Anda di halaman 1dari 12

iIENTERI E]{ERGI DAN SUTBETTDAYA TIINERAL

REPUBLIK INDONHSIA

MINERAL
MENTERIENERGIDAI\ SUMBERDAYA
KEPUTUSAN
NOMOR: 14s1 KlLolnuur/zooo

TENTANCi

TEKNISPENYELENGGARI\,AN
PEDOMAN TUGASPEMERINTAHAN
/\IR BAWAHTANAH
DI BIDANGPENGELOIAAN

MINERAL,
MENTERIENERGIDANSUMI]ERDAYA

Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksaneran ketentuanPasal 6 dan Pasal I


Peraturan Pemerintah l\omor 25 Tahun 2000 tentang
KewenanganPemerintahdan KewenanganPropinsi Sebagai
Daerah Otonom, perlu menetapkan Pedoman Teknis
Penyelenggaraan TugasPr:merintahan Air
di BidangPengelolaan
BawahTanah.
b. bahwaPedomanTeknissebagaimana dimaksuddalam hurufa
t
*4
liE

dapat digunakanoleh BarlanLegislatifDaerahmaupunBadan .f{

Eksekutif Daerah dalam menetapkanperaturan perundang- s


i*
undangan di bidangpengelolaan
air bawahtanah; f*

ljl

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 'l1 Tahun 1967 tentang Ketentuan-


(LN Tahun1967Nomor22, TLN
ketentuanPokokPertamb:rngan
Nomor2831);
Nomor11 Tahun 1974 tentangPengairan(LN
2. Undang-undang
Tahun1974Nomor65, TLN Nomor3046);

3 . Undang-undangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


SumberdayaAlam Hayati dan Ekosistemnya(LN Tahun 1990
Nomor49, TLN Nomor3419);

Nomor24 Tahun 1992tentangPenataanRuang


4 . Undang:-undang
(LNTahun1992Nomor11r5,
TLNNomor3501);

Nomor1{} Tahun 1997 tentangPajak.Daerah


5 . Undang-undang
dan RetribusiDaerah(LN Tahun 1997 Nomor41, TLN Nomor
3685);

Nomor 2'.3Tahun 1997 tentang Pengelolaan


6 . Undang-undang
Hidup(LNTahun1997Nomor68,TLN Nomor3699);
Lingkungan

7 . Undang-undangNomor 18 Tahun 1999tentangJasa Konstruksi


(LNTahun1999Nomor54,TLN Nomor3833);
tF

-2-

8. Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah(LNTahun1999Nomor60,TLN Nomor3839);

9. Undang-undangNomor 25 Tahun 1999tentangPerimbangan


KeuanganAntaraPemerintahPus;atdan Daerah(LN Tahun1999,
Nomor72,TLN Nomor38a8);

1 0 . Peraturan Pemerintah Nomor 2|2 Tahun 1982 tentang Tata


PengaturanAir (LNTahun1982Nomor37,TLN Nomor3225\;

1 1 . PeraturanPemerintahNomor 1r9 Tahun 1997 tentang Pajak


Daerah(LNTahun1997Nomor54,TLN Nomor3691);

12. PeraturanPemerintahNomor 27' Tahun 1999tentang Analisis


MengenaiDampakLingkungan Hi,Cup(LN TahunlgggNomor59,
TLN Nomor3838);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


KewenanganPemerintahdan h.ewenanganPropinsi Sebagai
DaerahOtonom(LNTahun2000Nomor54, TLN Nomor3952);

14. PeraturanPemerintahNomor28 l'ahun 2000tentangUsahadan


Peran MasyarakatJasa Konstruk:ii(LN Tahun2000 Nomor63,
TLN Nomor3955);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang


Jasa Konstruksi(LN Tahun 2000 Nomor64,
Penyelenggaraan
TLN Nomor3956);

1 6 . Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang


PenyelenggaraanPembinaanJasa Konstruksi(LN Tahun 2000
Nomor65, TLN Nomor3957);

17. KeputusanPresidenNomor64 Tahun 1972tentangPengaturan,


Pengurusan,dan PenguasaanUap Geoterrmal,Sumber Air
BawahTanahdan MataAir Panas:

1 8 . KeputusanPresidenNomor32 Tahun 1990tentangPengelolaan


KawasanLindung;

1 9 . KeputusanPresidenNomor2341MTahun2000 tentangSusunan
KabinetPeriodeTahun1999samperi
dengan2Oa4;

20. KeputusanMenteriPertambangan rlan EnergiNomor1748Tahun


1992 tanggal 31 Desember199,2sebagaimanatelah diubah
denganKeputusanMenteriPertambangan dan EnergiNomor169
Tahun 1998 tanggal17 Februari1998 tentangOrganis_asi dan
Tata KerjaDirektorat dan
Listril<
Jenderal PengembanganEnergi;
-3-

MEMUTUSI(\N:

: KEPUTUSANMENTERIENERG|DAN SUMBERDAYA MINERAL


Menetapkan
TENTANG PEDOMAN TEKI\IS PENYELENGGARAANTUGAS
AIR BAWAHTANAH.
DI BIDANGF'ENGELOLAAN
PEMERINTAHAN

BAB I
KETENTUAN LIMUM
Pasal 1
DalamKeputusanMenteriiniyangdimaksuddengan:
adalahDepartemen
1. Departemen Energidan SumberDayaMineral.

2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang bidang


tugasnyameliputibidangair bawahtanah.
3. LembagaPengembangan JutsaKonstruksi(LPJK)adalahlembaga
sebagaimanadimaksuddalam PeraturanPemerintahNomor 28
Tahun2000.
4. Asosiasiadalahasosiasipel'usahaanpengeboranair bawahtanah
atau asosiasijuru bor air bawah tanah yang telah mendapat
akreditasidari LPJK sesuaidenganPeraturanPemerintahNomor
28 Tahun2000.
5. BadanUsahaadalahlembagaswastaatau pemerintahyangsalah
satukegiatannya melaksanal<an usahadibidangair bawahtanah.
6. Perusahaanpengeboranair bawah tanah adalah Badan Usaha
yang sudah mendapat i;lin untuk bergerak dalam bidang
pengeboran air bawahtanah
7. MenteriadalahMenteriyang lingkuptugasdan tanggungjawabnya
meliputiair bawahtanah.
L Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang
kewenangan di bidangair ba'rrrah
tanah.
9. GubernuradalahGubernursesuaidenganUndang-undang Nomor
22Tahun1999.
10. BupatiadalahBupati denganUndang-undang Nomor22
Tahun 1999.
11. Walikota adalah Walikota sr:suaidengan Undang-undangNomor
22Tahun 1999.
1 2 . Air bawah tanah adalah setTua air yang terdapat dalam lapisan
pengandung air di bawah permukaan tanah, termasuk mata air
yang munculsecaraalamiahdi atas permukaantanah.
1 3 . Pengelolaan air bawah tan:rh adalah pengelolaandalam arti luas
mencakup segala usaha in'rentarisasi,pengaturan pemanfaatan,
perizinan, pembinaan, peltgendalian dan pengawasan serta
konservasiair bawah tanah.
-4-

1 4 . Hak gunaair adalahhak untukmemperoleh dan menggunakan air


bawahtanahuntuk keperluan terterrtu.
1 5 . Cekunganair bawahtanahadalahsttatuwilayahyangdibatasioleh
batas-batashidrogeologidimana semua kejadian hidrogeologi
seperti proses pengimbuhan,pen.<;aliran, pelepasanair bawah
tanahberlangsung.
1 6 . Akuiferataulapisanpembawaair adrrlahlapisanbatuanienuhair di
bawahpermukaan tanahyangdapatmenyimpan dan meneruskan
air dalamjumlah cukupdanekonomis.
1 7 . Pengambilan air bawahtanahadalahsetiapkegiatanpengambilan
air bawah tanah yang dilakukarrdengan cara penggalian,
pengeboran,atau dengan cara lnembuat bangunanpenurap
lainnyauntukdimanfaatkan airnyadatnatautujuanlain.
1 8 . Inventarisasiair bawah tanah adalah kegiatan pemetaan,
penyelidikan,penelitian,eksplorasi,evaluasi,pengumpulandan
pengelolaan dataair bawahtanah.
1 9 . Konservasiair bawahtanah adalahpengelolaan air bawahtanah
untukmenjamin pemanfaatannya s(tcara bijaksanadan menjamin
kesinambungan ketersediaannya delngantetap memeliharaserta
mempertahankan mutunya.
20. Pencemaran air bawah tanah adalah masuknya atau
dimasukkannya unsur,zat, kompononfisika,kimiaatau biologike
dalam air bawahtanah oleh kegiatanmanusiaatau oleh proses
alamiyang mengakibatkan mutuair bawahtanahturunsampaike
tingkattertentusehinggatidaklagise,suai denganperuntukannya.
2 1 . Pembinaanadalah segala usaha yang mencakuppemberian
pengarahan, petunjuk,bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam
pelaksanaan pengelolaan air bawah'tanah.
2 2 . Pengendalianadalah segala usatta yang mencakupkegiatan
pengaturan, penelitiandan pemantauanpengambilan air bawah
tanah untuk menjaminpemanfaaternnya secara bijaksanademi
menjagakesinambungan ketersediaern dan mutunya.
23. Pengawasanadalah kegiatanyang dilakukanuntuk menjamin
tegaknyaperaturanperundang-undilngan pengelolaanair bawah
tanah.
24. Persyaratanteknik adalahketentuanteknik yang harus dipenuhi
untukmelakukan kegiatandibidangarirbawahtanah.
25. Proseduradalahtahapandan mekanismeyang harusdilaluidan
diikutiuntukmelakukan kegiatan dibiCang air bawahtanah.
26. Pedomanadalahacuan di bidangair bawahtanah yang bersifat
umum yang harusdijabarkanlebih lanjutdan dapatdisesuaikan
dengankarakteristik dan kemampuarr daerahsetempat.
27. Sumurpantauadalahsumuryang dibuatuntukmemantaumuka
dan ataumutuair bawahtanahpadaakuifertertentu.
-5-

28. Jaringan sumur pantau adalah kumpulan sumur pantau yang


tertatl berdasarkankebutuhanpemantauanterhadap air bawah
tanahpadasuatucekunganair trawahtanah'

BA|Sll
ASASDAN -ANDASAN
Pasal 2

(1) Pengelolaan air bawahtanahclidasarkan atasasas-asas:


a. fungsisosialdan nilaiekonomi;
b. kemanfaatan umum;
c. keterpaduan dan keserasian;
d. keseimbangan;
e. kelestarian;
f. keadilan;
g. kemandirian;
h. transparansi publik.
dan akuntabilitas
(2') Teknis pengetolaanair bawalttanah berlandaskanpada satuan
wilayahcekunganair bawahternah.
(3) Hakatasair bawahtanahadalahhak gunaair.

BAll lll
PENGEI.OLAAN
Pasal 3

( 1 ) Pengelolaancekunganair berwahtanah yang beradadi dalam


satuwilayahKabupaten/Kota rlitetapkanoleh Bupatiffialikota'
(2') Pengelolaancekunganair berwahtanah yang melintasiwilayah
Prop-insiatau Kabupaten/Kola ditetapkanoleh masing-masing
Gubernur atau Bupatiffialikota berdasarkan kesepakatan
BupatiM/alikota yangbersangkutan dengandukungankoordinasi
dan fasilitasidari Gubernur.
(3) Teknispengelolaanair bawahtanah dilakukanmelaluitahapan
kegiatan:
a. inventarisasi;
b. perencanaanpendaYagunilan;
c. konservasi;
d. peruntukanPemanfaatan;
e. perizinan;
f. pembinaan dan Pengendalian;
g. pengawasan.
-6-

BAB IV
INVENTARISASI
Pasal 4

(1) Kegiataninventarisasimeliputikegiatanpemetaan,penyelidikan,
penelitian,eksplorasi,evaluasi,pengumpulandan pengelolaan
dataair bawahtanahyangmeliputi:
a. sebarancekunganair bawahtarrahdan geometriakuifer;
b. kawasanimbuh(rechargearea)dan lepasan(discharge area);
c. karakteristik
akuifer,dan potensiair bawahtanah;
d. pengambilan air bawahtanah;
e. datalainyangberkaitandenganair bawahtanah.
(2) Semuadata sebagaimana dimaksr.rddalamayat (1) adalahmilik
negarayang dimanfaatkan untukkrpentinganumum.
(3) Kegiatan inventarisasiair bawalr tanah dilakukan dengan
memperhatikankepentinganumum dan Pemerintahdalam
rangka penyusunanrencanaatau pola induk pengembangan
terpaduair bawahtanahdan pemarrfaatannya.
(4) Inventarisasiair bawah tanah dalam rangka pengelolaanair
bawah tanah dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur dan
BupatiMalikota.
(5) Pelaksanaan kegiatan evaluasi potensi air bawah tanah
dilakukan sesuai dengan pedonran sebagaimanatercantum
dalamLampiran I Keputusan ini.
Menterri

BAB V
PERENCANAANPENDAYAGUNAAN
Pasal 5

Kegiatanperencanaanpendayagunaanair bawah tanah dilaksanakan


sebagai dasar pengelolaan air bawah tanah pada satuan wilayah
cekunganair bawah tanah.

Pasal 6
(1) Perencanaan pendayagunaan air bawah tanah sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 5, didasarkanpada hasil pengolahandan
evaluasidata inventarisasisebagairnanadimaksuddalam Pasal4
a ya t(1 ).
(2) Perencanaan pendayagunaanair bawah tanah dalam rangka
pengelolaan,pemanfaatandan perlindunganair bawah tanah
dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, BupatiM/alikota dan
melibatkan masyarakat sesuai derngan peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
- 7-

(3) Pelaksanaanperencanaanpenclayagunaan air bawah tanah


dilakukan sesuai dengan pedoman sebagaimanatercantum
dalamLampiran Menteriini.
ll Keputusan
(4) Pelaksanaan penentuandebitpergambilanair bawahtanahdan
penentuandebit penurapanmataairdilakukansesuai dengan
pedomansebagaimana tercantumdalamLampiranlll Keputusan
Menteriini.

BAB VI
KONSERV\SI
Pasal7
(1) Untuk mencegah terjadinya k,erusakanair bawah tanah,
lingkungankeberadaannyadan lingkungansekitarnya,serta
untukperlindungan dan pelestarian air bawahtanah,maka perlu
dilakukanupaya konservasi air balvah tanah.
(2') Konservasiair bawahtanah bertumpupada asas kemanfaatan,
kesinambungan ketersediaan, dar] kelestarianair bawah tanah,
sertalingkungan keberadaannya.
(3) Pelaksanaan konservasi air bawahtanahdidasarkan pada:
dan evaluasir:ekungan
a. kajianidentifikasi air bawahtanah;
b. kajiankawasanimbuh(rechargearea)dan lepasan(discharge
, area);
c. perencanaan pemanfaatan;
d. informasihasil pemantauanlcerubahankondisi air bawah
tanah.
Pasal 8
(1) Dalamupayakonservasi air bawahtanahdilakukanpemantauan
terhadapperubahan muka dan rnutu air bawah tanah melalui
sumurpantau.
(2) Penetapanjaringan sumur pantilu dalam satu cekunganair
bawahtanah lintasPropinsidan ertauKabupaten/Kota
dilakukan
berdasarkankesepakatanBupatiM/alikotayang bersangkutan
dengandukungan koordinasi
danf,asilitasi
Gubernur.
(3) BupatiMalikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing
menetapkan jaringansumur pantaupada cekunganair bawah
tanahdalamsatuwilayahKabupaten/Kota.

Pasal 9

(1) Menteri, Gubernur dan BupatiAl/alikota melakukan upaya


konservasi air bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal7.
-8-

dalanr mengelolaair bawah tanah


(2) Gubernur,BupatiAlValikota
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan
keberadaanair bawahtanahdan lingkungan
sekitarnya.

(3) Setiap pemegangizin pengambilanair bawah tanah dan izin


pengambilan konservasiair bawah
mataair, wajibmelaksanakan
tanahsesuaidenganfungsikawasanyangditetapkansesuaitata
ruangwilayahyangbersangkutan.

BAB VII
PERUNTUKAN PEI/IANFAATAN
Pasal10

(1) Peruntukanpemanfaatanair barvahtanah untuk keperluanair


minummerupakanprioritasutamadi atassegalakeperluanlain.
(2) Urutanprioritas peruntukan air bawahtanah adalahsebagai
berikut:
a. airminum;
b. air untukrumahtangga;
c. air untukpeternakandan pertaniansederhana;
d. air untukindustri;
e. air untukirigasi;
t. air untukpertambangan;
g. air untukusahaperkotaan;
h. air untukkepentinganlainnya.
(3) Urutan prioritas peruntukanpermanfaatanair bawah tanah
sebagaimanadimaksuddalam ayat (2) dapat berubahdengan
memperhatikan kepentinganumurndan kondisisetempat.
(4) Peruntukanpemanfaatanair bawah tanah ditetapkan oleh
Gubernur,BupatiAl/alikota sesuailingkupkewenanganmasing-
masing.

BAB VIII
P E R I Z I NAIN
Pasal 1 1
(1) Kegiatan eksplorasi, pengebrlran termasuk penggalian,
penurapandan pengambilanair bawah tanah hanya dapat
dilaksanakansetelahmemperoleh izin.
(2') lzinsebagaimanadimaksuddalantayat(1)terdiridari :
a. izineksplorasi
air bawahtanah;
b. izinpengeboran air bawahtanarh;
c. izinpenurapanmataair;
d. izinpengambilan air bawahtanah;
e. izinpengambilan mataair.
-9-

(3) lzin sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diberikan oleh


BupatiM/alikota berdasarkan hasil kegiatan sebagaimana
dimaksuddalamPasal4. Pasal6 dan Pasal10.

Pasal 12

(1) Prosedur pemberianizin eksplorasiair bawah tanah dilakukan


sesuai dengan pedoman sebagaimana tercantum dalam
LampiranlV KeputusanMenteriini.
(2') Prosedur pemberian izin pengr:borandan izin pengambilanair
bawah tanah dilakukan sesuai dengan pedoman sebagaimana
tercantumdalam LampiranV Kt>putusanMenteriini.
(3) Prosedur pemberian izin llenurapan mataair dan izin
pengambilan mataair dilakul,lan sesuai dengan pedoman
sebagaimanatercantum dalam Lampiran Vl Keputusan Menteri
ini.

P a s a1l 3
(1) Pengeboran air bawahtanahhanyadapbtdilakukan oleh :
a. BadanUsahayang mempurryai lzin PerusahaanPengeboran
Air BawahTanah dan juru bornyatelah mendapatkanSurat
lzin JuruBor.
b. tnstansi/Lembaga Pemerintilhyang instalasi bornya telah
mendapatSuratTandaInstalasiBor dari Asosiasi,dan telah
memperoleh dariLPJKsesuaiperaturan
registrasi perundang-
undanganyangberlaku.
(2\ lzin usaha perusahaanpengetroranair bawah tanah (SIPPAT)
dan izin juru bor (SIJB)diberilianoleh BupatiA//alikota, sesuai
lingkup kewenangan masinl;-masingsetelah mendapatkan
sertifikat klasifikasidan kualifikasi dari Asosiasi dan telah
memperoleh registrasidari LPJF:.
(3) Prosedur pemberianizin perutsahaanpengeboranair bawah
tanahdilakukan sesuaidenganlredoman sebagaimanatercantum
dalamLampiran Vll Keputusan ini.
lt/lenteri
(4) Prosedurpemberianizin juru bor air bawah tanah dilakukan
sesuai dengan pedoman sebagaimana tercantum dafam
Lampiran Vlll Keputusan Menteriini.

Pasal 14
(1) Pengambilan air bawahtanahuntukkeperluanair minumdan air
rumahtangga sampaibatas-batas tertentutidakdiperlukanizin.
(2\ Pengaturan batas-batastertentusebagaimana dimaksuddalam
ayat(1) di atasditetapkanlebihlanjutolehBupati/Walikota.
-10-

BAB IX
PEMBINAAN,
PENGENDALII\N, DANPENGAWASAN
P a s a l1 5

( 1 ) Menteri, Gubernur, dan


BupatiAl/alikota sesuai lingkup
kewenangan masing-masingmelakukan upaya pembinaan
pendayagunaanpengambilan
eLirbawah tanah sesuaidengan
peraturan
perundang-undangan'/ang
berlaku.
(2) Pengendalian
dan pengawasan
rJalamrangkakegiataneksplorasi
air bawah tanah, pengeborandan atau penurapanmata air,
pengambilan air bawahtanahdan pencemaranserta kerusakan
lingkunganair bawahtanahdilarkukan
oleh BupatiANalikota
dan
masyarakat.
(3) Pedoman teknik pengawasanpelaksanaankonstruksisumur
produksiair bawahtanahdilaksianakan
sesuaidenganpedoman
sebagaimanatercantumdalam LampiranlX KeputusanMenteri
ini.

Pasal l6
BupatiMalikotamenangguhkan setiappengambilanair bawahtanah
yang mengganggu keseimbangan air bawahtanahsetempatdan atau
terjadinyakerusakanlingkungansesuaidenganperaturanperundang-
undanganyangberlaku.

BAB )(
PEMBIAYAAN

Pasal'17

(1) Setiap pengambilandan atau pemanfaatanair bawah tanah


dikenakan pungutan sesuai rlengan peraturan perundang-
undanganyangberlaku.
(2) Pembiayaankegiatankonservas;iair bawah tanah dibebankan
pada APBD dan atau APBN yang berasaldari pungutanair
bawahtanahsebagaimana dimal<suddalamayat (1) dan sumber
danalainnya.
(3) Persyaratan teknik penentualr nilai perolehan air dari
pemanfaatanair bawahtanah sebagaidasar dalam penetapan
pajak pemanfaatanair bawahlanah sesuai denganpedoman
sebagaimanatercantumdalam l-ampiranX KeputusanMenteri
ini.
- ll -

BAB XI

DATAAIR BAWTHTANAH
Pasal18

(1) Data air bawahtanah yang didilpatdari pelaksanaankegiatan


sebagaimana dimaksuddalim Pilsal4 ayat(1) dan Pasal6 ayat
kepadaDirekturJenderal'
(1), disampaikan
(2', semua data yang ada pada Ins;tansi/Lembaga Pemerintahdan
swasta yang beium pernah dis;ampaikan kepada Departemen
Energioin dumUerDayaMineraldilaporkankepadapemberiizin
dengantembusankepadaDirekttrrJenderal'
(3)Datasebagaimanadimaksuddalamayat(1)danayat(2\secara
nasionaldikumpulkandan dikeloa olehDirekturJenderal.
(4) DirektoratJenderal merupakanpusat data dan informasiair
bawahtanah yangterbukauntullumum'
(5) Gubernur dan atau Bupati/walikota mengumpulkandan
mengeloladatasertainformasierirbawahtanahdan disampaikan
kepadaDirekturJenderal.
(6) Data air bawahtanah yang diclapatdari pelaksanaankegiatan
iebagaimanadimaksud dalarnPasal 11, wajib disampaikan
t<epaiaDirekturJenderalsesuaidenganpedomansebagaimana
tercantumdalamLampiranXl Kerputusan Menteriini.

BAB .KII

KETENTUAN F'ERALIHAN
Pasal19
semua izin dalam bidang air bawah tanah yang telah diterbitkan
sebelumditetapkanKepulusanMenteri ini, masih tetap berlaku
sampaidenganberakhirnyaizinyangbersangkutan'

BAB XIII
PENU'UP
Pasal20

Kebijakandalam bentuk pengaturankewenangandan pedoman-


pedomanlainnyayang dipandangperludan belumtercantumdalam
iredomanTeknisini akandiaturdan ditetapkankemudian.
-t2-

F'asal'21
DenganditetapkanKeputusanltlenteriini, maka:
1. Peraturan Menteri Pettambangan dan Energi Nomor
994 tentangPengurusan
O2.Pt1O1/M.PE/1 AdministratifAir Bawah
Tanah;
2. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1945.1(101/M.PE/1995tentangPedomanPengelolaan Air Bawah
TanahUntukDaerahTingkett ll;
3. Keputusan Menteri Perlambangan dan Energi Nomor
1946.K101lM.PE/1995terrtang Perizinan Pengeboran dan
Pengambilan Air Bawah Tanah untuk Kegiatan Usaha
Pertambangandan Energi dan peraturan pelaksanaannya,
tidakberlaku.
dinyatakan

Pasal22
KeputusanMenteriini mulaiberlrrkupadatanggalditetapkan.

Dite'lapkandi Jakarta
padit tanggal 3 November 20O0

Energidan SumberDaYaMineral

Tembusan:
1. PresidenRepublikIndonesia
2. WakilPresidenRepublikIndonesia
3. MenteriKoordinatorBidangPerekonomian
4. MenteriDalamNegeridan OtonomiDaerah
5. MenteriNegaraLingkungan Hidup
6. SekretarisJenderalDep.Energidan sumberDayaMineral
7. InspekturJenderalDep. Energidan sumberDayaMineral
8. para DirekturJenderaldi lingkunganDep.Erergidan SumberDayaMineral
9. ParaGubernurdi seluruhIndonesia
10. ParaBupatiMalikota di seluruhIndonesia

Anda mungkin juga menyukai