TUGAS KHUSUS
“Analisa Temperatur Equalization terhadap Lamanya Heating dan
Lamanya Cooking yang Dihubungkan dengan Temperatur Akhir
dan H-faktor”
Pada tugas khusus ini, difokuskan pada proses Heating and Cooking. Heating
and Cooking bertujuan untuk melepas rantai lignin dan ekstraktif dari selulosa dan
hemiselulosa yang terdapat didalam pulp dengan menambah hot white liquor dengan
suhu 155 °C dan tekanan 10 bar . Penambahan ini berfungsi untuk menaikkan suhu
di digester mendekati suhu pemasakan yaitu 153 °C. Proses Heating and Cooking
dimulai dengan proses Equalization, yaitu proses menyamaratakan konsentrasi White
Liquor diatas, ditengah, dan dibawah digester dengan mensirkulasi White Liquor
42
dengan pompa sirkulasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Heating and
Cooking adalah sekitar 60 menit. Tahapan Heating and Cooking memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
Melanjutkan penetrasi white liquor kedalam chips menggunakan konsentrasi dan
temperatur yang sangat tinggi.
Mengeluarkan sebagian air yang ada didalam chips (dalan bentuk gas) melalui
Degassing Valve menuju Accumulator 2.
Merubah bentuk chips menjadi serat-serat individu dan memisahkan lignin, dan
ekstraktif
Setelah mengamati data dari PT. RAPP pada tanggal 18 Februari 2021,
didapati nilai yang tidak sesuai dengan yang diinginkan pada temperatur akhir dan
nilai H-faktor pada tahap Heating and Cooking.
5.4 Metodologi
5.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada pelaksanaan pengambilan data untuk tugas
khusus adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu objek
pengambilan data.
2. Metode Wawancara
43
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada narasumber
(operator) dalam mendapatkan data.
3. Metode Studi Pustaka (Studi Literatur)
Metode ini dilakukan dengan mencari buku-buku referensi sebagai dasar
analisis dan pembuatan laporan.
44
3. Efisien dalam penggunaan kembali bahan kimia dan energi.
4. Semua jenis kayu dapat dipakai sebagai bahan baku.
5. Proses yang tidak sensitif untuk kulit kayu.
5. Control Valve, memiliki fungsi mengatur laju alir cairan keluar dan masuk
pada digester.
6. Manhole, yaitu jalur tempat orang masuk ke dalam digester pada proses
produksi dihentikan dan bagian dalam digester akan dibersihkan.
7. Steam Packer, berfungsi menembakan LP steam ke dalam digester saat tahap
pengisian chip ke sisi paling luar bagian dalam digester untuk memadatkan
chip.
46
Pada proses produksi pulp, PT.RAPP, fiberline 1 menggunakan mode operasi
superbatch yang dimana merupakan modifikasi dari proses batch. Adanya tahap-
tahap yang tedapat pada proses ini adalah:
1. Pengisian chip
Chip diisi ke dalam digester dari chip silo. Pada tahap ini chip akan diisikan
sebanyak 144 ton ke dalam digester. Dengan bantuan steam packer yang bertekanan
3 bar dilakukan proses pengisian chip dengan tujuan untuk memadatkan chip ke
dalam digester dan meratakan chip.
2. Impregnasi
Pemompaan weak black liquor yang berasal dari tangki impregnasi, dengan
volume 325 m3 menuju digester. Pada tahap ini, dilakukan pengisian chip telah
mencapai 60-70 ton.
t
16115
H=∫ exp ( 43,2− ) dt
0 T
Kappa Number, suatu bilangan yang menyatakan jumlah lignin dalam pulp.
Dapat dinyatakan dalam persamaan,
pxf
Kappa Number =
w
6. Displacement
Dilakukan pemompaan cairan filtrate dari area washing yang ditampung
didalam tangki displacement ke dalam digester. Sebanyak 500 m3 dipompakan ke
dalam digester dan 300 m3 black liquor dengan EA 25 gpl dipindahkan dan sisa
pemasakan yang telah berubah menjadi black liquor ke dalam HBL akumulator 1.
Sisa cairan filtrate ini kemudian dialirkan menuju HBL akumulator 2.
7. Discharge
Tujuan dari tahap ini adalah mengeluarkan kayu yang telah masak dan siap
dikirim ke area washing.
Laju Alir Massa Masuk = Laju Alir Massa Keluar + Laju Akumulasi Massa
48
Laju akumulasi massa adalah massa yang berubah menjadi kerak di dalam alat
dan massa yang hilang baik akibat reaksi maupun bocor.
49
Temperatur
Digester
Sebelum
Pemanasan
Terlalu Jauh
dair yang
Ditargetkan
Temperatur
Akhir yang
tidak sesuai
dengan yang
diinginkan
Tidak Hot
White Liquor
yang di
sirkulasikan ke
dalam Digester
Adanya
Penurunan Kendala
Kinerja pada Tahap
Digester di Heating and
Fiberline 2 Cooking
Tingginya
Temperatur
Digester
Sebelum
Pemasakan
Nilai H
Faktor yang
tidak sesuai
dengan yamg
diinginkan
Banyaknya
kandungan
50 lignin yang
terdapat
didalam chip
5.6.2 Metodologi Penyelesaian
Dari gambar 5.1 dapat disusun suatu metodologi yang digunakan dalam
penyelesaian tugas khusus. Adapun skema dari metodologi penyelesaian tugas
khusus dapat dilihat dari gambar 5.2,
Ya Ya
Apakah
Temperatur Ya
akhir sesuai
dengan
target ?
Tidak
Apakah
waktu
Heating Ya
sesuai dengan
target?
Tidak
Analisis dan
Penyusunan
Laporan
51
5.6.2.1 Asumsi-asumsi yang Digunakan
Pengerjaan tugas khusus ini memerlukan asumsi, agar tugas khusus dapat
terselesaikan. Berikut adalah asumsi yang digunakan:
1. Tidak ada liquor yang terbuang dari sistem dan tidak ada liquor dari
lingkungan yang masuk ke dalam sistem
2. Ruang kosong didalam digester yang telah terisi chip dianggap konstan
3. Perbedaan densitas liquor, baik white liquor maupun black liquor tidak
signifikan sehingga penyusunan neraca massa dapat disederhanakan melalui
liquor balancing.
5.7. Pembahasan
5.7.1 Evaluasi Parameter Bermasalah
200
160
Temperatur Akhir (°C)
120
80
40
0
0 20 40 60 80 100
Urutan Pemasakan
52
Gambar 5.3 Grafik Temperatur Akhir Terhadap Urutan Pemasakan
1000
800
Nilai H Faktor
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100
Urutan Pemasakan
Pada tabel 5.3. dapat dilihat adanya masalah penaikan nilai nilai H-faktor di
atas normal pada setiap shift. Dari Shift pagi, siang, dan malam terdapat masalah
55
karena nilai H-faktor lebih tinggi dari yang ditargetkan yaitu 400-600. Untuk
menganalisis temperatur akhir dan nilai H-faktor pada tahap Heating and Cooking,
maka perlu dilakukan evaluasi pada tahap Heating and Cooking terlebih dahulu.
Circulation
Pump
DIGESTER
Berdasarkan gambar 5.5 pada tahap Heating and Cooking setelah Hot White
Liquor di pompakan kedalam Digester konsentrasi Hot White Liquor disamaratakan
dengan cara mensirkulasikan Hot White Liquor ke bagian atas, tengah, dan bawah
Digester dengan menggunakan pompa sirkulasi. Temperatur akhir pemasakan dapat
dipengaruhi oleh lamanya tahap Heating. Sedangkan nilai H-faktor dapat
dipengaruhi oleh lamanya tahap Cooking.
Secara teoritis, lamanya Heating adalah ± 15 menit. Lamanya waktu proses
Heating itu sendiri dapat dipengaruhi oleh suhu awal digester. Suhu awal digester
yang terlampau jauh dari suhu target Heating membutuhkan waktu yang lebih dari
waktu yang diinginkan. Lamanya Heating juga dapat dipengaruhi oleh banyak nya
Meduim Pressure (MP) Steam yang ditembakkan ke digester. Kita dapat lihat
bagaimana dengan kondisi waktu Heating dari tabel 5.4
56
Tabel 5.4 Data Waktu Tahap Heating yang Temperatur Akhirnya Dibawah dari
Normal yang Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Jumlah Pemasakan Urutan Waktu
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
#10 Ke- 1 59
Ke- 2 11
#1
Ke- 17 44
Ke- 9 20
#5
Ke- 23 34
Pagi 26
#3 Ke- 12 12
#9 Ke- 13 33
#11 Ke- 7 20
#7 Ke- 19 10
18 Ke- 11
#6 12
Februari
#3 Ke- 27 7
2021
#5 Ke- 35 27
#7 Ke- 47 15
Siang 27
#11 Ke- 48 24
#8 Ke- 52 16
#9 Ke- 53 45
Ke- 54 10
#3
Ke- 82 5
Malam 29
#9 Ke- 66 23
#13 Ke- 58 39
Dari tabel 5.4 terlihat pada pemasakan ke – 1, ke – 13, ke – 17, ke – 23, ke –
53, dan ke – 58 bahwa waktu pada tahap Heating jauh dari yang diharapkan yaitu ±
15 menit.
Tabel 5.5 Data Waktu Tahap Heating yang Temperatur Akhirnya Diatas dari
Normal yang Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Jumlah Pemasakan Urutan Waktu
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
18 Pagi 26 #12 Ke- 4 15
Februari #7 Ke- 6 32
2021 Ke- 10 38
#14
Ke- 24 13
#8 Ke- 18 32
#4 Ke- 22 12
#10 Ke- 15 29
57
#9 Ke- 26 20
#11 Ke- 62 14
#5 Ke- 64 13
Malam 29 #10 Ke- 69 32
#13 Ke- 71 30
#7 Ke- 75 33
Dari tabel 5.5 terlihat pada pemasakan ke – 6, ke – 10, ke – 15, ke – 18, ke –
69, ke – 71 dan ke – 75 yang jauh dengan waktu teoritis yang diinginkan yaitu ± 15
menit.
Tabel 5.6 Data Waktu Tahap Cooking yang Nilai H-faktor Diatas dari Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021)
Tanggal Shift Jumlah Pemasakan Digester Urutan Waktu
yang Terselesaikan Pemasakan (Menit)
18 Pagi 26 #12 Ke- 4 41
Februari Ke- 20 32
2021 #4 Ke- 8 43
Ke- 22 43
#2 Ke- 14 40
#10 Ke- 15 34
#8 Ke- 18 43
#7 Ke- 19 72
Ke- 6 30
#14 Ke- 10 31
#5 Ke- 23 38
#6 Ke- 25 55
#9 Ke- 26 28
Siang 27 #3 Ke- 27 59
#2 Ke- 29 46
#12 Ke- 32 36
#5 Ke- 35 43
#4 Ke- 36 33
Malam 29 #11 Ke- 62 34
#14 Ke- 65 37
58
#13 Ke- 71 35
#7 Ke- 75 31
#5 Ke- 79 52
#9 Ke- 80 18
#3 Ke- 82 61
Dari tabel 5.6 terlihat pada pemasakan ke – 19, ke – 25 , ke – 27, ke – 79, dan
ke – 82 bahwa waktu pada tahap Cooking jauh dari yang diharapkan yaitu ± 45
menit.
Seperti yang kita tahu, Heating and Cooking sendiri berkesinambungan
dengan proses equalization. Karena Heating berfungsi untuk membantu untuk
menaikkan temperatur digester dan melanjutkan penetrasi kedalam chip. Jadi apabila
terjadi kendala dalam proses equalization juga akan berpengaruh pada lamanya
proses Heating seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.4, 5.5 dan 5.6. Apabila pada
proses equalization terdapat kendala pada sirkulasi Hot White Liquor yang tidak
merata kedalam bagian atas, tengah, dan bawah Digester dapat membuat temperatur
pada tahap equalization itu sendiri tidak sesuai dengan yang diinginkan. Temperatur
pada Hot White Liquor yang akan di sirkulasikan terlalu tinggi maupun terlalu
rendah dapat membuat temperatur pada tahap equalization juga tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Kedua peristiwa ini mengganggu proses pemasakan, karena
memperlambat tahap pemasakan, dimana nilai setpoint H-Faktor dari proses
pemasakan tersebut menjadi lebih lama tercapai.
Secara teoritis, temperatur yang diinginkan untuk tahap equalization yaitu
150 °C. Dimana temperatur juga berperan penting dalam tahap pemasakan.
Temperatur equalization dapat mempengaruhi waktu Heating dan waktu Cooking.
Rendahnya temperatur pada proses equalization membuat waktu pemanasan semakin
lama karena butuh waktu yang lebih untuk mencapai temperatur yang ditargetkan.
Kita dapat lihat bagaimana dengan kondisi temperatur equalization dari tabel 5.7
Tabel 5.7 Data Temperatur Equalization yang Waktu Heating Dibawah Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
18 Siang 27 Ke- 27 152
#3
Februari Ke- 39 152
2021 #12 Ke- 32 155
#1 Ke- 43 155
59
Ke- 56 158
#2
Ke- 70 162
Ke- 68 155
Malam 29 #3
Ke- 82 154
#1 Ke- 72 160
#5 Ke- 79 150
60
Ke- 71 141
#12 Ke- 59 138
Ke- 60 153
#7
Ke- 75 157
#14 Ke- 65 151
Ke- 66 153
#9
Ke- 80 147
#8 Ke- 67 148
61
#1 Ke- 57 145
Ke- 58 146
#13
Ke- 71 141
#12 Ke- 59 138
Ke- 60 153
#7
Ke- 75 157
#6 Ke- 61 142
#11 Ke- 62 157
#5 Ke- 64 151
Ke- 65 151
#14
Ke- 78 154
#9 Ke- 66 153
Dari tabel 5.9 terlihat pada pemasakan ke – 10, ke – 17, ke – 49 dan
pemasakan ke – 59 bahwa temperatur equalization jauh dari temperatur yang
diharapkan yaitu ± 150 °C.
Tabel 5.10 Data Temperatur Equalization yang Waktu Cooking Diatas Normal yang
Ditargetkan (Fiberline Dept., 2021).
Jumlah Pemasakan Urutan Temperatur
Tanggal Shift Digester
yang Terselesaikan Pemasakan (°C)
#13 Ke- 3 149
#3 Ke- 12 157
Pagi 26
#7 Ke- 19 160
#6 Ke- 25 155
18
#3 Ke- 27 152
Februari Siang 27
#5 Ke- 50 146
2021
Ke- 63 141
#4
Ke- 77 157
Malam 29
#5 Ke- 79 150
#3 Ke- 82 154
Dari tabel 5.10 terlihat pada pemasakan ke – 12, ke – 19, dan pemasakan ke –
59 bahwa temperatur equalization jauh dari temperatur yang diharapkan yaitu ± 150
°C.
Seperti yang kita tahu, dalam tahap Heating and Cooking sendiri, membantu
menghilangkan ekstraktif dan dapat melepas rantai lignin dari Selulosa dan
Hemiselulosa yang terdapat didalam pulp. Yang dapat disimpulkan, semakin kecil
Bilangan Kappa ( kandungan lignin yang terkandung dalam pulp ) maka semakin
bagus juga kualitas pulp yang kita hasilkan pada proses produksi. Namun ada
beberapa variabel yang mempengaruhi bilangan Kappa itu sendiri yaitu waktu dan
temperatur. Suhu dan waktu pemasakan merupakan dua variabel yang terkait. Suhu
62
dan waktu pemasakan mempengaruhi rendemen pulp yang dihasilkan dan kelarutan
lignin. Pengolahan pulp dengan suhu yang tinggi akan memerlukan waktu
pemasakan yang singkat. Namun, pada suhu yang tinggi dengan waktu pemasakan
yang lama akan menyebabkan terurainya selulosa sehingga rendemen dan suatu pulp
yang dihasilkan rendah. Apa yang menyebabkan temperatur pada tahap equalization
mengalami penurunan dikarenakan chip yang berada dalam digester menyerap
terlalu banyak panas, dikarenakan masih tingginya moisture content pada chip
sehingga chip memerlukan panas yang cukup banyak untuk mengeringkan
kandungan air di dalamnya. Dan dengan rendahnya temperatur yang digunakan
pada tahap equalization, maka waktu yang dibutuhkan pada tahap Heating and
Cooking juga menjadi lebih lama karena butuh waktu yang lebih untuk digester
mencapai temperatur target. Dan juga bisa terjadi waktu reaksi yang lebih lama
dikarenakan banyaknya chip dalam digester yang membuat proses penghilangan
lignin membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga waktu pada proses Heating
and Cooking tidak sesuai secara teoritis.
Penyebab utama dari permasalahan ini adalah karena menurunnya temperatur
pada bagian bottom digester mengalami fluktuasi yang memungkinkan terjadi
gangguan pada proses impregnasi itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada data yang
diperoleh pada tanggal 8 Desember 2020 yang ditunjukkan pada gambar 5.6 dan 5.7
Gambar 5.6 Profil Temperatur pada bagian Atas, tengah dan bawah Digester,
Temperatur Liquor dari Accumulator 2, dan Flow Impregnasi ke Digester pada
Tanggal 8 Desember 2020 Jam 06.00-18.00
63
Gambar 5.7 Profil Temperatur pada bagian Atas, tengah dan bawah Digester,
Temperatur Liquor dari Accumulator 2, dan Flow Impregnasi ke Digester pada
Tanggal 8 Desember 2020 Jam 18.00-06.00 pada tanggal 9 Desember 2020
Fluktuasi temperatur pada bottom digester dapat dilihat pada Gambar 5.6
dimana yang harusnya temperatur pada bottom digester konstan pada suhu 165 oC.
Namun pada pukul 06.00 – 18.00 WIB, suhu mengalami fluktuasi dan kembali
konstan pada shift selanjutnya. Padahal harusnya temperatur pada bagian bawah
digester harusnya konstan atau semakin naik, karena pada bagian itulah WBL, HBL
and HWL masuk kedalam digester, sehingga bagian bawahlah yang pertama kali
mendapat panas dari liquor tersebut.
64