Anda di halaman 1dari 6

Helmi Herlambang (2016310091)

Pengorganisasian merupakan proses menciptakan suatau struktur organisasi. Melalui


pengorganisasian dirancang suatu struktur peran-peran agar orang-orang bekerja secara efektif
dan sumber-sumber digunakan secara efisien untuk mencapai tujuan organisasional. Melalui
pengorganisasian manajer mengalokasikan atau mengatur tugas-tugas bagi individu dan tim dan
merancang unit-unit organisasonal yang di butuhkan dan dengan otoritas tertentu. Ini
tergambarkan dalam struktur organisasi. Manajer efektif berkemauan untuk membaharui dan
membuat perubahan dengan cara mengorganisasi kerja untuk mencapai kinerja tinggi.
Definisi Pengorganisasian
Mendesain peran-peran dan pola-pola hubungan dalam suatu organisasi merupakan tugas
manajer. Tugas itu dilaksanakan melalui suatu fungsi manajerial yaitu pengorganisasian
(organizing). Stephen P Robbis dan Mary Coulter berpendapat bahwa “Organisasi di definisikan
sebagai proses pembuatan suatu struktur organisasi”, Bagi Gareth. R. Jones dan Jennifer M.
George, pengorganisasian adalah proses penetapan tugas, otoritas dan hubungan-hubungan
antara unit kerja baik secara vertical dan horizontal, sehingga koordinasi untuk mencapai tujuan
organisasional secara efisien dan secara efektif. Ini semua terwujud dalam satu struktur
organisasi. Karena itu satu struktur organisasi merupakan representasi dari suatu organisasi.
Di dalam buku ini, Pengorganisasian di definisikan sebagai suatu kegiatan menetapkan
pekerjaan-pekerjaan, pengelompokan, fungsi-fungsi, mendistribusi otoritas kepada unit-unit dan
mengorganisasi pelaksanaan tugas-tugas. Selain itu terdapat beberapa definisi lain, yaitu:
John A. Pearce, dan Richard B. Robinson, Jr. mendefinisikan Pengorganisasian adalah proses
mendefinisikan hubungan penting antara orang-orang, tugas, dan kegiatan sedemikian rupa
sehingga semua sumber daya organisasi terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuannya
secara efisien dan efektif.
Harold Koontz dan Heinz Weihrich mendefinisikan Pengorganisasian sebagai (1) identifikasi
dan klasifikasi kegiatan yang diperlukan, (2) pengelompokan kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, (3) penugasan setiap pengelompokan kepada manajer dengan kewenangan
(pendelegasian) yang diperlukan untuk mengawasinya, dan (4) ) penyediaan koordinasi secara
horizontal (pada tingkat organisasi yang sama atau serupa) dan vertikal (misalnya, kantor pusat
perusahaan, divisi, departemen) dalam struktur organisasi.
Andrew D. Szilagyi, Jr. mendefinisikan Pengorganisasian sebagai proses pencapaian usaha yang
terkoordinasi melalui desain struktur tugas, wewenang, orang dan komunikasi.
Robert Kreitner mendefinisikan Pengorganisasian adalah struktur sistem hubungan kewenangan
yang terkoordinasi dan tanggung jawab tugas.
Pengorganisasian: Stuktur, Desain, dan Bagan
Setiap organisasi memiliki struktur, dan struktur itu sendiri merupakan gambaran dari suatu
organisasi. Oleh karena itu struktur organisasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan dan
sasaran dari organisasi, maka struktur organisasi harus didesain sedemikian rupa sehingga jelas,
Helmi Herlambang (2016310091)

misalnya, siapa yang harus melakukan apa dan siapa yang bertanggung jawab atas hasil-hasil
apa. Struktur organisasi direfleksian dalam suatu bagan organisasi (Organization Chart).
Struktur Organisasi
Struktu organisasi adalah pola-pola yang menggambarkan pernanan dan hubungan peranan,
alokasi kegiatan ke subunit-subunit terpisah, distribusi otoritas di antara posisi-posisi
administrative, dan jaringan komunikasi formal. Struktur organisasi menetapkan bagiamana
tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola
interaksi yang akan diikuti. Menurut Jones, struktur organisasi adalah system formal dari tugas-
tugas dan hubungan otoritas yang mengontrol dan menggunakan sumberdaya untuk mencapai
tujuan organisasion. Sementara itu, Richard L. Daft mengemukakan terdapat tiga komponen inti
dalam definisi dari struktur organisasi:
(i) Struktur organisasi menunjukkan hubungan pelaporan formal, termasuk jumlah level
dalam hierarki dan rentang kendali manajer dan supervisior,
(ii) Struktur organisasi mengidentifikasi pengelompokan individu ke dalam departemen
dan departemen ke dalam total organisasi,
(iii) Struktur organisasi mencakup desain sistem untuk memastikan komunikasi,
koordinasi, dan integrasi upaya yang efektif antar departemen.
Maksud utama dari struktur organisasonal adalah untuk mengontrol bagaiaman orang-orang
“mengoordinasi Tindakan-tindakan mereka dan bagaimana orang-orang menggunakan sumber-
sumber untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian, struktur organisasi perlu
karena:
1. Ini menetapkan dan pengulangan tindakan yang diinginkan.
2. Ini memastikan bahwa tindakan dengan nomor organisasi akan dikoordinasikan.
3. Itu membuat perilaku bisa diprediksi.
4. Ini menyimpan informasi.
5. Ia menetapkan identitas yang tidak bergantung pada orang-orang di dalamnya.
6. Ini mengalokasikan hadiah untuk kontributor dan penggugat.

Desain Organisasi
Dimensi penting dari pengorganisasian adalah mendesain sturktur organisasi. Desain organisasi
adalah “proses melalui mana manajer membuat pilihan pengorganisasian khusus tentang tugas-
tugas dan hubungan-hubungan pekerjaan yang menghasilkan konstruksi dari satu struktur
organisasional tertentu. Struktur organisasi didsesain untuk memperjelas siapa yang harus
melakukan apa dan siapa yang bertanggung jawab atas hasil-hasil, dan juga untuk
menghilangkan penghalang-penghalang dalam prestasi kerja disebabkan oleh kebingungan dan
ketidaktentuan pemberian tugas, dan untuk mengatur jaringan komunikasi. Struktur organisasi
harus didesain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan.
Struktur yang benar dapat memainkan suatu peranan penting dalam evolusi pertumbuhan
organisasi, Jika stuktur jelek atau buruk maka konsekuensinya antara lain penurunan organisasi,
Helmi Herlambang (2016310091)

karyawan berbakat pergi untuk mengambil posisi di organisasi lain, sumber daya menjadi
semakin sulit untuk diperoleh dan seluruh proses penciptaan nilai melambat.
Bagan Organisasi
Robert Kreitner, mendefinisikan Bagan organisasi adalah diagram posisi resmi organisasi dan
garis kewenangan formal, dan Richard L. Daft mendefinisikan Bagan organisasi adalah
representasi visual dari seluruh rangkaian aktivitas dan proses yang mendasari dalam suatu
organisasi
Satu bagan organisasi merupakan satu cetak biru (blueprint) dari hubungan formal yang ada di
antara orang-orang dan tugas-tugas dalam suatu organisasi, baik hubungan manajerial dan
hubungan kariawan di semua tingkat organsisasional. Dan juga untuk memperlihatkan posisi apa
yang ada, bagaiaman mereka di kelompokkan, dan siapa melapor kepada siapa. Sedangkan
melalui bagan organisasi kita dapat lebih mengerti organisasi sebagai keseluruhan, komponen
organisasi dan saling berhubungan di antara komponen-komponen atau unit-unitnya yang
berbeda.
Bagan organisasi, apapun tujuan yang dicapai, jenis kegiatan, dan teknologi organisasi yang
digunakan, mengambarkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:
1. Siapa saya (apa posisi saya di organisasi?)
2. Apa yang saya lakukan? (apa tugas atau fungsi organisasi saya?)
3. Kepada siapa saya bertanggung jawab?
4. Siapa yang bertanggung jawab?
5. Siapa dia (atau, dalam hal ini, orang lain yang berkepentingan dalam organisasi)?
6. Apa yang dia lakukan?
7. Kepada siapa dia bertanggung jawab?
8. Siapa yang bertanggung jawab padanya?
Pentingnya Pengorganisasian
Manajer giat melakukan pengorganisasian untuk tiga alsan penting yaitu:
1. Pengorganisasian meningkatkan efisiensi dan kualitas dari pekerjaan organisasi. Ketika
tugas organisasi dibagi, peluang mencapai sinergi akan tercipta.
2. Pengorganisasian menetapkan akunbilitas. Sebab partisipan dalam tiap usaha adalah lebih
efektif ketika mereka memahami responsibilitas khusus mereka.
3. Ketiga, Untuk memfasilitasi komunikasi, sebab komunkasi formal secara langsung
mengikuti struktur organisasi.
Stephen P. Robbin mengemukakan, Pengorganisasian itu penting dan memenuhi banyak tujuan
berbeda. Proses tersebut memungkinkan pembagian pekerjaan menjadi pekerjaan dan
departemen tertentu. Memungkinkan penugasan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan
pekerjaan tertentu. Menngoordinasikan tugas organisasi yang beragam. Mengelompokkan
pekerjaan ke dalam unit yang menetapkan garis otoritas formal. Akhirnya, memungkinkan
alokasi dan deplotment sumber daya organisasi
Helmi Herlambang (2016310091)

Manfaat pengorganisasian dapat diidentifikasi sebagai berikut:


1. Cara pencapaian tujuan lebih jelas karena kegiatan untuk mencapainya telah di jabarkan
dan di kelompokan dalam berbagai tugas-tugas dalam unit-unit terkecil dalam strukut
organisasi.
2. Karena tiap tugas telah jelas, maka hal tersebut memudahkan memilih, menempatkan dan
melatih orang tang tepat untuk melaksanakan tugas berdasarkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang terspeliasasi sehingga memungkinkan pemanfaatan tenaga kerja
sebaik-baiknya.
3. Tiap anggota atau pekerja mengetahui pekerjaan apa yang harus ia kerjakan sehingga
memungkinkan ia memusatkan perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat bekerja efektif
4. Memungkinkan penggunaan sumberdaya lain yang tersedia secara efisien sesuai dengan
tuntuan kebutuhan kerja.
5. Hubungan kerja yang jelas antara pekerja dalam satu unit maupun dengan pekerja di unit
lainnya secara vertical maupun horizontal.
6. Tiap unit dan tiap orang mengetahui jangkauan otoritas dan tanggung jawabnya termasuk
serta kepada siapa bertanggung jawab, dan dari siapa meminta pertanggung jawaban atas
pelaksanaan pekerjaan sehingga memungkinkan tiap unit dan tiap organ melaksanakan
tugas dan terarah.
7. Jelas saling tergantung dari semua unit dan subunit departemental dan kerangka kerja serta
iklim untuk Kerjasama antara unit.
Proses Pengorganisasian
Untuk menghasilkan struktur organisasi yang effisien dan efektif, maka setiap pengorganisasian
harus mengikuti sekuensi tahap-tahap dalam pengorganisasian sebagai berikut:
1. Pembagian Kerja: Menetepakan pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan.
2. Departementalisasi: Mengkelompokkan pekerjan ke dalam unit-unit (Job Grouping) atau
pengelompokan fungsi-fungsi (Grouping of Functions) ke dalam departemen.
3. Distribusi Otoritas: Mendistribusi otoritas kepada unit-unit dan di antara individu-
individu.
4. Koordinasi: Mengintegrasi semua orang, tugas-tugas dan aktivitas.
Pembagian Kerja
Gordon mendefinisikan pembagaian kerja sebagai berikut, Pembagian pekerjaan mengacu pada
cara organisasi mengalokasikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan beserta kewenangan yang
menyertainya; itu mencerminkan sejauh mana organisasi memiliki spesialisasi tugas dan peran.
Pembagian kerja adalah kegiatan mengurangi pekerjaan dalam satuan-satuan tugas yang
terspesialisasi sehingga tiap orang anggota organisasi mengerjakan dan bertanggung jawab
melaksanakan seperangkat tugas yang terbatas, bukan keseluruhan tugas. Agar organisasi dapat
bertahan dalam satu lingkungan yang kompetitif, maka organisasi harus melakukan pembagian
kerja yang efektif. Pembagian kerja dilakukan berdasarkan tujuan organisasi, Berdasarkan tujuan
Helmi Herlambang (2016310091)

tersebut, pengorganisasian menentukan tugas-tugas esensial dan spesifik untuk dilakukan oleh
tiap orang dalam tiap unit organisasi.
Menurut Henry Fayol, semakin banyak suatu struktur organisasi memantulkan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas yang diperlukan unutk mencapai tujuan dan membantu dalam koordinasinya,
dan semakin banyak peran-peran dirancang untuk disesuaikan dengan kemampuan dan motivasi
orang-orang yang tersedia guna mengisinya, maka semakin efektif dan efisienlah suatu struktur
organisasi.
Spesialiasi Kerja
Pembagian kerja menghasilkan spelisasi kerja (Job Specialization) sehingga pembagian kerja
disebut juga spesialisasi kerja yaitu pekerjaan dalam suatu organisasi yang dibagi kedalam
pekerjaan-pekerjaan terpisah. Henry Fayol, mengemukakan prinsip pembagian kerja atau
speliasasi sebagai prinsip manajemen (Management Principles). Prinsip spesialisasi adalah
pembagian pekerjaan untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan yang lebih baik dengan usaha
yang sama. Bila tugas organisasional di bagi di antara anggota-anggota individu sehingga tiap
orang memiliki satu pekerjaan spesialisasi untuk dikerjakan membuat orang ahli pada apa yang
mereka kerjakan secara konsekuen efisiensi dan produktivitas organisasi meningkat secara
dramatis.
Pembagian kerja yang mengarah pada speslaiasi pekerjaan perlu dilakukan sebab tidak
seorangpun secara fisik atau secara psikologis mampu melaksanakan seluruh kegiatan dalam
tugas-tugas yang paling kompleks, juga tak seorang pun memiliki semua keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas untuk memproses input menjadi output yang membentuk
suatu kegiatan yang kompleks.
Seseorang yang ditugaskan untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang
dimilikinya pada pekerjaan yang disenanginya, bukan saja ia bekerja lebih produktif, tapi juga
akan memperoleh kepuasan kerja. Orang yang memperoleh kepuasan kerja yang tinggi akan
menunjukan prestasi kerja atau produktivitas kerja yang tinggi pula, meskipun tidak dapat
dikatan sebaliknya, bahwa orang yang menunjukan produktivitas kerja yang tinggi adalah orang
yang memperoleh kepuasan kerja yang tinggi. Jadi ada pengaruh spesilasi kerja terhadap
kepuasan kerja dan produktivitas kerja
Efek Spesialisasi

Efek spesialisasi tidak selalu menguntungkan, melainkan adakalanya berdampak negative


terhadap kepuasan dan produktivitas kerja terutam apabila terjadi pekerjaan yang dispesialiasai
secara berlebihan (Overspecialized Job). Spesialiasi Pekerjaan yang berlebihan dapat
mengakibatkan masalah perilaku seperti rendah kepuasan dan produktivitas kerja.

Studi yang dilakukan oleh Charles R. Warker dan Robert H. Guest menunjukan desain kerja
yang di spesialisasi secara berlebihan mengakibatkan keterasingan pekerja dari dai pekerjaannya
karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa atau kurang di perhatikan. Individu bahkan
mengalami anominitas dan terjadi depresionalisasi dari perkerjaan secara individual.
Helmi Herlambang (2016310091)

Selain itu, Chris Argyris, Frederick Hezberg, dan Douglas McGregor, menunjukan bahwa kalau
pekerjaan menjadi sangat terspesialisasi, maka karyawan akan merasakannya sebagai tugas yang
monoton sehingga membosankan serta tidak memuaskan, karena pekerjaan itu tidak dirasakan
sebagai tugas yang menantang, maka karyawan akan kehilangan otonominya, menjadi tak
berdaya serta kemandiriannya pun punah.

Maka dari itu manajer perlu mengatasinya dengan mendesain kembali pekerjaan. Ada dua
metode yang dapat membantu manajer mendasin kembali pekerjaan yaitu, dengan pemekaran
pekerjaan (Job Enlargement) dan pemerkayaan pekerjaan (Job Enrichment).
Pemekaran pekerjaan adalah meningkatkan jumlah aktivitas yang seorang pekerja laksanakan
atau meningkatkan cakupkan pekerjaan. Hal ini dilakukan dengan cara mengombinasi tiap
pekerjaan rutin atau berbagai fungsi kerja dari unit-unit organisasi horizontal sehinggka
memungkinkan karyawan mengerjakan pekerjaan yang bervariasi. Atau dapat juga melakukan
rotasi pekerjaan (Jor Rotation) dimana pekerja dipindahkan dari satu pekerjaan ke lainnya.
Pemerkayaan pekerjaan secara esensial mencakup peningkatan kedalaman pekerjaan dengan
memberi otonomi lebih. Karyawan lebih bertanggung jawab untuk memutuskan bagaimana
pekerjaan akan dikerjakan dan juga diikuti partisipasi dalam pembuatan keputusan yang
berpengaruh terhadap unit pekerjaanya. Dapat juga mengkombinasikan kegiatan kerja unit
organisasi vertical dalam satu bentuk pekerjaan sehingga memungkinkan karyawan merasakan
adanya otonomi pelaksanaan pekerjaa yang lebih besar.
Spesialisasi memberi kontribusi terhadap peningkatakan produktivitas, tetapi spesialisasi
berlebihan (Over Specalization) mengakibatkan ketidapuasan karywan. Sebab itu meskipun
spesialisasi dapat memiliki efek negative dan juga positif, beberapa derajat spesialisasi tertentu
adalah fundamental untuk usaha-usaha manajer mengorganisasi aktivitas kerja. Manajer mampu
membuat spesialisasi sebagai hal yang menguntukan melalui pengukuran deraja spesialisasi
seusai dengan variasi pekerjaan dan kemudian secara hati-hati menstrukturnya.

Anda mungkin juga menyukai