terlalu banyak panas, dikarenakan masih tingginya moisture content pada chip
sehingga chip memerlukan panas yang cukup banyak untuk mengeringkan
kandungan air di dalamnya. Dan dengan rendahnya temperatur yang digunakan
pada tahap equalization, maka waktu yang dibutuhkan pada tahap Heating and
Cooking juga menjadi lebih lama karena butuh waktu yang lebih untuk digester
mencapai temperatur target. Dan juga bisa terjadi waktu reaksi yang lebih lama
dikarenakan banyaknya chip dalam digester yang membuat proses penghilangan
lignin membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga waktu pada proses Heating
and Cooking tidak sesuai secara teoritis.
Penyebab utama dari permasalahan ini adalah karena menurunnya temperatur
pada bagian bottom digester mengalami fluktuasi yang memungkinkan terjadi
gangguan pada proses impregnasi itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada data yang
diperoleh pada tanggal 8 Desember 2020 yang ditunjukkan pada gambar 5.6 dan 5.7

Gambar 5.6 Profil Temperatur pada bagian Atas, tengah dan bawah Digester,
Temperatur Liquor dari Accumulator 2, dan Flow Impregnasi ke Digester pada
Tanggal 8 Desember 2020 Jam 06.00-18.00

63
Gambar 5.7 Profil Temperatur pada bagian Atas, tengah dan bawah Digester,
Temperatur Liquor dari Accumulator 2, dan Flow Impregnasi ke Digester pada
Tanggal 8 Desember 2020 Jam 18.00-06.00 pada tanggal 9 Desember 2020

Fluktuasi temperatur pada bottom digester dapat dilihat pada Gambar 5.6
dimana yang harusnya temperatur pada bottom digester konstan pada suhu 165 oC.
Namun pada pukul 06.00 – 18.00 WIB, suhu mengalami fluktuasi dan kembali
konstan pada shift selanjutnya. Padahal harusnya temperatur pada bagian bawah
digester harusnya konstan atau semakin naik, karena pada bagian itulah WBL, HBL
and HWL masuk kedalam digester, sehingga bagian bawahlah yang pertama kali
mendapat panas dari liquor tersebut.

64

Anda mungkin juga menyukai